PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua individu mempunyai kebutuhan dasar untuk menjalin hubungan
dengan orang lain dalam menjalani hidupnya. Komunikasi merupakan upaya
individu dalam menjaga dan mempertahankan individu untuk tetap berinteraksi
dengan orang lain. Komunikasi seseorang adalah suatu proses yang melibatkan
perilaku dan interaksi antar individu dalam berhubungan dengan orang lain. Pada
profesi keperawatan komunikasi menjadi sangat penting karena komunikasi
merupakan alat dalam melaksanakan proses keperawatan. Dalam asuhan
keperawatan, komunikasi ditujukan untuk mengubah perilaku klien dalam
mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Perawat yang memiliki keterampilan
berkomunikasi secara baik dan benar, tidak saja akan mudah menjalin hubungan
rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan
kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra
profesi keperawatan serta citra rumah sakit, tetapi yang paling penting adalah
mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama manusia.
Dalam proses komunikasi, individu diharuskan untuk menentukan potensi diri
dalam melakukan komunikasi yang efektif. Untuk dapat melakukannya, individu
tentu saja harus memiliki pemahaman dasar akan proses komunikasi dan
bagaimana teori komunikasi berfungsi dalam hidup individu. Oleh karena itu,
dalam makalah ini akan dibahas sikap yang harus dimiliki seorang perawat agar
dapat berkomunikasi secara profesional, seperti memiliki sikap asertif dan dapat
melakukan komunikasi yang efektif dalam kesehariannya. Perawat perlu
menyadari bahwa semua tindakan keperawatan dilaksanakan dalam bentuk
komunikasi (nonverbal/verbal). Oleh karena itu, perawat mengetahui fungsi
komunikasi dan sikap serta keterampilan yang perlu dikembangkan dalam
komuikasi dengan klien.
Adapun fungsi komunikasi dalam pembuatan asuhan keperawatan
menurut Engel dan Morgen (1973, dikutip dalam Cormier, dkk : 2-3) yaitu
komunikasi dapat membina hubungan saling percaya dengan klien, komunikasi
dapat menetapkan peran dan tanggungjawab antara perawat-klien, selanjutnya
komunikasi juga memudahkan kita untuk mendapat data yang tepat dan akurat
dari klien. Dari fungsi yang diuraikan, maka asuhan keperawatan tidak dapat
dipisahkan dengan komunikasi karena tiap langkah membuat asuhan keperawatan
adalah dengan komunikasi
Oleh sebab itu dalam makalah ini penulis membahas tentang komunikasi
terapeutik Dimana akan membahas teknik komunikasi terapeutik Dengan
demikian penulis membuat makalah ini dengan judul “Komunikasi Efektif dan
Asertif”.
B. TUJUAN
Tujuan Umum Makalah ini adalah supaya mahasiswa atau pembaca dapat
memahami dan menjelaskan tentang perilaku asertif dan komunikasi
efektif dalam proses keperawatan professional.
Tujuan khusus Adapun tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah agar
mahasiswa atau pembaca dapat menjelaskan tentang:
1.Perbedaan antara perilaku pasif, agresif, dan asertif.
2.Unsur-unsur asertif
3.Prinsip-prinsip asertif
4.Ciri-ciri asertif
5.Petunjuk menjadi asertif
6.Tujuan komunikasi efektif
7.Syarat-syarat komunikasi efektif
8.Faktor pendukung dan penghambat komunikasi efektif
9.Aspek yang harus dibangun dalam komunikasi efektif
C. MANFAAT
Makalah ini di buat oleh kami agar kami memahami dan mengaplikasikan
langsung dalam proses keperawatan hususnya tentang menerapkan komunikasi
efektif dan asertif perawat-klien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KOMUNIKASI TERAPEUTIK YANG EFEKTIF
Berkomunikasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-
sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan. Oleh karena itu, dalam
bahasa asing orang menyebutnya “the communication is in tune” ,yaitu kedua
belah pihak yang berkomunikasi sama-sama mengerti apa pesan yang
disampaikan. Syarat-syarat untuk berkomunikasi secara efektif adalah antara lain :
1. Menciptakan suasana yang menguntungkan.
2. Menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti.
3. Pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat di pihak
komunikan.
4. Pesan dapat menggugah kepentingan dipihak komunikan yang dapat
menguntungkannya.
5. Pesan dapat menumbuhkan sesuatu penghargaan atau reward di pihk
komunikan.
