Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, serta
hidayah-nya kepada kami. Sholawat serta salam marilah selalu kita hadirkan
keharibaan Rasulullah Muhammad SAW sebagai uswah al-hasanah yang
senantiasa di harapkan syafaatnya di hari kiamat.yang pada kesempatan kali ini
kami dapat membuat makalah untuk mengukir ilmu pengetahuan yang sangat di
butuhkan dan semoga dapat bermanfaat bagi penulis serta bermanfaat bagi
pembaca.
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada Ibu Puji Lestari selaku
dosen pengampu mata kuliah Komunikasi dalam Keperawatan. Untuk ridho dan
barokah dari beliau sangat kami harapkan menuju jalan ilmu yang bermanfaat.
Terimah kasih juga atas semua pihak yang telah membantu terselesaikannya
penulisan makalah ini.
1
DAFTAR ISI
Daftar Isi..............................................................................................................................2
A. Simpulan ...............................................................................................................17
B. Saran......................................................................................................................17
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi adalah bagian dari strategi koordinasi yang berlaku dalam
pengaturan pelayanan di rumah sakit khususnya pada unit keperawatan.
Komunikasi terhadap berbagai informasi mengenai perkembangan pasien antar
profesi kesehatan di rumah sakit merupakan komponen yang fundamental dalam
perawatan pasien (Suhriana, 2012). Komunikasi yang efektif dalam lingkungan
perawatan kesehatan membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan empati. Ini
mencakup mengetahui kapan harus berbicara, apa yang harus dikatakan dan
bagaimana mengatakannya serta memiliki kepercayaan diri dan kemampuan
untuk memeriksa bahwa pesan telah diterima dengan benar.
Proses interaksi manusia terjadi melalui komunikasi verbal dan non verbal,
tertulis dan tidak tertulis, terencana dan tidak terencana. Agar perawat efektif
dalam berinteraksi, mereka harus memiliki ketrampilan komunikasi yang baik.
Mereka harus menyadari kata-kata dan bahasa tubuh yang mereka sampaikan
pada orang lain. Ketika perawat mengemban peran kepemimpinan, mereka harus
menjadi efektif, baik dalam ketrampilan komunikasi verbal maupun komunikasi
tertulis (Kathleen, 2007).
Komunikasi yang jelas dan tepat penting untuk memberikan asuhan
keperawatan yang efektif, dan ini adalah tantangan yang unik dalam bidang
perawatan kesehatan saat ini. Banyak tantangan dalam memberikan perawatan
untuk pasien, adanya diversitas budaya dan bahasa juga menjadi tantangan dalam
bekerja dengan kolega. Komunikasi yang jelas mengenai perawatan dan mengenai
informasi klien sama pentingnya, baik dalam bentuk interaksi verbal maupun non
verbal (Kathleen, 2007).1
1
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/30b15a3b2f7fab2f5e5f838bae1a4a7a.pdf diakses pada
tanggal 15 september 2017
3
Menurut Aditama (2007) menetapkan bahwa pelayanan perawatan
dikatakan berkualitas baik apabila perawat dalam memberikan pelayanan kepada
pasien sesuai dengan aspek-aspek dasar perawatan. Aspek tersebut meliputi aspek
penerimaan, perhatian, tanggung jawab, komunikasi dan kerjasama, apabila
komunikasi lancar tentu saja akan meningkatkan kepuasan terhadap tingkat
pelayanan itu sendiri.
Namun di dalam komunikasi juga ada beberapa faktor yang
mempengaruhinya, antara lain: kredibilitas pemberi pesan, isi pesan, kesesuaian
dengan isi pesan, kejelasan pesan, kesinambungan dan konsistensi, saluran, serta
kapabilitas sasaran.2
B. Rumusan Masalah
Apa saja faktor yang mempengaruhi komunikasi dan bagaimana maksud dari
masing-masing faktor yang mempengaruhi tersebut ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui apa saja yang mempengaruhi komunikasi serta penjelasan dari
masing-masing faktor tersebut.
