2018
DAFTAR ISI
Daftar Isi ................................................................................ ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi pada era globalisasi khususnya pada bidang kesehatan,
mendorong pelayanan kesehatan untuk terus berupaya meningkatnya
mutu pelayanan. Hal ini juga yang harus dihadapi oleh pihak rumah
sakit sebagai salah satu penyedia
Pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium klinik kritis
merupakan pelaporan hasil tes laboratorium yang kritis kepada
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP). Dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan Laboratorium yang berkualitas, maka
diperlukan pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik Kritis di
RSU Kelas D Kota Palangka Raya. Pelaporan nilai kritis merupakan
salah satu indikator mutu pelayanan laboratorium klinik.
Pelaporan hasil pemeriksaan kritis merupakan salah satu
bentuk komunikasi yang rentan terhadap kesalahan. Menurut
Permenkes RI Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit, komunikasi efektif akan
mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan keselamatan
pasien.
Pelaporan nilai kritis harus dilakukan, karena hal ini sangat
berpengaruh dalam peningkatan keselamatan pasien dan mutu
Rumah Sakit. Upaya yang sudah dilakukan di Laboratorium untuk
meningkatkan pelaporan nilai kritis yakni dengan melakukan
sosialisasi berkesinambungan pada saat briefing operan shift dan
rapat bulanan,
3
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup komunikasi efektif Rumah Sakit Umum Kelas D Kota
Palangka Raya adalah sebagai berikut :
1. Komunikasi dengan masyarakat
2. Komunikasi dengan pasien dan keluarga
3. Komunikasi interen Rumah Sakit
4. Komunikasi eksteren Rumah Sakit
C. Tujuan
Secara umum tujuan penyusunan pedoman komunikasi efektif
ini adalah :
1. Memberikan pedoman dan pengetahuan kepada petugas, perawat
dan dokter mengenai cara berkomunikasi dengan pasien dan
keluarga.
2. Agar petugas, perawat dan dokter dapat melakukan komunikasi
yang efektif dengan pasien dan keluarga.
3. Menghidarkan kesalah pahaman yang bisa menimbulkan dugaan
malpraktik.
D. Pengertian
Komunikasi efektif adalah sebuah proses penyampaian pikiran
atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara
tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang
dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi
(Komaruddin, 1994;Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994;Koontz
&Weihrich, 1988 ).
4
Informasi adalah suatu pesan yang disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan, yang berupa data, fakta, gagasan,
konsep, kebijakan, aturan, standar, norma, pedoman atau acuan
yang diharapkan dapat diketahui, dipahami, diyakini, dan
diimplementasikan oleh komunikan.
Edukasi adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan
seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi, dengan
tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi nyata, dengan cara
member dorongan terhadap pengarahan diri, aktif memberikan
informasi-informasi atau ide baru ( Craven&Hirnle, 1996 dalam
suhila, 2002 ).
E. Dasar Hukum
Dasar hukum yang berhubungan dengan pelaksanaan dan
implementasiManajemen Komunikasi dan Informasi meliputi :
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan.
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit.
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI NO. 4 Th 2012 Tentang Petunjuk
Teknis Promosi Kesehatan RS.
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI NO 269/ MenKes/ Per/ III/ 2008
Tentang Rekam Medis.
5
BAB II
KOMUNIKASI EFEKTIF
A. Pengertian Komunikasi
Sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang
kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain
tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-
pikiran atau informasi”. (Komaruddin, 1994;Schermerhorn, Hunt &
Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988).
6
B. Proses komunikasi
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti
sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti
dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada
hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003).
C. Unsur komunikasi
1. Sumber/ komunikator (dokter, perawat, admission, Adm. Irna,
Kasir,dll)
2. Isi pesan
3. Media/saluran (Elektronic,Lisan,dan Tulisan).
4. Penerima/komunikan (pasien, keluarga pasien, perawat, dokter,
Admission, Adm. Irna).
D. Sumber / komunikator
Sumber (yang menyampaikan informasi): adalah orang yang
menyampaikan isi pernyataannya kepada penerima. Hal-hal yang
menjadi tanggung jawab pengirim pesan adalah mengirim pesan
dengan jelas, memilih media yang sesuai, dan meminta kejelasan
apakah pesan tersebut sudah di terima dengan baik. (konsil
kedokteran Indonesia, hal.8)
7
F. Media
Media berperan sebagai jalan atau saluran yang dilalui isi pernyataan
yang disampaikan pengirim atau umpan balik yang disampaikan
penerima. Berita dapat berupa berita lisan, tertulis, atau keduanya
sekaligus. Pada kesempatan tertentu, media dapat tidak digunakan
oleh pengirim yaitu saat komunikasi berlangsung atau tatap muka
dengan efek yang mungkin terjadi berupa perubahan sikap. (konsil
kedokteran Indonesia, hal.8).
G. Penerima / komunikan
Penerima berfungsi sebagai penerima berita. Dalam komunikasi, peran
pengirim dan penerima bergantian sepanjang pembicaraan. Tanggung
jawab penerima adalah berkonsentrasi untuk menerima pesan dengan
baik dan memberikan umpan balik kepada pengirim. Umpan balik
sangat penting sehingga proses komunkasi berlangsung dua arah.
