Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

KOMUNIKASI DALAM MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN


DENGAN MENGGUNAKAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL
YANG EFEKTIF DI RSU GMIM PANCARAN KASIH MANADO

Oleh
Ns. Irma Yahya, S.Kep.,M.Kes
NIDN.
0915019102
S1 Keperawatan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MUHAMMADIYAH MANADO
2021
ABSTRAK

Komunikasi merupakan faktor yang paling mendukung untuk kesuksesan seseorang.


Begitupun didalam profesi keperawatan sangat dibutuhkan untuk membangun dalam pelayanan
kesehatan demi mengekspresikan peran dan fungsinya.Diantara banyak kompetensi yang harus
dimiliki seorang perawat adalah kepandaian dalam berkomunikasi dengan efektif dan mudah di
pahami dalam keperawatan. Kemampuan dalam berkomunikasi akan menjadi dasar upaya dalam
membantu pemecahan masalah pasien, sehingga memudahkan dalam memberi bantuan baik dalam
pelayanan secara medis maupun psikologis.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi sangat diperlukan dalam perencanaan keperawatan karena dengan


berkomukasi kita dapat menentukan rencana asuhan keperawatan yang akan
kita berikan kepada pasien atau klien. Komunikasi dalam kehidupan sehari–
hari merupakan sarana yang penting untuk menjalin relasi dengan orang lain.
Komunikasi juga dapat memberikan pertukaran informasi dan dukungan
emosional pada saat mengalami stress maupun dalam menjali kehidupan.
Dalam bidang keperawatan, komunikasi penting untuk menciptakan hubungan
antara perawat dengan pasien, untuk mengenal kebutuhan pasien dan
menentukan rencana mengenai tindakan serta kerja sama dalam memenuhi
kebutuhan pasien.
Kemampuan dalam berkomunikasi yang baik oleh seorang perawat merupakan
salah satu faktor keberhasilan dalam melaksanakan suatu proses pelayanan
keperawatan yang meliputi tahap pengkajian, perumusan diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pasien akan merasa puas ketika
kinerja pelayanan kesehatan yang diperolehnya sama atau melebihi dengan apa
yang diharapkannya, dan sebaliknya ketidakpuasan atau perasaan kecewa
pasien akan muncul apabila kinerja dari pelayanan kesehatan yang
diperolehnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya.
Komunikasi trapeutik adalah suatu proses dimana perawat menggunakan
keahliannya dalam interaksi interpersonal yang bermanfaat bagi pasiennya.
Komunikasi terapeutik diterapkan oleh perawat dalam berintraksi dengan
pasien untuk meningkatkan rasa saling percaya satu sama lain, dan apabila
tidak diterapkan akan menggangu hubungan terapeutik yang berdampak pada
ketidakpuasan pasien, komunikasi terapeutik yang baik juga dapat
mempercepat kesembuhan bagi pasien.

B. Permasalahan Mitra
Kualitas layanan merupakan salah satu aspek yang penting untuk
mempertahankan pelanggan. Kualitas layanan dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang dan tergantung dari sudut pandang yang menggunakan dan dari sisi
mana istilah kualitas digunakan sehingga ada banyak definisi tentang kualitas.
Kualitas layanan yang diberikan oleh suatu institusi merupakan representasi
institusi tersebut. Konsep tentang kualitas kini telah semakin luas, bahkan telah
sampai pada kajian kualitas dalam pelayanan.

C. Tujuan Kegiatan
Untuk mengidentikasi hubungan komunikasi dengan perencanaan
keperawatan, bagaimana membuat prioritas masalah, membuat tujuan dan
kriteria hasil, memutuskan perencanan keperawatan yang akan
diimplementasikan.

