Anda di halaman 1dari 13

BAB I

DEFINISI
 
 
 Komunikasi adalah Sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari

seseorang kepada orang lain melalui suatu cara (lisan, tulisan) tertentu
sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud penyampai
pikiran/informasi (komaruddin, 1994).
 Proses komunikasi adalah apabila pesan diterima dan dimengerti
sebagaimana di maksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah
perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana,
2003)
 Sumber (yang menyampaikan informasi)/Komunikator adalah orang yang
menyampaikan isi pernyataannya kepada penerima. Hal - hal yang menjadi
tanggungjawab pengirim pesan adalah mengirim pesan dengan jelas, memilih
media yang sesuai dan meminta kejelasan apakah pesan tersebut sudah diterima
dengan baik. (konsil kedokteran Indonesia)
 Komunikator yang baik adalah komunikator yang menguasai materi,
pengetahuannya luas dan dalam tentang informasi yang disampaikan, cara
bicaranya jelas dan menjadi pendengar yang baik saat dikonfirmasi oleh si
penerima pesan (komunikan)
 isi pesan (apa yang disampaikan) adalah Panjang pendeknya,
kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan komunikasi, media
penyampaian dan penerimanya.
 Media berperan sebagai jalan atau saluran yang dilalui isi pernyataan disampaikan
pengirim atau umpan balik yang disampaikan penerima. Berita dapat berupa lisan,
tertulis atau keduanya sekaligus.
 Penerima berfungsi sebagai penerima berita. Dalam komunikasi peran pengirim
dan penerima bergantian sepanjang pembicaraan.
 Tanggung jawab penerima adalah berkonsentrasi untuk menerima pesan dengan
baik dan memberikan umpan balik kepada pengirim. Umpan balik sangat penting
sehingga proses komunikasi berlangsung dua arah.
 NORUM/LASA adalah Norum ( Nama Obat Rupa Mirip ) adalah obat – obatan yang
memiliki nama dan rupa yang mirip
LASA ( look Alike Sound Alike ) adalah obat-obatan yang kelihatan sama dan
pengucapan yang sama
 HASIL PEMERIKSAAN KRITIS adalah hasil pemeriksaan laboratorium dan radiologi
yang harus segera mendapatkan penanganan medis yang ditandai dengan
stempel HASIL KRITIS
BAB II
RUANG LINGKUP
 
 
Ruang lingkup dari panduan ini diterapkan kepada semua pemberi
pelayanan di rumah sakit untuk safety pasien yang meliputi proses komunikasi antar
pemberi pelayanan secara lisan/via telepon dan pelaporan hasil pemeriksaan kritis, tulis
secara lengkap, baca dan eja untuk obat NORUM (Nama Obat Rupa Mirip)/ LASA
(Look A Like Sound A Like) dan konfirmasi secara lisan dan tanda tangan, monitoring
dan evaluasi, serta pelaporan bila terjadi insiden akibat komunikasi yang tidak efektif.
 
Sumber Komunikasi adalah :
 Dokter

 Perawat/Bidan

 Apoteker

 Analis laborat
 Karyawan Gizi
 Costumer

 Kasir dll
 
Unsur komunikasi meliputi:
 Sumber/komunikator (dokter, perawat, administrasi, kasir dll)
 Isi Pesan
 Media / Saluran ( Elektronik, Lisan, Tulisan )
 Penerima Komunikasi ( pasien, keluarga pasien, dokter, perawat, administrasi
rawat inap, dll )

BAB III
TATA LAKSANA
 
 
A. TUJUAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

1. Untuk memastikan tidak terjadi kekeliruan disemua aspek pengobatan dan


perawatan selama pasien berada di Rumah Sakit.
2. Terhindarnya kesalahan dalam menerima perintah secara lisan akibat
komunikasi yang tidak efektif
3. Terhindarnya kesalahan dalam menerima perintah lewat telepon akibat
komunikasi yang tidak efektif
4. Terhindarnya kesalahan dalam pemberian obat NORUM (Nama Obat Rupa
Mirip) / LASA (Look A Like Sound A Like) akibat komunikasi yang tidak efektif
5. Terhindarnya kesalahan dalam pelaporan hasil pemeriksaan kritis akibat
komunikasi yang tidak efektif
 
