1. Apakah unit kerja sudah memiliki alur pelayanan pasien – yang lengkap dengan jabaran siapa dan
berperan apa, response time di masing-masing titik dalam alur pelayanan?
Jawaban: Ya, Setiap unit kerja telah memiliki alur pelayanan pasien, dengan setiap petugas telah
mengetahui tugas dan tanggung jawabnya masing-masing, jadi diharapkan tidak ada penundaan
pelayanan ataupun kesalahpahaman antar petugas. Contoh: Alur pelayanan pasien utk rawat jalan di
poliklinik, Seluruh petugas/ staf mampu menjelaskan alur tersebut dengan baik,dimulai dari proses
admisi. Disitu ada petugas yang melakukan proses skrining, berupa registrasi pasien dan pengisian
data dasar. Setelah melakukan registrasi, kemudian pasien menuju poliklinik tujuan. Di poliklinik pasien
dilakukan asesmen awal oleh perawat, kemudian dilakukan pemeriksaan oleh dokter. Dari poliklinik,
pasien bisa ke lab dan/atau bagian radiologi dokter memerlukan pemeriksaan lain, ke poliklinik bagian
lain (konsul), dan ke apotik untuk mengambil obat. Jadi semua jelas alurnya dan siapa yang berperan.
2. Apakah dapat ditunjukkan bukti evaluasi dan tindak lanjut alur pelayanan pasien tersebut?
Jawaban: setiap pasien memiliki rekam medis yang tercatat secara lengkap, dimana di setiap alur
pelayanan ada bukti tertulis di status pasien. Untuk perihal evaluasi, di setiap unit kerja telah disediakan
kotak untuk feedback dari pasien, apakah pasien puas atau tidak, dan bagaimana pelayanan yang
diterima. Juga ditempel di berbagai tempat nomor aduan apabila pasien tidak mendapatkan pelayanan
dengan semestinya. Evaluasi secara berkala dilakukan oleh kepala unit masing-masing, dan tindak
lanjut penyesuaian sudah lazim dilakukan di rumah sakit ini.
TRIASE PASIEN DI IGD: Kriteria pasien berdasarkan kegawatdaruratan dan waktu tunggu pelayanan:
1. Pasien dengan prioritas 0 (Kategori Hitam/Death On Arrival/DOA) dilakukan tatalaksana pasien DOA
di ruang resusitasi
2. Pasien dengan prioritas 1 (Kategori Merah/Resusitasi) langsung diteruskan ke ruang resusitasi
dengan waktu respon SEGERA.
3. Pasien dengan prioritas 2 (Kategori Orange/Emergent) langsung diteruskan ke ruang resusitasi
dengan waktu respon 2-5 menit.
4. Pasien dengan prioritas 3 (Kategori Kuning/Urgent), dilanjutkan retriage di ruang triase sekunder,
dilanjutkan di IMET Corner dan ruang akut dengan waktu respon < 60 menit
5. Pasien False emergency dilanjutkan retriage di ruang triase sekunder kemudian ke klinik ambulatory
dengan waktu respon < 120 menit
7. Keberlanjutan terapi dari IGD ke ruang perawatan: keberlanjutan pemantauan dan terapi – terutama
tatalaksana nyeri
Jawaban: Seluruh pasien yang dipindahkan dari IGD ke ruang perawatan, di dalam status terdapat rekam
medis saat di IGD yang berisi data subyektif maupun obyektif pasien, tercatat dengan jelas hasil konsul
DPJP, instruksi yang diberikan, serta terapi yang telah/sedang diberikan kepada pasien. Tatalaksana
nyeri diberikan sesuai dengan hasil pengkajian nyeri, dan saat pasien masuk ke ruang perawatan
dilakukan kembali pengkajian ulang nyeri. Dengan alur ini, seluruh instruksi serta penanganan
pemantauan dan terapi pasien dipastikan akan berlanjut dari IGD ke ruang perawatan.
Asesmen/Pengkajian Nyeri:
• Neonatal Infant Pain Scale untuk Neonatal dan bayi
• FLACC Scale (Face, Legs, Activity, Cry, Consolability) untuk pasien tidak sadar tanpa ventilator atau untuk
usia < 3 tahun
• Numeric Rating Pain Scale untuk pasien anak dan dewasa yang dapat mengenal angka.