D. Manfaat Kegiatan
Komunikasi dalam praktik keperawatan profesional merupakan unsur utama
bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil
yang optimal dalam kegiatan keperawatan. Komunikasi tersebut adalah kepada
dan dengan komunitas, pasien dan keluarganya, serta dengan professional
kesehatan lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Komunikasi dalam manajemen Asuhan keperawatan

1. Definisi komunikasi
Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam aktivitas manajer
keperawatan dan sebagai bagian yang selalu ada di dalam proses
manajemen Keperawatan.Komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran,
perasaan, dan pendapat dan memberikan nasihat dimana terjadi antara dua
orang atau lebih bekerja bersama. Komunikasi juga dapat diartikan suatu
seni untuk menyusun dan menyampaikan suatu pesan dengan cara yang
gampang sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima.
Davis (1981) secara tepat mengatakan bahwa menejer yang
mengirim berita secara tertulis kepada bawahannya, baru dapat dikatakan
sudah berkomunikasi jika bawahannya menerima, membaca dan mengerti
pesan yang dikirim.
2. Tujuan komunikasi
Tujuan umum dari kepemimpinan dan manajemen adalah
memotivasi system untuk mencapai tujuan. Komunikasi ke dan dengan
orang lain adalah “jembatan (media transmisi) dimana seorang manajer
dan sumber daya manusia di dalam sistemnya saling berhubungan.
Seorang manajer harus mampu berkomunikasi secara efektif untuk dapat
memenuhi perannya dengan baik. Lebih jauh lagi, seorang manajer
bertanggung jawab untuk membangun dan memelihara “jembatan” meski
sumber daya manusianya berperan serta dalam merancang desain dan
strukturnya; manajerlah yang menjadi pemimpin dalam membngun
“jembatan” ini.
3. Model komunikasi

a. Komunikasi tertulis

Komunikasi tertulis digunakan untuk mencapai kebutuhan setiap

individu/staf, mengkomunikasikan pelaksanaan pengelolaan. Menurut

asosiasi pendidikan kesehatan amerika (1998) komunikasi tertulis

dalam suatu organisasi meliputi:

1) Mengetahui apa yang ingin disampaikan sebelum menulis

2) Gunakan kata aktif

3) Tulis kata yang sederhana, familier, spesifik dan nyata

4) Atur isi tulisan secara sistematis dan Jelas

b. Komunikasi secara langsung/verbal

Manajer selalu mengadakan komunikasi verbal kepada atasan dan

bawahan baik secara formal maupun informal. Tujuan assertiveness.

Perilaku asertif adalah suatu cara komunikasi yang memberikan

kesempatan individu untuk mengekspresikan perasaannya secara

langsung,jujur dan cara yang sesuai tanpa menyinggung perasaan

orang lain yang diajak komunikasi. Hal yang harus dihindari  pasif,

agresif.

c. Komunikasi non verbal

Komunikasi dengan menggunakan ekspresi wajah, pergerakan tubuh,

dan sikap tubuh (body language).Komunikasi non verbal mengandung

arti yang lebih signifikan dibandingkan dengan komunikasi verbal.

Komunikasi non verbal meliputi komponen emosi terhadap pesan yang


diterima atau disampaikan, tetapi akan menjadi sesuatu yang

membahayakan jika komunikasi non verbal diartikan salah tanpa

adanya penjelasan secara verbal.

1) Komunikasi via telepon

Dengan kemudahan sarana komunikasi memungkinkan manajer

dapat merespon perkembangan dan masalah dalam organisasi.

Manajer dan semua staf harus belajar etika bertelepon, serta

menghargai setiap menjawab telepon.

d. Proses komunikasi

Semua fungsi manajer melibatkan proses komunikasi. Proses

komunikasi dapat dilihat pada skema dibawah ini:

1) Pengirim pesan (sender) dan isi pesan/materi

Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk

disampaikan kepada seseorang dengan harapan dapat dipahami

oleh orang yang menerima pesan sesuai dengan yang

dimaksudkannya

2) Simbol/isyarat

Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol

sehingga pesannya dapat dipahami oleh orang lain. Biasanya

seorang manajer menyampaikan pesan dalam bentuk kata-kata,

gerakan anggota badan, (tangan, kepala, mata dan bagian muka

lainnya). Tujuan penyampaian pesan adalah untuk mengajak,


membujuk, mengubah sikap, perilaku atau menunjukkan arah

tertentu.