B. PRINSIP KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

1. Seluruh staf rumah sakit (medis, non medis) harus memahami dan menerapkan tata
cara komunikasi yang baik dan efektif.
2. Melaksanakan standar prosedur operasional yang telah tetapkan.
3. Komunikasi efektif adalah tepat waktu, akurat , jelas dan mudah dipahami oleh
penerima sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan (kesalahpahaman).
4. Dalam menuliskan kalimat yang sulit maka komunikan harus menjabarkan hurufnya
satu persatu dengan menggunkan alfabeth.
5. Ada 4 langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan komunikasi
S A J I. (Poernomo, leda SS, Program Family Health nutrition, Depkes RI).
S : Salam
A : Ajak Bicara
J : Jelaskan
I : Ingatkan

 
 Salam:

Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa Anda bersedia meluangkan waktu untuk
berbicara dengannya.
 Ajak Bicara:
Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara sendiri. Dorong agar
pasien mau dan dapat mengemukakan pikiran dan perasaannya. Tunjukkan
bahwa dokter menghargai pendapatnya, dapat memahami kecemasannya,
serta mengerti perasaannya. Dokter dapat menggunakan pertanyaan terbuka
maupun tertutup dalam usaha menggali informasi.
 Jelaskan:

Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin


diketahuinya, dan yang akan dijalani/dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh
pikirannya sendiri. Luruskan persepsi yang keliru. Berikan penjelasan
mengenai penyakit, terapi, atau apapun secara jelas dan detil.
 Ingatkan:

Percakapan yang dokter lakukan bersama pasien mungkin memasukkan


berbagai materi secara luas, yang tidak mudah diingatnya kembali. Di bagian
akhir percakapan, ingatkan dia untuk hal - hal yang penting dan koreksi untuk
persepsi yang keliru. Selalu melakukan klarifikasi apakah pasien telah mengerti
benar,maupun klarifikasi terhadap hal - hal yang masih belum jelas bagi kedua
belah pihak serta mengulang kembali akan pesan - pesan kesehatan yang
penting.

6. Kesalahan karena komunikasi yang kurang efektif bisa terjadi di hampir semua
aspek / tahapan pengobatan dan perawatan pasien. Kesalahan dalam komunikasi
bisa terjadi pada saat menerima perintah secara lisan, perintah lewat telepon dan
pelaporan hasil pemeriksaan kritis. Maksud sasaran peningkatan komunikasi
yang efektif ini untuk mencegah kesalahan dalam pemberian therapy dan tindakan
serta pelaporan hasil pemeriksaan kritis dengan menulis secara lengkap isi
perintah, baca dan eja untuk obat NORUM (Nama Obat Rupa Mirip) / LASA (Look A
Like Sound A Like) dan konfirmasi secara lisan dan tanda tangan pemberi perintah
serta penerima perintah.

C. PROSEDUR YANG MEMBUTUHKAN KOMUNIKASI


 
1. Komunikasi secara lisan, lewat telepon dan pelaporan hasil pemeriksaan
kritis :
1. Memberikan salam
2. Penerima mendengarkan pesan yang disampaikan pemberi informasi
3. Penerima informasi mendokumentasikan semua informasi di kertas;
Tulis Lengkap
  Menulis secara lengkap semua perintah yang di berikan secara lisan/lewat
telepon dan pelaporan hasil pemeriksaan kritis pada formulir catatan lengkap
perintah lisan/lewat telepon dan pelaporan hasil pemeriksaan kritis.
 Tulis nama lengkap pemberi perintah dan penerima perintah serta di tanda
tangani
 Tulis tanggal dan jam menerima perintah.
4. Penerima informasi mengulang apa yang diinformasikan kepada pemberi
informasi untuk mengecek ulang kebenaran.
Baca ulang dan eja
 Baca ulang isi perintah

