PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
kemitraan serta didukung dengan metode dan media yang tepat, data dan informasi
yang valid/akurat, serta sumber daya yang optimal, termasuk sumber daya manusia
yang profesional.
Berdasarkan hal tersebut diatas, untuk menjamin pemenuhan hak setiap orang
dalam memperoleh informasi dan edukasi tentang kesehatan dan untuk menjamin
terlaksananya pelayanan kesehatan yang paripurna di Rumah Sakit, diperlukan
adanya PKRS melalui pelaksanaan manajemen PKRS dan pemenuhan standar
PKRS sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri.
2
B. Tujuan Pedoman
5. Mewujudkan Rumah Sakit sebagai tempat kerja yang sehat dan aman untuk
SDM Rumah Sakit.
4. Pasien.
5. Keluarga Pasien.
3
8. Pemangku kepentingan terkait.
D. Batasan Operasional
1. Edukasi SDM Rumah Sakit adalah upaya peningkatan pengetahuan, kemauan dan
kemampuan staf rumah sakit dalam berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) untuk
menunjang produktifitas kerja di lingkungan rumah sakit dan keselamatan pasien.
2. Edukasi Pasien dan Keluarga adalah upaya peningkatan partisipasi pasien dan
keluarga dalam upaya peningkatan status kesehatannya secara mandiri melaui upaya
peningkatan pengetahuan, kemauan dan kemampuan pasien dan keluarga sesuai
dengan kebutuhan pasien.
3. Edukasi pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit adalah upaya rumah sakit
dalam menyediakan informasi kesehatan maupun informasi pelayanan yang bertujuan
untuk meningkatkan akses masyarakat akan informasi kesehatan dan pelayanan rumah
sakit
E. Landasan Hukum
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2018 tentang
Penyelenggaraan Promosi Kesehatan Rumah Sakit
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
5. Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2015 tentang Organisasi Rumah Sakit
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
2269/MENKES/PER/XI/2011 tentang Pedoman Pembinaan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2015 tentang Upaya
Peningkatan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2017 tentang Akreditasi
Rumah Sakit
4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi ketenagaan pelayanan promosi kesehatan di lakukan sesuai dengan ruang lingkup
pelayanan sebagai berikut :
Tenaga pengelola PKRS terdiri dari Ketua PKRS, Wakil Ketua PKRS, Sekretaris,
Koordinator Informasi, Koodinator Edukasi, Koordinator Pelaksana Lintas Unit,
Anggota.
Pelayanan PKRS di rawat inap meliputi pendidikan pasien dan keluarga yang dilakukan
oleh tenaga fungsional PKRS ataupun tenaga kesehatan lainnya.
5
C. Pengaturan Jaga
Pola pengaturan jaga disesuaikan dengan beban kerja dengan prinsip pengeloaan yang
efektif dan efisien.
1. Pelayanan edukasi di rawat jalan dilakukan setiap hari Senin-Sabtu mulai pkl. 08.00 –
14.00 WIB
3. Pelayanan edukasi pada keluarga pasien dan pengunjung Rumah Sakit diadakan
penyuluhan kelompok setiap hari Rabu pukul 10.00 – 11.00 WIB
6
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Undang-undang RI No. 44 tahun 2009 mengamanatkan bahwa setiap rumah sakit harus
memiliki ruangan penyuluhan kesehatan. Ruangan penyuluhan/ pendidikan kesehatan harus
dimiliki oleh setiap unit. misalnya di ruang rawat inap diperlukan satu ruang edukasi bagi
pasien dan keluarga begitupun di unit lainnya misalnya di ruangan farmasi, laboratorium,
radiologi dan ruangan penunjang lainnya termasuk dipelayanan rawat jalan dengan klinik
edukasi terintegrasi. Selain ruang pelayanan edukasi, diperlukan juga ruangan pengelola
PKRS yang berfungsi untuk aktifitas manejemen PKRS
Keterangan : RS Vita Insani memiliki ruangan pengelola PKRS yang terintegrasi menjadi
gedung pusat promosi kesehatan. Gedung ini memiliki luas 18 m2 dan berfungsi sebagai
pusat aktifitas promosi kesehatan. Gedung ini terdiri dari :
a. Ruang pengelola
b. Ruang pertemuan
7
Gambar 2 Denah ruang pertemuan
B. Standar Fasilitas
Adanya sarana dan prasarana untuk pelaksanaan PKRS paling sedikit terdiri atas:
1. ruangan pengelola 1 ruangan
3. laptop 1 set
8
9. fantom gigi 1 set
17. website
9
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Pengkajian
10
b. Data penyakit
Data penyakit yaitu data penyakit yang ditangani di Rumah Sakit dalam satu
tahun dikelompokkan berdasarkan berdasarkan diagnosa penyakit.