3) Media/pengubung

Adalah alat untuk penyampaian pesan seperti ; TV, radio surat

kabar, papan pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media

ini dapat dipengaruhi oleh isi pesan yang akan disampaikan,

jumlah penerima pesan, situasi dsb.

4) Penerima pesan

Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan dari

sipengirim meskipun dalam bentuk code/isyarat tanpa

mengurangi arti pesan yang dimaksud oleh pengirim

5) Balikan (feedback)

Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari

penerima pesan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa

balikan seorang pengirim pesan tidak akan tahu dampak pesannya

terhadap sipenerima pesan Hal ini penting bagi manajer atau

pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima

dengan pemahaman yang benar dan tepat. Balikan dapat

disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang bukan

penerima pesan.

6) Gangguan

Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan

tetapi mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi, karena


pada setiap situasi hampir selalu ada hal yang mengganggu kita.

Gangguan adalah hal yang merintangi atau menghambat

komunikasi sehingga penerima salah menafsirkan pesan yang

diterimanya.

e. Prinsip komunikasi dalam manajer asuhan keperawatan

1) Manajer harus mengerti struktur organisasi, termasuk pemahaman

tenteng siapa yang akan kena dampak dari pengambilan keputusan

yang telah dibuat.

2) Komunikasi harus jelas, sederhana dan tepat. Nursalam (2001)

mengemukakan prinsip komunikasi seorang perawat profesional

adalah CARE: Complete,Acurte,Rapid,English. Setiap melakukan

komunikasi (lisan/tulisan) dengan teman sejawat atau profesi

kesehatan lain harus memenuhi keempat unsur tersebut. Profil

perawat masa depan yang terpenting adalah mampu berbicara dan

menulis bahasa asing, minimal bahasa inggris.

3) Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasidapat

diterima secara akurat, salah satu caranya bertanya / mengulangi

pesan yang telah disampaikan.

4) Menjadi pendengar yang baik, menerima semua informasi yang

disampaikan orang lain dan menunjukkan rasa menghargai dan

ingin tahu terhadap pesan yang disampaikan

f. Aplikasi komunikasi dalam asuhan keperawatan

Kegiatan Perawat yang memerlukan komunikasi adalah :


1) Komunikasi saat timbang terima
Komunikasi yang jelas tentang kebutuhan klien terhadap apa yang
sudah dilakukan intervensi dan yang belum, serta respon pasie
yang terjadi.
2) Interview/anamnese
Komunikasi dengan tujuan untuk memperoleh data tentang
keadaan klien yang akan dipergunakan dalam mendukung
masalah yang dihadapi pasien dan melaksanakan tindakan dengan
akurat. Anamnese ini bisa dengan pasien, keluarga, dokter dan
tim lainnya. Prinsip yang perlu diterapkan oleh perawat dalam
komunikasi ini :
3) Hindari komunikasi yang terlalu formal atau tidak tepat.Ciptakan
suasan yang hangat dan kekeluargaan
4) Hindari InterupsiHindari respon dengan kata hanya ya dan tidak
(perawat kurang tertarik degan topik yang dibicarakan)
5) Jangan memonopoli pembicaraan
6) Hindari hambatan personal (Jika perawat menunjukan rasa tidak
senang pada klien, maka hasil yang didapat tidak optimal)
c. Komunikasi melalui komputer
Komputer merupakan alat komunikasi cepat dan akurat pada
manajemen keperawatan saat ini. Penulisan data-data pasien
dalam computer akan mempermudah perawat lain dalam
mengidentifikasi masalah pasien dan memberikan intervensi
yang tepat. Melalui komputer, informasi-informasi terbaru dapat
cepat didapatkan dengan menggunakan internet bila perawat
mengalami kesulitan dalam menangani masalah klien
d. Komunikasi tentang kerahasian
Pasien yang masuk menyerahkan rahasia dan rasa percaya kepada
Institusi. Oleh karena itu perawat harus berusaha menjaga dengan
baik.
e. Komunikasi melalui sentuhan
Metode ini merupakan metode dalam mendekatkan hubungan
antara pasien dan perawat. Sentuhan yang diberikan oleh perawat
juga dapat sebagai terapi bagi pasien, khusunya pasien dengan
depresi, kecemasan dan kebingungan, dalam mengambil suatu
keputusan.
f. Komunikasi melalui sentuhan
Metode ini merupakan metode dalam mendekatkan hubungan
antara pasien dan perawat. Sentuhan yang diberikan oleh perawat
juga dapat sebagai terapi bagi pasien, khusunya pasien dengan
depresi, kecemasan dan kebingungan, dalam mengambil suatu
keputusan.
g. Dokumentasi sebagai alat komunikasi
Keterampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat
untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan
menjelaskan apa yang sudah, sedang dan akan dikerjakan oleh
perawat.
h. Komunikasi perawat dan tim kesehatan lainnya
Komunikasi yang baik akan menungkatkan hubungan
professional antar perawat dan tim kesehatan lainnya : dokter,
ahli gizi, fisioterapis, dll.

