DEFINISI
1
dimengerti oleh pihak – pihak terkait. Bentuk Komunikasi antara lain
Elektronik, Lisan dan Tertulis. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan
antara lain terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan, perintah
diberikan melalui telepon, dan saat pelaporan kembali hasil pemeriksaan
kritis.
11. Komunikasi efektif antar pemberi layanan dilakukan antara dokter dengan
dokter, dokter dengan perawat, dokter dengan tenaga penunjang lain
(laboratorium, radiologi, farmasi dll), perawat dengan perawat, dan perawat
dengan tenaga penunjang lain (laboratorium, radiologi, farmasi, dll).
12. Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan
sikap, perilaku atau perubahan opini pada orang yang terlibat dalam
komunikasi.
Dalam pelayanan medis, proses komunikasi memegang peran sentral.
Komunikasi antara dokter dengan dokter, dokter dengan pasien, dokter
dengan perawat, perawat dengan pasien terjadi setiap saat. Hampir setiap
detik di rumah sakit akan terjadi proses komunikasi dengan berbagai maksud
dan tujuan.
13. Komunikasi antar dokter bisa menyangkut diskusi atau konsultasi.
Komunikasi perawat dan dokter bisa terjadi pada saat perawat melaporkan
perkembangan pasien.
14. Komunikasi dokter dan perawat bisa menyangkut rencana medis yang akan
dijalani pasien.
15. Komunikasi antar perawat dapat menyangkut serah terima tanggung jawab
atau pergantian tugas jaga. Informasi yang tidak akurat dalam setiap alih
informasi dapat menimbulkan kesalahan dan Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD).
16. Komunikasi yang kurang dapat menciptakan situasi terjadinya kesalahan
rnedis (medical eror) yang berpotensi menyebabkan cedera berat atau
kematian pasien yang tidak diinginkan. Kesalahan medis, khususnya yang
2
disebabkan kegagalan komunikasi merupakan permasalahan yang dapat
ditemukan di berbagai organisasi kesehatan.
17. Sifat komunikasi
Ditinjau dari sifatnya, komunikasi diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Komunikasi verbal (penyampaian pesan melalui kata-kata)
1) Komunikasi lisan
2) Komunikasi tulisan
b. Komunikasi nonverbal (penyampaian pesan tanpa kata-kata) : Komunikasi
bahasa tubuh
TUJUAN
1. Penerapan sistem komunikasi efektif secara lisan atau melalui telepon di
antara pemberi pelayanan.
2. Penerapan sistem pelaporan nilai kritis hasil uji diagnostik melalui lisan atau
telepon dengan metode TBaK.
3. Penerapan proses komunikasi serah terima dengan metode SBAR, yang
terdokumentasi dalam SOAP untuk petugas medis dan SOAPIER untuk
perawat.
4. Sebagai panduan dalam berkomunikasi yang efektif antar pemberi layanan
agar tidak terjadi / mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan
pasien.
3
BAB II
RUANG LINGKUP
4
BAB III
KEBIJAKAN
5
12. Seluruh kegiatan komunikasi antar pemberi layanan mengacu pada buku
buku Pedoman Keselamatan Pasien dan Panduan Keselamatan Pasien di
RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda
13. Panduan Komunikasi Efektif Antar pemberi Layanan diperlukan dalam upaya
meningkatkan keselamatan pasien di RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda.
14. Semua Staf dan tenaga kesehatan yang bekerja di RSUD A. Wahab Sjahranie
Samarinda harus memahami dan mengaplikasikan Panduan Komunikasi
Efektif dalam upaya meningkatkan keselamatan pasien
15. Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang
dipahami oleh penerima, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan
peningkatan keselamatan pasien
16. Perintah lisan melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan secara
lengkap oleh penerima perintah, hasil pemeriksaan tersebut dibacakan
kembali oleh penerima perintah hasil pemeriksaan tersebut, dan dilakukan
konfirmasi oleh individu yang memberi perintah atau hasil pemeriksaan
tersebut
17. Komunikasi efektif antar pemberi layanan menggunakan teknik SBAR dan
mendokumentasikan hasil perintah perintah atau hasil pemeriksaan dengan
menggunakan TbaK (Tulis – Baca – Konfirmasi). Dalam menerima perintah
yang berkaitan dengan obat-obat high alert / LASA (Look Alike Sound Alike),
yaitu dengan kemiripan sama jika diucapkan, maka harus dieja mengunakan
Internasional Phonetic Alphabet
18. Untuk semua komunikasi yang dilakukan secara tidak langsung / tidak
bertatap muka, maka harus dilakukan konfirmasi oleh pemberi instruksi.
