PENDAHULUAN
Dalam tulisan ini akan dibahas tentang pengertian komunikasi serta faktor
pendukun komunikasi dan komunikasi teurapetik.
1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui konsep berkomunikasi dalam proses keperawatan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Tujuan Komunikasi
a. Sumber (source)
Sumber merupakan dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan
berfungsi sebagai rangka yang memperkuat pesan itu sendiri,sehingga
4
pesan yang diterima mempunyai tingkat validitas tinggi. Sumber dapat
berupa lembaga atau instansi,orang(dokter,perawat,bidan,)
buku,dokumen,dll.
b. Pesan
Pesan adalah serangkaian informasi yang ingin disampaikan oleh
komunkator. Pesan yang disampaikan mempunyai isi yaitu inti,pesan
untuk mempengaruhi prilaku komunikan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan komunikator. Adapun keakuratan pesan ditentukan oleh faktor
– faktor sebagai berikut :
1. Penyampaian pesan. Pesan dapat di sampaikan melalui lisan,tatap
muka,langsung, tidak langsung,atau menggunakan media.
2. Bentuk pesan. Bentuk pesan dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu:
Informatif. Bentuk pesan ini berupa pemberian sejumlah
keterangan dan komunikator pada komunikan kemudian
komunikan mengambil kesimpulan dan keputusan sendiri.
Perusuasif. Bentuk pesan ini berupa bujukan untuk
membangkitkan atau memotivasi semengat individu. Berupa
prilaku yang terjadi diharapkan atas kesadaran sendiri dan
tanpa paksaan.
Koersif. Bentuk pesan ini bersifat memaksa dengan
menggunakan sanksi-sanksi. Koersif dapat berbentuk
instruksi,perintah,dll.
c. Perumusan pesan
Pesan yang akan disampaikan harus tersusun baik,tepat,dan jelas sehingga
yang diharapkan dapat tercapai. Bila seorang perawat atau bidan ingin
memeriksa informasi tentang perkembangan perawatan klien,maka
perawat atau bidan tersebut harus mempunyai rancangan informasi atau
pesan. Semua hal yang akan disampaikan,ditekankan dengan bahasa yang
baik dan jelas agar dapat dimengerti oleh klien atau keluarga klien.
5
d. Komunikator
Komunikator adalah seseorang ataupun kelompok yang menyampaikan
pesan kepada komunikan. Seoranga komunikator dapat menjadi
komunikan dan sebaliknya. Keberhasilan komunikator dipengaruhi oleh
penampilan,penguasaan pesan atau informasi,dan penguasaan bahasa
pesan.
e. Media
Media merupakan sarana dalam penyampaian pesan. Media dapat
berbentuk buku,brosur,pamflet,radio,televisi,ohp,laptop,lembar catatan
klien,rekam medik,dll.
f. Hasil
Hasil yang baik akan tercapai apabila pesan yang disampaikan
komunikator dapat dimengerti atau diterima oleh komunikan dan sesuai
dengan harapan komunikator misalnya,dokte menginstruksikan kepada
perawat dengan menuliskan pada format instruksi agar memberikan injeksi
antibiotik 3X1 gram,seorang perawat melaksana instruksi tersebut sesuai
dengan pesan yang tertulis pada format instruksi dokter,yaitu injeksi
antiobiotik 3X1 Gram.
6
mengartikan objek. Beberapa hal yang penting dalam
berkomunikasi secara verbal menurut Ellis dan Nowlis (dalam
Nurjannah, I., 2001) adalah sebagai berikut.
a. penggunaan bahasa
kejelasan dalam memilih kata –kata diperlukan agar kata yang
digunakan tidak memiliki arti yang salah. Pesan yang ringkas
menunjukkan informasi yang dikirimkan singkat dan tanpa penyimpangan,
sehingga dapat terhindar dari kebingungan dalam membedakan sesuatu
yang penting dan kurang penting.
b. Kecepatan
kecepatan dalam berbicara dapat mempengaruhi komunikasi
verbal. Seseorang yang dalam keadaan cemas atau sibuk, biasanya
berbicara dengan sangat cepat dan akan lupa untuk berhenti bicara,
sehingga dapat mengakibatkan pendengar kesulitan dalam memproses
pesan dan menyusun respons yang akan diberikan.
c. Nada suara
Nada suara dapat menunjukkan gaya dan ekspresi dalam bicara,
selain itu juga dapat mempengaruhi arti kata.