g. Penerapan Manajemen bagi Analisa Transaksional

Analisa transaksional memiliki implikasi bagi manajemen

keperawatan. Karena seorang manajer harus mewujudkan sasaran kerja

melalui usaha orang lain. Komunikasi merupakan sarana pelengkap

yang dapat berlangsung tak pasti, karena komunikasi bersilang

cenderung mematahkan komunikasi dengan cepat, sehingga seorang

manajer harus menyesuaikan keadaan egonya untuk saling melengkapi

transaksinya dengan supervise. Manajer sebaiknya sadar bahwa asal


semua jawaban anak dan orang tua adalah posisi yang tidak OK yang

memulai kehidupan seseorang. Metode tradisional pendidikan

keperawatan mempengaruhi jenis masalah transaksional tertentu.

Kehausan suatu belaian yang berkepanjangan mendorong permainan,

karena pengadaan belaian negative lebih baik dari pada tidak

mendapatkan belaian sama sekali. Seringkali perawat mengalami

masalah transaksional dengan para dokter. Karena otoritas yang di

berikan pada anggota profesi keperawatan sangatlah rendah sehingga

dokter lebih menguasai / berkuasa.

Analisa transaksional merupakan proses yang dimaksudkan untuk

memperkuat dan mendorong keadaan ego dewasa untuk menguji coba

kenyataan dengan lebih efektif, memperkirakan akibatnya, dan

membuat pilihan yang diinformasikan.