19. Komunikasi hasil pemeriksaan kepada penanggungjawab pasien lewat WA
harus terlebih dahulu menghubungi penanggungjawab pasien dan perintah
yang disampaikan lewat WA wajib dikonfirmasi ulang dengan membubuhkan
stempel komfirmasi dicatatan perkembangan pasien yang terkonfirmasi
dalam waktu 1 x 24 jam
6
20. Penilaian perkembangan pasien oleh perawat dilaksanakan dengan Metode
SBAR yang kemudian akan didokumentasikan dalam catatan terintegrasi
berupa SOAPIER.
21. Melakukan evaluasi secara periodik triwulan terhadap penerapan komunikasi
efektif dan mencatat temuan – temuan yang berkaitan dengan
penerapannya.
7
BAB IV
TATA LAKSANA
A. Metode TBaK
Pelaksanaan Metode TBaK pada saat melakukan dan menerima pesan
lewat lisan atau telepon baik itu berupa instruksi tindakan ataupun pemberian
terapi adalah sebagai berikut:
1. Petugas kesehatan pemberi pesan intruksi ataupun terapi melalui lisan
ataupun telepon kepada petugas kesehatan lainnya
2. Petugas kesehatan lainnya penerima pesan akan melakukan prosedur:
Tulis instruksi ataupun terapi dan jam diterimanya informasi di catatan
terintegrasi berkas rekam medis oleh penerima informasi
Bacakan kembali nama dan tanggal lahir pasien serta instruksi maupun terapi
pasien oleh petugas kesehatan penerima informasi untuk verifikasi
Konfirmasi ulang kebenaran nama dan tangga lahir serta instruksi ataupun
terapi pasien yang dibacakan kembali oleh petugas kesehatan penerima
pesan.
3. Pemberi instruksi harus segera melengkapi dokumentasi verifikasi secara
tertulis di catatan terintegrasi dalam kolom stempel verifikasi komunikasi
efektif dalam 1 x 24 jam
4. Untuk kata-kata yang sulit didengar, pemberi / penerima informasi / instruksi
dapat mengeja alfabet agar tidak salah penafsiran sesuai Internasional
Phonetic Alphabet sebagai berikut :
8
B. Metode SBAR
SBAR adalah pola/tehnik komunikasi yang harus dilakukan untuk melapor
atau berkomunikasi dengan teman seprofesi atau antar profesi (interdisiplin
ilmu) untuk menghindari kesalahan komunikasi dan bertujuan agar dapat
memberikan pelayanan yang baik bagi pasien.
S (Situation) : Kondisi terkini yang terjadi pada pasien
B (Background) : Informasi penting yang melatarbelakangi
kondisi/keluhan pasien
A (Assessment) : Hasil penilaian/pengkajian kondisi pasien
R (Recomendation) : Apa yang perlu dilakukan/saran untuk mengatasi
masalah pasien
1. Tujuan
Untuk memastikan komunikasi yang optimal antara petugas kesehatan
tentang kondisi pasien
2. Waktu Pemberian SBAR
a. Saat visite dokter
b. Saat ada perubahan kondisi pasien/pelaporan kondisi pasien kritis.
c. Saat pertukaran shift
d. Saat berkomunikasi dengan bagian/tenaga kesehatan lain
e. Saat transfer pasien
3. Hal yang harus dilakukan sebelum melakukan SBAR
a. Evaluasi kondisi pasien : Cek TTV dan pemeriksaan lainnya yang sesuai
dengan kondisi pasien (misalnya : cek gula darah, suara paru, suara
peristaltik, dan lain.
b. Siapkan informasi-informasi yang sesuai dengan kondisi pasien.
c. Review hasil laboratorium terakhir dan analisanya (kecenderungan naik,
turun, atau tidak ada perubahan), catatan keperawatan terkini, obat-
obatan terkini.
