I. Pendahuluan..........................................................................................................................................................4
V. Logistik.................................................................................................................................................................15
IX. Penutup.................................................................................................................................................................20
I. LATAR BELAKANG
Rumah sakit adalah suatu organisasi kompleks yang menggunakan perpaduan peralatan ilmiah yang rumit
dan khusus, yang difungsikan oleh kelompok tenaga terlatih dan terdidik dalam menghadapi hal yang berkaitan
dengan pengetahuan medik modern untuk tujuan pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik. Rumah sakit
bertugas untuk melaksanakan upaya kesehatan dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang
dilaksanakan secara terpadu.
Seiring dengan adanya perkembangan teknologi, maka rumah sakit pun dituntut untuk dapat memberikan
pelayanan yang bermutu dan berkualitas. Hal ini tentunya ditunjang dengan adanya sistem informasi manajemen
yang mempunyai kualitas yang bersaing terutama dalam hal pengolahan data pasien, rekanan, obat dan alat
kesehatan, hasil pemeriksaan, pemesanan obat dan sebagainya.
Dalam pelayanan terhadap pasien di Rumah Sakit, jika berhadapan dengan pasien maka yang perlu kita
tanyakan apakah yang dimaksud pasien sama dengan yang kita pikirkan. Karena persepsi yang salah dapat
mengakibatkan kejadian yang tidak diharapkan. Karena itulah dibutuhkan Komunikasi Efektif.
Komunikasi Efektif terjadi apabila pesan yang disampaikan komunikator dapat diterima dengan baik oleh
komunikan sehingga tidak terjadi salah persepsi.
Komunikasi Efektif di RS Cahya Kawaluyan meliputi :
a. Komunikasi dengan masyarakat
b. Komunikasi dengan pasien dan keluarga
c. Komunikasi antar pemberi pelayanan di dalam dan ke luar Rumah Sakit
V. KEBIJAKAN
KEBIJAKAN SASARAN KESELAMATAN PASIEN
1. Peningkatan Komunikasi Efektif
a. Komunikasi efektif saat hand over dengan menggunakan teknik Tulis, Baca ulang dan Konfirmasi (TbaK)
sedangkan pelaporan melalui telepon dengan menggunakan metoda SBAR.
b. Penerima perintah menulis lengkap perintahnya, membaca ulang dan melakukan konfirmasi.
c. Tulisan disebut lengkap bila terdiri dari jam / tanggal, isi perintah, nama penerima perintah dan tanda tangan,
nama pemberi perintah dan tanda tangan (pada kesempatan berikutnya).
3) Pendidikan dan pelatihan yang diberikan pada pasien dan keluarga membantu pemenuhan kesehatan
berkelanjutan.
a. Rumah Sakit Umum Daerah Ende menyediakan proses pendidikan pada pasien dan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan berkelanjutan atau untuk mencapai sasaran kesehatan mereka sesuai
dengan alur yang ada dalam Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi.
b. Informasi kesehatan umum diberikan oleh rumah sakit atau oleh sumber di komunitas yang dituangkan
dalam kegiatan harian setelah pasien pulang termasuk praktek pencegahan yang relevan dengan kondisi
pasien atau sasaran kesehatannya serta mengatasi penyakit atau kecacatan.
c. Rumah Sakit Umum Daerah Ende menyediakan resume kegiatan harian setelah pasien pulang.
d. Rumah Sakit Umum Daerah Ende mengidentifikasi sumber-sumber pendidikan dan pelatihan yang
tersedia di komunitas, khususnya organisasi di komunitas yang mendukung promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit.
e. Rumah Sakit Umum Daerah Ende menjalin kerjasama dengan komunitas diluar lingkungan rumah sakit
untuk mendukung Promosi kesehatan yang berkelanjutan guna pencegahan penyakit.
2. Registrasi pasien
a. Semua pasien yang datang ke Rumah Sakit harus mendaftar baik rawat jalan maupun rawat inap
sesuai prosedur yang berlaku dan dicatat dalam rekam medis.
b. Apabila bagi pasien tidak tersedia tempat tidur pada unit yang dituju didalam Rumah Sakit Umum
Daerah Ende maupun di seluruh rumah sakit, maka penanganan pasien mengikuti prosedur yang
telah ditetapkan.
c. Rumah Sakit Umum Daerah Ende melakukan sosialisasi dan edukasi kepada seluruh petugas
sehingga semua petugas memahami ketentuan dan prosedur registrasi pasien rawat jalan dan
rawat inap. Sosialisasi dan edukasi disampaikan pada saat briefing pagi di bagian.
4. Skrining dilakukan untuk menentukan kebutuhan pelayanan pasien waktu proses admisi rawat inap.
a. Pemeriksaan skrining dilakukan untuk membantu staf rumah sakit mengetahui kebutuhan pasien.