B. keterampilan interpersonal yang efektif

Komunikasi merupakan faktor yang paling mendukung untuk


kesuksesan seseorang. Begitupun didalam profesi keperawatan sangat
dibutuhkan untuk membangun dalam pelayanan kesehatan demi
mengekspresikan perandan fungsinya. Diantara banyak kompetensi yang
harus dimiliki seorang perawat adalah kepandaian dalam berkomunikasi
dengan efektif dan mudah di pahami dalam keperawatan. Kemampuan dalam
berkomunikasi akan menjadi dasar upaya dalam membantu pemecahan
masalah pasien, sehingga memudahkan dalam memberi bantuan baik dalam
pelayanan secara medis maupun psikologis. Komunikasi interpersonal
merupakan komunikasi diadik yang melibatkan hanya dua orang secara tatap
muka, baik secara verbal maupun non verbal, seperti suami-istri, dua sahabat
dekat,seorang perawat dan pasien.Komunikasi yang terjadi antara perawat dan
pasien adalah komunikasi dua arah yang mana komunikasi ini akan lebih
efektif jika komunikasi terjalin dengan terbuka, berempati, adanya dukungan,
rasa positif, dan kesetaraan antara perawat dan pasien. seorang perawat yang
professional tidak hanya dilihat dari keahlian atau ketarampilan yang dimiliki
dalam dunia medis. Namun, keterampilan komunikasi juga sangat dibutuhkan
bagi seorang perawat dalam melayani pasien. Komunikasi interpersonal yang
terjadi antara perawat dan pasiennya jangan hanya sebatas menjalankan tugas
tapi perawat harus melihat pasien dengan senyum dan penuh keramahan,
mendengrkan keluhan pasien dengan sikap terbuka, empati, mendukung, sikap
positif dan mengingat akan kesetaraan sebagai mahluk Allah. Setelah
melakukan penelitian maka hasil penelitian sampai ini disimpulkan bahwa:
1. Pola komunikasi strategi
Pola Komunikasi Interpersonal Antara Perawat dan Pasien di Rumah sakit
adalah, strategi katalisator. Lebih banyak menggunakan strategi katalisator
yakni memberikan motivasi-motivasi kepada pasien atau semangat untuk
tetap mempercepat penyembuhan pasien. strategi wortel teruntai sering
juga digunakan tapi untuk pasien anak-anak. Pola komunikasi seperti
strategi kembar siam, pedang tergantung dan strategidunia khayal jarang
digunakan untuk melakukan pendekatan komunikasi dengan pasien
2. Efektivitas Komunikasi Interpersonal Antara Perawat dan Pasien
Efektivitas dari komunikasi itu sampai membantu pasien dalam proses
penyembuhan penyakitnya. Pasien yang takut akan memasuki ruang
operasi tapi dengan bantuan perawat tetap memberikan semangat dan
motivasi yang kuat pada pasien. Pasien yang sedang mengalami sakit
tumor merasa beban penyakitnya berkurang dan senang atas motivasi-
motivasi dari perawat. Efektifnya komunikasi perawat dan pasien terukur
dari kecepatan penyembuhan pasien, kenyamanan pasien dalam pelayanan
serta perhatian dari perawat menjadi sesuatu yang sangat penting pada
masa perawatan ini
C. Prinsip prinsip komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal didasarkan pada teori dan penelitian teori-teori
dalam komunikasi interpersonal membantu kita dalam memprediksi
peristiwa-peristiwa yang akan terjadi dan mendorong dilakukannya
penelitian-penelitian. Teori berkaitan erat dengan tingkat akurasi, tingkat
kebenaran dan ketidakbenaran.
1. Komunikasi interpersonal adalah suatu proses transaksi. Dari perspektif
ini, maka komunikasi interpersonal dapat dilihat dari dua sisi. Pertama
yaitu bahwa komunikasi interpersonal adalah suatu proses. Proses yang
berlangsung dalam komunikasi ini adalah sirkular.
2. Hubungan interpersonal dapat dilihat sebagai hubungan yang
simetris/silang atau komplementer. Dari sudut pandang hubungan
simetris antara dua individu, individu yang satu menjadi cermin atas
perilaku individu yang lain. Jika individu yang satu marah, maka
individu yang lain akan marah juga, atau jika yang satu menyatakan
ekspresi cemburu, maka yang lain juga menyatakan ekspresi yang sama
pula.Sedangkan dalam hubungan yang komplementer, dua individu
terlibat dalam perilaku yang berbeda.
3. Komunikasi interpersonal memiliki dimensi isi dan hubungan. Dalam
komunikasi interpersonal yang terjadi bukan sekedar pesan yang
disampaikan (aspek isi), tetapi juga terjalinnya hubungan antara dua
orang yang sedang melakukan komunikasi interpersonal tersebut
4. Komunikasi interpersonal merupakan proses penyesuaian. Komunikasi
interpersonal dapat berlangsung pada tingkat penggunaan sistem yang
sama dan sekaligus berbeda. Yang menjadi kendala adalah jika
komunikasi interpersonal tersebut terjadi antara dua individu yang
memiliki sistem simbol yang berbeda, misalnya bahasa, baik verbal
maupun nonverbal.
5. Komunikasi interpersonal merupakan rangkaian peristiwa pemberian
tanda baca. Peristiwa komunikasi terjadi secara terus-menerus. Dalam
komunikasi interpersonal sebenarnya merupakan rangkaian proses
antara penyampaian stimulus dan respon. Kedua hal tersebut sama-sama
mengarah pada peristiwa pemberian tanda baca.
6. Komunikasi interpersonal tidak dapat terhindarkan, tidak dapat diubah
dan tidak dapat diulang. Komunikasi interpersonal tidak dapat
terhindarkan. Dalam beberapa peristiwa tertentu seseorang
berkomunikasi walaupun tidak menginginkannya. Bahkan dalam situasi
yang interaksional, setiap perilaku seseorang merupakan bentuk
komunikasi.
B. Penelitian Terkait