9
4. Pencatatan SBAR oleh perawat di CPPT
a. Minimal 1 kali dalam 1 shift
10
c. Perawat memastikan diagnosa medis pasien
d. Perawat membaca dan pahami catatan perkembangan terkini dan hasil
pengkajian perawat shift sebelumnya.
e. Perawat menyiapkan medical record pasien termasuk rencana perawatan
harian
Situasi
Ceritakan:
a. Identitas pasien (nama, kamar, umur, hari rawatan)
b. Diagnosa medis
c. Data subjektif dan objektif yang ditemui pada pasien hari ini atau
sebelumnya yang belum dilaporkan (Temuan klinis terbaru)
Background
Ceritakan : Informasi penting latar belakang klinis pasien
a. Riwayat sebelumnya (Boleh data sebelumnya)
b. Riwayat Medis
c. Therapy yang sudah diberikan
d. Ceritakan tentang hasil pemeriksaan diagnostik yang sudah dilakukan
sebelumnya (Lab, radiologi, EKG, dll)
Assessment
a. Sampaikan tindakan yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah yang
timbul
b. Apa analisa dan pertimbangan perawat
Kondisi pasien memburuk
kondisi pasien kelihatannya tidak stabil
c. Ceritakan tentang kesimpulan masalah pasien
Rekomendasi
a. Tanyakan apa saran untuk mengatasi masalah pasien
Bagaimana penatalaksanaan selanjutnya untuk pasien ini Dokter?
11
Sepertinya tindakan ini harus ditunda terlebih dahulu.
b. Tanyakan Adakah pemeriksaan lainnya yang diperlukan
Apakah ada pemeriksaan lainnya yang harus kita lakukan?
Apakah ada pemeriksaan laboratorium lagi yang harus kita lakukan
Adakah pemeriksaan radiologi lainnya yang harus kita lakukan
c. Tanyakan apakah ada perubahan therapy
d. Berikan pendapat perawat untuk menangani masalah
Apakah pasien perlu di EKG.
Apakah pasien perlu diperiksa X –Ray
Apakah hari ini perlu diperiksa darah rutin lagi?
e. Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan akan dilakukan.
f. Tanyakan apakah perlu dikonsultasikan ke dokter laninnya
g. Tanyakan apakah pasien perlu dipindahkan ke ruang lainnya yang sesuai
dengan kondisi pasien (Intensive/ruang biasa/pindah ruangan)
Apakah pasien sudah bisa dipindahkan ke ruang rawat inap
biasa(pasien di ruang intensive)
Apakah pasien sudah bisa alih rawat ke bagian penyakit dalam(pasien
bedah rawat bersama dengan penyakit dalam)
Apakah dokter akan memidahkan pasien ke ruang intensive (pasien di
ruang rawat inap).
CATATAN : Hasil yang didapatkan saat dilakukan visite harus ditulis oleh
dokter dalam bentuk SOAP di CPPT
Contoh komunikasi SBAR pada saat visite dokter (tidak dituliskan tapi
dikomunikasikan)
KASUS :
Rabu 17 Juni 2019
Tn. B usia 35 tahun dirawat di ruang Anggrek dengan DBD hari rawatan
ke-3. Selama rawatan malam pasien tidak mengeluh demam namun
12
terdapat perdarahan di gusi. Trombosit hasil pemeriksaan Selasa sore
(16 Juni 2019) 25.000 g/dl, dan pemeriksaan Rabu Pagi 20.000 g/dl Terapi
dokter :
IVFD NaCl 0,9% selang seling dengan fimahes 30 tts/menit
Transamin 1 ampul/8 jam
Tehnik SBAR perawat pada saat visite pukul 09.00 WIB
S : Dokter ini Tn. B usia 35 tahun dengan DBD hari rawatan ke 3.
Selama rawatan dari kemaren sore sampai dengan pagi ini
pasien tidak demam lagi namun terjadi perdarahan di gusi.
Nilai trombosit pagi ini 20.000 g/dl. Tanda tanda vital masih
stabil (TD : 120/90 mmHg, HR 75 x/menit, RR 20 x/menit,
T = 36,7 C).
B : Nilai trombosit kemaren sore 25.000 g/dl dan pasien sudah
mendapatkan terapi transamin 1 ampul/8 jam. Terapi lain
yang didapatkan adalah terapi cairan NaCl 0,9% dan Fimahes
30 tetes/menit.
A : Trend trombosit menurun. Perdarahan yang terjadi hanya di
gusi saja, belum ditemukan ptechiae atau perdarahan lainnya.
