Anda di halaman 1dari 10

BAB II

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) ILMU KESEHATAN ANAK

1. SYOK HIPOVOLEMIK

Kriteria Diagnosis:
1. Kesadaran menurun
2. Takikardi, hipotensi dengan tekanan nadi menyempit
3. Vena kolaps dan pengisian kapiler tehambat
4. Pucat, keringat berlebihan, ekstremitas dingin
5. Nadi cepat dan kecil sampai tak teraba
6. Oliguria
7. Tekanan vena sentral rendah (normal 2 – 10 cmH2O)
8. Tekanan nadi ≤ 20 mmHg

Diagnosis Banding :
1. Syok Kardiogenik
2. Syok Sepsis
3. Syok Anafilaksis

Pemeriksaan Penunjang :
1. Darah/Urin Lengkap
2. Analisa Gas darah (AGD)
3. Fungsi Ginjal
4. Foto Toraks  sesuai keadaan

Perawatan:
Rawat Inap  bila memungkinkan sebaiknya di Ruang Perawatan Intensif Anak.

Terapi :
1. Bebaskan jalan napas dan oksigenasi yang baik
2. Pengelolaan cairan :
a. Memperbaiki Volume Intravaskuler dengan :
1) Kristaloid (Ringer Laktat, Asering, NaCl 0,9%)
2) Koloid / Darah  sesuai keadaan
3) Plasma Ekspander Sintetik (Dekstran 40/Gelafundin/Haes
b. Pemberian cairan:
Syok hipovolemik dengan hipoalbumin diberi cairan koloid isoonkotik misalnya pada
kehilangan plasma atau darah ( perdarahan, trauma, operasi) penyakit jantung, penyulit
sistemik pernafasan kegagalan ginjal.
c. Jumlah cairan ;
1) Kristaloid pada syok hipovolemik tanpa komplikasi guyur secepatnya sampai syok
teratasi (20 ml/kgBB/ 1jam)
2) Plasma darah / FPP : 10 – 20 ml/kgBB atau Dextran 40 10 -20 ml/kgBB selama 1
jam
3. Diberikan Dopamin/Dobutamin  sesuai keadaan
4. Pemeliharaan Fungsi Ginjal :

1
a. Furosemide 1 mg/kgBB, dapat diulang 4-6 jam
b. Dopamin 2-4 gr/kgBB/menit
c. Manitol 0,5 gr/kgBB
5. Koreksi gangguan asam basa dengan pemberian Sodium Bikarbonat dengan rumus :
Base Deficit x 0,3 x BB secara IV dengan kecepatan tidak melebihi 1 mEq/kgBB/menit

Penyulit :
1. Kegagalan Ginjal Akut
2. Payah Jantung
3. Gangguan Elektrolit dan Keseimbangan Asam Basa

Informed Consent :
Perlu (tertulis)

Lama perawatan :
1. Sampai syok teratasi
2. Selama keadaan umum masih jelek

Masa Pemulihan :
Beberapa hari sampai beberapa minggu

Out Put :
1. Sembuh Total
2. Kematian

2. SYOK SEPSIS

Kriteria Diagnosis
1. Pada stadium awal terjadi “warm shock” karena dilatasi dan kenaikan curah jantung dengan
penurunan efektivitas volume darah sirkulasi.
2. Kulit kemerahan (flush), tekanan sistolik normal, tekanan nadi meningkat, hiperventilasi,
depresi susunan saraf pusat dan penurunan jumlah urin. Biasanya disertai demam dan
menggigil.
3. Pada stadium lanjut :
a. Penurunan curah jantung
b. Hipotensi
c. Nadi cepat dan kecil
d. Kulit dingin dan sianotik
e. Anuri
f. Asidemia dan dapat terjadi Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)

Diagnosis Banding
1. Syok Hipovolemik
2. Syok Kardiogenik
3. Syok Anafilaksis

Pemeriksaan Penunjang
1. Darah, Urin, Feces Lengkap, AGD
2. Biakan darah / Urin dan Cairan Serebrospinalis serta Tes Kepekaan (Sensitivity Test)

2
3. Foto Rontgen Thorak dan Tes Fungsi Ginjal

Perawatan:
Rawat Inap  bila memungkinkan sebaiknya di Ruang Perawatan Intensif Anak.