1. Berdasarkan Hasil Penelitian Yang dilakukan Oleh IGAA Sherlyna


Prihandhani1 , Nina Rismawati Hakim. Dengan judul “KECERDASAN
EMOSIONAL PERAWAT TERHADAP KOMUNIKASI
INTERPERSONAL DENGAN PASIEN”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan kecerdasan emosional perawat terhadap komunikasi
interpersonal dengan pasien di Rumah Sakit, Komunikasi yang efektif
membutuhkan pemahaman tentang pasien dan pengalaman yang mereka
ungkapkan. Dibutuhkan keterampilan dan sekaligus niat tulus perawat
untuk memahami apa yang menjadi perhatian pasien. Untuk memahami
pasien saja tidak cukup tetapi perawat juga harus menyampaikan pesan
bahwa ia dapat dimengerti dan diterima. Ini adalah refleksi dari
pengetahuan para peserta, cara mereka berpikir dan merasakan dan
kemampuan mereka (Lee et al., 2019). Komunikasi interpersonal antara
perawat dengan pasien merupakan hal yang penting dilakukan oleh para
perawat. Berdasarkan penelitian Santos bahwa lebih dari 80 % waktu yang
digunakan untuk berkomunikasi, 16% untuk membaca dan 4% untuk
menulis. Pengembangan ketrampilan dalam komunikasi merupakan kiat
yang sukses bagi seorang perawat. Waktu terbanyak yang digunakan oleh
perawat adalah melakukan komunikasi dengan cara mendengar dan
berbicara, maka jelas bahwa perawat harus mempunyai ketrampilan
komunikasi interpersonal yang baik (Santos et al., 2019). Perawat yang
mempunyai kecerdasan emosi yang tinggi akan mampu melakukan
komunikasi interpersonal. Perawat yang mempunyai kecerdasan emosi
yang tinggi akan mampu mengenali emosinya, dengan mampu mengenali
emosi akan mampu mengendalikan emosi sehingga perawat akan merawat
pasien dengan baik. Perawat yang cerdas emosi juga mampu memotivasi
diri, mengenali emosi orang lain dan mampu melakukan hubungan dengan
orang lain. Dengan kemampuannya dalam memotivasi diri, mengenali
orang lain dan mampu melakukan hubungan dengan orang lain maka
perawat akan mampu melakukan komunikasi interpersonal dengan pasien.
Sedangkan pada perawat yang mempunyai kecerdasan emosi yang rendah
maka mereka tidak mampu mengenali emosi orang lain, kurang mampu
memotivasi diri dan mereka kurang mampu melakukan hubungan sosial
dengan orang lain, hal ini menimbulkan perawat kurang mampu
melakukan komunikasi interpersonal dengan pasien (Goleman, 2018).
2. Berdasarkan Hasil Penelilitian yang di lakukan dengan judul
“PELATIHAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL UNTUK
MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN PADA PERAWAT
RUMAH SAKIT UMUM” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pelatihan komunikasi interpersonal terhadap kualitas layanan
perawat RSUD. Kualitas layanan merupakan salah satu aspek yang
penting untuk mempertahankan pelanggan. Kualitas layanan dapat dilihat
dari berbagai sudut pandang dan tergantung dari sudut pandang yang
menggunakan dan dari sisi mana istilah kualitas digunakan sehingga ada
banyak definisi tentang kualitas. Kualitas layanan yang diberikan oleh
suatu institusi merupakan representasi institusi tersebut. Konsep tentang
kualitas kini telah semakin luas, bahkan telah sampai pada kajian kualitas
dalam pelayanan. Pelayanan sendiri merupakan sebuah aktivitas untuk
menciptakan nilai dan keuntungan untuk pelanggan pada sebuah
kesempatan dengan melakukan suatu perubahan yang terencana (Lovelock
& Wirtz, 2004).
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Kerangka Pemecahan Masalah

