Anda di halaman 1dari 18

PANDUAN

PENETAPAN BESARAN NILAI KRITIS DAN HASIL


DIAGNOSTIK KRITIS

RUMAH SAKIT UMUM KELAS D

KOTA PALANGKA RAYA

2018

DAFTAR ISI
Daftar Isi ................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................... 1


B. Ruang Lingkup ....................................................... 2
C. Tujuan .................................................................... 3
D. Pengertian .............................................................. 3
E. Dasar Hukum ......................................................... 4

BAB II KOMUNIKASI EFEKTIF ................................................ 5

A. Pengertian Komunikasi ............................................ 5


B. Proses Komunikasi........................ .......................... 5
C. Unsur Komunikasi .................................................. 5
D. Sumber / Komunikator ........................................... 5
E. Isi Pesan .................................................................. 6
F. Media ...................................................................... 6
G. Penerima/ Komunikan............................................. 6
H. Sifat Komunikasi .................................................... 7
I. Komunikasi yang efektif .......................................... 8
J. Alfabeth Internasional ............................................. 8
K. Pemakaian singkatan dan simbol ............................ 10
L. Komunikasi melalui Telepon Antar pemberi Layanan
12
M. Pelaporan Nilai Kritis .............................................. 13

BAB III PENUTUP .................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi pada era globalisasi khususnya pada bidang kesehatan,
mendorong pelayanan kesehatan untuk terus berupaya meningkatnya
mutu pelayanan. Hal ini juga yang harus dihadapi oleh pihak rumah
sakit sebagai salah satu penyedia
Pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium klinik kritis
merupakan pelaporan hasil tes laboratorium yang kritis kepada
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP). Dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan Laboratorium yang berkualitas, maka
diperlukan pelaporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik Kritis di
RSU Kelas D Kota Palangka Raya. Pelaporan nilai kritis merupakan
salah satu indikator mutu pelayanan laboratorium klinik.
Pelaporan hasil pemeriksaan kritis merupakan salah satu
bentuk komunikasi yang rentan terhadap kesalahan. Menurut
Permenkes RI Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit, komunikasi efektif akan
mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan keselamatan
pasien.
Pelaporan nilai kritis harus dilakukan, karena hal ini sangat
berpengaruh dalam peningkatan keselamatan pasien dan mutu
Rumah Sakit. Upaya yang sudah dilakukan di Laboratorium untuk
meningkatkan pelaporan nilai kritis yakni dengan melakukan
sosialisasi berkesinambungan pada saat briefing operan shift dan
rapat bulanan,

3
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup komunikasi efektif Rumah Sakit Umum Kelas D Kota
Palangka Raya adalah sebagai berikut :
1. Komunikasi dengan masyarakat
2. Komunikasi dengan pasien dan keluarga
3. Komunikasi interen Rumah Sakit
4. Komunikasi eksteren Rumah Sakit

C. Tujuan
Secara umum tujuan penyusunan pedoman komunikasi efektif
ini adalah :
1. Memberikan pedoman dan pengetahuan kepada petugas, perawat
dan dokter mengenai cara berkomunikasi dengan pasien dan
keluarga.
2. Agar petugas, perawat dan dokter dapat melakukan komunikasi
yang efektif dengan pasien dan keluarga.
3. Menghidarkan kesalah pahaman yang bisa menimbulkan dugaan
malpraktik.

D. Pengertian
Komunikasi efektif adalah sebuah proses penyampaian pikiran
atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara
tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang
dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi
(Komaruddin, 1994;Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994;Koontz
&Weihrich, 1988 ).

4
Informasi adalah suatu pesan yang disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan, yang berupa data, fakta, gagasan,
konsep, kebijakan, aturan, standar, norma, pedoman atau acuan
yang diharapkan dapat diketahui, dipahami, diyakini, dan
diimplementasikan oleh komunikan.
Edukasi adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan
seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi, dengan
tujuan untuk mengingat fakta atau kondisi nyata, dengan cara
member dorongan terhadap pengarahan diri, aktif memberikan
informasi-informasi atau ide baru ( Craven&Hirnle, 1996 dalam
suhila, 2002 ).