 Lakukan pengejaan untuk obat NORUM (Nama Obat Rupa Mirip) / LASA
(Look A Like Sound A Like)
Konfirmasi
 Lakukan konfirmasi secara lisan kepada pemberi perintah

 Pemberian stempel TBAK pada akhir perintah,dan diberi tanda untuk


menyatakan bahwa perintah tersebut belum ditandatangani oleh pemberi
perintah.
 Minta tanda tangan pemberi perintah pada formulir catatan lengkap perintah
lisan/lewat telepon dan pelaporan hasil pemeriksaan kritis.
 
5. Daftar obat NORUM (Nama Obat Rupa Mirip) / LASA (Look A Like Sound A
Like) yang ada di RSUD Ende ( Lampiran 2)
6. Daftar Hasil Pemeriksaan Laboratorium Kritis di RSUD Ende. (Lampiran 3 ).
>Hasil Kritis yang ditemukan oleh petugas laboratorium saat melakukan
pemeriksaan langsung diberi stempel HASIL KRITIS, dan segera melaporkan ke
ruangan yang terkait dan dalam waktu
Dokter
Dalam memberikan pelayanan ke pasien seorang dokter menemukan penyakit
diluar disiplin yang dia tekuni. Untuk itu perlu dikonsulkan kepada teman sejawat
dokter ahli yang lain beberapa hal yang perlu dikomunikasikan diantaranya:
 Konsul pasien pre operasi.
 Konsul pasien rawat gabung
 Pelimpahan pasien karena berhalangan hadir
 Pelimpahan kasus pada dokter spesialis
 Pelimpahan visite dokter penanggung jawab ke dokter jaga Konsul dokter jaga
ke dokter penanggungjawab
3. Dokter Perawat
Ada beberapa hal yang perlu dikomunikasikan antara dokter dan perawat
diantaranya :
 Perawat melaporkan keadaan umum pasien ke dokter
 Dalam hal melaporkan keadaan umum pasien ke dokter perawat betul betul
memahami cara identifikasi kebutuhan pasien dengan cermat dan benar sehingga
meningkatkan komunikasi antara perawat dan dokter.
 Sistem komunikasi yang digunakan dengan SBAR.
S : situation : apa yang terjadi dengan pasien ?
B : background : hal-hal apa yang melatar belakangi kondisi
klinis pasien?
A : assesment : saya pikir apakah problemnya?
R : recommendation : apa yang saya lakukan untuk memperbaiki
kondisi itu?
 Dokter lebih memperhatikan karena informasi yang ringkas perawat bekerja lebih
cepat, mengkomunikasikan masalah dengan jelas, memberi kesempatan
menyampaikan saran kolaborasi.
 Keuntungan menggunakan metode SBAR:
1. Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif
2. Dokter percaya analisa perawat karena menunjukan perawat paham kondisi
pasien
3. Memperbaiki komunikasi, memperbaiki keamanan pasien
 
Contoh metode SBAR:
Situation
Selamat pagi Dokter , saya Zr.angel perawat lantai 2 baru
Melaporkan pasien nama ny. Astutik kamar 216 c
Sebutkan kondisi pasien yang paling spesifik:
 drainage dari tempat incisi……….or
  selang dada ……………..or
  penurunan pengeluaran urine……or
  pasien gelisah ,…….,…….
  tanda-tanda vital mengalami penurunan atau peningkatan
  trombosit….,or Hb….
 