Kerangka pemecahan masalah yaitu serangkaian prosedur dengan langkah-


langkah yang dilakukan dalam kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh
tahapan yang terarah sehingga dapat tertata secara sistematis, sehingga
kegiatan yang dilakukan dapat dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

komunikasi manusia merupakan proses sangat kompleks yang melibatkan


pengirim/sender dan penerima/receiver, oleh karena itu komunikasi sangatlah
penting apalagi komunikasi antara perawat dan pasien untuk mencegahnya
terjadi miss komunikasi

B. Realisasi Pemecahan Masalah

Realisasi pemecahan masalah pada kegiatan komunikasi dalam


manajemen asuhan keperawatan dengan menggunakan keterampilan
interpersonal yang efektif Diantara banyak kompetensi yang harus dimiliki
seorang perawat adalah kepandaian dalam berkomunikasi dengan efektif dan
mudah di pahami dalam keperawatan. Kemampuan dalam berkomunikasi
akan menjadi dasar upaya dalam membantu pemecahan masalah pasien,
sehingga memudahkan dalam memberi bantuan baik dalam pelayanan secara
medis maupun psikologis

C. Khalayak Sasaran

Populasi seluruh pegawai yang bekerja di RSU GMIM Pancaran Kasih


Manado dan pasien yang sedang di rawat atau rawat jalan di RSU GMIM
Pancaran Kasih Manado
D. Metode Pengabdian

Instrument penelitian ini menggunakan kuesioner kecerdasan emosional


dan kuesioner komunikasi interpersonal. Kuesioner kecerdasan emosional
terdiri dari 5 variabel yang diukur yaitu kesadaran diri, pengendalian emosi,
motivasi diri, empati dan hubungan sosial.

E. Tempat dan Waktu Kegiatan


Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan di RSU GMIM Pancaran
Kasih Manado, Pada tanggal 21 April 2021
F. Sarana dan Alat yang di gunakan

1. Leptop
2. Lcd
3. ATK
4. Lembar kuesioner
5. baliho
G. Pihak Yang Terlibat

Pihak yang terlibat dalam program pengabdian masyarakat ini adalah Tim
Pengabdian masyarakat ( Narasumber) yang terdiri dari dosen pembimbing,
pembimbing, mahasiswa yang terlibat secara khusus dari prodi dan seluruh
pegawai dan pasien yang ada di RSU GMIM Pancaran Kasih manado
H. Kendala dan Upaya Pemecahan

Tindak ada kendala secara spesifik dalam kegiatan pengabdian masyarakat


yang dilakukan semua agenda yang disusun berjalan sesuai konsep yang di
siapkan.
I. Rancangan dan Upaya Pemecahan

1. Ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional perawat


dengan komunikasi interpersonal dengan pasien RSU GMIM Pancaran
Kasih manado
2. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan dan mampu
menambah wawasan mahasiswa kesehatan khususnya ilmu keperawatan
dalam hal ini pembahasan manjemen keperawatan dan juga sebagai bahan
referensi untuk mengembangkan penelitian yang lebih mendalam
mengenai manajemen keperawatan dalam hal ini kecerdasan emosional
perawat dengan kemampuan komunikasi interpersonal dengan pasien di
Rumah Sakit RSU GMIM Pancaran kasih manado

