Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, serta
hidayah-nya kepada kami. Sholawat serta salam marilah selalu kita hadirkan
keharibaan Rasulullah Muhammad SAW sebagai uswah al-hasanah yang
senantiasa di harapkan syafaatnya di hari kiamat.yang pada kesempatan kali ini
kami dapat membuat makalah untuk mengukir ilmu pengetahuan yang sangat di
butuhkan dan semoga dapat bermanfaat bagi penulis serta bermanfaat bagi
pembaca.

Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada Ibu Puji Lestari selaku
dosen pengampu mata kuliah Komunikasi dalam Keperawatan. Untuk ridho dan
barokah dari beliau sangat kami harapkan menuju jalan ilmu yang bermanfaat.
Terimah kasih juga atas semua pihak yang telah membantu terselesaikannya
penulisan makalah ini.

Mengingat makalah ini jauh dari sempurna,kami sangat mengharapkan


kritik dan saran dari pembaca sehingga ilmu dalam makalah ini dapat sempurna
dan bermanfaat bagi penulis, terlebih lagi bermanfaat bagi pembaca. Amin.

Ungaran, 17 September 2017

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................................1

Daftar Isi..............................................................................................................................2

BAB I Pendahuluan ...........................................................................................................3

A. Latar Belakang ........................................................................................................3


B. Rumusan Masalah ...................................................................................................4
C. Tujuan .....................................................................................................................4

BAB II Pembahasan ............................................................................................................5

A. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi secara umum.................................5


B. Faktor faktor yang mempengaruhi dalam keperawatan...........................................8
BAB III Penutup ...............................................................................................................17

A. Simpulan ...............................................................................................................17
B. Saran......................................................................................................................17

Daftar Pustaka ...................................................................................................................18

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi adalah bagian dari strategi koordinasi yang berlaku dalam
pengaturan pelayanan di rumah sakit khususnya pada unit keperawatan.
Komunikasi terhadap berbagai informasi mengenai perkembangan pasien antar
profesi kesehatan di rumah sakit merupakan komponen yang fundamental dalam
perawatan pasien (Suhriana, 2012). Komunikasi yang efektif dalam lingkungan
perawatan kesehatan membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan empati. Ini
mencakup mengetahui kapan harus berbicara, apa yang harus dikatakan dan
bagaimana mengatakannya serta memiliki kepercayaan diri dan kemampuan
untuk memeriksa bahwa pesan telah diterima dengan benar.
Proses interaksi manusia terjadi melalui komunikasi verbal dan non verbal,
tertulis dan tidak tertulis, terencana dan tidak terencana. Agar perawat efektif
dalam berinteraksi, mereka harus memiliki ketrampilan komunikasi yang baik.
Mereka harus menyadari kata-kata dan bahasa tubuh yang mereka sampaikan
pada orang lain. Ketika perawat mengemban peran kepemimpinan, mereka harus
menjadi efektif, baik dalam ketrampilan komunikasi verbal maupun komunikasi
tertulis (Kathleen, 2007).
Komunikasi yang jelas dan tepat penting untuk memberikan asuhan
keperawatan yang efektif, dan ini adalah tantangan yang unik dalam bidang
perawatan kesehatan saat ini. Banyak tantangan dalam memberikan perawatan
untuk pasien, adanya diversitas budaya dan bahasa juga menjadi tantangan dalam
bekerja dengan kolega. Komunikasi yang jelas mengenai perawatan dan mengenai
informasi klien sama pentingnya, baik dalam bentuk interaksi verbal maupun non
verbal (Kathleen, 2007).1

1
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/30b15a3b2f7fab2f5e5f838bae1a4a7a.pdf diakses pada
tanggal 15 september 2017

3
Menurut Aditama (2007) menetapkan bahwa pelayanan perawatan
dikatakan berkualitas baik apabila perawat dalam memberikan pelayanan kepada
pasien sesuai dengan aspek-aspek dasar perawatan. Aspek tersebut meliputi aspek
penerimaan, perhatian, tanggung jawab, komunikasi dan kerjasama, apabila
komunikasi lancar tentu saja akan meningkatkan kepuasan terhadap tingkat
pelayanan itu sendiri.
Namun di dalam komunikasi juga ada beberapa faktor yang
mempengaruhinya, antara lain: kredibilitas pemberi pesan, isi pesan, kesesuaian
dengan isi pesan, kejelasan pesan, kesinambungan dan konsistensi, saluran, serta
kapabilitas sasaran.2

B. Rumusan Masalah
Apa saja faktor yang mempengaruhi komunikasi dan bagaimana maksud dari
masing-masing faktor yang mempengaruhi tersebut ?