• Wong Baker Faces Pain Scale untuk pasien (dewasa dan anak > 3 tahun) yang tidak dapat
menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka
• Behavioural Pain Scale (BPS) Untuk mengkaji pasien yang sedang tidak sadar, dengan ventilasi mekanik,
Unconscious atau pasien dengan sedasi
9. Identifikasi pasien yang lebih dari 8 jam di IGD dan tindak lanjutnya
Jawaban: Turnover pasien di IGD maksimal 8 jam, dan di rumah sakit kami selalu mentaati aturan tersebut.
Di bagian Pediatri (IRDA Kamar 7), rata-rata pasien yang datang ke IGD tidak memerlukan waktu lama
untuk dipindahkan ke ruangan rawat inap atau rawat jalan. Jika memang ada pasien yang memerlukan
waktu lebih dari 8 jam di IGD oleh karena hal tertentu, maka akan dilaporkan kepada kepala unit, serta
dicarikan jalan keluar terbaik dari akar permasalahan pasien yang mengakibatkan lewatnya batas
waktu 8 jam tersebut. Secara berkala setiap unit pelayanan, termasuk IRDA selalu ada briefing ataupun
inspeksi mendadak, dimana apabila ditemukan kejadian/hal yang tidak sesuai, akan dilanjutkan
dengan pembuatan laporan tertulis, pemberian sanksi apabila diperlukan, serta dilakukan perubahan
kebijakan, untuk mencegah hal serupa terulang kembali.
11. Informasi yang harus disampaikan ke pada pasien yang akan menjalani proses rawat inap?
Jawaban: Saat diterima sebagai pasien rawat inap, pasien dan keluarga mendapat edukasi dan orientasi
tentang bangsal rawat inap. Pasien dan keluarga mendapat informasi tentang perawatan yang
diusulkan, hasil (outcome) yang diharapkan dan perkiraan biaya perawatan yang diusulkan
12. Prosedur jika pasien menyatakan ingin pulang, bagaimana prosedur kontrol berikutnya
Jawaban: Saat pasien menyatakan ingin pulang, tanyakan kepada pasien apa alasannya. Berikan
penjelasan kepada pasien/keluarga tentang resiko yang mungkin timbul terkait dengan penyakitnya
jika pasien ingin pulang paksa. Jika pasien tetap ingin pulang paksa, mintalah pasien untuk mengisi
dan menandatangani form pernyataan pulang atas permintaan sendiri. Form harus diisi secara
lengkap, disertai dengan tanda tangan DPJP, serta saksi. Kemudian, lengkapi rekam medik dan diisi
formulir pengantar pulang pasien, untuk prosedur kontrol selanjutnya ditulis di formulir pengantar
pulang pasien, dimana pasien diharuskan kontrol secepatnya, dan dianjurkan untuk langsung ke IGD
apabila terjadi perburukan / gejala lain yang terkait dengan penyakit pasien.
13. Prosedur dan bukti pemberian orientasi pada pasien dan keluarga saat dirawat
Jawaban: Seluruh pasien yang dirawat inap akan dijelaskan kepada pasien maupun keluarga/penunggu
pasien, mengenai orientasi arah, tata tertib, serta jam besuk di ruangan rawat inap. Kemudian
keluarga/penunggu pasien diminta untuk menandatangani formulir rawat inap serta formulir rencana
pemulangan pasien, sehingga dapat dibuktikan melalui data rekam medis pasien.