R : Bagaimana dokter untuk tata laksana selanjutnya. Apa perlu
diberikan transfusi trombosit. Kemudian dokter akan
melakukan validasi data dengan pasien, dan memberikan
instruksi terapi yang dituliskan di lembar CPPT.
8. Cara komunikasi SBAR pada dokter saat terjadi perubahan kondisi pasien
(yang dikomunikasikan). Sebelum melaporkan Perawat/Dokter jaga ruangan
harus :
a. Mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini
b. Mengumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan dengan
kondisi pasien yang akan dilaporkan
c. Memastikan diagnosa medis pasien
13
d. Membaca dan pahami catatan perkembangan terkini dan hasil pengkajian
perawat shift sebelumnya.
e. Menyiapkan medical record pasien termasuk rencana perawatan harian
Situasi
Ceritakan:
a. Identitas pelapor (Nama, status dan ruang rawat)
b. Identitas pasien (nama, kamar, umur, hari rawatan)
c. Diagnosa medis
d. Data subjektif dan objektif yang ditemui pada pasien hari ini atau
sebelumnya yang belum dilaporkan (Temuan klinis terbaru)
Background
Ceritakan : Informasi penting latar belakang klinis pasien
a. Riwayat sebelumnya (Boleh data sebelumnya)
b. Riwayat Medis
c. Therapy yang sudah diberikan
d. Ceritakan tentang hasil pemeriksaan diagnostik yang sudah dilakukan
sebelumnya (Lab, radiologi, EKG, dll)
Assessment
a. Sampaikan tindakan yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah yang
timbul
b. Apa analisa dan pertimbangan perawat
Saya rasa kondisi pasien saat ini bisa memperburuk kondisi pasien
Saya tidak yakin apa masalahnya tetapi kondisi pasien memburuk
Saya tidak yakin apa masalahnya tetapi pasiein kelihatannya tidak
stabil
c. Ceritakan tentang kesimpulan masalah pasien
14
Rekomendasi
a. Tanyakan apa saran untuk mengatasi masalah pasien
Bagaimana penatalaksanaan selanjutnya untuk pasien ini Dokter?
Sepertinya tindakan ini harus ditunda terlebih dahulu.
b. Tanyakan adakah pemeriksaan lainnya yang diperlukan
Apakah ada pemeriksaan lainnya yang harus kita lakukan?
Apakah ada pemeriksaan laboratorium lagi yang harus kita lakukan
Adakah pemeriksaan radiologi lainnya yang harus kita lakukan
c. Tanyakan apakah ada perubahan therapy
d. Berikan pendapat perawat untuk menangani masalah
Apakah pasien perlu di EKG.
Apakah pasien perlu diperiksa X –Ray
Apakah hari ini perlu diperiksa darah rutin lagi?
e. Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan akan dilakukan
f. Tanyakan kapan kedatangan dokter
g. Tanyakan apakah perlu dikonsultasikan ke dokter lainnya
h. Tanyakan apakah pasien perlu dipindahkan ke ruang lainnya yang sesuai
dengan kondisi pasien (Intensive/ruang biasa/pindah ruangan)
Apakah pasien sudah bisa dipindahkan ke ruang rawat inap biasa
(pasien di ruang intensive)
Apakah pasien sudah bisa alih rawat ke bagian penyakit dalam (pasien
bedah rawat bersama dengan penyakit dalam
Apakah dokter akan memidahkan pasien ke ruang intensive (pasien di
ruang rawat inap).
CATATAN : Jawaban SBAR yang dilakukan via telepon dan komunikasi via
WA,SMS maka jawaban dokter ditulis oleh perawat/dokter jaga di CPPT di
kolom instruksi dokter dengan cara :
15
TBaK :
T : Tuliskan instruksi dokter
Ba : Baca kembali dan eja bila ragu atas instruksi dokter
K : Konfirmasi pada saat dokter visite dan minta dokter untuk melakukan
stempel Konfirmasi di bawah tulisan perawat/dokter jaga
Contoh komunikasi SBAR pada saat terjadi perubahan kondisi pasien via
telpon
KASUS :
Senin, 15 Juni 2019 pukul 21.00 WITA
Tn. B usia 35 tahun masuk ruang Anggrek sejak tanggal 14 Juni 2019
dengan keluhan demam (40C), trombosit 80.000 g/dl. Selama proses
rawatan pasien perlu pemberian cairan Fimahes 30 tts /menit, PCT 3 X
500 mg, pemantauan : demam, kadar trombosit serial per 12 jam, dan
tanda-tanda perdarahan.