c. Data kunjungan
d. Data perilaku.
Data perilaku didapat dari hasil survei Rumah Sakit, atau survei kesehatan
(Riskesdas)/survei kesehatan dari lembaga lainnya. Untuk mengetahui
dampak terhadap keberadaan Rumah Sakit serta pola penyakit di wilayah
setempat, pengkajian dilakukan dengan melakukan analis terhadap data
kondisi lingkungan sekitar Rumah Sakit dan kondisi wilayah setempat
seperti daerah endemis rabies, malaria, DHF, dsb.
B. Perencanaan
11
mempertimbangkan sumber daya Rumah Sakit (tenaga, waktu, biaya, dan
sebagainya).
4. Penentukan media yang akan digunakan untuk membantu penyampaian
informasi dan edukasi dengan bahasa mudah dimengerti, meliputi media
cetak, media audiovisual, media elektronik, media luar ruang, dan sebagainya.
5. Penyusunan rencana evaluasi, meliputi waktu dan tempat pelaksanaan
evaluasi, kelompok sasaran yang akan dievaluasi, pelaksana kegiatan evaluasi,
dan sebagainya.
6. Penyusunan jadwal pelaksanaan, meliputi tempat dan waktu pelaksanaan
kegiatan, penanggung jawab dan pelaksana kegiatan, biaya yang dibutuhkan
dan sebagainya. Jadwal pelaksanaan biasanya disajikan dalam bentuk
tabel/gantt chart.
Perencanaan ditetapkan oleh Kepala atau Direktur Rumah Sakit. Perencanaan
dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan bersama dengan instalasi/unit
terkait lainnya dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi Rumah Sakit.
C. Pelaksanaan
Pelaksanaan PKRS dilakukan sesuai dengan perencanaan kebutuhan Promosi
Kesehatan yang telah ditetapkan melalui strategi pemberdayaan masyarakat,
advokasi, dan kemitraan, yang meliputi:
1. Pemberdayaan Masyarakat
12
mengumpulkan Keluarga Pasien dalam upaya meningkatan hudup sehat.
Pelaksanaan pemberdayaan Pasien dan Keluarga Pasien dalam
konseling/edukasi dicatat dalam rekam medis dan dilaksanakan oleh
Profesional Pemberi Asuhan (PPA). Dalam melaksanakan pemberdayaan
Pasien dan Keluarga Pasien agar intervensi Promosi Kesehatan berjalan efektif
harus memperhatikan sosial budaya, tingkat pendidikan, ekonomi, etnis,
agama, bahasa yang digunakan serta hambatan komuniasi, emosional dan
motivasi untuk berubah, keterbatasan fisik dan kognitif, serta kesediaan
Pasien menerima informasi. Pemberdayaan Pasien dan Keluarga Pasien dalam
Promosi Kesehatan berkelanjutan dilaksanakan pada Pasien setelah pulang
dari Rumah Sakit atau rujuk balik sesuai dengan hasil re-asesmen kebutuhan
Promosi Kesehatan. Bentuk kegiatan dapat berupa kunjungan rumah untuk
melakukan konseling/edukasi kepada Pasien dan Keluarga Pasien dalam
rangka upaya mengendalikan faktor risiko penyakit dan peningkatan
kesehatan.