Instruksi Pulang :
1. Diberikan dalam bahasa yang dipahami pasien, Jangan gunakan singkatan atau istilah medis.
2. Mencantumkan waktu kembali untuk kontrol lagi
3. Kapan harus segera kembali jika terjadi keadaan emergency
4. Instruksi perawatan selama di rumah
5. Apa bukti edukasi telah diberikan Terdapat dokumentasi dalam rekam medik pasien (ceklis terisi
kepada pasien? lengkap yang ada dalam formulir Pencatatan Informasi dan Edukasi
Pasien dan Keluarga Terintegrasi, tanda tangan serta nama
pasien/keluarga yang menerima edukasi dan tandatangan serta nama
dan profesi edukator)
24. Perihal HPK (Hak Pasien dan Keluarga)
- apakah hak dan kewajiban pasien tersedia: mudah diakses untuk pasien dan keluarga, mudah
diakses untuk tenaga front line, mudah diakses untuk tenaga kesehatan
- masalah privasi: pengkajian kebutuhan dan upaya memenuhi kebutuhan privasi tersebut
- terkait nilai dan keyakinan, kebutuhan pendampingan agama dan spiritual: dilakukan identifikasi di
awal pertemuan, upaya pemenuhan kebutuhan, dan mampu mendemonstrasikan
- pasien dan keluarga dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan terkait perawatannya:
demonstrasikan
- Pelaksanaan informed consent: (demonstrasikan dan uji petik pada pasien)
a. Menggunakan bahasa dan gestur yang mudah dipahami
b. Menjelaskan tentang kondisi medis dan diagnosis
c. Menjelaskan tentang rencana tatalaksana
d. Memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
e. Pasien dan keluarga tahu siapa yang akan memberikan informasi tentang hasil tatalaksana
(termasuk hasil yang diluar ekspektasi)
- Pastikan tidak menggunakan singkatan di informed consent
- Bukti penghargaan dan dukungan terhadap rasa nyeri yang dialami pasien: penilaian dan
tatalaksana yang sesuai
- pastikan tidak ada papan di area publik yang berisikan identitas pasien
- pastikan kerahasiaan informasi pasien saat memeriksa pasien di poliklinik, IGD – apakah pasien
lain bisa mendengar proses konsultasi tersebut
- Orientasi pasien dan keluarga tentang RS dan perawatan mari kita lakukan uji petik pada
beberapa orang pasien dan keluarga
- Siapa yang berhak memberikan persetujuan tindakan pada pasien: Yang berhak memberikan
persetujuan atau penolakan adalah pasien atau keluarga
- Kebijakan tentang penulisan 2 tindakan dalam 1 informed consent: contoh SC dan tubektomi –
dibuat di masing-masing formulir tidak boleh digabung
B. STANDAR MANAJEMEN ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN
FMS/MFK (Manajemen Fasilitas dan Keselamatan) dan PCI/PPI (Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi)
Panduan Umum:
1. menyusun daftar risiko terkait fasilitas dan melakukan analisis untuk penetapan prioritas
2. menyusun perencanaan berdasarkan analisis risiko yang dilakukan
3. melaksanakan seluruh program, menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi, melaksanakan tindak
lanjut dan melaporkannya pada pimpinan – laporan tahunan hingga ke Dewan Pengawas
4. program FMS dapat dipahami dan tersosialisasi ke seluruh staf
5. hasil evaluasi vendor-vendor terkait program FMS – sekuriti, AC, lift, cleaning service, pembangunan,
pengelolaan limbah, dll
6. pengkajian risiko khusus di area-area yang berisiko seperti atap, psikiatri, anak, ruang penyimpanan
gas, dll
7. Memastikan alat bantu (kursi roda, brankar) alat perlindungannya berfungsi baik
8. Memastikan kabel-kabel rapi, terbungkus baik, lampu berfungsi
9. Tidak ada hambatan di jalan pasien (termasuk pintu kamar mandi)
10.Pelatihan wajib untuk CS dan sekuriti: peralatan, lemari B3, manajemen tumpahan/paparan,
penggunaan APD, code blue, code red
2. Apakah RS Panitia Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit telah menetapkan
Menerapkan pemisahan Pemisahan pasien infeksius dan non infeksius sesuai dengan SPO perawatan pasien
Pasien infeksius dan di ruang isolasi infeksi.
non infeksius? Pasien ditempatkan sesuai dengan sumber infeksi, apakah lewat kontak, airborne,
dan droplet.