C. Tujuan
Untuk mengetahui apa saja yang mempengaruhi komunikasi serta penjelasan dari
masing-masing faktor tersebut.

2
Kharis Yusman. 2013. Komunikasi Keperawatan. Jakarta : EGC

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI


SECARA UMUM

Ada beberapa faktor yang mepengaruhi setiap unsur komunikasi, baik bersifat
positif maupun negatif.

1. Kredibilitas pemberi pesan


Kredibilitas terdapat dan terpengaruh pada sumber ( komunikator ) dalam
keberhasilan proses komunikasi karena kredibilitas mempengaruhi kepercayaan
sasaran terhadap pesan yang disampaikan. Dalam berkomunikasi, yang dimaksud
sumber (komunikator) adalah perawat atau pemberi asuhan yang mempunyai
kemampuan dan keterampilan dalam berkomunikasi.
 Sikap yang positif untuk terjadinya komunikasi
 Pengetahuan tentang isi pesan yang akan disampaikan cukup memadai
 Latar belakang sosila budaya
 Pendidikan yang cukup mendukung untuk terjadinya proses
komunikasi.
Kredibilitas perawat atau pemberi asuhan atau komunikator harus diakui
kebenarannya dan dapat dipercaya oleh komunikan.

2. Isi pesan
Pesan yang disampaikan seharusnya mengandung isi yang bermanfaat bagi
kebutuhan klien atau dapat mengatasi masalah klien. Isi pesan yang ingin
disampaikan dapat mempengaruhi teknik komunikasi yang digunakan individu.
 Isi pesan yang menggembirakan biasanya disampaikan dengan wajah
yang berseri-seri dan suara lantang.
 Isi pesan yang bersifat informasi disampaikan dengan suara yang
relatif datar dan perlahan,sedangkan isi pesan yang bersifat rahasia

5
disampaikan dengan berbisik atau menggunakan secarik kertas kecil
atau dengan bahasa isyarat tertentu.
 Isi pesan mempengaruhi perilaku penyampaian pesan dan
perlu/tidaknya pesan yang disampaikan diberi umpan balik.
 Selain hal-hal di atas,jumlah pesan juga mempengaruhi proses
penerimaan pesan dari komunikator kepada komunikan.
 Pesan yang terlalu banyak menimbulkan kebingungan atau kejenuhan
pada penerima pesan. 3

3. Kesesuaian dengan isi pesan


Pesan yang disampaikan harus berhubungan dengan kepentingan sasaran.
Oleh sebab itu, dalam berkomunikasi dengan klien, perawat harus memahami
terlebih dahulu permasalahan klien. Situasi dan kondisi komunikasi relevan
dengan keadaan penerima pesan. Situasi dan kondisi dapat meliputi konsentrasi
dan perhatian (atensi) individu yang terlibat dalam komunikasi maupun
situasi/kondisi lingkungan tempat penyelenggaraan komunikasi.

4. Kejelasan pesan
Pesan yang tidak jelas akan membuat sasaran bingung sehingga tidak
terjadi perubahan perilaku dan klien tidak melakukan pesan yang diberikan oleh
perawat. Kejelasan pesan yang disampaikan oleh perawat atau pemberi asuhan
diterima dan dimengerti.4

5. Kesinambungan dan konsistensi


Agar pesan yang disampaikan konsisten dan berkesinambungan, perawat
perlu membuat perencanaan yang matang sebelum melakukan intervensi atau
berkomunikasi dengan klien. Disamping itu, perlu adanya pemahaman yang sama
antar tenaga kesehatan yang tergabung dalam tim agar informasi yang diberikan
kepada klien sama atau konsisten dan terjadi perubahan perilaku klien. Pesan yang
3
Wahjudi Nugroho. 2009. Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC
4
Kharis Yusman. 2013. Komunikasi Keperawatan. Jakarta : EGC

6
disampaikan harus konsisten dan berkesinambungan serta tidak menyimpangi dari
topik pembicaraan.
6. Saluran

Saluran terdapat dan berperan pada media. Media yang digunakan harus
disesuaikan dengan pesan yang ingin disampaikan. Pemilihan media yang tepat
dapat meningkatkan pemahaman klien sehingga perubahan yang diharapkan dapat
tercapai.

