Anda di halaman 1dari 6

SASARAN KESELAMATAN PASIEN

( SKP )

PANDUAN
PENETPAN BESARAN NILAI KRITIS DAN HASIL
DIAGNOSTIK KRITIS

RSUD DATU PANCAITANA


KABUPATEN BONE
TA. 2019
BAB I
PENDAHULUAN

Hasil pemeriksaan laboratorium merupakan informasi yang berharga untuk membedakan,


mengkonfirmasikan diagnosis, menilai status klinik pasien, mengevaluasi efektivitas terapi dan
munculnya reaksi obat yang tidak diinginkan. Dalam melakukan uji laboratorium diperlukan
bahan, seperti : darah lengkap (vena, arteri), plasma, serum, urine,feses, sputum, keringat, saliva,
sekresi saluran cerna, cairan vagina, cairan serobrospinal dan jaringan yang didapat melalui
tindakan invansif atau non invansif.

Hasil pemeriksaan laboratorium dapat dinyatakan sebagai angka kuantitatif, kualitatif


atau semi kuantitatif. Angka kuantitatif yang dimaksud berupa angka pasti atau rentang
nilai,sebagai contoh nilai hemoglobin pada wanita adalah 12 – 16 g/dL.Sedangkan angka
kualitatif dinyatakan sebagai nilai positif atau negative tanpa menyebut angka pasti, sedangkan
angka semi kuantutatif dinyatakan sebagai contoh 1+,2+,3+

LATAR BELAKANG

Nilai kritis dari suatu hasil pemeriksaan laboratorium yang mengindikasikan kelainan
atau gangguan yang mengancam jiwa, memerlukan perhatian atau tindakan.Nilai abnormal suatu
hasil pemeriksaan tidak selalu bermakna secara klinik, sebaliknya nilai normal dianggap tidak
normal pada kondisi klinik tertentu. Oleh karena itu perlu diperhatikan nilai rujukan sesuai
kondisi khusus pasien.Karena nilai kritis merupakan gambaran keadaan patofisiologis yang
mengancam jiwa dan harus segera mendapat tindakan, maka RSU Datu Pancaitana menetapkan
pelaporan hasil kritis pemeriksaan laboratorium sebagai salah satu indikator utama di rumah
sakit.

TUJUAN :
1. Pasien segera memperoleh tatalaksana pengobatan segera sesuai dengan indikasi yang
tepat
2. Petugas dari Unit terkait segera waspada dan memberikan laporan berjenjang kepada
dokter yang bertugas/ DPJP
BAB II
DEFINISI

1. Pengertian
a. Proses penyampaian hasil kritis kepada dokter yang merawat pasien.
b. Nilai Hasil Kritis adalah hasil pemeriksaan diagnostik penunjang yang memerlukan
penanganan segera.
c. Pelaporan Hasil Kritis adalah proses penyampaian nilai hasil pemeriksaan yang
memerlukan penanganan segera dan harus dilaporkan ke DPJP / Dokter Jaga dalam
waktu kurang dari 1 (satu) jam.
d. Pelaporan Nilai Kritis sebelum disampaikan sudah melalui konsultasi dengan Dokter
Penanggung Jawab Laboratorium .

2. Ruang Lingkup
Panduan ini diterapkan kepada Pelaksana yang terkait yaitu semua tenaga kesehatan
(medis, perawat, farmasi, dan tenaga kesehatan lainnya); staf di ruang IGD, rawat inap,rawat
jalan, HCU, unit medik terkait, dengan prinsip :
a. Terlaksananya proses pelaporan nilai-nilai yang perlu di waspadai (alert value sinter
pretasila boratorium untuk tenaga kesehatan).
b. Mencegah keterlambatan penatalaksanaan pasien dengan hasil kritis.
c. Hasil kritis dapat diterima oleh DPJP yang merawat dan diinformasikan pada pasien
sesuai waktu.
BAB III
KEBIJAKAN PELAPORAN NILAI KRITIS

Kebijakan Panduan pelaporan nilai kritis berdasarkan:


1. PMK No. 1691/MENKES//PER/VIII/2011 tentang keselamatan pasien rumah sakit
2. Keputusan Kepala RSUD DATU PANCAITANA Nomor : 5 Tahun 2019 Tentang
Pelayanan Laboratorium di RSUD DATU PANCAITANA

KebijakanUmum.
A. Nilai kritis adalah nilai hasil laboratorium yang segera memerlukan intervensi dokter,
sehingga nilai kritis adalah nilai laboratorium yang harus segera diketahui oleh dokter di
RSUD Datu Pancaitana
B. Penetapan nilai kritis dilakukan oleh :
1. Penanggungjawab laboratorium yang berdasarkan sumber yang berlaku / standar yang
berlaku (textbook )
2. Dirumuskan oleh dokter di RSUD Datu Pancaitana dan diberitahukan kepada petugas/
analis laboratorium.