E. Dasar Hukum
Dasar hukum yang berhubungan dengan pelaksanaan dan
implementasiManajemen Komunikasi dan Informasi meliputi :
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan.
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit.
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI NO. 4 Th 2012 Tentang Petunjuk
Teknis Promosi Kesehatan RS.
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI NO 269/ MenKes/ Per/ III/ 2008
Tentang Rekam Medis.

5
BAB II

KOMUNIKASI EFEKTIF

A. Pengertian Komunikasi
Sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang
kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain
tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-
pikiran atau informasi”. (Komaruddin, 1994;Schermerhorn, Hunt &
Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988).

6
B. Proses komunikasi
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti
sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti
dengan sebuah perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada
hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003).

C. Unsur komunikasi
1. Sumber/ komunikator (dokter, perawat, admission, Adm. Irna,
Kasir,dll)
2. Isi pesan
3. Media/saluran (Elektronic,Lisan,dan Tulisan).
4. Penerima/komunikan (pasien, keluarga pasien, perawat, dokter,
Admission, Adm. Irna).

D. Sumber / komunikator
Sumber (yang menyampaikan informasi): adalah orang yang
menyampaikan isi pernyataannya kepada penerima. Hal-hal yang
menjadi tanggung jawab pengirim pesan adalah mengirim pesan
dengan jelas, memilih media yang sesuai, dan meminta kejelasan
apakah pesan tersebut sudah di terima dengan baik. (konsil
kedokteran Indonesia, hal.8)

Komunikator yang baik adalah komunikator yang menguasai


materi, pengetahuannya luas dan dalam tentang informasi yang yang
disampaikan, cara berbicaranya nya jelas dan menjadi pendengar yang
baik saat dikonfirmasi oleh si penerima pesan (komunikan)

E. Isi Pesan (apa yang disampaikan)


Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan
komunikasi, media penyampaian, penerimanya.

7
F. Media
Media berperan sebagai jalan atau saluran yang dilalui isi pernyataan
yang disampaikan pengirim atau umpan balik yang disampaikan
penerima. Berita dapat berupa berita lisan, tertulis, atau keduanya
sekaligus. Pada kesempatan tertentu, media dapat tidak digunakan
oleh pengirim yaitu saat komunikasi berlangsung atau tatap muka
dengan efek yang mungkin terjadi berupa perubahan sikap. (konsil
kedokteran Indonesia, hal.8).

Media yang dapat digunakan: Melalui telepon, menggunakan


lembar lipat, buklet, vcd, (peraga).

G. Penerima / komunikan
Penerima berfungsi sebagai penerima berita. Dalam komunikasi, peran
pengirim dan penerima bergantian sepanjang pembicaraan. Tanggung
jawab penerima adalah berkonsentrasi untuk menerima pesan dengan
baik dan memberikan umpan balik kepada pengirim. Umpan balik
sangat penting sehingga proses komunkasi berlangsung dua arah.
(konsil kedokteran Indonesia, hal.8).

Pada saat melakukan proses umpan balik, diperlukan kemampuan


dalam hal-hal berikut (konsil kedokteran Indonesia, hal 42):

1. Cara berbicara (talking), termasuk cara bertanya (kapan


menggunakan pertanyaan tertutup dan kapan memakai
pertanyaan terbuka), menjelaskan, klarifikasi, paraphrase,
intonasi.
2. Mendengar (listening), termasuk memotong kalimat.
3. Cara mengamati (observation) agar dapat memahami yang tersirat
di balik yang tersurat (bahasa non verbal di balik ungkapan
kata/kalimatnya, gerak tubuh).

8
4. Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan (bahasa
tubuh) agar tidak menggangu komunikasi, misalnya karena
komunikan keliru mengartikan gerak tubuh, raut tubuh, raut
muka, dan sikap komunikator.

H. Sifat Komunikasi
Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi
(Pelayanan promosi). Komunikasi yang bersifat infomasi asuhan
didalam rumah sakit adalah:

1. Jam pelayanan
2. pelayanan yang tersedia
3. Cara mendapatkan pelayanan
4. Sumber alternative mengenai asuhan dan pelayanan yang
diberikan ketika kebutuhan asuhan pasien melebihi kemampuan
rumah sakit.

