Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat sosial ekonomi rendah. Kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan Kwasiorkor pada anak-anak dibawah lima tahun (balita). Kekurangan protein sering ditemukan secara bersamaan dengan kekurangan energi yang menyebabkan kondisi yang dinamakan Marasmus. Kwashiorkor lebh banyak terdapat pada usia dua hingga tiga tahun yang sering terjadi pada anak yang terlambatmenyapih, sehingga komposisi gizi makanan tidak seimbang terutama dalam hal protein. Kwashiorkor dapat terjadipada konsumsi energi yang cukup atau lebih.Gejalanya : a. Pertumbuhan terhambat. b. Otot-otot berkurang dan lemah. c. Edema. d. Muka bulat seperti bulan (moonface Gangguan psikimotor.) Ciri khas dari kwashiorkor yaitu terjadinya edema di perut, kaki dan tangan. Kehadiran kwashiorkor erat kaitannya dengan albumin serum. Pada kwashiorkor gambaran klinik anak sangat berbeda. Berat badan tidak terlalu rendah, bahkan dapat tertutup oleh adanya udema, sehingga penurunan berat badan relatif tidak terlalu jauh, tetapi bila pengobatan odema menghilang, maka berat badan yang rendah akan mulai menampakkan diri. Biasanya berat badan tersebut tidak sampai dibawah 60 % dari berat badan standar bagi umur yang sesuai. Ciri-ciri : Rambut halus, jarang, dan pirang kemerahan kusam. Kulit tampak kering (Xerosis) dan memberi kesan kasar dengan garis garis permukaan yang jelas Didaerah tungkai dan sikut serta bokong terdapat kulit yang menunjukkan hyperpigmentasi dan kulit dapat mengelupas dalam lembar yang besar, meninggalkan dasar yang licin berwarna putih mengkilat. Perut anak membuncit karena pembesaran hati. Pada pemeriksaan mikroskopik terdapat perlemkan sel-sel hati. Marasmus berasal dari kata Yunani yang berarti wasting merusak. Marasmus umumnya merupakan penyakit pada bayi (12 bulan pertama), karena terlambat diberi makanan tambahan. Hal ini dapat terjadi karena penyapihan mendadak, formula pengganti ASI terlalu encer dan tidak higienis atau sering terkena infeksi. Marasmus berpengaruh dalam waku yang panjang terhadap mental dan fisik yang sukar diperbaiki. Marasmus adalah penyakit kelaparan dan terdapat banyak di antara kelompok sosial ekonomi rendah di sebagian besar negara sedang berkembang dan lebih banyak dari kwashiorkor. Gejalanya : a. Pertumbuhan terhambat. b. Lemak dibawah kulit berkurang. c. Otot-otot berkurang dan melemah. d. Berat badan lebih banyak terpengaruh dari pada ukuran kerangka, seperti : panjang, lingkar kepala dan lingkar dada. e. Muka seperti orang tua (oldman's face). Pada penderita marasmus biasanya tidak ada pembesaran hati (hepatomegalia) dan kadar lemak serta kholesterol didalam darah menurun. Suhu badan juga lebih rendah dari suhu anak sehat, dan anak tergeletak in-aktif, tidak ada perhatian bagi keadaan sekitarnya.
B.2. Akibat Kelebihan Protein.
Protein secara berlebihan tidak menguntungkan tubuh. Makanan yang tinggi proteinnya biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan obesitas. Diet protein tinggi yang sering dianjurkan untuk menurunkan berat badan kurang beralasan. Kelebihan dapat menimbulkan masalah lain, terutama pada bayi. Kelebihan asam amino memberatkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan nitrogen. Kelebihan protein akan menimbulkan asidosis, dehidrasi, diare, kenaikan amoniak darah, kenaikan ureum darah, dan demam. Ini dilihat pada bayi yang diberi susu skim atau formula dengan konsentrasi tinggi, sehingga konsumsi protein mencapai 6 g/kg BB. Batas yang dianjurkan untuk konsumsi protein adalah dua kali angaka kecukupan gizi AKG) untuk protein.
B.3. Penanggulangan Kekurangan Protein
Pengobatan terhadap Kekurangan Energi Protein adalah ditujukan untuk menambah zat gizi yang kurang, namun dalam prosesnya memerlukan waktu dan harus secara bertahap, oleh karenanya harus di rawat inap di rumah sakit. Secara garis besar penanganan KEP adalah 1) pada tahap awal harus diberikan cairan intra vena, selanjutnya dengan parenteral dengan bertahap, dan pada tahap akhir dengan diet tinggi kalori dan tinggi protein. 2) komplikasi penyakit penyerta seperti infeksi, anemia, dehidrasi dan defiseiensi vitamin diberikan secara bersamaan. 3) penanganan terhadap perkembangan mental anak melalui terapi tumbuh kembang anak.4) penanganan kepada keluarga, melalui petunjuk terapi gizi kepada ibu karena sangat penting pada saat akan keluar rumah sakit akan mempengaruhi keberhasilan penanganan KEP di rumah. Pencegahan dari KEP pada dasarnya adalah bagaimana makanan yang seimbang dapat dipertahankan ketersediannya di masyarakat. Langkah- langkah nyata yang dapat dilakukan untuk pencegahan adalah mempertahankan status gizi anak yang sudah baik tetap baik dengan menggiatkan kegiatan surveilance gizi di institusi kesehatan terdepan (Puskesmas, Puskesmas Pembantu), mengurangi resiko untuk mendapat penyakit, mengkoreksi konsumsi pangan bila ada yang kurang, penyuluhan pemberian makanan pendamping ASI, memperbaiki/mengurangi efek penyakit infeksi yang sudah terjadi supaya tidak menurunkan status gizi., merehabilitasi anak yang menderita KEP pada fase awal/BGM, meningkatkan peran serta masyarakat dalam program keluarga berencana, meningkatkan status ekonomi masyarakat melalui pemberdayaan segala sektor ekonomi masyarakat (pertanian, perdagangan, dan lain-lain).