Asesmen tersebut antara lain : evaluasi visual, pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik
dan diagnostik imajing .
b. Pemilihan jenis pelayanan atau unit pelayanan sesuai kebutuhan pasien berdasarkan hasil
skrining.
c. Apabila pasien dipertimbangkan diterima sebagai pasien rawat inap, asesmen membantu staf
untuk memutuskan apakah pasien membutuhkan pelayanan preventif, paliatif, kuratif dan
rehabilitatif. Staf memilih pelayanan yang paling tepat untuk pasien sesuai dengan prioritas dan
urgensinya.
d. Asesmen lanjutan dilakukan sesuai dengan Panduan Praktik Klinik Rumah Sakit Umum Daerah
Ende.
B. KONTINUITAS PELAYANAN
1. Rumah Sakit Umum Daerah Ende melaksanakan proses pelayanan yang berkelanjutan dan melakukan
koordinasi diantara dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain yang berada di :
Pelayanan emergensi dan pendaftaran pasien rawat inap
Pelayanan diagnostik dan pelayanan pengobatan
Pelayanan non bedah dan tindakan bedah
Rumah sakit lain dan pelayanan kesehatan lain
Program pelayanan rawat jalan
2. Kerjasama Rumah Sakit Umum Daerah Ende dengan pihak pelayanan kesehatan dalam hal Rujukan
a. Rencana pemulangan pasien dilakukan dengan mempertimbangkan pelayanan penunjang dan
kelanjutan pelayanan medis yang dibutuhkan oleh pasien
b. Rumah sakit Umum Daerah Ende mempunyai data alamat fasilitas kesehatan seperti klinik, tempat
praktek dokter dan rumah sakit terdekat dengan tempat tinggal, data tersebut dapat diinformasikan
kepada pasien dan keluarga.
4. Resume menggambarkan tindakan yang dilakukan selama pasien tinggal di rumah sakit. Resume
pasien pulang tersebut berisikan :
a. Alasan pasien dirawat, diagnosis dan penyakit penyertanya
b. Temuan kelainan fisik dan hal lain yang penting
c. Prosedur diagnostik dan terapetik yang dilakukan
d. Medikamentosa termasuk obat waktu pulang
e. Keadaan / status pasien pada saat pulang
f. Instruksi untuk tindaklanjut atau kontrol
2. Kerjasama Rumah Sakit Umum Daerah Ende dengan pihak pelayanan Kesehatan dalam Rujukan.
a. Rumah Sakit Umum Daerah Ende menentukan bahwa rumah sakit rujukan dapat menyediakan
kebutuhan pasien yang di rujuk.
b. Pasien dirujuk secara tepat kerumah sakit penerima rujukan sesuai prosedur rujukan pasien.
Rumah sakit rujukan yang dituju adalah rumah sakit tipe A dan B, rumah sakit rujukan tersebut
antara lain :Rumah Sakit Umum Prof. Dr. W.Z. Yohanes Kupang.
VI. PENGORGANISASIAN
Komunikasi sangatlah penting dalam hubungannya dengan professional kesehatan. Tanpa adanya komunikasi
sesuatu bisa dipersepsikan dan diinterpretasikan berbeda dengan seharusnya apalagi orang yang berhadapan
dengan kita (tenaga kesehatan) mempunyai pengetahuan dan pemahaman serta prior knowledge yang tidak
sama dengan tenaga kesehatan.
Sejalan dengan ketrampilan yang termuat dalam empat unsure ditambah umpan balik tersebut, diperlukan
kemampuan dalam hal – hal berikut :
1) Cara berbicara, termasuk cara bertanya (kapan menggunakan pertanyaan tertutup dan kapan memakai
pertanyaan terbuka), menjelaskan, klarifikasi, paraphrase, intonasi.
2) Mendengar termasuk memotong kalimat
1 3
2 3
1) Kotak 1 : Pasien memimpin pembicaraan melalui pertanyaan terbuka yang dikemukakan oleh
dokter (Patient takes the lead through open ended question by doctor)
2) Kotak 2 : Dokter memimpin pembicaraan melalui pertanyaan tertutup/terstruktur yang telah
disusunnya sendiri (Doctor takes the lead through closed question by the order)
3) Kotak 3 : Kesepakatan apa yang harus dan akan dilakukan berdasarkan negosiasi kedua belah
pihak (Negotiating agenda by both)
Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan melahirkan keyamanan dan
kepuasan bagi kedua belah pihak, khusunya menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu empati. Empati
dapat diraih melalui kecukupan dokter akan listening skills and training skills yang dapat diraih melalui latihan.
Carma L Bylund & Gregory Makoul dalam tulisannya tentang Emphatic Communication in Physician-
Patient Encounter 2002, menyatakan betapa pentingnya empati ini dikomunikasikan. Dalam konteks ini empati
disusun dalam batasan definisi berikut:
a. Kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan pasien
b. Kemampuan afektifitas/sensitifitas terhadap perasaan pasien
c. Kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkan/menyampaikan empati kepada pasien.