7
2.4.3 Komunikasi non-verbal
8
2. Gestur tangan dan lengan
Tangan dan lengan yang terbuka dapat menandakan keterbukaan
dan kejujuran dalam berkomunikasi dengan orang lain. Lengan terlipat dan
tangan tertutup dan jari-jari yang terkatup dapat menunjukkan keengganan
untuk berbicara atau membuka informasi pribadi. Lengan yang
disilangkan juga dapat berarti kelemahan dan membutuhkan proteksi diri.
Mengevaluasi gestur tangan dapat memberi isyarat mengenai perasaan
pasien dan gaya berkomunikasi yang digemar. Demikian pula, perawat
dapat menyampaikan pesan kepada pasien dengan gesturnya, seperti pada
studi kasus tertentu.
3. Postur
Postur tubuh dapat menunjukkan penerimaan yang dirasakan
pasien dari pihak lain. Mencondongkan tubuh ke arah lawan bicara
menunjukkan ketertarikan terhadap perkataan pasien. Postur kaku dapat
menyatakan keengganan pasien untuk terlibat dalam percakapaan yang
bermakna. Tungkai disilangkan dapat diinterprestasikan sbagai proteksi
diri, atau dapat menjadi posisi nyaman jika semua komunikasi non-verbal
dan verbal lainnya menunjukkan keterbukaan. Mengetukkkan kaki dapat
menunjukkan kegugupan atau ketidaksabaran dan dapat menjadi tanda
komunikasi yang mengalami kebuntuan.
4. Ruang tubuh
Ruang tubuh bervariasi tergantung jenis hubungan antar manusia.
Ruang sosial biasanya dianggap sekitar 1 – 1,3 meter antarorang dan
digunakan percakapan antar kenalan atau hubungan bisinis. Seringkali,
dalam askep, perawat perlu lebih dekat ke pasien untuk melakukan asuhan
fisik dan intervensi medis. Pasien yang cemas ata pasien dengan masalah
psikiatri memerlukan lebih banyak ruang untuk merasa nyaman. Pasien
yag sedang kesakitan atau menjalani prosedur memerlukan perawat untuk
mendekat atau menggunakan sentuhan untuk menenangkannya. Setiap
pasien unik, membuthkan ruang yang berbeda-beda.
9
5. Sentuhan
Sentuhan dapat mengomunikasikan banyak pesan. Menjangkau
secara fisik dapat mengartikan kepedualian terhadap orang lain. Sentuhan
merupakan alat yang kuat.
Perawat menggunakan sentuhan dalam berbagai cara, beberapa
cara membuat nyaman, yang lainya sebagai asuhan keperawatan dan
intervensi yang diperlukan. Contohnya, menggenggam tangan pasien
untuk membuat mereka merasa lebih nyaman saat merasakan sakit.
Perawat menggunakan sentuhan secara langsung,misalnya saat
memandikan pasien atau mengubah posisi. Walaupun demikina, sentuhan
juga dapat erasa tidak nyaman, seperti saat insersi kateter intervena.
Sentuhan dapat disalahartikan sebagai maksud seksual oleh
beberapa pasien. Harus berhati-hati dengan pasien seperti ini, dan makna
sentuhan harus dijelaskan untuk mengihindari kesalahpahaman.
10
2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi
Komunikasi yang tidak lancer disebabkan karena beberapa
hambatan. Adapun hambatan-hambatan yang tersebut adalah kebisingan,
keadaan psikologis komunikan, kekorangan komunikator atau komunikan,
kesalahan penilaianoleh komunikator, kurangnya pengetahuan
komunikator, bahasa, isi pesan berlebihan, bersifat satu arah, factor teknis,
kepentingan atau interest, prasangka, cara penyajian yang verbalistis, dan
sebagainya.
Perkembangan
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan pasien anak-
anak,perawat dapat memahami pengaruh perkembangan bahasa
dan proses berpikir. Keduanya akan mempengaruhi cara anak
berkomunikasi dan cara bagaimana perawat dapat berinteraksi
secara sukses dengan mereka .
Persepsi
Merupakan cara seseorang menyerap tentang sesuatu yang
terjadi di sekelilingnya. Pada umumnya terkait dengan fungsi
pancaindra manusia yang mencakup proses penyerapan
rangsangan yang diorganisasikan dan diinterpretasikan dalam
otak kemudian dijadikan persepsi. Persepsi juga merupakan
kerangka tujuan yang diharapkan dan hasil setelah
mengobservasi lingkungan.