Terapi:
1. Memberantas Infeksi :
a. Derivat Penisilin (Ampisilin) 300-400 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis
b. Kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis
c. Golongan sefalosporin dengan atau tanpa kombinasi dengan golongan aminoglikosida,
ataupun beta laktamase (Meronem,Tienam)
d. Jamur Kandida: diberikan Amfoterisin B dengan dosis awal 0,25-0,50 mg/kgBB
diberikan dalam waktu 3-5 jam.Dosis dapat dinaikkan perlahan-lahan 0,1-0,25
mg/kgBB sehingga mencapai 0,5-1,0 mg/kgBB/hari (maksimal 50 mg/hari) dan
diberikan selama 10 -14 hari
2. Mempertahan perfusi jaringan adekuat :
a. Cairan dan pengaturan Keseimbangan Asam dan Basa.
b. Plasma darah / FPP : 10 – 20 ml/kgBB atau Dextran 40 10 -20 ml/kgBB selama 1 jam.
c. Ringer Laktat atau Asering guyur secepatnya sampai syok teratasi (20 ml/kgBB/1jam).
d. Transfusi darah (bila hematokrit < 30%) untuk mempertahankan hematokrit 35-40%.
e. Koreksi gangguan asam basa
3. Obat-obat Vasoaktif (bila curah jantung tetap rendah) :
a. Golongan Xantin (Aminofilin)
b. Glukagon
c. Kardiak glikosida, digitalis dan derivatnya, atau dopamin 2-4 μgr/kgBB/menit
d. Deksametason: 1-3 mg/kgBB atau
e. Metilprednisolon 30 mg/kgBB setiap 4-6 jam selama 72 jam
4. Pengobatan suportif

Penyulit:
1. Perdarahan (DIC)
2. Gagal Napas
3. Gagal Jantung
4. Gagal Ginjal Akut
5. Meningitis Bakterial

Informed Consent:
Perlu (Tertulis)

Lama perawatan:
14 hari sampai 21 hari bila ada Meningitis Bakterial

Masa pemulihan:
3 minggu sampai 1 bulan

Out Put:
1. Sembuh Total
2. Sembuh dengan Gejala Sisa
3. Kematian

3
3. SYOK KARDIOGENIK

Kriteria Diagnosis:
1. Ujung ekstremitas (akral) dingin, lembab dan sianosis
2. Tekanan darah auskultasi tak terukur, dan nadi lemah
3. Kelainan kardiovaskuler yang mendasari
4. Akibat vasokonstriksi perifer yang lama mengakibatkan:
a. Bendungan pulmonal
b. Kelemahan jantung
c. Berkurangnya perfusi jaringan perifer
d. Asidosis metabolik

Diagnosis Banding:
1. Syok Sepsis
2. Syok Hipovolemik
3. Syok Anafilaksis

Pemeriksaan Penunjang:
1. Hb, Hematokrit (untuk hemodilusi/hemokonsentrasi)
2. Urin Lengkap (volume, berat jenis)
3. AGD
4. Kadar Elektrolit
5. EKG
6. Tekanan vena sentral
7. Rontgen Thorak atas indikasi

Konsultasi :
Spesialis Jantung/Jantung Anak

Perawatan:
Rawat inap  sebaiknya di ICU Anak.

Terapi:
1. Oksigen adekuat dan pengawasan ventilasi
2. Tidur telentang dengan tungkai lebih tinggi (setinggi 15 0 )
3. Bila sesak, kepala sedikit ditinggikan
4. Jumlah cairan minimal (60-70 ml/kgBB) disesuaikan dengan tekanan vena sentral
5. Obat-obat Kardiotonika: Dopamin (dosis 5-10 μgr/kgBB/menit), dobutamin.
6. Atasi asidosis metabolik dan gangguan elektrolit

Penyulit:
1. Gagal Ginjal Akut
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Edema Paru

Informed Consent:
Perlu (Tertulis)

Lama perawatan:

4
1. Sampai syok teratasi
2. 3 minggu sampai 1 bulan
Masa pemulihan:
Berbulan-bulan

Out Put:
1. Sembuh Total
2. Kematian

4. KOMA

Koma adalah gangguan kesadaran yang paling berat dan yang tidak dapat bereaksi
terhadap sekitarnya atau dibangunkan dengan rangsangan nyeri yang kuat, yang masih tampak
adalah refleks primitif saja, yang dapat disebabkan oleh beberapa keadaan :
1. Lesi yang meliputi kedua belahan otak (proses metabolik atau trauma kapitis)
2. Lesi yang mempengaruhi secara langsung/tidak langsung pada sistem ARAS
3. (Ascending Reticular Activating System) di talamus, mesensefalon atau pons
4. Lesi campuran