Tanggal 15 Juni 2019 pukul 21.00, pasien tiba-tiba mengalami perdarahan
dari gusi. Kadar trombosit pukul 18.00 WITA 50.000 g/dl. Tanda-tanda
Vital TD 120/80 mmHg, HR 80 x/mnt, RR 20 x/mnt dan T : 37,5 C
Tehnik SBAR pada saat terjadi perubahan kondisi pasien
Senin 15 Juni 2019 pukul 21.00 WIB.
S : selamat malam dokter, saya Ana, perawat jaga malam di
Ruang Anggrek, mau melapor kondisi Tn. B usia 35 tahun
dengan diagnosa medis DHF grade III. Pasien malam ini
mengalami perdarahan di gusi, hasil pemeriksaan trombosit
hari ini jam 18.00 wib nilai trombosit 50.000 gr/dl.
B : Pasien hari rawatan ke 2. Trombosit sebelumnya 80.000 gr/dl,
dan terapi sebelumnya hanya pemberian cairan fimahes 30
tts/menit dan PCT 3 x 500 mg
16
terjadi di area gusi, dan tidak ditemukan ptechiae. Tanda-
tanda vital pasien masih stabil (TD 120/80 mmHg, HR 80
x/mnt, RR 20 x/mnt dan T : 37,5 C)
R : Bagaimana tatalaksana selanjutnya untuk perdarahan dokter?
Apa pasien perlu diberikan transamin? Kemudian dokter akan
menjawab dan memberikan intruksi yang harus dicatat di
CPPT
9. Komunikasi SBAR pada saat serah terima
Komunikasi serah terima pasien adalah proses pengalihan informasi dan
tanggung jawab perawatan pasien dari satu petugas kesehatan ke petugas
kesehatan lainnya, yang dapat terjadi pada kegiatan :
a. Sesama tenaga kesehatan : antar dokter, dari dokter ke tenaga kesehatan
lainnya, atau antara tenaga kesehatan saat pergantian shift kerja
b. Antara unit perawatan : pasien rawat inap biasa pindah ke ICU, atau dari
IGD ke ruang operasi
c. Dari ruang perawatan pasien ke departemen radiologi untuk uji
diagnostic radiologi
10. Prinsip komunikasi hand over yang efektif meliputi hal-hal berikut :
a. Komunikasi interaktif yang memungkinkan pemberi informasi dan
penerima informasi memperoleh kesempatan untuk saling bertanya
b. Pesan yang disampaikan bersifat terkini (update) yang berisi tentang
perawatan pasien, pengobatan, pelayanan, kondisi, serta perubahan-
perubahan yang baru saja dialami dan yang perlu diantisipasi
c. Terjadi proses verifikasi informasi yang diterima dengan cara mengulang
kembali (repeat back) dan membaca kembali (read back) setepat
mungkin
d. Ada kesempatan bagi penerima informasi untuk melakukan peninjauan
kembali data historis pasien yang meliputi data perawatan dan terapi
sebelumnya
17
e. Interupsi harus diminimalkan supaya pesan dapat dilakukan seoptimal
mungkin tanpa terjadi kesalahan
Situasi
Ceritakan :
a. Identitas pasien (nama, umur, hari rawatan, DPJP)
b. Diagnosa medis pasien
c. Masalah Keperawatan
d. Data subjektif dan objektif yang ditemui pada pasien hari ini atau
18
b. Riwayat Medis
c. Ceritakan tentang therapy yang sudah diberikan
d. Ceritakan tentang hasil pemeriksaan diagnostik yang sudah dilakukan
(Lab, radiologi, EKG, dll)
Assessment
Ceritakan kesimpulan atau analisa masalah keperawatan dan
Rekomendasi
a. Intervensi mandiri/kolaborasi yang perlu dikerjakan
b. Hal-hal khusus yang menjadi perhatian
Sebelum melaporkan perawat harus :
a. Mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini
b. Perawat mengumpulkan data-data yang diperlukan yang
berhubungan dengan kondisi pasien yang akan dilaporkan
c. Perawat memastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah
keperawatan yang harus dilanjutkan
d. Perawat membaca dan pahami catatan perkembangan terkini dan
hasil pengkajian perawat shift sebelumnya.