Ada beberapa kriteria untuk menilai keefektifan sebuah media. Hubbard


mengusulkan sembilan kriteria untuk menilainya (Hubbard, 1983). Kreteria
pertamanya adalah biaya. Biaya memang harus dinilaidengan hasil yang akan
dicapai dengan penggunaan media itu. Kriteria lainnya adalah ketersedian fasilitas
pendukung seperti listrik, kecocokan dengan ukuran kelas, keringkasan,
kemampuan untuk dirubah, waktu dan tenaga penyiapan, pengaruh yang
ditimbulkan, kerumitan dan yang terakhir adalah kegunaan. Kriteria di atas lebih
diperuntukkan bagi media konvensional. 5

Media Komunikasi Internal adalah semua sarana penyampaian dan


penerimaan informasi di kalangan public internal perusahaan, dan 35 biasanya
bersifat non komersial. Penerima maupun pengirim informasi adalah orang dalam
atau orang dalam tau public internal, terdiri atas pimpinan, angota, pegawai,
maupun unit-unit kertja yang ada di dalam perusahaan tersebut, Jenis media yang
dipergunakan secara internal ini antara lain :

a. Telepon
b. Surat
c. Papan pengumuman
d. House Journal Bentuknya dapat berupa majalah bulanan, profil perusahaan,
prospectus, bulletin dan tabloid.

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196610251993031YUYUS_SUHE
RMAN/I._Makalah/Media_Komunikasi___BPG_.pdf diakses pada tanggal 15 September 2017

7
e. Printed material Media komunikasi dan publikasi berupa barang-barang cetakan
seperti booklet, pamlet, kop surat, logo, kartu nama dan memo.
f. Media pertemuan dan pembicaraan6

7. Kapabilitas sasaran
Kapabilitas sasaran terdapat pada komunikan dalam menyampaikan pesan.
Komunikator harus memperhitungkan kemampuan sasaran dalam menerima pesan
yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial ekonomi, dan sosial budaya.
Kemampuan mendengarkan pesan yang disampaikan sesuai dengan tingkat
penerimaan,sehingga mudah mencerna dan tidak sulit memahami. 7

B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI DALAM


PRAKTIK KEPERAWATAN

Persepsi, nilai, latar belakang budaya, pengetahuan, peran dan lokasi interaksi
mempengaruhi isi pesan dan cara bagaimana pesan itu disampaikan. Komunikasi
interpersoal dibuat dengan lebih kompleks karena setiap orang dipengaruhi secara
berbeda oleh variabel interpersonal. Variabel interpersonal membuat setiap
komunikasi interpersonal menjadi unik. Setiap orang membuat asosiasi berbeda
dan menginterprestasikan pesan secara berbeda. Pemahaman faktor ini membantu
seorang perawat untuk mengetahui alasan klien memiliki kesulitan berkomunikasi
dan strategi yang dibutuhkan untuk membantu. Menurut Perry dan Potter,
beberapa faktor yang memengaruhi jalannya pengiriman dan penerimaan pesan
dalam praktik keperawatan, yaitu sebagai berikut.

1. Perkembangan

6
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/520/jbptunikompp-gdl-indrasopya-25972-4-unikom_i-i.pdf
diakses pada tanggal 19 September 2017
7
Roymond H. Simamora. 2009. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta : EGC

8
Sebagian besar anak-anak lahir dengan mekanisme fisik dan kapasitas
untuk mengembangkan kemampuan berbicara dan berbahasa. Anak dengan
kegagalan perkembangan seperti paralisis,serebral,autisme, dan sindrom down
akan memiliki tingkat kapasitas yang berbeda untuk mengembangkan kemampuan
bicara dan bahasa. Tingkat perkembangan berbicara bervariasi dan secara
langsung berhubungan dengan perkembangan neurologi dan intelektual (Whaley
dan Wong, 1995). Lingkungan seorang anak harus juga menawarkan stimulasi
untuk perkembangan normal. Lingkungan yang disediakan oleh orang tua
memberikan pengaruh terhadap kemampuan untuk berkomunikasi. Perawat
menggunakan teknik khusus untuk berkomunikasi dengan anak-anak dari
berbagai tingkat perkembangan yang berbeda.
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan anak-anak,perawat harus
memahami pengaruh perkembangan bahasa dan proses berpikir. Keduanya akan
mempengaruhi cara anak berkomunikasi dan cara bagaimana perawat dapat
berinteraksi secara sukses dengan mereka.