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pelaksanaan Kegiatan


Komunikasi yang efektif membutuhkan pemahaman tentang pasien dan
pengalaman yang mereka ungkapkan. Dibutuhkan keterampilan dan sekaligus
niat tulus perawat untuk memahami apa yang menjadi perhatian pasien. Untuk
memahami pasien saja tidak cukup tetapi perawat juga harus menyampaikan
pesan bahwa ia dapat dimengerti dan diterima. Ini adalah refleksi dari
pengetahuan para peserta, cara mereka berpikir dan merasakan dan
kemampuan mereka (Lee et al., 2019). Komunikasi interpersonal antara
perawat dengan pasien merupakan hal yang penting dilakukan oleh para
perawat. Berdasarkan penelitian Santos bahwa lebih dari 80 % waktu yang
digunakan untuk berkomunikasi, 16% untuk membaca dan 4% untuk menulis.
Pengembangan ketrampilan dalam komunikasi merupakan kiat yang sukses
bagi seorang perawat. Waktu terbanyak yang digunakan oleh perawat adalah
melakukan komunikasi dengan cara mendengar dan berbicara, maka jelas
bahwa perawat harus mempunyai ketrampilan komunikasi interpersonal yang
baik (Santos et al., 2019).

B. Pembahasan

Empati memainkan peran penting dalam manajemen hubungan. Kualitas

karyawanlah yang dapat memenangkan dukungan dan kepercayaan orang lain.

Keahlian empati memungkinkan karyawan untuk memahami persepsi dan


pandangan orang lain dengan lebih baik, membuat suasana kerja lebih

menyenangkan dan rajin. Empati membuat adanya hubungan antara individu

sehingga satu dan semua yang terlibat dan tidak ada karyawan merasa

dikesampingkan dan dengan demikian, seorang karyawan yang empatik

diduga menjadi karyawan yang efektif. Empati juga memainkan peran penting

dalam meningkatkan kepercayaan dalam interaksi karyawan-karyawan.

Empati membantu karyawan untuk memiliki pemahaman yang ditingkatkan

tentang lingkungan sosial baru dan membantu mereka dengan cepat belajar

dan menyesuaikan diri dengan pengaturan baru. Keterampilan empati juga

membantu karyawan memiliki pendekatan optimis terhadap penyesuaian

dengan lingkungan dan perkembangan baru yang menghasilkan suasana yang

positif
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dalam program masyarakat dengan judul komunikasi dalam

manajemen asuhan keperawatan dengan menggunakan komunikasi

interpersonal yang efektif di RSU GMIM pancaran kasih manado dari segi

proses seluruh komponen baik dari persiapan maupun pelaksanaan telah

sesuai dengan apa yang di konsepkan.

B. Saran

Perawat yang telah mendapatkan pelatihan tentang komunikasi

interpesonal yang efektif dapat mengembangkan penelitian yang lebih

mendalam mengenai manajemen keperawatan dalam hal ini kecerdasan

emosional perawat dengan kemampuan komunikasi interpersonal dengan

pasien di Rumah Sakit RSU GMIM pancaran kasih manado


DAFTAR PUSTAKA

Competence among Nursing Students. Revista Latino-Americana de Enfermagem

Davis, K. dan Newstrom, J. 1989. Human Behavior at Work. Organization


Behavior 8th Edition. Singapore: Mc. Graw-Hill. International.

Giménez-Espert, M. del C., Prado-Gascó, V. J., & Valero-Moreno, S. (2019).


Impact of Work Aspects on Communication, Emotional Intelligence and
Empathy in Nursing. Revista Latino-Americana de Enfermagem, 27

Nursalam.2011.Manajeman Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional.Salemba Medika:Jakarta.

Lovelock, C. & Wirtz, J. (2004). Service Marketing: People, Technology,


Strategy. Upper Saddle River: Pearson Prentice-Hall.

Lee, C. T., Phillips, S., Tiso, S., & Fitzpatrick, C. (2019). Exploring Interpersonal
Relationships in a Nurse-Managed Clinic and Their Impact on Clinical
Outcomes. SAGE Open, 9(3).

Anda mungkin juga menyukai