Derajat Kesadaran:
1. Letargi : Gangguan kesadaran minimal dengan berkurangnya perhatian terhadap
lingkungan sekitarnya. Sering mengantuk, dan keadaan ini dapat disertai dengan
kegelisahan, perhatian yang mudah beralih, lupa, tapi masih dapat berkomunikasi.
2. Obtudansi : Gangguan kesadaran ringan-sedang disertai berkurangnya perhatian terhadap
lingkungan sekitarnya. Komunikasi masih dapat dilangsungkan walaupun tidak sempurna.
3. Stupor : Gangguan kesadaran yang menyerupai tidur dalam dan hanya dapat dibangunkan
dengan rangsangan yang kuat berulang kali, komunikasi minimal atau tidak ada sama
sekali.
4. Koma : Gangguan kesadaran berat. Penderita tidur tanpa dapat dibangunkan, mata tertutup
dan tidak ada gerakan spontan serta tidak ada komunikasi. Respons withdrawal masih ada
bila diberi rangsangan nyeri.

Diagnosis Banding:
1. Vegetatif (Coma Vigil, Akinetic autism, Aphalic State)
2. Sindroma Locked-in

Pemeriksaan Penunjang:
1. Darah/Urin/Feces Lengkap, Analisa gas darah, Pemeriksaan LCS, Kultur darah
2. Gula darah
3. Fungsi hati, amonia, ureum, dan elektrolit
4. Pemeriksaan penyaring keracunan terhadap urine, darah
5. Pemeriksaan penyaring kualitatip metabolit urin (feriklorida, dinitrofenilhidrazin, natrium
nitroprusid, asam amino, asam organik dll)
6. EEG
7. Foto kepala, Leher dan CT-Scan kepala

Konsultasi:
1. Tergantung Penyebab
2. Subbagian Endokrinologi,Nefrologi, Hepatologi dll

5
3. Bedah Saraf

Skala Koma Pediatrik (Modifikasi dari Skala Koma Glasgow)


untuk pengukuran penurunan kesadaran anak

Skala Koma Glasgow (4-15 tahun) Skala Koma Anak ( < 4 tahun)
Aktivitas Respons Nilai Aktivitas Respons Nilai
1. Buka - Spontan 4 1. Buka - Spontan 4
Mata - Karena suara 3 Mata - Terhadap bicara 3
- Karena Nyeri 2 - Terhadap nyeri 2
- Tidak ada 1 - Tidak ada 1
2. Motorik - Menurut perintah 6 2. - Spontan 6
- Lokalisasi nyeri 5 Motorik - Lokalisasi nyeri 5
- Menarik terhadap nyeri 4 - Menarik terhadap nyeri 4
- Fleksi terhadap nyeri 3 - Fleksi terhadap 3
- Ektensi terhadap nyeri 2 nyeri 2
- Tidak ada 1 - Ekstensi terhadap nyeri 1
- Tidak ada
3. Verbal - Terorientasi 5 3. Verbal - Terorientasi 5
- Kacau/bingung 4 - Kata-kata tidak jelas/kacau 4
- Kata tak tepat 3 - Suara 3
- Suara/bunyi tidak khas 2 - Menangis 2
- Tidak ada 1 - Tidak ada 1
Nilai Normal : Lahir – 6 bulan : 9
6 – 12 bulan : 11
1- 2 tahun : 12
2 – 5 tahun : 13
> 5 tahun : 14

Perawatan:
Rawat inap, sebaiknya di ICU.

Terapi:
1. Perbaiki jalan napas dan pertahankan sirkulasi
2. Kurangi tekanan intrakranial
3. Atasi kejang
4. Berantas infeksi
5. Perbaiki keseimbangan elektrolit
6. Kendalikan suhu badan
7. Berikan antidotum spesifik
8. Tenangkan agitasi

Menurunkan Tekanan Intrakranial :


1. Memasang alat pemantau tekanan intrakranial yaitu kateter ventrikulaer atau subaraknoid
2. Cairan dibatasi 2/3 kebutuhan
3. Kepala penderita diangkat 300 untuk mempercepat venous return
4. Diberikan obat-obat menurunkan tekanan intrakranial :
a. Manitol (diuretik osmotik) dosis kecil 0,25gr/kgBB (dapat mengurangi tekanan
intrakranial 4-6 jam) bila kurang berhasil dapat diberikan dosis sampai 1 gr/kgBB
(larutan manitol 20% diberikan dalam 30 menit dan diulangisetiap 4-6 jam).
Penggunaan manitol kurang disukai karena dapat menyebbabkan dehidrasi sel normal