2
Kharis Yusman. 2013. Komunikasi Keperawatan. Jakarta : EGC
4
BAB II
PEMBAHASAN
Ada beberapa faktor yang mepengaruhi setiap unsur komunikasi, baik bersifat
positif maupun negatif.
2. Isi pesan
Pesan yang disampaikan seharusnya mengandung isi yang bermanfaat bagi
kebutuhan klien atau dapat mengatasi masalah klien. Isi pesan yang ingin
disampaikan dapat mempengaruhi teknik komunikasi yang digunakan individu.
Isi pesan yang menggembirakan biasanya disampaikan dengan wajah
yang berseri-seri dan suara lantang.
Isi pesan yang bersifat informasi disampaikan dengan suara yang
relatif datar dan perlahan,sedangkan isi pesan yang bersifat rahasia
5
disampaikan dengan berbisik atau menggunakan secarik kertas kecil
atau dengan bahasa isyarat tertentu.
Isi pesan mempengaruhi perilaku penyampaian pesan dan
perlu/tidaknya pesan yang disampaikan diberi umpan balik.
Selain hal-hal di atas,jumlah pesan juga mempengaruhi proses
penerimaan pesan dari komunikator kepada komunikan.
Pesan yang terlalu banyak menimbulkan kebingungan atau kejenuhan
pada penerima pesan. 3
4. Kejelasan pesan
Pesan yang tidak jelas akan membuat sasaran bingung sehingga tidak
terjadi perubahan perilaku dan klien tidak melakukan pesan yang diberikan oleh
perawat. Kejelasan pesan yang disampaikan oleh perawat atau pemberi asuhan
diterima dan dimengerti.4
6
disampaikan harus konsisten dan berkesinambungan serta tidak menyimpangi dari
topik pembicaraan.
6. Saluran
Saluran terdapat dan berperan pada media. Media yang digunakan harus
disesuaikan dengan pesan yang ingin disampaikan. Pemilihan media yang tepat
dapat meningkatkan pemahaman klien sehingga perubahan yang diharapkan dapat
tercapai.
a. Telepon
b. Surat
c. Papan pengumuman
d. House Journal Bentuknya dapat berupa majalah bulanan, profil perusahaan,
prospectus, bulletin dan tabloid.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196610251993031YUYUS_SUHE
RMAN/I._Makalah/Media_Komunikasi___BPG_.pdf diakses pada tanggal 15 September 2017
7
e. Printed material Media komunikasi dan publikasi berupa barang-barang cetakan
seperti booklet, pamlet, kop surat, logo, kartu nama dan memo.
f. Media pertemuan dan pembicaraan6
7. Kapabilitas sasaran
Kapabilitas sasaran terdapat pada komunikan dalam menyampaikan pesan.
Komunikator harus memperhitungkan kemampuan sasaran dalam menerima pesan
yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial ekonomi, dan sosial budaya.
Kemampuan mendengarkan pesan yang disampaikan sesuai dengan tingkat
penerimaan,sehingga mudah mencerna dan tidak sulit memahami. 7
Persepsi, nilai, latar belakang budaya, pengetahuan, peran dan lokasi interaksi
mempengaruhi isi pesan dan cara bagaimana pesan itu disampaikan. Komunikasi
interpersoal dibuat dengan lebih kompleks karena setiap orang dipengaruhi secara
berbeda oleh variabel interpersonal. Variabel interpersonal membuat setiap
komunikasi interpersonal menjadi unik. Setiap orang membuat asosiasi berbeda
dan menginterprestasikan pesan secara berbeda. Pemahaman faktor ini membantu
seorang perawat untuk mengetahui alasan klien memiliki kesulitan berkomunikasi
dan strategi yang dibutuhkan untuk membantu. Menurut Perry dan Potter,
beberapa faktor yang memengaruhi jalannya pengiriman dan penerimaan pesan
dalam praktik keperawatan, yaitu sebagai berikut.