b. bagi SDM Rumah Sakit, dalam rangka merubah perilaku berdasarkan hasil
asesmen, dilakukan intervensi perubahan perilaku, sesuai dengan kebutuhan
Promosi Kesehatan, seperti intervensi terhadap masih banyaknya SDM Rumah
Sakit yang merokok, maka kegiatan pemberdayaan dapat dilakukan dengan
konseling merokok/coaching berhenti merokok. Membudayakan aktivitas fisik
setiap SDM Rumah Sakit dengan melakukan senam secara rutin setiap hari
tertentu dan dilakukan pengukuran kebugaran, edukasi terhadap risiko
pekerjaan dan lingkungan terutama sampah medis, serta peningkatan
keterampilan SDM Rumah Sakit dengan pelatihan, sosialisasi dan
sebagainya.
c. bagi Pengunjung Rumah Sakit dan Masyarakat Sekitar Rumah Sakit,
pelaksanaan Promosi Kesehatan dilakukan dalam rangka perubahan perilaku
yang berisiko dengan peningkatan pengetahuan, menumbuhkan sikap dan
kemauan individu dan masyarakat sehingga dapat berperilaku hidup bersih
dan sehat dan lingkungan sehat. Kegiatan pemberdayaan dapat dilakukan
melalui penyuluhan terhadap penyakit yang berisiko tinggi dan berbiaya
mahal, dan terbanyak yang terjadi di Rumah Sakit, penyebarlusan informasi
melalui media komunikasi, media cetak (leaflet, poster, banner dan baliho),
media massa penyedia informasi (website, penayangan video pada TV di
13
tempat- tempat yang strategi, dan sebagainya), penyuluhan massa,
demonstrasi/kampanye kesehatan, pemeriksaan kesehatan, pembinaan
pembentukan kelompok peduli kesehatan, pengembangan daerah binaan
Rumah Sakit, dan penggerakan Masyarakat Sekitar Rumah Sakit dan lain
sebagainya.
2. Advokasi
14
Dalam melaksanakan kemitraan ada 3 (tiga) prinsip dasar kemitraan yang
harus diperhatikan yaitu kesetaraan, keterbukaan, dan saling menguntungkan.
a. Kesetaraan
15
sumber daya manusia yang profesional, mempunyai kompetensi Promosi Kesehatan
dengan telah mengikuti pelatihan- pelatihan yang dipersyaratkan, sarana/peralatan
termasuk media komunikasi, dan dana atau anggaran. Sumber daya manusia yang
utama untuk PKRS meliputi:
a. Semua petugas Rumah Sakit yang melayani Pasien (PPA, tenaga kesehatan
lainnya).
1. Monitoring
16
b. asesmen Pasien apakah sudah dilaksanakan dan dicatat pada rekam medis;
c. materi komunikasi apakah sudah memuat secara detail sesuai dengan sasaran,
mudah dipahami, dan kecukupan media apakah tersedia seperti poster,
lembar balik, leaflet, media luar ruang, media elektronik, dan sebagainya.
d. kegiatan edukasi seperti konseling, bibilo therapi, penyuluhan kelompok,
penyuluhan massa, diskusi kelompok, kunjungan rumah dan lain
sebagainya,frekuensi dan waktu pelaksanaanya apakah sudah mencukupi.
e. kecukupan tenaga dan pelatihan apakah sudah sesuai dengan jumlah
sasaran.
2. Evaluasi
17
BAB V
LOGISTIK
a. Laptop
b. Pointer
c. LCD Proyektor
d. layar proyektor
f. papan informasi
g. megaphone
h. VCD/DVD player
i. TV cable
j. Kamera Foto
2. Peralatan perkantoran
a. Komputer
b. Printer
c. Kertas
d. Spidol
e. Pulpen
f. Buku Agenda
18
Proses pengadaan logistik dilakukan secara terencana dan terstruktur dengan proses
pelaksanaan sebagai berikut :
1. Pengelola PKRS membuat perencanaan kebutuhan logistik setahun
2. Pengadaan logistik dilakukan dengan pengajuan daftar usulan kebutuhan barang ke
instalasi logistik perbekalan dan gudang.