6
bilaterdapat kerusakan sawar darah otak. Efek manitol pendek dan dapat menyebabkan
efek Rebound karenapeningkatan osmolalitas jaringan otak.
b. Gliserol dapat diberikan secara oral 0,5-2,0 g/kgBB melalui sonde atau perinfus larutan
10% dengan 1g/kgBB dalam 30 menit.
c. Diuretika yang efektif adalah furosemid 1 mg/kgBB dalam 30 menit setiap 3-6 jam.
Furosemide tidak boleh diberikan pada keadaan edema serebri karene tumor dan abses
(dosis 0,5 mg/kgBB).
5. Hiperventilasi dengan ventilasi mekanik untuk menurunkan tekanan intrakranial (PCO2 : 23-
25 mmHg

Penyulit:
1. Pneumonia Ortostatik
2. Dekubitus
3. Gagal ginjal
4. Ensefalitis
5. Brain Death

Informed Consent:
Perlu (Tertulis)

Lama perawatan:
1. Sampai penderita sadar betul
2. 21 hari bila Meningitis Bakterial

Masa pemulihan:
3 minggu sampai 1 bulan

Out Put:
Koma Non Traumatik:
1. Sembuh Total 50%
2. Cacat 20%
3. Kematian 30%

5. ASFIKSIA NEONATORUM

Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas
secara spontan, teratur dan adekuat.

Tanda- tanda klinik :


1. Pernapasan
2. Denyut Jantung
3. Warna kulit

7
Resusitasi :

1. Memastikan saluran napas terbuka


a. Letakkan bayi dalam posisi telentang atau miring dengan leher agak tengadah
(ekstensi)
b. Keringkan tubuh dan mulut bayi dengan handuk kering, kecuali pada bayi dengan
meconium staining
c. Bila perlu letakkan lipatan handuk atau selimut di belakang bahu bayi
d. Hisap lendir mulai dari mulut kemudian hidung bayi sampai dengan orofaring dan bila
diperlukan sampai trakea.
e. Bila perlu masukkan pipa endotrakeal untuk memastikan saluran napas terbuka.

2. Memulai pernapasan
a. Lakukan rangsangan taktil dengan menepuk telapak kaki, menyentil tumit atau
menggosok punggung/dada bayi
b. Nilai pernapasan, denyut jantung dan warna kulit berturut-turut :
1) Napas :
a) Apnu
b) Pernapasan normal
2) Frekwensi denyut jantung :
a) > 100 x / menit
b) < 100 x/ menit
3) Warna kulit :
a) Kemerahan (tanpa sianosis)
b) Sianosis perifer
c) Sianosis sentral
c. Berikan ventilasi tekanan positip bila bayi apnu, megap-megap, frekwensi denyut
jantung < 100 x/menit.
d. Bila perlu memakai sungkup atau balon
e. Bila perlu pasang pipa endotrakeal dan balon pernapasan
f. Berikan O2 100% dengan kecepatan 5 l/menit sebaiknya menggunakan balon
mengembang sendiri reservoir oksigen
g. Lakukan ventilasi selama 15 – 30 detik dengan frekwensi 40 – 60 napas/menit
h. Periksa frekwensi Denyut Jantung
1) Denyut Jantung > 100x/menit, napas spontan  hentikan PPV, bila tidak napas
spontan, PPV lanjut
2) Denyut Jantun 60 – 100 x/menit dan bertambah  lanjutkan PPV
3) Denyut Jantun 60 – 100 x/menit dan tidak bertambah  lanjutkan PPV, bila
Denyut Jantung < 80x/menit  lakukan pijat jantung/kompresi dada
4) Denyut Jantung < 60 x/menit  lakukan ventilasi dan segera lakukan pijat jantung /
kompresi dada.

3. Mempertahankan sirkulasi darah


a. Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara:
1) Pijat Jantung/Kompresi dada
a) Merupakan indikasi bila sesudah 15-30 detik melakukan PPV dengan O 2 100%
frekwensi denyut jantung < 60x/menit atau 60-80 x/menit dan tidak bertambah.
b) Bila frekwensi denyut Jantung sama atau sudah lebih dari 80 x/menit tindakan
kompresi dada dihentikan
c) Teknik penekanan ada 2 cara : Teknik Ibu Jari atau Teknik 2 Jari.Lokasi
penekanan pada 1/3 bawah sternum. Penekanan dada 3x dalam waktu 1,5