1. Perkembangan
6
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/520/jbptunikompp-gdl-indrasopya-25972-4-unikom_i-i.pdf
diakses pada tanggal 19 September 2017
7
Roymond H. Simamora. 2009. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta : EGC
8
Sebagian besar anak-anak lahir dengan mekanisme fisik dan kapasitas
untuk mengembangkan kemampuan berbicara dan berbahasa. Anak dengan
kegagalan perkembangan seperti paralisis,serebral,autisme, dan sindrom down
akan memiliki tingkat kapasitas yang berbeda untuk mengembangkan kemampuan
bicara dan bahasa. Tingkat perkembangan berbicara bervariasi dan secara
langsung berhubungan dengan perkembangan neurologi dan intelektual (Whaley
dan Wong, 1995). Lingkungan seorang anak harus juga menawarkan stimulasi
untuk perkembangan normal. Lingkungan yang disediakan oleh orang tua
memberikan pengaruh terhadap kemampuan untuk berkomunikasi. Perawat
menggunakan teknik khusus untuk berkomunikasi dengan anak-anak dari
berbagai tingkat perkembangan yang berbeda.
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan anak-anak,perawat harus
memahami pengaruh perkembangan bahasa dan proses berpikir. Keduanya akan
mempengaruhi cara anak berkomunikasi dan cara bagaimana perawat dapat
berinteraksi secara sukses dengan mereka.
2. Persepsi
Setiap orang merasakan,menginterprestasikan, dan memahami kejadian
seacar berbeda. Persepsi adalah pandangan pribadi atas apa yang terjadi. Seorang
perawat mungkin berkata, “Saya perhatikan Anda menjadi diam sejak keluarga
Anda pergi. Apakah Anda mau membicarakannya ?”. Persepsi klien terhadap
maksud perawat akan mempengaruhi keinginannya untuk berbicara. Persepsi
terbentuk oleh apa yang diharapkan dan pengalaman. Perbedaan dalam persepsi
antar individu yang berinteraksi dapat menjadi kendala dalam komunikasi.
3. Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi tingkah laku. Nilai tersebut
adalah apa yang dianggap penting dalam hidup oleh seseorang dan pengaruh dari
ekspresi pemikiran dan ide. Nilai juga mempengaruhi interpretasi pesan. Karena
nilai adalah panduan umum tingkah laku,sangat penting bagi seorang perawat
untuk mengembangkan kepekaan dalam nilai tersebut. Beberapa nilai mungkin
9
diketahui dengan mudah dan tanpa konflik (mis.kerahasiaan atau peawatan kulit
bagi pasien yang tidak dapat melakukan mobilisasi) sedangkan yang lainnya
mungkin mengarah pada konflik tingkat tinggi dan menjadi sulit ntuk
diartikulasikan (mis.nilai tentang kematian dan hak untuk mati). Memahami dan
menjelaskan nilai penting dalam membuat keputusan klinis interaksi. Perawat
sebaiknya tidak membiarkan nilai pribadi mempengaruhi hubungan profesional.
Gerakan tubuh yang menghakimi akan menghancurkan kepercayaan dan
mengganggu komunikasi yng efektif.
4. Emosi
Emosi adalah perasaan subjektif seseorang mengenai peristiwa tertentu.
Cara seseorang bersosialisasi atau berkomunikasi dengan orang lain dipengaruhi
oleh emosi. Klien yang marah mungkin melakukan reaksi yng berbeda atas
perintah perawat dibandingkan mereka yang ketakutan. Emosi mempengaruhi
kemampuan untuk menerima pesan dengan sukses. Emosi juga dapat
menyebabkan seseorang salah menginterprestasikan sesuatu atau tidak mendengar
pesan. Jika klien melontarkan rasa marahnya,seorang perawat tidak boleh
menganggapnya serius. Perawat juga dapat mengkaji emosi klien dengan
mengamati interaksi mereka dengan keluarga,dokter,atau perawat lainnya.