3. Instalasi perbekalan dan gudang melakukan pengecekan barang di gudang jika ada
maka kebutuhan langsung dipenuhi, jika tidak ada diajukan ke unit pengadaan barang.
4. Instalasi gudang dan perbekalan melakukan pencatatan dan menyerahkanya ke tim
PKRS
5. Tim PKRS melakukan pencatatan dan barang/ alat yang dibutuhkan sudah dapat
digunakan.
19
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien merupakan prioritas dari setiap pelayanan RS. Setiap RS harus
menjamin keselamatan pasien melalui upaya peningkatan kualitas pelayanan secara
berkesinambungan. Upaya promosi kesehatan pun tidak terlepas dari upaya menjamin
pelayanan yang diberikan aman kepada pasien. Pelayanan edukasi bagipasien dan keluarga
tidak dapat dianggap hanya sebatas memberikan informasi, tetapi RS harus menjamin
bahwa isi informasi yang diberikan adalah benar karena akan berakibat fatal dalam merubah
perilaku pasien dan keluarganya dalam upaya peningkatan status kesehatannya secara
mandiri. Mendapatkan informasi yang benar dijamin oleh Undang-Undang RI No.44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit yang menyatakan bahwa pasien berhak atas informasi yang benar
terhadap kesehatannya. Upaya jaminan keselamatan pasien tersebut dilakukan melalui :
1. Adanya kebijakan tentang pelayanan edukasi pada pasien dan keluarga
Kebijakan pelayanan edukasi pasien dan keluarga merupakan dasar hukum
pelaksanaan pelayanan edukasi yang ditetetapkan oleh direktur. Kebijakan ini memuat
tentang tatalaksana dan tatakelola pelayanan edukasi. Kebijakan ini akan memberikan
perlidungan bagi pemberi edukasi (edukator) maupun memberikan perlindungan dan
jaminan keselamatan bagi pasien dan keluarga.
2. Adanya pedoman/ panduan edukasi pasien dan keluarga yang telah distandardisasi
Untuk menjamin bahwa informasi yang diberikan benar maka RS harus menerbitkan
pedoman edukasi pasien dan keluarga yang distandardisasi. Tidak menutup kemungkinan
dokter penanggungjawab pasien (DPJP) tidak bisa memberikan pelayanan edukasi yang
cukup sehingga dimungkinkan edukasi diberikan oleh dokter umum, oleh karena itu
pedoman ini akan memberikan panduan apa saja yang harus dipersiapkan dan materi apa
saja harus diberikan selama proses edukasi. Proses penyusunan panduan edukasi pasien dan
keluarga dilakukan oleh profesi yang bersangkutan yang didasarkan pada sumber rujukan
ilmiah untuk menghindari kesalahan isi materi panduan. Beberapa panduan yang harus
disiapkan rumah sakit adalah :
a. Panduan edukasi obat high alert
b. Panduan edukasi peralatan medis
c. Panduan edukasi penyakit
d. Panduan edukasi rehabilitasi medik
e. Panduan edukasi manajemen nyeri
20
f. Panduan edukasi gizi
g. Panduan edukasi masalah perawatan
h. dll
3. Pembuatan media yang di standardisasi
Media merupakan alat bantu dari proses edukasi pasien dan keluarga yang berisi
materi edukasi. Media berfungsi sebagai alat penyampai pesan sehingga struktur media
harus menjamin informasi yang diberikan adalah benar. Proses pembuatan media harus
melibatkan tenaga yang memiliki kompetensi dibidangnya untuk menjamin bahwa informasi
yang diberikan adalah benar. Tenaga ahli tersebut dapat berfungsi sebagai validator dan
verifikator dari konten media yang dibuat. Semua media rumah sakit harus distandardisasi
dan memiliki kode media yang ditetapkan oleh direktur. Proses pembuatan media juga harus
melalui ujicoba media untuk memastikan kefektifan media tersebut dalam proses edukasi.