2. Persepsi
Setiap orang merasakan,menginterprestasikan, dan memahami kejadian
seacar berbeda. Persepsi adalah pandangan pribadi atas apa yang terjadi. Seorang
perawat mungkin berkata, “Saya perhatikan Anda menjadi diam sejak keluarga
Anda pergi. Apakah Anda mau membicarakannya ?”. Persepsi klien terhadap
maksud perawat akan mempengaruhi keinginannya untuk berbicara. Persepsi
terbentuk oleh apa yang diharapkan dan pengalaman. Perbedaan dalam persepsi
antar individu yang berinteraksi dapat menjadi kendala dalam komunikasi.

3. Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi tingkah laku. Nilai tersebut
adalah apa yang dianggap penting dalam hidup oleh seseorang dan pengaruh dari
ekspresi pemikiran dan ide. Nilai juga mempengaruhi interpretasi pesan. Karena
nilai adalah panduan umum tingkah laku,sangat penting bagi seorang perawat
untuk mengembangkan kepekaan dalam nilai tersebut. Beberapa nilai mungkin

9
diketahui dengan mudah dan tanpa konflik (mis.kerahasiaan atau peawatan kulit
bagi pasien yang tidak dapat melakukan mobilisasi) sedangkan yang lainnya
mungkin mengarah pada konflik tingkat tinggi dan menjadi sulit ntuk
diartikulasikan (mis.nilai tentang kematian dan hak untuk mati). Memahami dan
menjelaskan nilai penting dalam membuat keputusan klinis interaksi. Perawat
sebaiknya tidak membiarkan nilai pribadi mempengaruhi hubungan profesional.
Gerakan tubuh yang menghakimi akan menghancurkan kepercayaan dan
mengganggu komunikasi yng efektif.

4. Emosi
Emosi adalah perasaan subjektif seseorang mengenai peristiwa tertentu.
Cara seseorang bersosialisasi atau berkomunikasi dengan orang lain dipengaruhi
oleh emosi. Klien yang marah mungkin melakukan reaksi yng berbeda atas
perintah perawat dibandingkan mereka yang ketakutan. Emosi mempengaruhi
kemampuan untuk menerima pesan dengan sukses. Emosi juga dapat
menyebabkan seseorang salah menginterprestasikan sesuatu atau tidak mendengar
pesan. Jika klien melontarkan rasa marahnya,seorang perawat tidak boleh
menganggapnya serius. Perawat juga dapat mengkaji emosi klien dengan
mengamati interaksi mereka dengan keluarga,dokter,atau perawat lainnya.
Ketika seorang perawat mengasuh klien,mereka harus mewaspadai emosi
mereka sendiri. Sangat sulit untuk menhindari emosi. Klien sangat peka dan dapat
merasakan rasa marah,frustasi atau sedih. Umumnya tidak tepat untuk
mendiskusikan emosi pribadi dengan klien. Sistem pendukung sosial dari sejawat
akan membantu perawat mengekspresikan emosinya. Pemanfaatan progam asisten
karyawan,pertemuan dengan teman sebaya,dan penggunaan tim interdisiplin
seperti pekerja sosial dan perawatan pastoral membuat perawat dapat
mengekspresikan sikap perasaan dan emosinya pada tempat dan waktu yang tepat.
Hasil dari intervensi ini harus difokuskan untuk mendapatkan solusi untuk
mencapai tau mengidentifikasi masalah dan apa yang menjadi perhatian perawat.