Kemampuan berkomunikasi juga sangat berpengaruh pada kelengkapan data pasien, oleh karena itu
peningkatan komunikasi seorang perawat perlu mendapat perhatian. Dalam berkomunikasi perawat perlu
memperhatikan budaya yang berpengaruh pada waktu dan tempat terjadinya komunikasi, penggunaan
bahasa, usia dan perkembangan pasien.
Ada beberapa hal yang menjadi kendala bagi pasien dalam menyampaikan, menerima dan
memahami informasi yang diterimanya. Beberapa hal yang menjadi kendala antara lain:
a) Kemampuan bahasa
Perawat perlu memperhatikan bahasa yang mampu dipahami oleh pasien dalam berkomunikasi
karena penguasaan bahasa sangat berpengaruh terhadap persepsi dan penafsiran pasien dalam
menerima informasi yang sesuai
b) Ketajaman panca indera
Ketajaman panca indera dalam mendengar, melihat, merasa dan mencium bau merupakan faktor
penting dalam komunikasi. Pasien akan dapat menerima pesan komunikasi dengan baik apabila
panca inderanya berfungsi dengan baik.
Bagi pasien yang mengalami gangguan pendengaran ada tahapan yang perlu diperhatikan dalam
melakukan pengkajian, yaitu informasi medik yang mengindikasikan adanya kelemahan
pendengaran, memperhatikan kemampuan pasien membaca ekspresi wajah dan gerak bibir
perawat, dan apakah pasien mampu menggunakan gerak isyarat sebagai bentuk komunikasi non
verbal.
c) Kelemahan fungsi kognitif
Adanya gangguan/kelemahan pada fungsi kognitif dapat mempengaruhi kemampuan pasien untuk
mengungkapkan dan memahami bahasa. Dalam mengkaji pasien ini perawat harus dapat menilai
respon baik secara verbal maupun non verbal yang disampaikan oleh pasien dalam menjawab
pertanyaan.
d) Gangguan struktural
Gangguan struktural tubuh terutama yang berhubungan langsung dengan organ suara seperti mulut
dan hidung dapat berpengaruh pada proses komunikasi.
c. Tahap Perencanaan
Pengembangan rencana tindakan keperawatan kepada pasien diperlukan interaksi dan komunikasi
dengan pasien. Hal ini untuk menentukan alternatif rencana keperawatan yang akan diterapkan,
misalnya sebelum memberikan makanan kepada pasien, perawat harus terlebih dahulu mengetahui
makanan yang sesuai bagi pasien. Rencana tindakan yang dibuat oleh perawat merupakan media
komunikasi antar tenaga kesehatan yang berkesinambungan sehingga pelayanan dapat dilaksanakan
secara teratir dan efektif.
d. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan realisasi dari perencanaan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Aktifitas ini memerlukan keterampilan komunikasi dalam berinteraksi dengan pasien.
Pada sat menghadapi pasien perawat perlu:
1) Menunjukkan raut wajah yang mencerminkan ketulusan agar tercipta suasana saling percaya
saat berkomunikasi
2) Kontak pandang yang menunjukkan perhatian dan kesungguhan perawat
3) Fokus pada pasien
4) Bersikap terbuka untuk menumbuhkan keberanian pasien dalam mengikuti tindakan keperawatan
yang dilakukan
5) Mendengarkan secara seksama dan penuh perhatian untuk mendapatkan informasi dari pasien.
Perawat lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Hal ini akan menimbulkan kepercayaan
pasien pada perawat.
6) Mendengarkan keluhan pasien dan memahami perasaan
7) Perawat mampu menjelaskan keadaan pasien
8) Perawat mampu menjadi pembimbing dan konseling terhadap pasien
9) Bersikap tenang selama berada didepan pasien.
Dalam berkomunikasi di rumah sakit petugas dan tenaga medis harus melakukan proses verifikasi
terhadap akurasi dari komunikasi lisan dengan Catat, baca kembali dan konfirmasi ulang (CABAK) yaitu :
1) Pemberi pesan memberikan pesan secara lisan
Komunikasi dapat dilakukan secara langsung atau melalui sarana komunikasi seperti telepon.
Pemberi pesan harus memperhatikan kosa kata yang digunakan, intonasi, kekuatan suara, jelas,
singkat dan padat
2) Penerima pesan mencatat isi pesan (CATAT)
Untuk menghindari adanya pesan yang terlewat maka penerima pesan harus mencatat pesan yang
diberikan secara jelas.
3) Isi pesan dibacakan kembali secara lengkap oleh petugas penerima pesan (BACA)
Setelah pesan dicatat, penerima pesan harus membacakan kembali pesan tersebut kepada pemberi
pesan agar tidak terjadi kesalahan dan pesan dapat diterima dengan baik.
3. Komunikasi antar pemberi layanan (dokter, tenaga keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya)
Dalam memberikan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Ende antar pemberi
layanan komunikasi yang terjadi menggunakan tekhnik SBAR.