QPS/PMKP (Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien)
Panduan Umum:
1. Setiap Unit kerja memiliki Indikator Mutu – INDIKATOR MUTU PELAYANAN DI IRINA E TAHUN 2018
- Ketepatan melakukan SBAR saat melakukan serah terima pasien (Target 100%)
- Kepatuhan cuci tangan (Target >60%)
- Kelengkapan dan Ketepatan Pengembalian Rekam Medik dalam waktu 24 jam setelah pasien
pulang (Target 100%)
- Ketepatan jam visite Dokter Spesialis (jam 06.00 – 11.00) (Target 90%)
- Kepuasan pasien dan keluarga (Target 85%)
2. Unit kerja menyiapkan program mutu khusus unit kerjanya – pedoman pengorganisasian dan
pedoman pelayanan
3. Penetapan prioritas risiko RS dan unit kerja
4. Memastikan di unit kerja memiliki pemahaman indikator prioritas masing-masing unit kerja. Uji petik
pemahaman staf dan peserta didik tentang nama indikator, alasan pemilihan indikator, capaian,
analisis akar masalah, rencana tindak lanjut.
5. Pastikan ketersediaan dan kelengkapan kamus indikator prioritas
6. Setiap departemen perlu menentukan indikator yang menilai mutu dan pelayanan yang diberikan
secara obyektif dan bisa menjadi dasar penilaian kinerja SDM patient care (lengkap dengan
kamusnya)
7. Pastikan seluruh indikator menggunakan data benchmarking (data internal, data eksternal, literatur)
dalam penetapannya
8. Penerapan metodologi ukuran sample
9. Pastikan grafik performance board yang ada di unit kerja sesuai dengan kamus dan benar, serta
terbaru (pembaharuan dilakukan maksimal setiap 3 bulan), menggunakan grafik yang benar sesuai
dengan yang tercantum dalam kamus indicator
10.Pimpinan memahami kapan dan bagaimana prosedur validasi dilakukan
11.Daftar KNC (5 – 10 besar) di masing-masing unit kerja
12.Memahami kapan sebuah KTD (kejadian tidak diharapkan) digolongkan sebagai sentinel dan
bagaimana tindak lanjutnya
13.Memahami daftar insiden wajib lapor (QPS 8), bagaimana pelaporan, analisis, dan tindak lanjutnya
14.Memiliki identifikasi risiko dan tindak lanjutnya terutama FMEA bila membutuhkan re-design system
15.Bukti pelatihan PJ Mutu dan Kepala Unit
Jenis-jenis kejadian sentinel:
1. Kematian yang tidak terduga, termasuk, namun tidak terbatas pada:
a. Kematian yang tidak berkaitan dengan alamiah penyakit pasien atau kondisi yang mendasari
(contohnya seperti kematian karena infeksi pasca-operasi atau hospital-acquired pulmonary
embolism)
b. Kematian janin cukup bulan
c. Bunuh diri
2. Hilangnya fungsi utama secara permanen yang tidak disebabkan oleh penyakit pasien atau kondisi
yang mendasarinya
3. Salah sisi, salah prosedur, dan salah pasien operasi
4. Penularan penyakit berbahaya, atau penyakit karena transfusi darah atau produk darah, atau
penularan penyakit akibat transplantasi organ atau jaringan yang terkontaminasi.
5. Penculikan bayi atau bayi dipulangkan dengan orangtua yang salah.
6. Pemerkosaan, kekerasan dalam pekerjaan seperti penyerangan (yang mengakibatkan kematian atau
kehilangan fungsi); atau membunuh pasien, pegawai, dokter, mahasiswa kedokteran, trainee,
pengunjung, atau vendor ketika berada di lingkungan rumah sakit
30 POIN INDIKATOR HOSPITAL WIDE MEASURES SCHEME
PPK (Panduan Praktik Klinis) / CP (Clinical Pathway)
Panduan umum:
1. Penggunaan CP dan pemantauan di masing-masing unit - PPDS perlu tahu dan terlibat dlm proses
implementasi CP.
2. Pemantauan CP - kesesuaian atau outcome - analisisnya perlu dibuat dengan keterangan nama
dokter. Karena ditujukan untuk mengurangi variasi praktik dokter.