Berbicara tentang minat atau awareness di pihak komunikan, dapat
dikemukakan bahwa minat akan timbul bilamana ada unsure-unsur sebagai
berikut :
Tersedianya suatu hal yang menarik minat. Terdapat kontras, yaitu perbedaan
antara hal yang satu dengan lainnya, sehingga apa yang menonjol itu
menumbuhkan perhatian. Terdapat harapan untuk mendapat keuntungan atau
mungkin gangguan dari hal yang dimaksudkan.
Johnson, Sutton dan Harris (2001: 81) menunjukkan cara-cara agar
komunikasi efektif dapat dicapai. Menurut mereka, komunikasi efektif dapat
terjadi melalui atau dengan didukung oleh aktivitas role-playing, diskusi, aktivitas
kelompok kecil dan materi-materi pengajaran yang relevan. Meskipun penelitian
mereka terfokus pada komunikasi efektif untuk proses belajar-mengajar, hal yang
dapat dimengerti di sini adalah bahwa suatu proses komunikasi membutuhkan
aktivitas, cara dan sarana lain agar bisa berlangsung dan mencapai hasil yang
efektif.
B. Konsep Komunikasi Efektif
1. Pengertian Komunikasi Efektif
Berdasarkan kebijakan Pemerintah yaitu Permenkes RI No 1691 Tahun
2010 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Dalam Peraturan Menteri
Kesehatan No 1691 setiap rumah sakit wajib mengupayakan pemenuhan sasaran
keselamatan pasien. Sasaran keselamatan pasien meliputi tercapainya ketepatan
identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang efektif, peningkatan keamanan
obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien
operasi, pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan, dan pengurangan
risiko pasien jatuh. Enam unsur sasaran keselamatan pasien yang utama dari
layanan asuhan ke pasien adalah komunikasi efektif. Berkomunikasi efektif
berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang
sama tentang suatu pesan.
Oleh karena itu, dalam bahasa asing orang menyebutnya “the
communication is in tune” ,yaitu kedua belah pihak yang berkomunikasi sama-
sama mengerti apa pesan yang disampaikan. Komunikasi yang tidak efektif akan
menimbulkan risiko kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan. Sebagai
contoh kesalahan dalam pemberian obat ke pasien, kesalahan melakukan prosedur
tindakan perawatan. Mencegah terjadinya risiko kesalahan pemberian asuhan
keperawatan maka perawat harus melaksanakan sasaran keselamatan pasien :
komunikasi efektif di Instalasi Rawat Inap. Komunikasi efektif dapat dilakukan
antar teman sejawat (dokter dengan dokter/ perawat dengan perawat) dan antar
profesi (perawat dengan dokter).
Kualitas suatu rumah sakit sebagai institusi yang menghasilkan produk teknologi
jasa kesehatan sudah tentu tergantung juga pada kualitas pelayanan medis dan
pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien (Tjiptono, 2001). Menurur
Walker, Evan dan Robbson (2003), komunikasi efektif dalam praktik keperawatan
profesional merupakan unsur utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan dalam mencapai hasil yang optimal.
1. Tujuan Komunikasi Efektif
Tujuan komunikasi efektif adalah memberi kemudahan dalam memahami
pesan yang diberikan. Bentuk komunikasi efektif dibagi dua, yaitu komunikasi
verbal dan komunikasi nonverbal. Yang perlu dierhatikan dalam komunikasi
verbal yaitu berlangsung secara timbal balik, makna pesan ringkas dan jelas,
bahasa mudah dipahami, cara penyampaian mudah diterima, disampaikan secara
tulus, mempunyai tujuan yang jelas, dan memperlihatkan norma yang berlaku.
Sedangkan yang perlu diperhatikan dalama komunikasi nonverbal
adalah penampilan fisik, sikap tubuh dan cara berjalan, ekspresi wajah, dan
sentuhan.
C. HUBUNGAN TERAPEUTIK
Hubungan antara bidan dengan klien merupakan hubungan terapeutik,
sebagaimana halnya hubungan yang terjadi antara perawat dengan klien, dan
bukan merupakan hubungan sosial. Hubungan terapeutik antara bidan dengan
klien adalah hubungan kerja sama yang ditandai dengan tukar menukar perilaku,
perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang
terapeutik.
Fase terminasi
Merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan
terapeutik karena hubungan saling percaya dan hubungan intim yang
terapeutik sudah terbina dan berada pada tingkat optimal.
Pengungkapan perasaan
Pengungkapan perasaan dihindari
Tidak diakui
Pengakuan harkat individu
1. Appreciation
berarti menunjukkan penghargaan terhadap kehadiran orang lain, dan tetap
memberikan perhatian sampai pada batas-batas tertentu atas apa yang terjadi pada
diri mereka.