Ketika seorang perawat mengasuh klien,mereka harus mewaspadai emosi
mereka sendiri. Sangat sulit untuk menhindari emosi. Klien sangat peka dan dapat
merasakan rasa marah,frustasi atau sedih. Umumnya tidak tepat untuk
mendiskusikan emosi pribadi dengan klien. Sistem pendukung sosial dari sejawat
akan membantu perawat mengekspresikan emosinya. Pemanfaatan progam asisten
karyawan,pertemuan dengan teman sebaya,dan penggunaan tim interdisiplin
seperti pekerja sosial dan perawatan pastoral membuat perawat dapat
mengekspresikan sikap perasaan dan emosinya pada tempat dan waktu yang tepat.
Hasil dari intervensi ini harus difokuskan untuk mendapatkan solusi untuk
mencapai tau mengidentifikasi masalah dan apa yang menjadi perhatian perawat.
10
5. Latar Belakang Sosiokultural
Budaya adalah jumlah total dari cara berbuat, berfikir, dan merasakan.
Budaya merupakan bentuk kondisi yang menunjukan dirinya melalui tingkah
laku.Bahasa pembawaan,nilai, dan gerakan tubuh merefleksikan asal budaya.
Budaya mempengaruhi cara klien dan perawat melakukan hubungan satu sama
lain dalam berbagai situasi. Perawat belajar untuk mengetahui makna budaya
dalam proses komunikasi. Pengaruh kebudayaan menetapkan batas bagaimana
seseorang bertindak dan berkomunikasi.
11
bertindak sebagai penrjemah,mungkin akan lebih mudah bagi perawatuntuk
menyiasati cara berkomunikasi dengan klien. Perawat dapat mempelajari kata
kunci seperti, air,sakit atau kamar mandi untuk meyakinkan bahwa kebutuhan
dasar pasien dikajidan dipahami
6. Jender
Tentu saja perawat perlu mewaspadai ketika kerja dengan klien atau
dengan anggota tim kesehatan lainnya yang belawanan jenis.aktif menyimak dan
mencari kejelasan akan membantu mencegah salah persepsi dan salah paham
12
(Ebersole dan Hess,1994). Komunikasi akan menjadi sulit ketika orang yang
berkomunikasi memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda.Pesan akan menjadi
tidak jelas ketika kata-kata dan ungkapan yang disampaikan tidak dikenal oleh
pendengar.
13
Seseorang akan merasa lebih nyaman ketika menunjukan ide untuk
individu yang dapat mengembangkan hubungan yang positif dan memuaskan.
Ketika hubungan perawat dan klien berkembang, perawat dan klien akan memiliki
rasa percaya diri dalam menghubungkan ide dengan perasaan. Komunikasi akan
menjadi lebih efektif ketika masing-masing pihak tetap waspada tentang peran
mereka dalam suatu hubungan. Perawat harus menghindari penggunaan
terminologi seperti, ”sayang” atau ”manis” ketika memanggil klien manapun.
Ungkapan seperti ini dapat diinterpretasikan tidak tepat oleh pasien.
8. Lingkungan
Dalam lingkungan perawatan kesehatan sekarang ini, sering kali tidak ada
waktu untuk dihabiskan bersama klien. Dalam pengaturan keperawatan akut,
perawat harus mempelajari bagaimana menggunakan waktu dengan klien secara
bijak karena waktu rawat inap dirumah sakit yang pendek.
14
lingkungan yang bervariasi. Komunikasi harus terus berlanjut pada lingkungan
yang bervariasi ini, seperti unit perawat yang terlatih dirumah. Metode yang
kreatif seperti interaksi telepon atau referensi fax computer umumnya muncul
sebagai fasilitator proses komunikasi dalam lingkungan perawatan kesehatan
yang terus berubah dewasa ini.