Back ground
Diagnosa masuk…….. Tgl. Masuk……
Tindakan yang dilakukan……..
Obat-obatan yang baru diberikan…….
Alergi
O2 ____l/min _____% dalam berapa jam pemberian
T __ P ___ RR __ B/P ___ O2 sat ___ (check adanya perubahan).
Hasil Lab. – masukkan tgl. Dan waktu pemeriksaan, bandingkan dengan hasil
sebelumnya
Cantumkan informasi klinis yang lain :
Tingkat kesadaran ________
Bunyi napas ____________
Warna kulit _____________
Urine output ____________
Ekstremitas ____________
 
 
 
 
Asessment
Apa penilaian anda pada situasi itu ?
Saya pikir masalahnya adalah: tuliskan masalah yang anda pikirkan OR
Saya tidak yakin apa masalahnya , tetapi pasien memburuk. OR
Pasien kelihatannya tidak stabil.
 
Recommendation
a. Apa yang anda inginkan dari dokter ?
b. Recommendations/Interventions:
  haruskah saya mulai dengan pemberian O2,I.V.dll.?
 apakah pasien perlu diperiksakan X-RAY, BGA, ECG dan test yang lain?
  jam berapa dokter akan datang?
  apakah dokter akan konsul Dr. bedah/Dr. jantung
  apakah dokter akan memindahkan pasien ke ICU?
  dll.?
c. Pelimpahan wewenang dokter kepada perawat pemberian terapi, advis konsul
ke dokter spesialis lain.
d. Pemberian tambahan terapi via telpon yang berkaitan dengan kondisi pasien
 
3. Dokter pasien
Pengembangan hubungan dokter - pasien secara efektif yang berlangsung
secara efisien, dengan tujuan utama penyampaian informasi atau pemberian
penjelasan yang diperlukan dalam rangka membangun kerja sama antara dokter
dengan pasien. Komunikasi yang dilakukan secara verbal dan non - verbal
menghasilkan pemahaman pasien terhadap keadaan kesehatannya,
peluang dan kendalanya, sehingga dapat bersama - sama dokter mencari alternatif
untuk mengatasi permasalahannya. Penjelasan tentang keadaan pasien, anjuran
(diet, minum obat teratur, pemeriksaan laboratorium, scan, rongten). Kontrol ulang,
memperhatikan kegiatan ( menghindari kerja berat, istirahat cukup).
Pasien memahami dampak konsekuensi dengan penyakit yang diderita.
Pasien merasa dokter mendengarkan keluhannya dan mau memahami keterbatasan
kemampuannya lalu bersama mencari alternatif sesuai kondisi dan situasinya.
Pasien mau bekerjasama dengan dokter dalam menjalankan semua upaya pengobatan
dan perawatan kesehatannya.
Menjelaskan segala sesuatunya tindakan yang akan dilakukan oleh dokter dalam
upaya penyembuhan penyakitnya dituangkan dalam inform consent

  Pasien memahami dampak konsekuensi dengan penyakit yang diderita.


 Pasien merasa dokter mendengarkan keluhannya dan mau memahami
keterbatasan kemampuannya lalu bersama mencari alternatif sesuai kondisi
dan situasinya.
 Pasien mau bekerjasama dengan dokter dalam menjalankan semua upaya
pengobatan dan perawatan kesehatannya.
 Menjelaskan segala sesuatunya tindakan yang akan dilakukan oleh dokter
dalam upaya penyembuhan penyakitnya dituangkan dalam inform consent
Contoh Hasil Komunikasi Efektif:
 Pasien merasa dokter menjelaskan keadaannya sesuai tujuannya berobat.
Berdasarkan pengetahuannya tentang kondisi kesehatannya, pasien pun
mengerti anjuran dokter, misalnya perlu mengatur diet, minum atau
menggunakan obat secara teratur, melakukan pemeriksaan
(laboratorium, foto/rontgen, scan) dan memeriksakan diri sesuai jadwal,
memperhatikan kegiatan (menghindari kerja berat, istirahat cukup, dan
sebagainya).
 Pasien memahami dampak yang menjadi konsekuensi dari penyakit yang
dideritanya (membatasi diri, biaya pengobatan), sesuai penjelasan
dokter.
 Pasien merasa dokter mendengarkan keluhannya dan mau memahami
 keterbatasan kemampuannya lalu bersama mencari alternatif sesuai kondisi
dan situasinya, dengan segala konsekuensinya.
 Pasien mau bekerja sama dengan dokter dalam menjalankan semua upaya
pengobatan/perawatan kesehatannya.
Contoh Hasil Komunikasi Tidak Efektif:
 Pasien tetap tidak mengerti keadaannya karena dokter tidak menjelaskan,
hanya mengambil anamnesis atau sesekali bertanya, singkat dan mencatat
seperlunya, melakukan pemeriksaan, menulis resep, memesankan untuk
kembali, atau memeriksakan ke laboratorium/foto rontgen, dan sebagainya.
 Pasien merasa dokter tidak memberinya kesempatan untuk bicara, padahal
ia yang merasakan adanya perubahan di dalam tubuhnya yang tidak ia
mengerti dan karenanya ia pergi ke dokter. Ia merasa usahanya sia - sia
karena sepulang dari dokter ia tetap tidak tahu apa-apa, hanya mendapat
resep saja.
 Pasien merasa tidak dipahami dan diperlakukan semata sebagai objek,
bukan sebagai subjek yang memiliki tubuh yang sedang sakit.
 Pasien ragu, apakah ia harus mematuhi anjuran dokter atau tidak.
 Pasien memutuskan untuk pergi ke dokter lain.
 Pasien memutuskan untuk pergi ke pengobatan alternatif atau
komplementer atau menyembuhkan sendiri (self therapy).
 