3. Pastikan pembuatannya berdasarkan referensi terbaru sesuai ketetapan organisasi
4. Tersedia minimal 1 di masing-masing unit kerja/Departemen, meskipun tidak ditetapkan sebagai CP
prioritas korporat
5. Pertanyaan bagi kepala unit kerja/departemen:
a. Bagaimana memilih topik untuk PPK/CP – berdasarkan data 10 diagnosis terbanyak
b. Bagaimana proses memastikan bahwa PPK/CP itu relevan untuk populasi pasien yang
diidentifikasi
c. Disesuaikan dengan teknologi, medikasi, dan sumber daya lain yang ada di RS atau sesuai
dengan norma professional di tingkat nasional
d. Nilai bukti ilmiahnya dan mendapat persetujuan oleh petugas yang ditunjuk
e. Secara resmi disetujui atau diterapkan di rumah sakit
f. Didukung dengan pelatihan bagi seluruh staf untuk menggunakan PPK/CP
g. Secara periodik diperbaharui berbasis perubahan bukti ilmiah dan evaluasi proses serta hasil
(outcome)
h. Bukti efektivitas dan efisiensi penggunaan CP
C.1.2 Apakah seluruh staf medik yang bertindak sebagai supervisor memiliki bukti kelayakan
menjadi supervisor?
Pedoman umum:
1. Penetapan jenjang supervisor – untuk semua jenis peserta didik
2. Bukti pemenuhan jenjang supervisor (dalam personal file)
3. SK penetapan menjadi supervisor yang menunjukkan jenjang supervisor (dalam personal file)
4. Proses penyiapan staf medik menjadi supervisor
5. Pemahaman tentang peran dan cara melakukan supervisi (termasuk instrumen yang digunakan, apa
perbedaan tahap 1, 2, 3, dst)
6. Buku panduan yang berisi tingkat kompetensi PPDS, tingkat supervisi, cara melakukan supervisi
(cara, frekuensi, dokumentasi)
7. Daftar terkini peserta didik (mahasiswa, dokter muda, PPDS)
8. Mohon memastikan bukti supervisi layanan yang diberikan oleh PPDS yaitu tanda tangan DPJP di
rekam medik
C.1.3 Bukti survei kepuasan staf (DPJP, perawat, tenaga kesehatan) dan pasien terhadap layanan
yang diberikan oleh peserta didik – Salah satu indikator mutu unit.
C.1.4 Bila memiliki RS mitra pendidikan, bukti penjaminan mutu RS mitra yang berupa:
1. Dokumentasi kerjasama dengan RS mitra pendidikan (RS Teling, Pancaran Kasih, Bethesda, Gunung
Maria, dll)
2. Pemenuhan sarana prasarana penunjang pendidikan dan pelayanan untuk pendidikan
3. Kapasitas staf sebagai supervisor
4. Proses penyiapan staf medik menjadi supervisor
5. Pemahaman tentang peran dan cara melakukan supervisi (termasuk instrumen yang digunakan)
6. Kualitas supervisi yang diberikan – misalnya menggunakan log book yang sama
C.1.6 Bila di dalam sistem pendidikan di program studi memberlakukan sistem supervisi
berjenjang antara residen junior dan residen senior, diperlukan dokumentasi tertulis dalam rekam
medik sebagai bukti supervisi – TBaK dan SBAR, Cap tanda tangan, dengan bukti tanda tangan
verifikasi oleh residen senior/DPJP.
C.1.7 Kesiapan tenaga kesehatan di unit layanan tempat pelayanan PPDS – apakah mengetahui
tentang: jenjang peserta didik beserta kewenangannya (termasuk perbedaan warna band pada
name tag PPDS)
C.1.8 Pertanyaan terkait pendidikan mahasiswa kedokteran
Panduan umum:
1. Bukti bahwa mahasiswa telah melalui kompetensi yang diharapkan
2. Kelengkapan isi personal file mahasiswa
3. Pelaksanaan orientasi bagi peserta didik – RS, tempat stase, dan kompetensi
4. Bukti penilaian keterampilan mahasiswa (dengan DOPS).
5. Perlu penetapan keterampilan diagnosis dan prosedur – termasuk pengisian rekam medis
6. Kebijakan mengatur kapan melakukan kajian buku log