Teritorial menetapkan makna dari hak seseorang pada suatu area dan
sekitarnya. Teritorial sangat penting karena membuat seseorang merasa memiliki
identitas, keamanan dan kontrol. Dengan kata lain memasuki teritorialnya karena
hal tersebut mengganggu homeostatis psikologis, menimbulkan kecemasan, dan
menyebabkan munculnya perasaan kehilangan kontrol. Hall (1969)
mengemukakan proksemik yang artinya penggunaan ruang dalam hubungan
interpersonal atau jarak antar komunikator. Dalam interaksi sosial, orang secara
sadar mempertahankan jarak antar mereka sendiri. Ruang pribadi adalah
“gelembung” yang tidak tampak dan dapat berpindah, mengikuti orang tersebut.
Teritorial dapat di pisahkan dan tampak bagi orang lain, seperti halaman yang
berpagar, handuk di pantai atau tempat tidur dirumah sakit. Ketika ruang personal
terancam oleh karena gangguan, repon yang bersifat defensif akan muncul,
menghalangi komunikasi yang efektif perawat seringkali bekerja dengan klien
dalam situasi dimana ruang dan teritorial sangat penting. Dengan sentuhan, jarak
yang memisahkan perawat dengan klien harus di batasi oleh situasi dan budaya.
Pengikatan pasien secara fisik sangat berbahaya dan melukai diri, resusitasi “dari
mulut ke mulut, menggendong bayi yang sedang menangis dan memperbaiki
fungsi ekskresi pada pasien inkontenesia membutuhkan tindakan invasidan
membutuhkan ruangan yang intim.
Jarak atau ruangan yang intim meliputi area 20 cm di mana orang dapat
saling bersentuhan atau membuat kontak fisik. Klien sangat sensitive mengenai
bagaimana perawat menggunakan jarak.
15
Ketika jarak menjadi lebih besar, klien dan perawat merasa semakin
tentram. Fleksibilitas yang lebih besar di hasilkan ketika tidak di perlukan kontak
intim. Duduk dengan klien untuk melakukan wawancara, mendiskusikan perasaan
atau pemikiran pribadi, atau mengajar adalah contoh dari jarak personal (20 cm
sampai 120 cm). Jika jarak fisik ditingkatkan, akan lebih mudah bagi klien dan
perawat untuk berkomunikasi karena perawat menjadi tidak terlalu berperan.
Jarak sosial (120 cm sampai 3,6 m) diperlukan ketika berhadapan dengan suatu
kelompok. Membentuk lingkaran dengan dokter adalah salah satu interaksi
kelompok. Komunikasi pada jarak sosial tidak terlalu mengancam jika
dibandingkan komunikasi pada jarak personal atau intim karena sling berbagi
pikiran secara intim jarang terjadi. Jarak publik ( lebih dari 120 cm) adalah jarak
yang dipertahankan untuk percakapan normal, misalnya perawat kesehatan
komunitas yang melakukan presentasi pada seminar tentang hipertensi pada
oaring dewasa atau profesor yang member kuliah di kelas.8
8
Perry dan Potter. 2009. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
16
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Komunikasi adalah percakapan antara dua orang atau lebih baik secara
langsung maupun tidak langsung dan adanya timbal balik. Komunikasi yang jelas
dan tepat penting untuk memberikan asuhan keperawatan yang efektif, dan
perawat harus memperhatikan kredibilitas pemberi pesan, isi pesan, kesesuaian
dengan isi pesan, kejelasan pesan, kesinambungan dan konsistensi, saluran, serta
kapabilitas sasaran, sebab hal tersebut dapat mempengaeruhi komunikasi apabila
komunikasi tidak dilakukan sesuai dengan tujuan.
B. Saran
Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya suatu kesalahan atau
kesalahpahaman saat berkomunikasi dalam proses keperawatan, komunikasi yang
akan dilakukan ke pasien harus terencana dan didiskusikan secara matang dengan
tim kesehatan.
17
DAFTAR PUSTAKA
18