10
5. Latar Belakang Sosiokultural

Budaya adalah jumlah total dari cara berbuat, berfikir, dan merasakan.
Budaya merupakan bentuk kondisi yang menunjukan dirinya melalui tingkah
laku.Bahasa pembawaan,nilai, dan gerakan tubuh merefleksikan asal budaya.
Budaya mempengaruhi cara klien dan perawat melakukan hubungan satu sama
lain dalam berbagai situasi. Perawat belajar untuk mengetahui makna budaya
dalam proses komunikasi. Pengaruh kebudayaan menetapkan batas bagaimana
seseorang bertindak dan berkomunikasi.

Budaya juga mempengaruhi metoda komunikasitentang gejala atau


perasaan menderita pada orang lain. Perbedaan muncul dalam penyingkapan diri
atau ketika keinginanuntuk menunjukan emosi dan informasi psikologis pada
orang lain. Misalnya orang Amerika dan Eropa lebih terbuka dan ingin
mendiskusikan masalah keluarga yang pribadi sedangkan orang Amerika Latin,
Afrika,Asia enggan untuk mengemukakan informasi pribadi atau keluarga pada
orang asing sepertiperawat atau dokter.Dalam kelompok lainnya, membicarakan
diri sendiri dianggap menyombongkan diri :orang Amerika asli misalnya ,
menghargaisikap diam dan nyaman dengan hal tersebut. Pada beberapa kelompok
etnik atau kelompok rasial,diam,rasa malu terjadi jika ada orang asing atau
profesional dari budaya yang lebih dominan kadang halini terjadi karena rasa
ketidakpercayaan historis yang berdasarkan pada deskriminasi. Pada kondisi lain
dapat dipengaruhi oleh kesetiaan pada keluarga dan persetujuan tidak akan
membagimasalah pada orang yang bukan anggota keluarga.

Perbedaan bahasa juga dapat merintangi komunikasi dan hubungan.Ketika


perawat melakukan pada klien yang berbicara dalam bahasa yang berbeda,
mungkin diperlukan seorang penerjemah. Selain untuk kegiatan sosial atau untuk
aktivitas perawatan,penerjemah rumah sakit diperuntukan bagi anggota keluarga.
Penerjemah rumah sakit umumnya memahami terminologi medis dan dapat
menyampaikan kebijakan dan prosedur rumah sakit. Jika anggota keluarga

11
bertindak sebagai penrjemah,mungkin akan lebih mudah bagi perawatuntuk
menyiasati cara berkomunikasi dengan klien. Perawat dapat mempelajari kata
kunci seperti, air,sakit atau kamar mandi untuk meyakinkan bahwa kebutuhan
dasar pasien dikajidan dipahami

6. Jender

Perbedaan jenis kelamin mempengaruhi proses komunikasi. Pria dan


wanita memiliki gaya komunikasi yang berbeda dan satu sama lain mempengaruhi
proses komunikasisecara unik.Tannen (1990) mendiskusikan gaya komunikasi
yang berbeda bagi pria dan wanita. Sejak berusia 3 tahun, anak perempuan
bermain dengan teman baiknya atau dalam kelompok kecil dan menggunakan
bahasa untuk mencari konfirmasi, meminimalkan perbedan, dan menetapkan atau
menguatkan keintiman.sebaliknya anak laki-laki, menggunakan bahasa untuk
menetapkan kebebasan atau menegoisasikan aktivitas status dalam kelompok
yang besar, meskipun ketika mereka ingin berteman, mereka umumnya
melakukan dengan adu otot. Ketika dewasa, pria dan wanita memiliki kesan yang
sangat berbeda mengenai perbincangan yang sama. Tannen(1990) menyatakan
bahwa friksi antar kedua jenis kelamin bangkit karena pria dan wanita tumbuh
dalambudaya secara esensial berbeda, maka akibatnya percakapan dintara mereka
mengalami lintas kultural. Pendekatan ini berbeda dari teori perbedaan dominasi
bahkan bahkan justru menekankan pada pola wanita predominan untuk mencari
hubungan dan persahabatan dengan yang lain dan pola pendominan pria untuk
menyelesaikan tugas dan mencari kebebasan serta status. Meskipun pendekatan
seperti ini tidak menjelaskan seluruh masalah yang muncul dalam hubungan pria
dan wanita, namun dapat menjelaskan ketidakpuasan tanpa menyalahkan dan
tanpa menghancurkan hubungan.