Nilai
Nilai adalah keyakinan yang dianut seseorang yang sangat
dekat dengan masalah etika. Komunikasi yang terjadi antara
perawat dan perawat atau kolega lainnya mungkin terfokus
pada bahassan tentang upaya peningkatan dalan memberikan
pertolongan tentang masalah kesehatan. Sedangkan,
komunikasi dengan klien hendaknya lebih mengarah pada
memberikan support dan dukungan nasehat dalam rangka
mengatasi masalah klien.
11
Emosi
Emosi adalah subyektif seseorang dalam merasakan situasi
yang terjadi disekelilingnya.Kekuatan emosi seorang
dipengaruhi oleh bagaimana kemampuan atau kesanggupan
seseorang dalam berhubungan dengan orang lain.Komunikasi
akan berjalan dengan lancar dan efektif apabila perawat dapat
mengelola dengan emosinya.Kemampuan profesional
seseorang dapat diketahui dari emosinya dan menjadi ukuran
awal seseorang dalam merasakan,bersikap dan menjalankan
hubungan dengan klien.
Latar Belakang Sosial Budaya.
Faktor ini memang sedikit pengaruhnya namun paling tidak
dijadikan pegangan bagi perawat dalam bertutur kata,bersikap
dalam berkomunikasi dalam klien.
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan produk atau hasil dari perkembangan
pendidikan. Perawat diharapkan dapat berkomunikasi dari
berbagai tingkat pengetahuan yang dimiliki klien. Dengan
demikian perawat dituntut mempunyai pengetahuan yang
cukup tentang pertumbuhan dan perkembangan klien.
Peran dan Hubungan
Dalam berkomunikasi akan sangat baik bila mengenal dengan
siapa dia kasi. Kemajuan hubungan perawat dan klien adalah
bila hubungan tersebut saling menguntungkan dalam menjalin
ide dan perasaannya. Komunikasi efektif bila partisipan
mempunyai efek dan dampak positif dalam menjalin hubungan
sesuai dengan perannya masing-masing.
Kondisi Lingkungan
Komunikasi berkaitan dengan lingkungan sosial tempat
komunikasi berlangsung. Lingkungan yang kacau akan dapat
merusak pesan yang dikirim oleh kedua pihak. Seorang
12
perawat mempunyai wewenang untuk mengontrol kondisi
lingkungan ketika klien datang. Perawat harus dengan tenang
dan jelas dalam memberikan informasi kepada klien atau
keluarganya.
1 Standar institusional
Pada tahun 1960, muncul sebuah gerakan untuk membuat sistem
layanan kesehatan lebih responsif terhadap kebutuhan pasien. Hal ini
muncul sebagai respon terhadap keinginan masyarakat untuk memperbaiki
kualitas layanan kesehatan dan membuat institusi serta penyediaan layanan
kesehatan lebih bertanggung jawab terhadap hasil akhir pelayanannya.
Saat ini, pasien mengemban lebih bayak tanggung jawab atas
kesehatannya sendiri dan melakukan perilaku kesehatan preventif
(pencegahan), seperti olahraga dan pola makan sehat (penceghan primer).
Sebagai respon terhadap gerakan ini, American Hospital
Association menerbitkan”A Patient’s Bill of Rights ” pada tahun 1973 di
revisi pada tahun 1992. Tujuannya tetap untuk memajukan hak-hak pasien.
Beberapa komponen penting dalam Patient’s Bill of Rights
mencakup:
1) Hak untuk asuhan yang penuh perhatian dan rasa hormat.
2) Hak akan privasi, termasuk kerahasiaan semua catatan
asuhannya.
3) Hak untuk membuat keputusan mengenai asuhannya,
termasuk hak untuk menolak pearawatan atau penanganan.
4) Hak untuk melihat semua catatan medis dan mendapatkan
penjelasan mengenainya.
5) Hak untuk menolak berpartisipasi dalam studi penelitian.
13
6) Hak untuk membuat pernyataan mngenai asuhanya,
termasuk wasiat kematian.
7) Hak untuk diinformasikan mengenai sumber di rumah sakit
untuk menyelesaikan perselisihan atau keluhan.
2 Standar Profesional
Perawat, sebagai profesional asuhan kesehatan, perlu
mendefinisikan lingkup pengetahuan dan praktik mereka. American
Nurses Association (ANA) menulis scope and standards of clinical
nursing pratcice dan code of ethics for nurses untuk mendefinisikan
pekerjaan perawat (1973, 1991, 2001, dan 2004). Panduan penting ini
tidak hanya mendefinisikan lingkup praktik keperawatan dan tingkat
kinerja layanan keperawatan, tetapi juga standar yang membuat perawat
daoat dipercaya oleh masyarakat dan sistem pradilan. Lingkup praktik
mengacu ke parameter legal dan etis pada praktik keperawatan, termasuk
asuhan langsung seperti pemberian obat, koordinasi asuhan dengan
disiplin ilmu lain, dan delegasi asuhan kepersonal lain seperti asisten
perawat.