Kebijakan Khusus.
a. Hasil dari perumusan nilai kritis ditetapkan oleh Kepala RSUD Datu Pancaitana.
b. Hasil dari penetapan nilai kritis dibuat dalam satu daftar dan diletakkan dilaboratorium, di
poli umum, poli spesialis dan poli KIA/ KB sehingga mudah diakses oleh petugas medis /
petugas kesehatan / analis laboratorium.
c. Nilai Kritis dilaporkan segera setelah hasil didapatkan dengan tata cara sesuai Standar
Operasional Prosedur Pelaporan Nilai Kritis.
d. Monitoring Pelaporan Nilai Kritis dilakukan melalui pelaporan indicator klinis KMKP yang
berlaku di RSUD Datu Pancaitana.
BAB IV
TATA LAKSANA IDENTIFIKASI

1. Dokter/ petugas laboratorium, menyampaikan hasil kritis ke DPJP. Bila DPJP tidak bisa
dihubungi, dokter/ petugas laboratorium, langsung menghubungi dokter/ perawat unit rawat
inap, rawat jalan dan unit gawat darurat.
2. Dokter/ petugas yang melaporkan hasil kritis mencatat TANGGAL dan WAKTU menelpon,
NAMA LENGKAP PETUGAS KESEHATAN YANG DIHUBUNGI dan NAMA
LENGKAP YANG MENELEPON.
3. Dokter/ perawat ruangan yang menerima hasil kritis menggunakan teknik komunikasi verbal
(TBAK)Tulis (write back)/ Baca (read back) Konfirmasi (Confirmation), proses pelaporan
ini ditulis di dalam rekam medis (form catatan perkembangan terintegrasi).
4. Dokter/ perawat ruangan yang menerima laporan hasil kritis langsung menghubungi DPJP/
PPDS yang merawat pasien.
5. Dokter/ perawat ruangan yang menerima laporan hasil kritis dan menghubungi DPJP yang
merawat pasien harus mencatat tindakan yang diambil untuk pasien atau informasi lain
terkait klinis
6. Semua nilai kritis/ interpretasi selanjutnya disampaikan melalui formulir hasil pemeriksaan
sesuai dengan SPO Penyerahan Hasil.
7. Untuk pasien rawat jalan, hasil kritis harus dilaporkan kepada dokter yang
memintapemeriksaandanharusmenyampaikanhasilkritiskepasien.
8. Dokter/ perawat di ruangan yang menerima hasil kritis menerapkan mekanisme pelaporan
hasil kritis sebagai berikut:
a. 15 menit pertama: harus segera melaporkan pada DPJP, bila belum berhasil
menghubungi, ke langkah berikut:
b. 15 menit kedua: harus melaporkan pada DPJP, bila belum berhasil menghubungi, ke
langkah berikut:
c. 15 menit ketiga: Bila hari kerja dapat menghubungi: Bidang Pelayanan, Bila di luar jam
kerja/ hari libur menghubungi konsulen jaga yang bertugas, bila belum berhasil
menghubungi ke langkah berikut:
d. 15 menit keempat: menghubungi konsulen jaga yang bertugas, bila belum berhasil juga
maka dapat menghubungi urutan pimpinan sebagai berikut:
1) Kepala IGD, jika tidak dapat dihubungi,
2) Kepala HCU, jika tidak dapat dihubungi
3) Kepala Bidang Pelayanan Medik dan Keperawatan
e. Dokter yang dilaporkan tentang hasil kritis yang perlu di waspadai
tersebut,bertanggungjawab terhadap interpretasi hasil dan pengambilan tindakan terhadap
pasien.
BAB V
PENUTUP

Demikian buku Panduan pelaporan nilai kritis ini dibuat sebagai acuan dalam pelaksanaan
asuhan dan pelayanan bagi petugas dan pemberi layanan pada pasien dan keluarga dilingkungan
RSUD Datu Pancaitana

Anda mungkin juga menyukai