(konsil kedokteran Indonesia, hal.8).
8
4. Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan (bahasa
tubuh) agar tidak menggangu komunikasi, misalnya karena
komunikan keliru mengartikan gerak tubuh, raut tubuh, raut
muka, dan sikap komunikator.
H. Sifat Komunikasi
Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi
(Pelayanan promosi). Komunikasi yang bersifat infomasi asuhan
didalam rumah sakit adalah:
1. Jam pelayanan
2. pelayanan yang tersedia
3. Cara mendapatkan pelayanan
4. Sumber alternative mengenai asuhan dan pelayanan yang
diberikan ketika kebutuhan asuhan pasien melebihi kemampuan
rumah sakit.
9
Komunikasi efektif adalah: tepat waktu, akurat, jelas, dan mudah
dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan
(kesalahpahaman). prosesnya adalah:
J. Alfabeth Internasional
Dalam menuliskan kalimat yang sulit, maka komunikan harus
menjabarkan hurufnya satu persatu dengan menggunakan alfabeth
yang berlaku internasional yaitu:
PHONIC
CHARACTER MORSE CODE TELEPHONY
(PRONUNCATION)
A x -- Alfa (AL-FAH)
C -- x – x Charlie (CHAR-LEE)
D -- xx Delta (DELL-TA)
F xx – x Faxtrot (FOKS-TROT)
G -- -- x Golf (GOLF)
I Xx India (IN-DEE-A)
10
J x -- -- -- Juliat (JEW-LEE-ETT)
K -- x -- Kilo (KEY-LOH)
L x – xx Lima (LEE-MAH)
M -- -- Milie (MIKE)
N -- x November (NO-VEM-BER)
P x -- -- x Papa (PAH-PAH)
Q -- -- x -- Quebec (KEH-BECK)
U xx -- Uniform (YOU-NEE-FORM)
W x -- -- Whiskey (WESS-KEY)
X -- xx -- Xray (ECKS-RAY)
Y -- -- -- -- Yankee (YANG-KEY)
Z -- -- xx Zulu (ZOO-LOO)
1 x -- -- -- -- One (WUN)
2 xx -- -- -- Two (TOO)
11
6 -- xxxx Six (SIX)
8 -- -- -- xx Eight (AIT)
9 -- -- -- -- x Nine (NIN-ER)
0 -- -- -- -- -- Zero (ZEE-RO)
Prosesnya:
12
memberikan leaflet kepada pasien dan keluarga sekandung
(istri,anak, ayah, ibu, atau saudara sekandung) dan
menjelaskannya kepada mereka.
3. Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional
pasien (pasien marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif
adalah memberikan materi edukasi dan menyarankan pasien
membaca leaflet. Apabila pasien tidak mengerti materi edukasi,
pasien bisa menghubungi medical information.
Tahap Cara verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan
memahami edukasi yang diberikan:
13
ditandatangani kedua belah pihak antara dokter dan pasien atau
keluarga pasien. Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa pasien
dan keluarga pasien sudah diberikan edukasi dan informasi yang
benar.
Situation:
Background :
14
“Riwayatnya pasien jatuh dikamar mandi, punya riwayat stroke lama.
Telah terpasang spalk dikaki kanan di IGD dan dilakukan rontgen
femur tetapi belum ada bacaan, laborat sudah diambil tetapi belum
ada hasil, TTV TD 140/90, Nadi 76x/mnt”.
Assesment :
Recommendation :
Advis dokter :
15
Pelaporan nilai kritis hasil pemeriksaan dilaporkan oleh petugas
pemeriksa kepada perawat dan dokter klinisi dengan kriteria nilai hasil
pemeriksaan yang sudah ditentukan oleh unit pelaksana. Perawat atau
dokter umum melaporkan kepada dokter klinisi untuk pemberian advis
dan dilakukan pencatatan pada lembar catatan perkembangan
perawatan terintegrasi dengan proses TBK ( Tulis, Baca, Konfirmasi )
dan dilakukan proses verifikasi dalam waktu 1 x 24 jam.
Tujuan :
16
4. Dokter/perawat ruangan yang menerima laporan hasil kritis
langsung menghubungi DPJP yang merawat pasien
5. Dokter/perawat ruangan yang menerima laporan hasil kritis dan
menghubungi DPJP yang merawat pasien harus mencatat tindakan
yang diambil untuk pasien atau informasi lain terkait klinis
6. Semua nilai kritis/interpretasi selanjutnya disampaikan melalui
formulir hasil pemeriksaan sesuai dengan SPO penyerahan hasil.
7. Untuk pasien rawat jalan, hasil kritis harus dilaporkan kepada
dokter yang meminta pemeriksaan dan harus menyampaikan hasil
kritis ke pasien.
8. Dokter yang dilaporkan tentang hasil kritis yang perlu diwaspadai
tersebut, bertanggung hawab terhadap interpretasi hasil dan
pengambilan tindakan terhadap pasien.
17
BAB III
PENUTUP
18