8
detik, selanjutnya dilakukan pemberian ventilasi 1x selama 0,5 detik (rasio 3:1).
Setelah 30 detik melakukan tindakan kompresi dada, frekwensi jantung dikontrol
selama 6 detik.
d) Penilaian :
1) Bila frekwensi denyut jantung < 80 x/menit:
i. Lanjutkan penekanan dada
ii. Lanjutkan ventilasi dengan O2 100%
iii. Lanjutkan pengontrolan jantung secara periodik
iv. Berikan obat-obatan
2) Bila frekwensi denyut jantung ≥ 80x/menit:
i. Hentikan kompresi dada
ii. Lanjutkan tindakan ventilasi sampai denyut jantung > 100x/menit dan
bayi bernapas spontan
iii. Bila perlu pasang sonde lambung melalui mulut untuk mengurangi
tekanan udara dalam lambung

Intubasi Endotrakeal
Indikasi :
1. Bila diperlukan PPV agak lama
2. Bila ventilasi dengan balon dan sungkup tidak efektif
3. Bila perlu melakukan penghisapan lendir di trakea
4. Bila ada kecurigaan hernia diafragmatika

Cara:
1. Penolong berdiri di sisi atas kepala bayi sambil memegang laringoskop dengan tangan kiri
2. Masukkan daun laringoskop dengan menyusurkan daun laringoskop melalui lidah ke
valekulum.
3. Setelah daun laringoskop masuk, angkat daun laringoskop sedikit sehingga lidah akan
terjulur dan farings terlihat
4. Segera setelah pita suara dan trakea terlihat masukkan pipa endotrakeal, dengan
memegang pipa tersebut dengan tangan kanan dan memasukkannya dari sebelah kanan
mulut bayi
5. Bila pita suara membuka masukkan pipa sampai tanda pita suara di pipa, sehinggga pipa
akan terletak dalam trakea di tengah antara pita suara dan karina.
6. Keluarkan laringoskop, periksa letak pipa untuk meyakinkan pipa masuk ke trakea

Obat-obatan dan cairan:


1. Epinefrin, indikasi:
a. Frekwensi denyut jantung tetap < 80x/menit walaupun telah dilakukan paling sedikit 30
detik ventilasi adekuat dengan O2 100% dan kompresi dada
b. Frekwensi denyut jantung nol  segera berikan epinefrin dan pada ssat yang sam
berikan PPV dan kompresi dada. Dosis : 0,1 – 0,3 ml/KgBB cairan 1 ; 10.000 IV atau
melalui pipa endotrakeal, berikan dengan cepat.
c. Frekwensi denyut jantung harus naik sampai 100 x/menit atau lebih dalam 30 detik
setelah diberikan.
d. Bila frekwensi denyut jantung tetap < 100x/menit:
1) Epinefrin diulangi setiap 3 – 5 menit
2) Volume Expander  bila kehilangan darah akut atau ada tanda-tanda hipovolemia
3) Bikarbonat natrikus untuk apnu yang lama yang tidak ada respons terapi terhadap
terapi lain.

9
2. Volume Expander
a. Digunakan untuk menanggulangi efek hipovolemia dengan meningkatkan volume
vaskuler dan hemodinamika perfusi jaringan, juga bila terdapat kejadian akan diduga
adanya kehilangan darah akut dengan tanda-tanda hipovolemia:
1) Pucat yang menetap setelah oksigenase
2) Nadi yang lemah dengan fungsi jantung yang baik
3) Respons yang buruk terhadap usaha resusitasi
4) Penurunan tekanan darah
b. Jenis cairan :
1) Darah segar (whole blood)
2) Cairan albumin – saline 55/plasma expander
3) Larutan garam fisiologis
4) Cairan Ringer Laktat
c. Dosis : 10 ml/KgBB IV selama 5 – 10 menit
d. Efek : meningkatkan volume vaskuler dan menurunkan asidosis metabolik. Tekanan
darah akan meningkat, nadi menjadi kuat dan pucat menghilang. Dapat diulang bila
tanda-tanda hipovolemia menetap.
e. Bila perbaikan sedikit atau tidak ada :
1) Pertimbangkan adanya asidosis metabolik dan perlu diberikan bikarbonat natrikus
2) Perlu penggunaan dopamin, bila penurunan tekanan darah menetap

3. Bikarbonat Natrikus
a. Digunakan bila terdapat apnu yang lama yang tidak memberikan respons terhadap
terapi lain
b. Dosis : 2 meq/KgBB IV, berikan perlahan-lahan paling sedikit dalam waktu 2 menit

4. Nalokson Hidroklorit
a. Indikasi pada depresi pernapasan yang berat
b. Riwayat pemberian narkotika pada ibu dalam 4 jam sebelum persalinan
c. Dosis : 0,1 mg/KgBB, IV atau endotrakeal. Pemberian cepat. Pantau pernapasan dan
frekwensi denyut jantung dengan ketat. Pemberian ulang bila depresi pernapasan
timbul kembali.

10

Anda mungkin juga menyukai