e. Perawat menyiapkan rencana perawatan harian
Contoh komunikasi SBAR pada saat serah terima perawat tiap shift
Tanggal 15 juni 2019
Situation
Tn. A umur 25 tahun masuk kemaren sore dari IGD pukul 18.00 wib
dengan diagnosa medis cephalgia. DPJP dr.Susilo, Sp.S Masalah
keperawatan yang muncul pada saat pengkajian awal adalah nyeri di
kepala dan pinggang. Saat ini pasien masih sakit kepala dengan skala
nyeri 6, masih mual pada saat bergerak. TD : 110/70 mmHg, HR :
87x/menit, RR : 23 x/menit, T : 36, 7C Muntah tadi malam 3 kali.
19
Pasien masih mengeluh nyeri pinggang dengan skala nyeri 5. Pasien
direncanakan CT scan dari IGD namun belum dilakukan.
Background
Pasien punya riwayat sakit kepala sejak 2 bulan yang lalu. Pasien mual
pada saat bangun dari posisi tidur. Muntah terjadi 2 kali. Dari IGD
therapy yang sudah diberikan :
IVF RL 20 gtt/menit
Injeksi Ranitidin 1 ampul/12 jam
Injeksi kalmetason 1 ampul/8 jam
Injeksi ceftriaxone 1 gram/12 jam
Pasien sudah diperiksa laboratorium di IGD tanggal 14 juni 2019: Hasil
pemeriksaan laboratorium 2014 :
Hb : 15,7 gr/dL
Ht : 45 % Leukosit : 6,3 103 /mm3
Eritrosit : 5,4 106 /mm3
Trombosit : 289 103U/L Gula
Darah Sewaktu : 120 mg/dL
Ureum : 21 mg/dL
Creatinin : 1 mg/dL
Assesment
Untuk saat ini nyeri belum teratasi
Rekomendasi
Kaji nyeri kembali
Tanyakan pada dokter untuk planning foto lumbal dan
pertimbangan konsul ke rehabilitasi medik
Intervensi lainnya dilanjutkan
20
2) Komunikasi serah terima metode SBAR saat transfer pasien (antar
ruangan, IBS, dari IGD ke ruang rawat)
Sebelum transfer pasien pastikan formulir transfer sudah diisi. Saat
transfer pasien komunikasikan :
S : Sebutkan nama pasien, diagnosa medisnya, dan DPJP nya
B : Sebutkan asal ruangan Terapi yang sedang dan sudah
dijalankan
A : Hal-hal yang terpasang pada pasien
R : Hal-hal yang perlu dilakukan oleh petugas selanjutnya
Contoh :
S : Pasien Ny. N dengan diagnosa medis Ca. Mammae
B : Pasien dari Ruang Anggrek hasil foto....,laboratorium....dll
A : Pasien terpasang infus hari ke.... , kateter hari ke , NGT hari
ke..... ,
R : Mohon diinformasikan ulang kepada dokter
P = Plan / Intervensi
21
Merupakan rencana yang disusun untuk mengatasi permasalahan
pasien/klien atau keluarga berdasarkan masalah atau diagnosa
keperawatan yang muncul.
I = Implementasi
Merupakan pelaksanaan dari rencana yang telah disusun berdasarkan
masalah atau diagnosa keperawatan yang muncul.
E = Evaluasi
Merupakan hasil evaluasi dari respon pasien/klien atau keluarga terhadap
intervensi/implementasi yang sudah dilakukan kepada pasien atau
keluarga. Hasil evaluasi ini dapat berupa data subjektif, objektif dan
analisa masalah keperawatan.
R = Revisi
Merupakan rencana tindak lanjut atau revisi terhadap rencana yang telah
dibuat sebelumnya apabila tujuan yang diharapkan belum tercapai
setelah dilakukan
I : 1. Membatasi pengunjung
2. Mengontrol lingkungan pasien pasien dari
22
suhu,pencahayaan,kebisingan
3. Menganjurkan pasien istirahat
4. Mengkaji nyeri secara konfrehensif
5. Memonitor vital sign
6. Memberikan analgetik (Paracetamol 500 mg oral)
7. Melakukan massage dan meminta klien/keluarga untuk
melakukan tehnik relaksasi
E : 1. Nyeri sudah berkurang( skala 3 )
2. Tidak mengalami gangguan tidur
3. Klien/keluarga mampu menerapkan tehnik relaksasi
R : 1. lanjutkan menejement nyeri tehnik relaksasi
2. rencana ct.scan ulang tgl.........