Contoh sikap dokter ketika menerima pasien:
 Menyilakan masuk dan mengucapkan salam.
 Memanggil/menyapa pasien dengan namanya.
 Menciptakan suasana yang nyaman (isyarat bahwa punya cukup waktu,
menganggap penting informasi yang akan diberikan, menghindari tampak
lelah).
 Memperkenalkan diri, menjelaskan tugas/perannya (apakah dokter
umum,spesialis, dokter keluarga, dokter paliatif, konsultan gizi, konsultan
tumbuh kembang, dan lain-lain).
   Menilai suasana hati lawan bicara
 Memperhatikan sikap non-verbal (raut wajah/mimik, gerak/bahasa tubuh)
pasien
 Menatap mata pasien secara profesional yang lebih terkait dengan makna
menunjukkan perhatian dan kesungguhan mendengarkan.
 Memperhatikan keluhan yang disampaikan tanpa melakukan interupsi
yang tidak perlu.
 Apabila pasien marah, menangis, takut, dan sebagainya maka dokter tetap
menunjukkan raut wajah dan sikap yang tenang.
 Melibatkan pasien dalam rencana tindakan medis selanjutnya atau
pengambilan keputusan.
 Memeriksa ulang segala sesuatu yang belum jelas bagi kedua belah
pihak.
 Melakukan negosiasi atas segala sesuatu berdasarkan kepentingan kedua
belah pihak.
 Membukakan pintu, atau berdiri ketika pasien hendak pulang.
 
4. Apotek Dokter
Apoteker/asisten apoteker mengkonfirmasikan dokter penulis resep terhadap hal-hal
yang kurang jelas (nama obat, aturan pakai, kemiripan nama obat dengan beda
khasiat, mengganti padanan obat apabila stok kosong)
 

5. Apotek perawat
Apabila ada ketidakjelasan tentang aturan pemberian obat perawat
mengkonfirmasikan kepada apotek.

6. Apotek pasien
Penyerahan obat-obatan pasien rawat jalan petugas memberikan konseling kepada
pasien sejelas jelasnya (aturan minum; signa, sebelum makan, sesudah makan
bersama makan, dikumurkan, dioleskan, dimasukan di dubur, inhalasi, lewat vagina,
sub cutan, diteteskan dll , efek samping obat)
 
Dokter Ahli gizi
Dalam hal menentukan gizi pasien dokter bersama ahli gizi mendiskusikan
kecukupan nutrisi demi kesembuhan pasien
 

8. Perawat pasien
Perawat menjelaskan kepada pasien tentang asuhan keperawatan
 

9. Laboratorium perawat
Petugas laborat memberikan informasi kepada perawat hasil laborat apabila
dibutuhkan sesegera mungkin untuk keperluan pengobatan.
 