SBAR merupakan suatu tekhnik komunikasi yang dipergunakan dalam melakukan identifikasi
terhadap pasien sehingga mampu meningkatkan kemampuan komunikasi antara perawat dan dokter.
Dengan komunikasi SBAR ini maka perawat dapat memberikan laporan mengenai kondisi pasien lebih
informatif dan terstruktur.
SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang memerlukan perhatian
dan tindakan segera. Tekhnik SBAR terdiri dari unsur Situation, Background, Assessment,
Recommendation. Pada prinsipnya SBAR merupakan komunikasi standar yang ingin menjawab
pertanyaan, yaitu apa yang terjadi, apa yang diharapkan oleh perawat dari dokter yang dihubungi dan
kapan dokter harus mengambil tindakan. Empat (4) Unsur SBAR yaitu:
1. Situation
Menjelaskan kondisi terkini yang terjadi pada pasien
2. Background
Berisi informasi penting apa yang berhubungan dengan kondisi pasien saat ini
3. Assessment
Hasil pengkajian kondisi pasien terkini
4. Recommendation
Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah pasien saat ini
Contoh laporan perawat ke dokter dengan menggunakan SBAR (Haig, K.M, dkk, 2006)
Background (B) Sebutkan diagnosis dan data klinis pasien sesuai kebutuhan
Status kardiovaskuler (Nyeri dada, tekanan darah,EKG, dsb)
Status respirasi (Frekuensi pernafasan, SpO2, analisa gas darah,
dsb)
Status gastrointestinal (Nyeri perut, perdarahan,dsb)
Neurologis (GCS, Pupil)
Hasil laboratorium/pemeriksaan penunjang lainnya
Assessment Sebutkan problem pasien tersebut
Problem kardiologi
Problem gastro-intestinal
Recommendation Rekomendasi (pilih sesuai kebutuhan)
Saya meminta dokter untuk :
Memindahkan pasien ke ICU
Segera datang melihat pasien
Mewakilkan dokter lain untuk datang
Konsultasi ke dokter lain
Pemeriksaan atau terapi apa yang diperlukan:
Foto rontgen
Pemeriksaan analisa gas darah
Pemeriksaan EKG
Pemberian oksigenasi
Beta 2 agonis nebulizer
b. Komunikasi langsung
1) Talkshow dokter umum di Radio
2) Penyuluhan kesehatan dalam safari kesehatan ke masyarakat sekitar/perusahaan
3) Kegiatan Edukasi penyakit dalam kegiatan senam lansia
4) Seminar kesehatan
Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien diharapkan komunikasi yang disampaikan dapat
dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Apabila pasien mengikuti semua arahan dari rumah sakit diharapkan
mempercepat proses penyembuhan pasien.
b) Datang langsung
Saat pasien datang ke rumah sakit, maka tempat yang pertama kali harus dikunjunginya adalah
ruang/tempat pendaftaran, dimana terdapat meja untuk mendaftar. Setelah pendaftaran selesai, barulah
mereka satu demi satu diarahkan ke tempat yang sesuai dengan pelayanan yang dibutuhkan. Kontak
awal dengan rumah sakit ini, perlu disambut dengan 5S (senyum, sambut, sapa, salam, Santun ) oleh
petugas pendaftaran. Sambutan tersebut berupa salam hangat yang dapat membuat mereka merasa
tentram berada di rumah sakit. Di tempat tersebut, pasien akan ditanya keperluannya dan akan diarahkan
sesuai dengan keperluan yang dituju.
2) Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, pasiennya mengalami
hambatan fisik, maka verifikasinya adalah dengan pihak keluarganya dengan pertanyaan yang
sama: “Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang bpk/ibu bisa pelajari ?”.
3) Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada hambatan emosional
(marah atau depresi), maka verifikasinya adalah dengan tanyakan kembali sejauh mana pasiennya
mengerti tentang materi edukasi yang diberikan dan pahami. Proses pertanyaan ini bisa via
telepon atau datang langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang.
Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan komunikasi yang disampaikan
dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Dengan pasien mengikuti semua arahan dari rumah sakit,
diharapkan mempercepat proses penyembuhan pasien.
Setiap petugas dalam memberikan informasi dan edukasi pasien, wajib untuk mengisi formulir
edukasi dan informsi, dan ditandatangani kedua belah pihak antara dokter dan pasien atau keluarga pasien.
Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa pasien dan keluarga pasien sudah diberikan edukasi dan informasi
yang benar.