Akses informasi ini dapat di peroleh melalui Customer Service,


Admission, dan Website, meliputi :

1. Komunikasi yang bersifat Edukasi.


2. Edukasi tentang obat.
3. Edukasi tentang penyakit.
4. Edukasi pasien tentang apa yang harus di hindari.
5. Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk
meningkatkan kualitas hidupnya pasca dari rumah sakit
6. Edukasi tentang Gizi.
Akses untuk mendapatkan edukasi ini bisa melalui medical
information dan nantinya akan menjadi sebuah unit PKRS (promosi
kesehatan Rumah Sakit).

I. Komunikasi yang efektif.

9
Komunikasi efektif adalah: tepat waktu, akurat, jelas, dan mudah
dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan
(kesalahpahaman). prosesnya adalah:

1. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan, setelah itu


dituliskan secara lengkap isi pesan tersebut oleh si penerima
pesan.
2. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh
penerima pesan.
3. Penerima pesan mengkonfirmasi isi pesan kepada pemberi pesan

J. Alfabeth Internasional
Dalam menuliskan kalimat yang sulit, maka komunikan harus
menjabarkan hurufnya satu persatu dengan menggunakan alfabeth
yang berlaku internasional yaitu:

PHONIC
CHARACTER MORSE CODE TELEPHONY
(PRONUNCATION)

A x -- Alfa (AL-FAH)

B -- xxx Bravo (BRAH-VOH)

C -- x – x Charlie (CHAR-LEE)

D -- xx Delta (DELL-TA)

E X Echo (ECK OH)

F xx – x Faxtrot (FOKS-TROT)

G -- -- x Golf (GOLF)

H Xxxx Hotel (HOH-TEL)

I Xx India (IN-DEE-A)

10
J x -- -- -- Juliat (JEW-LEE-ETT)

K -- x -- Kilo (KEY-LOH)

L x – xx Lima (LEE-MAH)

M -- -- Milie (MIKE)

N -- x November (NO-VEM-BER)

O -- -- -- Oscar (OSS CAR)

P x -- -- x Papa (PAH-PAH)

Q -- -- x -- Quebec (KEH-BECK)

R x–x Romeo (ROW-ME-OH)

S Xxx Sierra (SEE-AIR-RAH)

T -- Tengo (TANG- GO)

U xx -- Uniform (YOU-NEE-FORM)

V xxx -- Victor (VIK-TAH)

W x -- -- Whiskey (WESS-KEY)

X -- xx -- Xray (ECKS-RAY)

Y -- -- -- -- Yankee (YANG-KEY)

Z -- -- xx Zulu (ZOO-LOO)

1 x -- -- -- -- One (WUN)

2 xx -- -- -- Two (TOO)

3 xxx -- -- Three (TREE)

4 xxxx -- Four (FOW-ER)

5 Xxxxx Five (FIFE)

11
6 -- xxxx Six (SIX)

7 -- -- xxx Seven (SEV-EN)

8 -- -- -- xx Eight (AIT)

9 -- -- -- -- x Nine (NIN-ER)

0 -- -- -- -- -- Zero (ZEE-RO)

K. Pemakaian Singkatan dan simbol


Pemakaian singkatan diagnosis, simbol, dan kalimat lainya pada
dokumen rekam medis dapat dilakukan bila singkatan diagnosis
tersebut telah dibakukan dan dimengerti oleh tenaga kesehatan di
lingkungan rumah Sakit.

Komunikasi saat memberkan edukasi kepada pasien &


keluarganya berkaitan dengan kondisi kesehatannya.

Prosesnya:

Tahap asesmen pasien: Sebelum melakukan edukasi, petugas menilai


dulu kebutuhan edukasi pasien & keluarga berdasarkan:

1. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga.


2. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang
digunakan.
3. Hambatan emosional dan motivasi. (emosional: Depresi, senang
dan marah)
4. Keterbatasan fisik dan kognitif.
5. Ketersediaan pasien untuk menerima informasi.
Tahap Cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif. Setelah
melalui tahap asesmen pasien, di temukan :

1. Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka


proses komunikasinya mudah disampaikan.
2. Jika pada tahap asesmen pasien di temukan hambatan fisik (tuna
rungu dan tuna wicara), maka komunikasi yang efektif adalah

12
memberikan leaflet kepada pasien dan keluarga sekandung
(istri,anak, ayah, ibu, atau saudara sekandung) dan
menjelaskannya kepada mereka.
3. Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional
pasien (pasien marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif
adalah memberikan materi edukasi dan menyarankan pasien
membaca leaflet. Apabila pasien tidak mengerti materi edukasi,
pasien bisa menghubungi medical information.
Tahap Cara verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan
memahami edukasi yang diberikan:

1. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan


informasi, kondisi pasien baik dan senang, maka verifikasi yang
dilakukan adalah: menanyakan kembali eduksi yang telah
diberikan. Pertanyaannya adalah: “ Dari materi edukasi yang telah
disampaikan, kira-kira apa yang bpk/ibu bisa pelajari ?”.
2. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan
informasi, pasiennya mengalami hambatan fisik, maka
verifikasinya adalah dengan pihak keluarganya dengan
pertanyaan yang sama: “Dari materi edukasi yang telah
disampaikan, kira-kira apa yang bpk/ibu bisa pelajari ?”.
3. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan
informasi, ada hambatan emosional (marah atau depresi), maka
verifikasinya adalah dengan tanyakan kembali sejauh mana
pasiennya mengerti tentang materi edukasi yang diberikan dan
pahami. Proses pertanyaan ini bisa via telepon atau datang
langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang.
Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien,
diharapkan komunikasi yang disampaikan dapat dimengerti dan
diterapkan oleh pasien. Dengan pasien mengikuti semua arahan
dari rumah sakit, diharapkan mempercepat proses penyembuhan
pasien. Setiap petugas dalam memberikan informasi dan edukasi
pasien, wajib untuk mengisi formulir edukasi dan informsi, dan

13
ditandatangani kedua belah pihak antara dokter dan pasien atau
keluarga pasien. Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa pasien
dan keluarga pasien sudah diberikan edukasi dan informasi yang
benar.

L. Komunikasi Melalui Telepon Antar Pemberi Layanan


Dalam memberikan komunikasi antara pemberi layananan di rumah
sakit Tugurejo menggunakan SBAR. SBAR merupakan kerangka
acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang memerlukan perhatian
dan tindakan segera, dapat dijabarkan sebagai berikut :

SITUATION, Yaitu kondisi terkini yang terjadi pada pasien.

BACKGROUND, Hal-hal yang melatar belakangi kondisi klinis pasien?

ASSESSMENT, Apakah problemnya, dari hasil pengkajian kondisi


pasien terkini

RECOMMENDATION, Apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi


masalah pasien saat ini.

Berikut ini merupakan salah satu contoh dalam pertanyaan SBAR:

Jam 08.15 WIB

Situation:

“ Selamat pagi dr…, saya…., perawat dari ruang Mawar akan


melaporkan pasien baru dari IGD tadi malam. Ny G 69 tahun di kamar
2, sekarang mengeluh kesakitan di pinggul kanan dengan skala 8, kaki
kanan juga susah digerakan. Sudah dapat ketorolac injeksi tadi jam 6
pagi”.

Background :

14
“Riwayatnya pasien jatuh dikamar mandi, punya riwayat stroke lama.
Telah terpasang spalk dikaki kanan di IGD dan dilakukan rontgen
femur tetapi belum ada bacaan, laborat sudah diambil tetapi belum
ada hasil, TTV TD 140/90, Nadi 76x/mnt”.

Assesment :

“ diagnosis sementara fraktur femur, kemungkinan ada fraktur pelvis


juga dokter?”.

Recommendation :

“adakah therapy tambahan untuk meredakan nyerinya?

Berkenankah dilakukan foto pelvis?

Kira-kira kapan dokter bisa datang ke ruangan untuk melihat


pasienya?”.

Jam 08.30 WIB

Advis dokter :

- Longgarkan spalk jika terlalu kencang


- Berikan ekstra therapy kaltrofen Supp
- Lakukan Foto Pelvis
- Akan datang ke ruang mawar jam 10.00 WIB

Proses tersebut dilanjutkan dengan TULBAKON ( tulis, baca,


konfirmasi kembali), dan lakukan verifikasi pada DPJP saat visit ke
ruangan dengan meminta tanda tangan, di kolom verifikasi, sebagai
bukti dokter telah membaca dan memperhatikan tulisan tersebut.
Proses verifikasi dilaksanakan dalam waktu 1 x 24 jam.