2. Acceptance
Adalah perasaan mau menerima, memberikan arti yang positif terhadap
perkembangan kepribadian seseorang, yaitu menjadi pribadi yang terbuka dan
dapat menerima kehadiran orang lain sebagaimana keadaan diri mereka masing-
masing. Sedangkan
3. Accomodating
yaitu menunjukkan sikap ramah kepada semua orang tanpa terkecuali.
Keramahan senantiasa memberikan kesan positif dan menyenangkan kepada
semua orang yang kita jumpai. Keramahan membuat hati kita senantiasa terbuka,
yang dapat mengarahkan kita untuk bersikap akomodatif terhadap situasi dan
kondisi yang kita hadapi, tanpa meninggalkan kepribadian kita sendiri. Kita dapat
memperlihatkan toleransi dengan penuh rasa hormat, namun bukan berarti kita
jadi ikut lebur dalam pandangan orang lain, apalagi dengan hal-hal yang
bertentangan dengan diri kita. Hal ini penting sekali untuk diperhatikan agar kita
mampu menempatkan diri secara benar di khalayak luas, sekaligus membina
saling pergertian dengan banyak orang.
Perilaku Asertif
Perilaku asertif adalah menyatakan secara langsung suatu ide, opini, dan
keinginan. Tujuan perilaku asertif adalah untuk mengkomunikasikan sesuatu pada
suasana saling percaya. Konflik yang muncul dihadapi dan solusi dicari yang
menguntungkan semua pihak. Individu yang asertif memulai komunikasi dengan
cara sedemikian rupa sehingga dapat menyampaikan kepedulian dan rasa
penghargaan mereka terhadap orang lain.
Tujuan komunikasi ini adalah untuk mengungkapkan pendapat diri sendiri
dan untuk menyelesaikan masalah interpersonal tanpa merusak suatu hubungan.
Perilaku asertif mengharuskan kita untuk menghormati orang lain sebagaimana
kita menghormati diri sendiri. Konflik tidak dapat dihindari dalam hubungan
dengan sesama manusia. Walaupun konflik biasanya dipandang sebagai sesuatu
yang tidak diinginkan, tetapi proses penyelesaian konflik tersebut dapat membuat
seseorang berkembang, meningkatkan pemahaman dan rasa hormat kepada orang
lain, kendati terdapat perbedaan-perbedaan.
Masalah timbul ketika konflik membuat kita memandang orang lain sebagai
“musuh”, ketika perbedaan kekuasaan dieksploitasi, atau ketika diskusi untuk
penyelesaian masalah menjadi tidak fokus dengan membawa persoalan lain untuk
mengalihkan percakapan. Faktor penting untuk menjadi individu asertif adalah
kemampuan untuk bertindak secara konsisten sesuai standar yang kita miliki
untuk perilaku kita sendiri Contoh perilaku asertif, antara lain:
1. Saya berpendapat … bagaimana pendapat Anda?
2.Masalah ini akan saya hadapi dengan cara ini. Bagaimana efseknya terhadap
Anda?‟
Unsur-unsur Asertif
Secara garis besar, sikap asertif dapat terbagi menjadi dua unsur: verbal dan
nonverbal (Monica, 1998). Komunikasi verbal terjadi dengan bantuan kata-kata
yang diucapkan ataupun ditulis. Komunikasi nonverbal terutama terdiri dari
bahasa tubuh. Monica (1998) menjelaskan unsure-unsur nonverbal sebagai
berikut:
a. Kekerasan Suara Berteriak atau berbisik bukanlah sikap asertif. Nada suara
tidak tergantung pada isi pesan yang dikirim. Nada yang asertif harus keras dan
tegas sehingga terdengar dengan jelas; tetapi tidak boleh terlalu keras sehingga
memekakkan telinga penerima.
b. Kelancaran Kelancaran mengatakan kata-kata juga tidak bergantung pada
isi pesan. Orang yang menggunakan terlalu banyak penghentian atau kata-kata
“pengisi” seperti “uh”, “er”, “huh”, “anda tahu”, “seperti”, dan sebagainya,
cenderung dilihat sebagai orang yang ragu, sedangkan orang yang bicara terlalu
cepat sering dialami oleh orang lain sebagai orang yang terlalu membebani. Yang
asertif adalah kecepatan bicara sedang dan tidak terputus-putus.