Pada setiap akhir shift maka petugas yang menyerahkan dan menerima
pesan tentang kondisi pasien harus melakukan konfirmasi dalam bentuk
paraf dan nama jelas dan akan di verifikasi oleh kepala ruang atau case
care manajer 1 kali 24 jam.
11. Pelaporan Nilai Kritis
Pelaporan nilai kritis dari suatu uji diagnostic juga merupakan suatu issue
dalam keselamatan pasien. Uji diagnostis tidak hanya terbatas pada
pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi, pemeriksaan kedokteran
nuklir, prosedur ultrasonografi, MRI dan pemeriksaan diagnosis jantung.
Termasuk di dalamnya nilai kritis untuk pemeriksaan diagnosis di samping
tempat tidur pasien, seperti pemeriksaan di tempat perawatan pasien,
radiografri portable, USG di samping tempat tidur pasien, atau ekokardiografi
transesofageal. Hasil uji yang berada di luar batasan normal dapat
diindikasikan sebagai kondisi dengan risiko tinggi atau mengancam nyawa.
Sistem pelaporan formal yang mendeskripsikan dengan jelas nilai kritis dari
uji diagnostic di komunikasikan kepada para tenaga medis, dan proses
dokumentasi informasi akan mengurangi risiko pasien.
23
Rumah sakit RSUD A W SJAHRANIE SAMARINDA menerapkan kebijakan
bahwa penerima pemeriksaan diagnostik laboratorium, radiologi, kedokteran
nuklir, USG, MRI,diagnostik jantung, point of care testing (POCT), radiografi
portable, USG bed site atau transesophageal echocardiogram (TEE) yang
menunjukkan hasil/nilai kritis dilaporkan oleh petugas penunjang melalui
lisan dan atau telepon ke petugas kesehatan di ruang perawatan dengan
waktu 30 menit untuk hasil laboratorium dan 60 menit untuk radiologi.
Kemudian penerima laporan melakukan metode TbaK kemudian di catat di
catatan terintegrasi dengan membubuhkan cap pelaporan nilai kritis dengan
menuliskan tanggal, jam, nama dan paraf penerima pesan, nama pemberi
pesan serta nilai kritis yang di laporkan
24
Dokumentasikan dicatatan integrasi jam pelaporan, nilai kritis dan
konfirmasi. Bubuhkan stempel pelaporan nilai kritis.
e. Untuk kata-kata yang sulit didengar, pemberi/penerima
informasi/instruksi dapat mengeja alfabet agar tidak salah penafsiran
sesuai / Internasional Phonetic Alphabet
Dalam komunikasi hand-overs ada dua hal penting yang harus diperhatikan,
yaitu standarisasi proses dan standarisasi isi pesan.
25
DAFTAR NILAI DAN HASIL KRITIS
26
27
Referensi :
1. Thomas Lothar, Critical Limits of Laboratory Results for Urgent Clinician Notification,
The Journal of the International Federation of Clinical Chemistry and Laboratory
Medicine, eJIFCC vol 14 no 1, 2003
2. Clinical Laboratory of University of Arkansas for medical Sciences
3. MGH Clinical Laboratory Callback List
4. Laboratory services of Covenant Health Care
5. Rosai and Ackerman’s Surgical Pathology 10Th edition. Juan Rosai. Elsevier, 2011
6. Kesepakatan dengan bagian-bagian lain (Radiologi)
28
BAB V
DOKUMENTASI
29
B. MONITORING DAN EVALUASI
1. METODE TbaK PADA KOMUNIKASI LISAN DAN TELEPON
Pelaksanaan metode TEBaK di lakukan untuk menilai proses komunikasi
lisan dan telepon dalam pemberian intruksi ataupun pemberian terapi
yang di lakukan di ruangan rawat inap.
30
3. KOMUNIKASI SERAH TERIMA DENGAN METODE SBAR
Pelaksanaan metode SBAR saat melakukan komunikasi serah terima
pasien dilakukan di ruangan rawat inap.
31