M. Pelaporan Nilai Kritis

15
Pelaporan nilai kritis hasil pemeriksaan dilaporkan oleh petugas
pemeriksa kepada perawat dan dokter klinisi dengan kriteria nilai hasil
pemeriksaan yang sudah ditentukan oleh unit pelaksana. Perawat atau
dokter umum melaporkan kepada dokter klinisi untuk pemberian advis
dan dilakukan pencatatan pada lembar catatan perkembangan
perawatan terintegrasi dengan proses TBK ( Tulis, Baca, Konfirmasi )
dan dilakukan proses verifikasi dalam waktu 1 x 24 jam.

Tujuan :

1. Terlaksananya proses pelaporan nilai-nilai yang perlu diwaspadai


(alert values interpretasi laboratorium, kardiologi, dan radiologi
untuk tenaga kesehatan)
2. Mencegah keterlambatan penatalaksanaan pasien dengan hasil
kritis
3. Hasil kritis dapat diterima oleh DPJP yang merawat dan
diinformasikan pada pasien sesuai waktu
Prosedur
1. Dokter /petugas laboratorium,radiologi dan perawatan yang
melakukan perekaman EKG menyampaikan hasil kritis ke DPJP,
bila DPJP tidak bisa dihubungi, dokter/petugas
laboratorium,radiologi dan perawatan yang melakukan perekaman
EKG langsung menghubungi dokter/perawat unit rawat inap, rawat
jalan dan unit gawat darurat.
2. Dokter/petugas yang melaporkan hasil kritis mencatat TANGGAL
dan WAKTU menelpon, NAMA LENGKAP PETUGAS KESEHATAN
YANG DIHUBUNGI dan NAMA LENGKAP YANG MENELPON.
3. Dokter/perawat ruangan yang menerima hasil kritis menggunakan
tehnik komunikasi verbal tulis (write back),baca (read
back),konfirmasi (confirmation). Proses pelaporan ini ditulis di
dalam rekam medis .

16
4. Dokter/perawat ruangan yang menerima laporan hasil kritis
langsung menghubungi DPJP yang merawat pasien
5. Dokter/perawat ruangan yang menerima laporan hasil kritis dan
menghubungi DPJP yang merawat pasien harus mencatat tindakan
yang diambil untuk pasien atau informasi lain terkait klinis
6. Semua nilai kritis/interpretasi selanjutnya disampaikan melalui
formulir hasil pemeriksaan sesuai dengan SPO penyerahan hasil.
7. Untuk pasien rawat jalan, hasil kritis harus dilaporkan kepada
dokter yang meminta pemeriksaan dan harus menyampaikan hasil
kritis ke pasien.
8. Dokter yang dilaporkan tentang hasil kritis yang perlu diwaspadai
tersebut, bertanggung hawab terhadap interpretasi hasil dan
pengambilan tindakan terhadap pasien.

17
BAB III
PENUTUP

Pedoman Komunikasi Pemberian Informasi dan Edukasi yang Efektif


Direktur Rumah Sakit Umum Kelas D Kota Palangka Raya ini, disusun
sebagai pedoman bagi semua pegawai di ruang lingkup dalam menjalankan
pelayanan. Dengan pedoman ini diharapkan terbangun pemahaman konsep
yang sama terhadap pelayanan terutama dalam hal identifikasi pasien dan
juga untuk meminimalisir kesalahan-kesalahan karena keliru dalam
komunikasi penyampaian baik dalam hal hasil pemeriksaan, diagnosis
maupun terapi.
Dengan dasar pedoman ini semoga dapat dilaksanakan dengan baik
dan dapat memotivasi agar terciptanya mutu dan pelayanan yang baik di
Rumah Sakit Umum Kelas D Kota Palangka Raya.
Demikian pedoman Komunikasi Pemberian Informasi dan Edukasi
yang Efektif ini kami buat, kami menyadari masih banyak kekurangan dan
kelemahannya karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan
atau referensi yang kami peroleh berhubungan dengan panduan ini, maka
dari itu kami meminta maaf yang sebesar-besarnya dan kami banyak
berharap kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi
sempurnanya panduan ini.

18

Anda mungkin juga menyukai