10. Ahli Gizi pasien


Ahli gizi memberikan konseling tentang kebutuhan asupan gizi ketika pasien dirawat
atau ketika pasien direncanakan rawat jalan untuk kesembuhan penyakitnya.
 
Komunikasi Saat Memberikan Edukasi
Komunikasi saat memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga
Prosesnya:
Tahap asesmen pasien sebelum melakukan edukasi, petugas menilai dulu
kebutuhan edukasi pasien dan keluarga berdasarkan :
1. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan kelurga\kemampuan membaca, tingkat
pendidikan dan bahsa yang digunakan
2. Hambatan emosional dan motivasi (emosional: depresi, senang dan marah)
3. Keterbatasan fisik dan kognitif
4. Ketersediaan pasien untuk menerima informasi
Tahap cara menyampaikan informasi dan edukasi yang efektif. Setelah melalui
tahap asesmen pasien ditemukan:
1. Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proses
komunikasinya mudah disampaikan
2. Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan fisik (tuna rungu dan
tuna wicara) maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet kepada
pasien dan keluarga sekandung (istri, anak, ayah, ibu atau saudara
sekandung) dan menjelaskannya kepada mereka
3. Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien
(pasien marah atau depresi) maka komunikasi yang efektif adalah memberikan
materi edukasi dam menyarankan pasien membaca leaflet. Apabila pasien
tidak mengerti materi edukasi, pasien bisa menghubungi medical information.
Tahap cara verifikasi bahwa pasien menerima dan memahami edukasi yang
diberikan:
1. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, kondisi
pasien baik dan senang maka verifikasi yang dilakukan adalah menanyakan
kembali edukasi yang telah diberikan. Pertanyaannya adalah “Dari materi
edukasi yang telah disampaikan kira-kira apa yang bapak/ibu bisa pelajari”.
2. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, pasiennya
mengalami hambatan fsik maka verifikasi adalah dengan pihak keluarganya
dengan pertanyaan yang sama, “ Dari materi edukasi yang telah
disampaikan kira-kira apa bpk/ibu bisa pelajari?”
3. Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi ada
hambatan emosional (marah atau depresi) maka verifikasinya adalah dengan
tanyakan kembali sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi edukasi
yang diberikan dan dipahami. Proses pertanyaan ini bisa via telepon atau
datang langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang.

D. MONITORING DAN EVALUASI


 
1. Seluruh jajaran manajemen Rumah Sakit secara berkala melakukan
monitoring dan evaluasi pada satuan kerja terkait pelaksanaan
komunikasi yang efektif antar pemberi pelayanan.
2. Komite Keselamatan Pasien (KMKP) melakukan pencatatan insiden terkait
keselamatan pasien yang berhubungan dengan kesalahan dalam komunikasi
yang tidak efektif.
3. Tim SKP (Sasaran Keselamatan Pasien), secara berkala melakukan evaluasi
Kebijakan, Pedoman, Panduan dan SPO keselamatan pasien terkait
komunikasi yang efektif antar pemberi pelayanan di RSUD Ende.
4. Satuan kerja melakukan audit terhadap kegiatan pelaksanaan
komunikasi yang efektif dengan menggunakan instrument (lampiran 1).
5. Tim SKP (Sasaran Keselamatan Pasien), membuat tindak lanjutnya
berdasarkan hasil audit.
 

BAB IV
DOKUMENTASI
 
 
 
1. Bukti Pelaksanan Pelatihan
2. Sertifikat Pelatihan Staf
3. Formulir pencatatan lengkap perintah lisan/melalui telepon/pelaporan hasil
pemeriksaan kritis.
 

Dokumen pelaporan insiden yang diakibatkan oleh komunikasi yang tidak efektif ( KTD,
KNC dan kejadian sentinel) adalah :
1. Pelaporan Insiden Internal RS
2. Form Kronologis Insiden
3. Form Laporan Kondisi Potensial Cedera
4. Form Tabel Asesmen Resiko.
 