c. Kontak Mata Kontak mata asertif berarti bahwa seseorang mampu
memandang wajah penerima (hampir) secara terus-menerus tetapi tanpa intensitas
terus-menerus yang membuat penerima merasa ditantang.
d. Ungkapan Wajah Nada bicara yang terkekeh-kekeh saat marah atau
mengerutkan dahi saat mengatakan “sayang”, akan “mengkhianati” isi dari kata
-kata mereka. Bila marah, janganlah tersenyum; bila menunjukkan penghargaan,
tersenyumlah. Meskipun ungkapan wajah sulit diukur atau digambarkan,
kebanyakan orang telah tersosialisasi untuk mampu memilih ungkapan wajah
yang cocok untuk arti kata-kata mereka.
e. Ungkapan Tubuh Orang yang asertif dalam ungkapan tubuhnya akan
tampak santai tetapi tidak membungkuk, berdiri tegak tanpa menjadi kaku, dan
menggunakan tangan serta bahu untuk menekankan pembicaraan mereka tanpa
menjadi terlalu memaksa atau kasar.
f. Jarak Orang yang asertif, dalam jarak mereka dari orang lain, akan
berdiri cukup dekat sehingga tidak banyak yang dapat lewat di antara mereka
(misalnya, tubuh orang lain), tetapi juga tidak terlalu dekat.
Menurut Liaw (2007) orang dengan tipe asertif lebih mengedepankan
kesamaan yang dimiliki oleh semua orang. Mereka lebih menerapkan sika inklusif
dan akomodatif daripada eksklusif.
2) Prinsip-prinsip Asertif
Berkomunikasi dan rekan-rekannya (1985) mengidentifikasi bahwa asertif
mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Asertif bukanlah cara untuk mengubah perilaku orang lain, melainkan
hanya cara mengubah reaksi diri sendiri atas perilaku orang lain.
b. Asertif adalah menjelaskan apa yang kita inginkan karena orang lain
bukanlah orang yang harus bertanggungjawab untuk membaca pikiran kita.
c. Asertif adalah hal yang menegaskan bahwa kebiasaan bukanlah alasan
untuk melakukan sesuatu.
d. Asertif bukanlah cara untuk membahagiakan orang lain, tetapi juga
bukan untuk menyakiti orang lain.
e.Penolakan adalah hal yang wajar terjadi dalam suatu hubungan. Jadi,
terimalah hal tersebut.
f.Asertif bukanlah cara untuk membiarkan diri menjadi korban.
g.Asertif adalah cara yang menunjukkan bahwa kekhawatiran tidak akan
mengubah suatu keadaan.
h.Asertif adalah berusaha melakukan hal terbaik yang dapat dilakukan,
dan bukan cara untuk membuat orang lain menyukai kita.
i.Asertif memiliki konsekuensi atas apa yang telah diungkapkan. Jadi
asertif berarti siap menerima konsekuensi dari apa yang telah diucapkan (Tubss &
Moss, 2005).
3) Ciri-Ciri Asertif
Komunikasi asertif memiliki cirri-ciri, sebagai berikut:
1.Terbuka dan jujur terhadap pendapat diri dan orang lain.
2.Mendengarkan pendapat orang lain dan memahaminya.
3.Menyatakan pendapat pribadi tanpa mengorbankan perasaan orang lain.
4.Mencari solusi bersama dan keputusan.
5.Menghargai diri sendiri dan orang lain dan mampu mengatasi konflik.
6.Menyatakan perasaan pribadi, jujur tetapi hati-hati.
7. Mempertahankan hak diri
4) Langkah Bersikap Asertif
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Sarung tangan,
pinset,
gunting,
plester,
kasa steril,
cairan pembersih dan
NaCl,,
C. Prosedur
Pertama-tama kita buka balutan yang lama namun
jangan memegang dengan tangan telanjang, kita harus memakai sarung
tangan, lalu kita bersihkan luka dengan NaCl yang dicelupkan ke kasa dan
dikeringkan dengan kasa kering.
setiap kali kita membersihkannya kita tukar dengan kasa yang baru
dan jangan lupa ibu kita harus membersihkan luka dari daerah yang bersih
ke daerah yang kotor.Lalu kita tutup luka dengan kasa steril , dan
direkatkan dengan plester, lalu ditutup dengan pakaian ibu kembali dan
semua bekas balutan dibuang ketempat sampah medis.
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Pra Interaksi
Pagi ini saya telah membuat kontrak dengan pasien pada pukul
08.00. Saya juga telah mempersiapkan diri untuk bertemu pasien saya
2. Tahap Orientasi
(dialog)
Perawat : Saya Ners Nurul , apakah benar ini dengan ibu Arlin Afrianti ?
