Anda di halaman 1dari 5

Lampiran : Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Gorontalo

Nomor :
Tentang : Pemberlakuan Nilai Kritis

BAB I
DEFINISI

A. Definisi
Nilai/Hasil kritis adalah hasil abnormal yang harus di laporkan segera, walau hanya
tes rutin. Jenis tes kritis berupa; tes pemeriksaan diagnostic yang dapat berupa
pemeriksaan foto rontgen, USG, EKG, atau pemeriksaan ditempat tidur misalnya
vitalsign yang hasilnya harus di komunikasikan segera.
Proses penyampaian hasil kritis kepada dokter yang merawat pasien. Hal yang
terkait dengan nilai kritis adalah:
a. Proses penyampaian hasil kritis kepada dokter yang merawat pasien.
b. Nilai Hasil Kritis adalah hasil pemeriksaan diagnostik penunjang yang memerlukan
penanganan segera.
c. Pelaporan Hasil Kritis adalah proses penyampaian nilai hasil pemeriksaan yang
memerlukan penanganan segera dan harus dilaporkan ke DPJP /Dokter Jaga dalam
waktu kurang dari 1 (satu) jam.
d. Pelaporan Nilai Kritis sebelum disampaikan sudah melalui konsultasi dengan
Dokter Penanggung Jawab Laboratorium.

B. Tujuan
a. Pasien segera memperoleh tatalaksana pengobatan segera sesuai dengan indikasi
yang tepat.
b. Petugas dari Unit terkait segera waspada dan memberikan laporan berjenjang
kepada dokter yang bertugas/DPJP.

1
BAB II
RUANG LINGKUP

A. RuangLingkup
Panduan ini diterapkan kepada Pelaksana yang terkait yaitu semua tenaga kesehatan
(medis, perawat, farmasi, dan tenaga kesehatan lainnya); staf di ruang IGD, rawat
inap, rawat jalan, unit medik terkait, dengan prinsip :
a. Terlaksananya proses pelaporan nilai-nilai yang perlu di waspadai (alert values
interpretasi laboratorium dan radiologi untuk tenaga kesehatan).
b. Mencegah keterlambatan penatalaksanaan pasien dengan hasil kritis.
c. Hasil kritis dapat diterima oleh DPJP yang merawat dan diinformasikan pada
pasien sesuai waktu.

B. Prinsip
1. Hasil kritis dibagi tiga kategori sesuai jenis pemeriksaan masing-masing unit
penunjang (mis. Laboratorium, dan Radiologi) :
- Kategori Merah: Pasien dalam bahaya/akan meninggal/dampak serius jika
tidak segera ditangani. Pelaporan hasil harus segera ke dokter pemberi
instruksi/yang akan melakukan tindakan. Hasil tes harus terinformasikan pada
dokter yang merawat dalam waktu<1 jam setelah hasil selesai.
- Kategori Oranye: Pasien perlu perhatian/tindakan segera walau nilai tersebut
tidak merefleksikan kondisi potensial segera mengancam jiwa. Hasil tes harus
sudah terinformasikan pada dokter yang merawat maksimal 8 jam
(dalamsatushiftjaga).
- Kategori Kuning: Hasil abnormal untuk penyakit yang memerlukan deteksi
dan evaluasi untuk pengambilan tindakan. Hasil tes harus sudah
terinformasikan pada dokter yang merawat dalam maksimal waktu 3 – 5 hari.
2. Dokter/petugas yang menerima hasil kritis kategori merah menerapkan
mekanisme pelaporan hasil kritis sebagai berikut:
a. 5 menit pertama: harus segera melaporkan pada DPJP, bila belum berhasil
menghubungi, ke langkah berikut.
b. 5 menit kedua: harus melaporkan pada DPJP, bila belum berhasil
menghubungi, ke langkah berikut:

2
c. 5 menit ketiga: Bila hari kerja dapat menghubungi: Divisi departemen
terkait. Bila di luar jam kerja/hari libur menghubungi konsulen jaga yang
bertugas, bila belum berhasil menghubungi ke langkah berikut:
d. 5 menit keempat: menghubungi konsulen jaga yang bertugas, bila belum
berhasil juga maka dapat menghubungi Komite Medik Keperawatan.
3. Dokter yang dilaporkan tentang hasil kritis yang perlu diwaspadai tersebut,
bertanggungjawab terhadap interpretasi hasil dan pengambilan tindakan terhadap
pasien.
4. Pelaporan hasil kritis disampaikan dari unit Laboratorium dan Radiologi, Unit
Rawat Inap, Unit Rawat Jalan dan UGD.
5. Jenis dan kategorites/pemeriksaan ditetapkan olehr umah sakit.
6. Bermitra dengan pasien dalam mengkomunikasikan hasil tes.
7. Tingkatkan akses pasien pada hasil tesnya dengan menangani pasien dan
keluarganya sebagai mitra dalam perawatan medisnya .
8. Pasien harus didorong untuk menyimpan dokumen dan secara proaktif
menanyakan hasil tes mereka.

3
BAB III
TATA LAKSANA

1. Petugas Laboratorium atau Radiologi yang menemukan hasil kritis segera


menghubungi dokter pengirim, dokter ruangan atau dokter jaga.
2. Dokter ruangan atau dokter jaga yang menerima hasil kritis menggunakan teknik
komunikasi Tulis (write back)/Baca (read back) Konfirmasi (Confirmation).
3. Pelaporan ini ditulis di dalam rekam medis (form catatan perkembangan terintegrasi).
4. Dokter yang melaporkan hasil kritis mencatat Tanggal dan Waktu menelpon, Nama
Lengkap Petugas Kesehatan yang dihubungi dan Nama Lengkap yang menelepon.
5. Dokter ruangan/dokter jaga yang menerima laporan hasil kritis langsung menghubungi
DPJP yang merawat pasien dengan teknik TBaK.
6. Dokter ruangan/dokter jaga yang menerima laporan hasil kritis dan menghubungi
DPJP yang merawat pasien harus mencatat tindakan yang diambil untuk pasien atau
informasi lain terkait klinis di dalam rekam medis (form catatan perkembangan
terintegrasi).
7. Untuk pasien rawat jalan, hasil kritis harus dilaporkan kepada dokter yang meminta
pemeriksaan dan harus menyampaikan hasil kritis ke pasien.
8. Dokter/perawat di ruangan yang menerima hasil kritis menerapkan mekanisme
pelaporan hasil kritis sebagai berikut:
a. 5 menit pertama: harus segera melaporkan pada DPJP, bila belum berhasil
menghubungi, ke langkah berikut:
b. 5 menit ke dua: harus melaporkan pada DPJP, bila belum berhasil menghubungi,
ke langkah berikut:
c. 5 menit ke tiga: Bila hari kerja dapat menghubungi: Divisi departemen terkait Bila
di luar jam kerja/ hari libur menghubungi konsulen jaga yang bertugas, bila belum
berhasil menghubungi ke langkah berikut:
d. 5 menit ke empat: menghubungi konsulen jaga yang bertugas, bila belum berhasil
juga maka dapat menghubungi Komite Medik Keperawatan.
e. Dokter yang dilaporkan tentang hasil kritis yang perlu diwaspadai tersebut,
bertanggungjawab terhadap interpretasi hasil dan pengambilan tindakan terhadap
pasien.

4
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Buku laporan hasil kritis


2. Hasil pemeriksaan laboratorium
3. SPO pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium dengan nilai kritis

Anda mungkin juga menyukai