4. Asessmen kebutuhan
Asessmen kebutuhan edukasi pasien dan keluarga dilakukan untuk mengetahui nilai-
nilai yang dimiliki pasien dan keluarga yang mendukung maupun yang bertentangan dengan
upaya peningkatan kesehatan. Hal ini akan memberikan dasar bagi pemberi edukasi untuk
memberikan penguatan nilai tersebut jika nilai tersebut sejalan dengan upaya peningkatan
kesehatan. Sedangkan jika nilai yang diyakini pasien dan keluarga bertentangan dengan
upaya peningkatan kesehatan maka harus diluruskan.
21
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan
dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas
ataupun kelalaian / kesengajaan. RS harus menjamin keselamatan kerja pegawai agar
petugas merasa nyaman dan aman sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja.
Keselamatan kerja juga akan berdampak pada keselamatan pasien. Untuk mendukung upaya
keselamatan kerja di unit pelayanan PKRS melalui kegiatan :
2. Identifikasi potensial hazard baik yang ditimbulkan oleh gedung dan fasilitasnya
maupun dalam proses pekerjaan
Pengelola PKRS bersama dengan unit K3RS harus melakukan kajian potensial hazard
dalam pelayanan PKRS baik yang ditimbulkan oleh gedung dan fasilitas maupun dalam
proses kegiatan, hal ini bertujuan untuk mengantisipasi dan dasar perencanaan
manajemen resiko di unit layanan RS.
4. Melakukan upaya pencegahan terhadap kecelakan kerja melalui penataan sistem kerja
yang sehat
Penataan sistem kerja yang sehat perlu dikembangkan, pengkajian beban kerja secara
berkala harus dilakukan untuk menghindari kecelekaan kerja akibat beban kerja
berlebih. Modifikasi jam kerja dilakukan untuk melakukan efisiensi dan efektifitas
dalam aktifitas pelayanan dengan tetap memperhatikan jam pelayanan efektif.
22
5. Menyediakan peralatan keselamatan kerja dan alat pelindung diri yang mudah
terjangkau
23
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pencatatan dan pelaporan merupakan alat untuk pengawasan dan pengendalian kegiatan
pelayanan adapun bentuk – bentuk pencatatan dan pelaporan adalah sebagai berikut :
a. Laporan kegiatan
b. Laporan Bulanan
d. Laporan Tahunan
24
INDIKATOR MUTU PELAYANAN & STANDAR MUTU TIM PKRS
Berikut adalah beberapa poin indikator keberhasilan yang menjadi tujuan pelayanan tim
PKRS Rumah Sakit Vita Insani:
5. Terwujudkan Rumah Sakit yang memprompsikan tempat kerja yang sehat dengan
indikator
a. Terselengaranya peringatan hari besar kesehatan minimal 5 kegiatan hari besar
kesehatan
b. Angka kesakitan karyawan 5% per tahun
25
BAB IX
PENUTUP
Pedoman pelayanan promosi kesehatan bertujuan untuk memberikan acuan yang jelas
dan profesional dalam mengelola dan melaksanakan pelayanan promosi kesehatan di rumah
sakit yang tepat bagi klien/pasien,staf dan masyarakat sekitar RS sesuai tuntutan dan
kebutuhan serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini. Pedoman pelayanan
ini perlu dilakukan review minimal 2 tahun sekali untuk mengetahui relevansi pedoman
pelayanan yang dibuat dengan kebutuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Bagi manajemen RS pedoman ini merupakan dokumen mutu tatalaksana
pelayanan sedangkan bagi pengguna jasa RS pedoman ini dapat menjadi bukti jaminan
terhadap pelayanan yang diberikan oleh RS.
Ditetapkan : di Pematangsiantar
Pada : September 2018
Direktur Utama RS Vita Insani
26