Komunikasi antar pemberi pelayanan di dalam rumah sakit secara non verbal
a) Mendokumentasikan hasil-hasil asesmen dan temuan serta rencana penatalaksanaan pasien di dalam
berkas rekam medis.
b) Mengisi form order penunjang medis dan lembar jawaban penunjang :
1) Form order laboratorium
2) Form order radiologi
3) Form order Rehab Medik
4) Expertise radiologi
c) Mengisi lembar (PPTM) persetujuan tindakan medis
Komunikasi antar pemberi pelayanan di luar rumah sakit secara non verbal
Komunikasi ini dengan menggunakan:
a. Form transfer pasien
b. Form serah terima sample pemeriksaan
VII. METODE
Plan:
a. Merancang prosedur (SPO) agar proses komunikasi antar tenaga kesehatan dapat berjalan efektif
b. Merancang alat bantu (Form) agar proses komunikasi antar tenaga kesehatan terdokumentasi dengan
baik
DO:
a) Sosialisasi prosedur dan alat bantu komunikasi agar proses-proses komunikasi antar tenaga
kesehatan dapat dijalankan seluruh tenaga kesehatan sesuai prosedur/terstandar.
b) Melakukan pelatihan kepada seluruh staff medis agar proses-proses komunikasi antar tenaga
kesehatan semakin baik dan efektif
c) Pelaksanaan proses komunikasi antar tenaga kesehatan dilakukan setiap hari menggunakan prosedur
dan alat bantu yang ditetapkan.
d) Melakukan evaluasi berkala atas proses-proses komunikasi antar tenaga kesehatan
Check/Study:
a) Monitoring kegiatan komunikasi antar tenaga kesehatan dengan merekap dan menganalisa
dokumentasi proses-proses tersebut.
b) Hasil analisa didiskusikan untuk dapat menyusun rencana tindak lanjut agar prosedur dapat menjadi
lebih baik.
Act:
a) Melakukan perbaikan prosedur maupun alat bantu sesuai hasil evaluasi proses-proses komunikasi
tersebut diatas.
6. Komunikasi antar pemberi pelayanan di dalam rumah sakit secara non verbal
Dalam tatanan Rumah Sakit Umum Daerah Ende yang menjadi sumber komunikator adalah semua
petugas pemberi pelayanan kesehatan kepada pasien :
Dokter
Perawat
Bidan
Petugas Rekam Medis
Petugas Penunjang Medis
Petugas Farmasi
Apoteker
Petugas Front Office (FO)
Petugas Kasir
Staf Administrasi
Staf Customer Service
Petugas Cleaning Service
Petugas Security
b. Komunikator yang baik adalah komunikator yang menguasai materi, pengetahuannya luas dan dalam
tentang informasi yang disampaikan, cara berbicaranya jelas dan menjadi pendengar yang baik saat
dikonfirmasi oleh si penerima pesan (komunikan).
c. Isi Pesan adalah ide atau informasi yang disampaikan kepada komunikan. Panjang pendeknya,
kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan komunikasi , media penyampaian, penerimanya.
d. Media/Saluran Pesan (Elektronik, Lisan, Tulisan) adalah sarana komunikasi dari komunikator kepada
komunikan. Media berperan sebagai jalan atau saluran yang dilalui isi pernyataan yang disampaikan
pengirim atau umpan balik yang disampaikan penerima.
Media komunikasi di RS Umum Daerah Ende yang digunakan adalah :
Telepon
Media Sosial (Whatsapp, Blackberry messenger)
Website
Leaflet
Surat menyurat
Brosur
Spanduk
Baliho
Alat peraga
Email
e. Penerima Pesan/Komunikan adalah pihak/orang yang menerima pesan.
Penerima pesan berfungsi sebagai penerima berita. Dalam komunikasi, peran pengirim dan penerima
berita bergantian sepanjang pembicaraan. Tanggung jawab penerima adalah berkonsentrasi untuk
menerima pesan dengan baik dan memberikan umpan balik kepada pengirim. Umpan balik sangat
penting sehingga proses komunikasi berlangsung dua arah (konsil kedokteran Indonesia, hal 8).
a. Cara berbicara (talking), termasuk cara bertanya (kapan menggunakan pertanyaan tertutup dan kapan
memakai pertanyaan terbuka), menjelaskan, klarifikasi, paraphrase, intonasi.
c. Cara mengamati (observation) agar dapat memahami yang tersirat di balik yang tersurat (bahasa non
verbal di balik ungkapan kata/kalimat, gerak tubuh).
Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan (bahasa tubuh) agar tidak mengganggu
komunikasi, misalnya karena komunikasi keliru mengartikan gerak tubuh, raut tubuh, raut muka dan
sikap komunikator.
Sifat Komunikasi
Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (pelayanan promosi).
Akurat
Lengkap
Jelas
Untuk memverifikasi dan mengklarifikasi sebaiknya komunikan mengeja huruf demi huruf
menggunakan Alfabet Standar Internasional yaitu :
STANDAR KOMUNIKASI
Senyum Sumpit
Ucapkan salam (bila dalam posisi duduk, segera berdiri terlebih dahulu kemudian ucapkan salam)
Perkenalkan diri
Menawarkan bantuan
Contoh : Selamat Pagi/Siang/Sore/Malam, Saya (nama) dari (Bagian), saya siap membantu Bapak/Ibu
Senyum Sumpit
Terima kasih Bapak/Ibu (sebut nama pasien/keluarga) atas kepercayaannya terhadap Rumah Sakit Umum
Daerah Ende, control kembali tanggal XX, sudah kami daftarkan, jika Bapak/Ibu (sebut namanya) ada
kesulitan dapat menghubungi kami di no 0381- XX sambil menjabat tangan.
