Anda di halaman 1dari 7

PANDUAN

PELAPORAN NILAI KRITIS LABORATORIUM


BAB I
PENDAHULUAN

1. Defenisi

Hasil pemeriksaan laboratorium merupakan informasi yang penting


untuk membedakan, mengkonfirmasi diagnosis, menilai status klinik
pasien, menngevaluasi efektifitas dan terapi munculnya reaksi obat yang
tidak diinginkan. Dalam melakukan uji laboratorium diperlukan sampel
seperti: darah vena, arteri, plasma, serum, urine feses, sputum,dan jaringan
yang didapat melalui tindakan invasif atau non invasif.
Hasil pemeriksaan laboratorium dapat dinyatakan sebagai angka
kuantitatif, kualitatif atau semikuantitatif. Angka kuantitatif yang
dimaksud berupa angka pasti atau rentang nilai, sebagai contoh, nilai
normal hemoglobin pada wanita adalah 12-16 g/dl. Sedangkan angka
kualitatif dinyatakan sebagai nilai positif atau negatif tanpa menyebut
angka, sedangkan semikuantitatif dinyatakan sebagai contoh 1+,2+,3+
BAB II
RUANG LINGKUP

2.1 Pengertian

Nilai kritis dari suatu hasil pemeriksaan laboratorium yang


mengindikasikan kelainan atau gangguan yang mengancam jiwa, memerlukan
perhatian atau tindakan. Nilai abnormal suatu hasil pemeriksaan tidak selalu
bernilai secara klinik, sebaliknya nilai normal dianggap tidak normal pada
kondisi klinik tertentu. Oleh karena itu perlu diperhatikan nilai rujukan sesuai
kondisi fisik pasien. Karena nilai kritis merupakan gambaran keadaan keadaan
patofisiologis yang mengancam jiwa dan harus segera dapat tindakan. maka
Rs medicare Sorek menetapkan pelaporan hasil kritis pemeriksaan
laboratorium sebagai sala satu indikator utama di ruma sakit

2.2 Tujuan

1. Pasien segera memperoleh tatalaksana pengobatan segera sesuai dengan


indikasi yang tepat
2. Petugas dari unit terkait segera waspada dan memberikan laporan kepada
dokter yang bertugas/ DPJP
BAB III
TATA LAKSANA

Panduan ini diterapkan kepada pelaksana yang terkait yaitu semua tenaga
kesehatan ( medis, perawat, farmasi dan tenaga kesehatan lainnya) staf ruang
IGD,rawat inap, rawat jalan, unit medik terkait, dengan prinsip:

a Daftar nilai kritis laboratorium

b terlaksananya proses pelaporan nilai kritis yang diwaspadai

c mencegah keterlambatan penatalaksanaan pasien nilai kritis

d nilai kritis dapat diterima DPJP yang merawat dan diinformasikan pada
pasien sesuai sewaktu
BAB IV

DOKUMENTASI

4.1 Kebijakan pelaporan nilai kritis.


1. Kebijakan Panduan Pelaporan Nilai Kritis berdasarkan:
a. PMK No 1691/MENKES//PER/VIII/2011 tentang
keselamatan pasien
b. Peraturan kepala rumah sakit tentang kebijakan pelayanan
rumah sakit

4.1.1. Kebijakan Umum.

1. nilai kritis adalah hasil laboratorium yang segera memerlukan invasi


dokter, sehingga harus segera diketahui oleh DPJP

2.penetapan nilai kritis dilakukan oleh:

a.

b.

4.1.2 Kebijakan Khusus.

1. hasil dari perumusan nilai kritis ditetapkan oleh direktur rumah


sakit
2.hasil dari penetapan nilai kritis dibuat dalam satu daftar dan
diletakkan dilaboratorium, di poly umum,poli spesialis dan poly
obgyn sehingga muda di akses oleh petugas medis
3.nilai kritis dilaporkan segera, setelah hasil didapatkan sesuai
dengan tatacara standar operasional prosedur pelaporan nilai kritis
4.monitoring pelaporan nilai kritis dilakukan melalui pelaporan
indikator klinis yang berlaku di rumah sakit medicare

Anda mungkin juga menyukai