Anda di halaman 1dari 2

Aborsi menurut sudut pandang agama Hindu

Aborsi dalam hukum adalah sebuah kegiatan yang ilegal. Tidak hanya dalam pandangan hukum,
dalam pandangan setiap agama juga sangat dilarang. Hindu adalah salah satu agama yang
melarang tindakan aborsi karena aborsi dalam Teologi Hinduisme termasuk perbuatan yang
disebut “Himsa karma” yaitu salah satu perbuatan dosa yang disejajarkan dengan membunuh,
menyakiti, dan menyiksa. Membunuh dalam pengertian yang lebih dalam adalah menghilangkan
nyawa. berdasarkan falsafah “atma” atau roh yang sudah berada dan melekat pada janin yang
masih berbentuk gumpalan darah.
Ketika cabang bayi sudah berusia 20 hari maka Kanda-Pat berubah nama menjadi masing-masing:
I Anta, I Preta, I Kala, dan I Dengen. Setelah janin berusia 40 minggu barulah dinamakan sebagai:
Ari-ari, Lamas, Getih, dan Yeh-nyom.
Nyama Bajang yang artinya “saudara yang selalu membujang” adalah kekuatan-kekuatan Hyang
Widhi yang tidak berwujud”. Jika Kanda-Pat bertugas memelihara dan membesarkan jabang bayi
secara fisik, maka Nyama Bajang yang jumlahnya 108 bertugas menguatkan atma atau roh dalam
tubuh bayi.
Oleh karena itulah perbuatan aborsi disetarakan dengan menghilangkan nyawa. Kitab-kitab suci
Hindu antara lain Rgveda 1.114.7 menyatakan, “Ma no mahantam uta ma no arbhakam” yang
memiliki arti, “janganlah mengganggu dan mencelakakan bayi.” Selain itu pada kitab Atharvaveda
X.1.29 juga menyatakan, “Anagohatya vai bhima” yang berarti “jangan membunuh bayi yang tiada
berdosa.”
Oleh karenanya hubungan seks yang dilakukan melalui upacara pawiwahan atau pernikahan
dilakukan semata-mata untuk memperoleh anak. Dan, seperti dikuatkan ekatyani.blogspot.com,
jelaslah sudah bahwa aborsi dalam Agama Hindu tidak dikenal dan tidak dibenarkan, bahkan
termasuk perbuatan dosa.
Jadi jika aborsi dilihat dari kacamata agama dan alasan medis, ada beberapa perbedaan
pandangan:
a) Perbedaan Pandangan
Perbedaan pandangan mengenai relasi atau hubungan antara sang ibu dengan janin yang
dikandung. Bilamana janin itu sepenuhnya bagian tubuh sang ibu maka yang “anti” aborsi
menganggap aborsi melanggar hak-hak ibu. Atau sebaliknya kalau sang ibu itu hanya
alat/instrumental saja selama 9 bulan 10 hari, maka ibu tidak mempunyai hak. Namun yang pasti
secara teologis semuanya adalah hak Tuhan.
b) Perbedaan Paham
Perbedaan paham mengenai kapan dimulainya kehidupan manusia. Pembuahan terjadi di rahim,
di situlah kehidupan dimulai, tapi belum menjadi manusia. Jadi mempunyai potensi menjadi calon
‘siapa’. Semakin tua usia janin semakin komplek masalahnya bila melakukan aborsi. Bahwa benar
atau salah melakukan tindakan aborsi, yang pasti salah.
Dalam kehidupan kita yang dipengaruhi oleh dosa, kita tidak jarang didorong atau dipaksa untuk
melakukan perbuatan yang salah/dosa. Tetapi dalam alasan-alasan yang positif dan dapat
dipertanggungjawabkan aborsi dapat dilakukan, misalnya untuk hal-hal yang jika tidak dilakukan
akan mengakibatkan sesuatu yang sangat merugikan, misal demi keselamatan jiwa ibu. Namun ini
bukan berarti tindakan aborsi diperbolehkan, karena aborsi tetap akan berlangsung terus. Justru
masyarakat juga harus diberi terapi. Orang-orang yang mendorong aborsi itu yang harus
diperhatikan juga. Oleh karena itu saya menegaskan bahwa etika menjadi efektif kalau tidak dilihat
secara normatif semata, namun harus melihat realitas yang ada. Permasalahannya bukan boleh atau
tidak boleh, benar atau tidak benar. Prinsip etika harus dikaitkan dengan kenyataan hidup. Realitas
dosa inilah yang menyebabkan masalah aborsi tidak dapat dilihat secara “hitam” dan “putih”.

http://safnasuad.blogspot.co.id/2015/12/aborsi-menurut-sudut-pandang-agama-hindu.html

Anda mungkin juga menyukai