 
LAMPIRAN 1:
 
CONTOH SBAR
Bila anda pertelpon sebutkan identitas pasien tapi bila tidak, cukup menuliskan
SBAR karena sudah ada stiker pasien di integrated note
S . Pro operasi open prostat. Tgl. 18-10-2009 jam 12.00
B . Px. Dengan BPH. Dr.Widi Suhu 36.5 ° C , nadi 80x/menit, T. 130/80 , RR. 18
x/menit, SPO2 99 %, TB. 165 cm, BB. 60 kg.
RPD. - hypertensi, DM, Alergi terhadap golongan sulfa
Sudah dikonsulkan ke Dr. ismet dapat terapi norvask 5mg 1-0-0 dan actrapid 3 x
14 iu sc
Hasil Echo:disfungsi diastolik ventrikel kiri , EF.60
Hasil laborat dan foto IVP, THORAK terlampir
A . Kemungkinan operasi dengan resiko ringan
R . Mohon persiapan operasi
 
S Selamat pagi dokter…. Saya suster…..perawat ruang …………….…
Melaporkan pasien ( nama, kamar), umur ……………..
Sebutkan kondisi pasien yang spesifik misalnya: …………..….
Drainage dari luka insisi/selang dada/penurunan keluaran urine dll
Pasien gelisah ……....Tanda-tanda vital mengalami peningkatan atau
penurunan
B Perawat menyiapkan data-data pasien misalnya: MRI, lembar balance
cairan/catatan lain
Sebutkan diagnosa masuk………. Tgl hari rawat ke………………..
atau panas hari ke….atau post op.hari ke ……Tindakan yang sudah
dilakukan ……..
Obat-obat yang sudah diberikan (bila P/B sebutkan semua obat yang
dikonsumsi Ps
Untuk hand over sebutkan obat yang mendukung situasi/masalah
Adakah alergi……..? O2…l/mnt, Tensi: ……Suhu: …Nadi: ….RR:
….saturasi O2
Hasil Laborat (abnormal)? Pasien masuk tanggal …….waktu………..
Pemeriksaan, bandingkan dengan hasil sebelumnya
Cantumkan informasi klinis yang lain misalnya: tingkat kesadaran, bunyi
nafas, warna kulit, urine output, ekstremitas
A Apa penilaian anda pada situasi itu?
Saya pikir masalanya adalah: ……(tuliskan masalah yang anda pikirkan
atau saya tidak yakin apa maslahnya, tetapi apsien memburuk atau pasien
kelihatannya tidak stabil
R Apa yang anda inginkan dari dokter (Recommendations/Interventions)
Haruskan saya mulai dengan pemberian O2
Apakah pasien perlu diperiksakan x-ray, EKG dan test yang lain
Jam berapa doker akan datang?
Apakah dokter akan konsul ke dokter bedah?Apakah dokter akan
memindahkan pasien ke ICU?
 
DAFTAR ISI
 
 
 
 
BAB I : DEFINISI…………………………………………………………………..1

BAB II : RUANG LINGKUP………………………………………………………..3

BAB III : TATA LAKSANA…………………………………………………………4

A. TUJUAN KOMUNIKASI YG EFEKTIF…….……………………….4

B. PRINSIP KOMUNIKASI YANG EFEKTIF…………………………4

C. PROSEDUR YG MEMBUTUHKAN KOMUNIKASI………………6

D. MONITORING DAN EVALUASI…………………………………...15

BAB IV : DOKUMENTASI ……………………………………………………….16

LAMPIRAN 1 : CONTOH SBAR………………………………………………..17

LAMPIRAN 2 : Daftar Obat NORUM/LASA……………………………………18

LAMPIRAN 3 : Daftar Hasil Pemeriksaan Laboratorium

 
 
 
 
 
 

 
 
 

 
 

Anda mungkin juga menyukai