Menerima Panggilan
“Selamat Pagi/Siang/Sore/Malam, Saya (nama) dari (Bagian),ada yang bisa saya bantu?”
Melakukan Panggilan
Selesai percakapan, ditutup dengan mengucapkan terima kasih, letakkan telepon dengan lembut (jangan
dibanting).
Catatan :
Tunggu hingga si penelepon menutup gagang telepon, baru kita tutup.
SITUATION
Bersikap tenang, mendengarkan dengan baik, konsentrasi, respek, mencatat bila diperlukan, bertanya bila
ada kata-kata yang kurang dimengerti, interupsi dengan cara yang sopan, membuat komentar yang positif,
bahasa tubuh dan gesture tubuh yang positif.
PROBLEM
Menanggapi dengan menanyakan permasalahan pasien dan ketidakpuasannya.
IMPLICATION
Melibatkan Customer dengan berfokus pada alternatif penyelesaian masalah.
1. Umum
Menyebutkan nama
Menyebutkan dari bagian tempat bertugas/dinas
Contoh : “ Selamat Pagi/Siang/Sore/Malam, nama saya (nama ) dari bagian (nama bagian)
Komunikasi efektif terutama dilakukan pada saat proses serah terima antar petugas pemberi pelayanan pada
situasi:
3. Pertukaran informasi antar pemberi pelayanan kesehatan (dokter dengan perawat /bidan, perawat dengan
petugas kesehatan lainnya )
5. Pemberian informasi dari petugas pemberi pelayanan kesehatan dengan pasien dan /keluarga
Metode SBAR
INTRODUCTION
• Ucapkan salam
SITUATION
• Sebutkan masalah pasien tersebut (misalnya sesak nafas, nyeri dada, mual dll)
BACKGROUND
ASSESSMENT
RECOMMENDATION
Foto rontgen?
Pemeriksaan EKG?
a. Komunikasi efektif saat hand over dengan menggunakan teknik Tulis, Baca ulang dan Konfirmasi (TbaK)
sedangkan pelaporan melalui telepon dengan menggunakan metoda SBAR.
b. Penerima perintah menulis lengkap perintahnya, membaca ulang dan melakukan konfirmasi.
c. Tulisan disebut lengkap bila terdiri dari jam / tanggal, isi perintah, nama penerima perintah dan tanda tangan,
nama pemberi perintah dan tanda tangan (pada kesempatan berikutnya).
d. Baca ulang dengan jelas, bila perintah mengandung nama obat LASA, maka nama obat LASA harus dieja satu
persatu hurufnya dengan menggunakan Phonetic Alphabet.
e. Di unit pelayanan harus tersedia daftar obat look alike dan sound alike.
f. Konfirmasi lisan dan tertulis, konfirmasi lisan sesaat setelah pemberi perintah mendengar pembacaan dan
memberikan pernyataan kebenaran pembacaan secara lisan misal”ya sudah benar”. Konfirmasi tertulis dengan
tanda tangan pemberi perintah yang harus diminta pada kesempatan kunjungan berikutnya.
Komunikasi saat memberikan edukasi kepada pasien & keluarganya berkaitan dengan kondisi kesehatannya.
Proses komunikasi saat memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya terdiri dari:
a. Tahap asesmen pasien: Sebelum melakukan edukasi, petugas mengkaji dulu kebutuhan edukasi pasien &
keluarga berdasarkan: (data ini didapatkan dari RM):
b. Tahap penyampaian informasi dan edukasi yang efektif. Setelah melalui tahap asesmen pasien, di temukan :
2. Jika pada tahap asesmen pasien di temukan hambatan fisik (tuna rungu dan tuna wicara), maka komunikasi yang
efektif adalah memberikan leaflet kepada pasien dan keluarga sekandung (istri,anak, ayah, ibu, atau saudara
sekandung) dan menjelaskannya kepada mereka.
3. Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien (pasien marah atau depresi), maka
komunikasi yang efektif adalah memberikan materi edukasi dan menyarankan pasien membaca leaflet. Apabila
pasien tidak mengerti materi edukasi, pasien bisa menghubungi medical information. Metode penyampaian edukasi
dapat berupa ceramah Tanya jawab, simulasi atau praktek.
c. Tahap verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami edukasi yang diberikan:
1. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, kondisi pasien baik dan senang, maka
verifikasi yang dilakukan adalah: menanyakan kembali edukasi yang telah diberikan.
Pertanyaannya adalah: " Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang bpk/ibu bisa pelajari ?".
2. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, pasiennya mengalami hambatan fisik, maka
verifikasinya adalah dengan pihak keluarganya dengan pertanyaan yang sama: "Dari materi edukasi yang telah
disampaikan, kira-kira apa yang bpk/ibu bisa pelajari ?".
'3. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada hambatan emosional (marah atau
depresi), maka verifikasinya adalah dengan tanyakan kembali sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi
edukasi yang diberikan dan pahami. Proses pertanyaan ini bisa via telepon atau datang langsung ke kamar pasien
setelah pasien tenang.
Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan komunikasi yang disampaikan dapat dimengerti dan
diterapkan oleh pasien. Dengan pasien mengikuti semua arahan dari rumah sakit, diharapkan mempercepat proses
penyembuhan pasien.
Setiap petugas dalam memberikan informasi dan edukasi pasien, wajib untuk mengisi formulir edukasi dan informsi,
dan ditandatangani kedua belah pihak antara dokter dan pasien atau keluarga pasien. Hal ini dilakukan sebagai bukti
bahwa pasien dan keluarga pasien sudah diberikan edukasi dan informasi yang benar.
Proses komunikasi ini harus didokumentasikan dengan jelas dan tepat di dalam rekam medis pasien, yaitu:
1. Catatan isi pesan dari dokter ke perawat melalui telepon terdiri dari isi perintah, nama pemberi perintah, nama
penerima perintah, tanggal dan pukul berapa perintah diberikan di rekam medis pasien
2. Verifikasi isi pesan dilakukan pada hari berikutnya pada saat kunjungan dokter dengan meminta dokter
membubuhkan tanda tangan pada rekam medis
3. Proses pre dan post conference, serah terima antar shift, serah terima antar bagian, rujukan, harus dicatat di
rekam medis
4. Proses pemberian informasi dari petugas pemberi pelayanan kesehatan kepada pasien dan keluarga beserta
responya harus dicatat di rekam medis
4.3. APLIKASI KOMUNIKASI EFEKTIF DAN STANDAR PELAYANAN DI TIGA TITIK SENTUH
b. Layanan Pendaftaran
Memperkenalkan diri dengan ramah sesuai standar komunikasi.
Layanan diberikan dengan cepat, tepat dan tidak bertele-tele.
Memberikan informasi dan bantuan sesuai dengan apa yang dibutuhkan pasien/keluarga.
c. Layanan Dokter
Dokter bersikap ramah dan profesional
Tanpa diminta keluarga, dokter memberikan penjelasan dengan bahasa yang mudah dipahami pasien.
Dengan sabar memberikan kesempatan kepada pasien/keluarga bertanya dan menyampaikan pendapat.
Sikap dokter cekatan, teliti, akurat dalam tindakan, dan tidak tergesa-gesa saat melakukan pemeriksaan
pasien.
Dokter menginformasikan jadwal visit.
Meminta persetujuan kepada pasien/keluarga atas tindakan apapun yang akan dilakukan.
Menghargai segala keputusan pasien/keluarga.
Memberikan pujian atas perkembangan positif pasien.
Menghargai hak dan privasi pasien.
d. Layanan Perawat
f. Layanan Farmasi
Petugas bersikap ramah dan profesional
Memperkenalkan diri dengan ramah sesuai standar komunikasi.
Tidak ada kesalahan dalam pemberian obat (Benar Obat, Benar Pasien, Benar Dosis, Benar Rute, Benar
Waktu)
Memberikan kepastian waktu tunggu obat kepada pasien/keluarganya.
Memberikan informasi yang lengkap dan jelas tentang penggunaan obat termasuk hal-hal yang diperhatikan
pasien/keluarga.
Peka terhadap kebutuhan informasi pasien/keluarga.
Petugas memberikan nomor telepon Farmasi yang bisa dihubungi jika ada masalah dalam penggunaan obat.
2. RAWAT JALAN
a. Layanan Pendaftaran
Memperkenalkan diri dengan ramah sesuai standar komunikasi.
Layanan diberikan dengan cepat, tepat dan tidak bertele-tele.
Memberikan informasi yang jelas tentang nomor antrian, lokasi klinik, jadwal praktek dokter.
b. Layanan Dokter
Dokter bersikap ramah dan profesional
Tanpa diminta keluarga, dokter memberikan penjelasan dengan bahasa yang mudah dipahami pasien.
Dengan sabar memberikan kesempatan kepada pasien/keluarga bertanya dan menyampaikan pendapat.
Sikap dokter cekatan, teliti, akurat dalam tindakan, dan tidak tergesa-gesa saat melakukan pemeriksaan
pasien.
Meminta persetujuan kepada pasien/keluarga atas tindakan apapun yang akan dilakukan.
Menghargai segala keputusan pasien/keluarga.
Memberikan pujian atas perkembangan positif pasien.
Menghargai hak dan privasi pasien.
c. Layanan Perawat
Perawat bersikap ramah dan profesional
Memperkenalkan diri dengan ramah sesuai standar komunikasi.
Menyambut pasien dan keluarga saat memasuki lokasi klinik.