3 Standar legal
Hukum mendefinisikan batasan dan harapan bagi profesi
keperawatan. Undang-undang legal menyediakan perlindungan bagi
masyarakat dan mengatur standar asuhan keperawatan profesional. Standar
legal berupa “standar kelayakan asuhan ” didasarkan pada hukum
kerugian. Standar ini didefinisikan sebagai asuhan yang akan diberikan
oleh seorang perawat yang cukup bijaksana pada situasi serupa. Standar
kelayakan asuhan digunakan sebagai benchmark pada pengadilan hukum
untuk mengadili kelalaian kriminal. Standar ini menjaga agar seorang
perawat bertanggung jawab atas tindakannya atau kegagalannya dalam
bertindak. Kelalaian kriminal oleh perawat mencakup kegagalan
melindungi pasien dari bahaya yang cukup bijaksana, dan kegagalan
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan oleh seorang perawat
14
bijaksana. Contohnya, jika seorang perawat mendengar pasien berbicara
mengenai metode untuk membunuh dirinya sendiri dan tidak melakukan
apa-apa untuk melindungi pasien dari dirinya, maka ini termasuk perilaku
kelalaian kriminal. Contoh lain dari tingkah laku tidak profesional
mencakup membocorkan kerahasiaan pasien, melakukan tindakan tanpa
persediaan yang cukup, gagal melaporkan atau mencatat perubahan pada
status pasien, melecehkan pasien baik secara verbal maupun fisik, dan
memalsukan catatan.
2.8 Komunikasi dengan rekan dan penyedia asuhan keperawatan lainnya.
Setiap hari kerja, perawat berkomunikasi dengan penyedia asuhan
kesehatan lainnya, pada bagian ini kami berfokus pada membangun hubungan
profesional, menejlaskan peranan keperawatan, dalam lokasi asuhan kesehatan.
1) Membangun hubungan
Seperti di lingkungan kerja lainnya, akan lebih baik menciptakan
hubungan yang kuat dengan rekan kerja sebelum muncul
kebutuhan atau masalah. Lingkungan kerja yang baik mendukung
rekan kerja untuk mengenal satu sama lain. Rada hormat,
perlakuan adil bagi orang lain, kompromi yang menjaga integritas,
kolaborasi, dan mendengarkan aktif merupakan balok bangunan
bagi hubngan profesional yang kuat.
2) Peran keperawatan
Terdapat beberapa tanggung jawab yang tumpang tindih antara
profesi keperawatan dengan profesi asuhan kesehatan lainnya.
Walaupun kolaborasi merupakan bagian penting dari semua
pekerjaan asuhan kesehatan, perawat memiliki beberapa peran
khusus saat berkomunikasi, hal ini mencakup:
a Advokasi pasien
b Koordinasi asuhan
c Dlegasi dan supervisior
d Konsultasi
e Kolaborasi dengan rekan
15
2.9 Komunikasi Terapeutik
2.9.1 Pengertian Komunikasi Teurapeutik
Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni
dari penyembuhan ( As Hornby dalam Intan, 2005). Maka di sini dapat
diartikan bahwa terapeutik adalah segala sesuatu yang memfasilitasi
proses penyembuhan, dan komunikasi terapeutik merupakan komunikasi
professional bagi perawat.
16
2.9.4 Syarat-syarat Komunikasi
Terapeutik Stuart dan Sundeen (dalam Christina, dkk 2003)
mengatakan ada dua persyaratan dasar untuk komunikasi
terapeutik efektif :
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi, dapat disimpulkan Komunikasi adalah proses interpersonal yang
melibatkan perubahan verbal dan non-verbal dari informasi dan ide. Komunikasi
mengacuh tidak hanya pada isi tetapi juga pada perasaan dan emosi dimana
individu menyampaikan hubungan. Kemampuan komunikasi adalah faktor yang
paling penting, yang digunakan untuk menetapkan hubungan terapeutik antara
perawat dan klien. komunikasi terapeutik sendiri merupakan komunikasi
professional bagi perawat. Yang bertujuan membantu pasien untuk memperjelas
dan mengurangi beban perasaan dan fikiran serta dapat mengambil tindakan untuk
mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan. Manfaat
Komunikasi untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat
dengan pasien melalui hubungan perawat-klien
3.2 Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
19