Perawat : Ibu Arlin Afrianti, ibu lebih suka saya panggil apa ibu?
Perawat : Baik ibu Arlin, saya Nurul, hari ini saya yg akan merawat ibu
dari pukul 07.00 -14.00 siang nanti bu, jadi kalau ada masalah atau
keluhan, ibu dapat menginformasikannya kepada saya...
caesar kemarin?
ibu, karna ibu caesar jd wajar kalau ibu sakit dan sulit bergerak
karna ada luka operasi yg masih rentan, apakah ada keluhan lain
yang di rasakan?
Klien : Oh begitu ya suster, tidak suster hanya nyeri dan sulit bergerak
saja...
Perawat : Baik bu, sesuai dengan perjanjian kita kemarin, saya akan
3. Tahap kerja
(dialog)
Klien : Apakah perawatan luka ini penting sus? dan berapa frekuensi
penggantian perbannya?
Perawat : Iya ibu, perawatan luka ini sangat penting karna jika luka
kotor akan menimbulkan infeksi dan dapat menyebabkan kematian,
perban itu harus diganti minimal 1x sehari bu.
Perawat : oke ibu Arlin, pertama maaf ibu bajunya saya buka ya bu, ok
nanti jika sudah dirumah atau saat ibu sudah merasa tidak nyaman.
Ibu atau dengan bantuan keluarga dapat melakukan secara
mandiri.
Klien : Alat-alatnya apa saja suster?
Perawat : Benar sekali ibu, setiap kali kita membersihkannya kita tukar
dengan kasa yang baru dan jangan lupa ibu kita harus
membersihkan luka dari daerah yang bersih ke daerah yang kotor.
Perawat : Lalu bu, kita tutup luka dengan kasa steril , dan direkatkan
dengan plester, lalu ditutup dengan pakaian ibu kembali dan semua
bekas balutan dibuang ketempat sampah medis.
4. Tahap terminasi
(dialog)
Perawat : Baik ibu Arlin, perawatan lukanya sudah selesai dan ibu pun
Perawat : Iyah ibu Arlin, apakah ada yang ingin ibu tanyakan?
Klien : Tidak sus,saya rasa cukup dan saya sudah paham pentingnya
mengganti luka
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perilaku asertif adalah menyatakan secara langsung suatu ide, opini, dan
keinginan. Tujuan perilaku asertif adalah untuk mengkomunikasikan sesuatu
pada suasana saling percaya.
2. Asertif dapat dipahami dengan baik bila membandingkan asertif dengan
dua gaya dalam merespon suatu situasi, yaitu: pasif (tidak peduli) dan agresif
(menyerang).
3. Komunikasi asertif memiliki ciri-ciri terbuka dan jujur, mau
mendengarkan, memberi pendapat, mencari solusi, saling menghargai,
menyatakan perasaan pribadi, dan mempertahankan hak pribadi.
4. Untuk mencapai perilaku asertif di butuhkan petunjuk, yaitu: evaluasi
terhadap hak-hak pribadi, mengemukakan problem dan konsekuensi
konflik,mengekspresikan perasaan tetntang situasi, dan mengemukakan apa yang
menjadi permintaan.
5. Berkomunikasi efektif berarti komunikator dan komunikan sama-sama
memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan. Kedua belah pihak yang
berkomunikasi sama-sama mengerti apa pesan yang disampaikan.
6. Aspek yang harus dibangun dalam komunikasi efektif yaitu kejelasan,
ketepatan, konteks, alur, dan budaya.
B.Saran
1.Perawat harus mampu menguasai teknik-teknik asertif agar komunikasi
yang dihasilkan antara perawat dan klien lebih berkualitas.
2.Untuk menghindari konflik yang berkepanjangan, seorang perawat tidak
boleh bersikap pasif maupun agresif tapi harus bersikap asertif.
3. Perawat harus mampu berkomunikasi secara efektif dalam praktik
keperawatan profesional yang merupakan unsur utama bagi perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/249635278/Makalah-Ilmu-Keperawatan-
Dasar-2
http://sekilastentangduniakesehatan.blogspot.co.id/2015/06/komunikasi-
terapeutik-yang-efektif.html
http://nareragan.blogspot.co.id/2012/06/komunikasi-terapeutik-dimensi-
respon.html
https://www.academia.edu/7350901/Makalah_Komunikasi_Terapeutik
http://fhara-eunhyuk.blogspot.co.id/2014/02/komunikasi-efektif-dan-
asertif.html