Peka terhadap kebutuhan pasien dan keluarga.
Perawat cekatan dan sabar dalam melakukan tindakan.
e. Layanan Farmasi
Petugas bersikap ramah dan profesional
Memperkenalkan diri dengan ramah sesuai standar komunikasi.
Tidak ada kesalahan dalam pemberian obat (Benar Obat, Benar Pasien, Benar Dosis, Benar Rute, Benar
Waktu)
Memberikan kepastian waktu tunggu obat kepada pasien/keluarganya.
Memberikan informasi yang lengkap dan jelas tentang penggunaan obat termasuk hal-hal yang diperhatikan
pasien/keluarga.
Peka terhadap kebutuhan informasi pasien/keluarga.
Petugas memberikan nomor telepon Farmasi yang bisa dihubungi jika ada masalah dalam penggunaan obat.
3. RAWAT INAP
a. Layanan Pendaftaran
Memperkenalkan diri dengan ramah sesuai standar komunikasi.
Layanan diberikan dengan cepat, tepat dan tidak bertele-tele.
b. Layanan Dokter
Dokter bersikap ramah dan profesional
Tanpa diminta keluarga, dokter memberikan penjelasan dengan bahasa yang mudah dipahami pasien.
Menginformasikan jadwal visit dokter.
Dengan sabar memberikan kesempatan kepada pasien/keluarga bertanya dan menyampaikan pendapat.
Sikap dokter cekatan, teliti, akurat dalam tindakan, dan tidak tergesa-gesa saat melakukan pemeriksaan
pasien.
Meminta persetujuan kepada pasien/keluarga atas tindakan apapun yang akan dilakukan.
Menghargai segala keputusan pasien/keluarga.
Memberikan pujian atas perkembangan positif pasien.
Menghargai hak dan privasi pasien.
c. Layanan Perawat
e. Layanan Farmasi
Petugas bersikap ramah dan profesional
Memperkenalkan diri dengan ramah sesuai standar komunikasi.
Tidak ada kesalahan dalam pemberian obat (Benar Obat, Benar Pasien, Benar Dosis, Benar Rute, Benar
Waktu)
Memberikan kepastian waktu tunggu obat kepada pasien/keluarganya.
Memberikan informasi yang lengkap dan jelas tentang penggunaan obat termasuk hal-hal yang diperhatikan
pasien/keluarga.
Peka terhadap kebutuhan informasi pasien/keluarga.
Petugas memberikan nomor telepon Farmasi yang bisa dihubungi jika ada masalah dalam penggunaan obat.
f. Layanan Umum
Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan komunikasi yang disampaikan dapat dimengerti dan
diterapkan oleh pasien. Dengan pasien mengikuti semua arahan dari rumah sakit, diharapkan mempercepat proses
penyembuhan pasien.
Setiap petugas dalam memberikan informasi dan edukasi pasien, wajib untuk mengisi formulir edukasi dan informasi,
dan ditandatangani kedua belah pihak antara dokter dan pasien atau keluarga pasien. Hal ini dilakukan sebagai bukti
bahwa pasien dan keluarga pasien sudah diberikan edukasi dan informasi yang benar.
Proses komunikasi ini harus didokumentasikan dengan jelas dan tepat di dalam rekam medis pasien, yaitu:
1. Catatan isi pesan dari dokter ke perawat melalui telepon terdiri dari isi perintah, nama pemberi perintah, nama
penerima perintah, tanggal dan pukul berapa perintah diberikan di rekam medis pasien
2. Verifikasi isi pesan dilakukan pada hari berikutnya pada saat kunjungan dokter dengan meminta dokter
membubuhkan tanda tangan pada rekam medis
3. Proses pre dan post conference, serah terima antar shift, serah terima antar bagian, rujukan, harus dicatat di
rekam medis
4. Proses pemberian informasi dari petugas pemberi pelayanan kesehatan kepada pasien dan keluarga beserta
responya harus dicatat di rekam medis
6. Hasil informasi yang diterima ataupun diberikan antara petugas pemberi pelayanan kesehatan yang
berhubungan dengan pelayanan/pengobatan pasien harus dicatat dalam rekam medis.
Dengan ditetapkannya Pedoman Komunikasi Efektif di Rumah Sakit Umum Daerah Ende, diharapkan dapat
menjawab permasalahan tentang bagaimana komunikasi yang efektif di Rumah Sakit Umum Daerah Ende.
Pedoman komunikasi efektif di rumah sakit ini menjadi acuan/dasar dalam pelaksanaannya di lapangan .
Untuk keberhasilan pelaksanaan Komunikasi Efektif di Rumah Sakit Umum Daerah Ende perlu komitmen
dan dukungan dari pihak manajemen dan seluruh karyawan, sehingga pelayanan rumah sakit pada umumnya akan
semakin optimal, dan khususnya pelayanan rumah sakit akan dirasakan manfaatnya oleh pasien/masyarakat.