Tentu saja perawat perlu mewaspadai ketika kerja dengan klien atau
dengan anggota tim kesehatan lainnya yang belawanan jenis.aktif menyimak dan
mencari kejelasan akan membantu mencegah salah persepsi dan salah paham

12
(Ebersole dan Hess,1994). Komunikasi akan menjadi sulit ketika orang yang
berkomunikasi memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda.Pesan akan menjadi
tidak jelas ketika kata-kata dan ungkapan yang disampaikan tidak dikenal oleh
pendengar.

Perawat berkomunikasi dengan klien dan profesional yang memiliki


tingkat pengetahuan yang berbeda. Bahasa yang umum digunakan adalah esensial
ketika berkomunikasi dengan tingkat yang berbeda. Perawat mengkaji
pengetahuan klien dengan mencatat respon mereka atasw pertanyaan, kemampuan
untuk mendiskusikan masalah kesehatan, dan pertanyaan yang mereka tanyakaan.
Setelah pengkajian, perawat menggunakan terminologi dan ungkapan yang
dipahami klien untuk meningkatkan perhatian dan minat.

7. Peran dan hubungan

Individu berkomunikasi dalam tatanan yang tepat menurut hubungan dan


peran mereka. Pelajar menggunakan cara bicara yang berbeda ketika mereka
bicara dengan teman atau instruktur, dokter atau rohaniawan. Kata-kata,ekspresi
wajah,nada,suara dan gerakan tubuh bergantung pada bagaimana orang tersebjut
menerima komunikasi.

Perawat mungkin merasa nyaman ketika berkomunikasi dengan rekan


sejawat, bercanda mengenai kejadian sehari-hari dan berbagi cerita yang
menyenangkan. Namun dengan klien yang memasuki klinik untuk pertama
kalinya membutuhkan peran yang berbeda. Dengan mengantisipasi keprihatinan,
perawat menunjukan dengan rasa hormat dengan menggunakan nama keluarga
klien dan menghindari humor sampai mereka dapat menentukan reaksi pasien
terhadapnya. Klien mungkin lebih mencari dukungan daripada cerita lucu.
Kemudian,ketika hubungan antara perawat dengan klien semakin kuat,
percakapan sehari-hari dan memanggil klien dengan nama depan mungkin dapat
dilakukan, tetapi hanya atas persetujuan klien(Wootsen, 1993).

13
Seseorang akan merasa lebih nyaman ketika menunjukan ide untuk
individu yang dapat mengembangkan hubungan yang positif dan memuaskan.
Ketika hubungan perawat dan klien berkembang, perawat dan klien akan memiliki
rasa percaya diri dalam menghubungkan ide dengan perasaan. Komunikasi akan
menjadi lebih efektif ketika masing-masing pihak tetap waspada tentang peran
mereka dalam suatu hubungan. Perawat harus menghindari penggunaan
terminologi seperti, ”sayang” atau ”manis” ketika memanggil klien manapun.
Ungkapan seperti ini dapat diinterpretasikan tidak tepat oleh pasien.

8. Lingkungan

Orang cenderung dapat berkomunikasi dengan lebih baik dalam


lingkungan yang nyaman. Ruangan yang hangat, bebas kebisingan dan gangguan
adalah yang terbaik. Kebisingan dan kurangnya kebebasan seseorang dapat
mengakibatkan kebingungan, ketegangan, atau ketidaknyamanan. Misalnya, klien
yang takut pada diagnosa kanker akan keberatan untuk mendiskusikan
penyakitnya dalam ruangan tunggu yang sibuk dan penuh sesak. Gangguan
lingkungan dapat mengganggu pesan yang dikirimkan antara dua orang.

Perawat memiliki semacam kontrol ketika memilih lingkungan untuk


melakukan komunikasi dengan klien. Kantor atau ruang duduk yang tenang
sangat ideal. Ketika klien dikunjungi di rumah, kamar atau ruangan baca mungkin
yang terbaik.

Dalam lingkungan perawatan kesehatan sekarang ini, sering kali tidak ada
waktu untuk dihabiskan bersama klien. Dalam pengaturan keperawatan akut,
perawat harus mempelajari bagaimana menggunakan waktu dengan klien secara
bijak karena waktu rawat inap dirumah sakit yang pendek.

Usaha perawat dalam memberikan informasi tidak boleh dihalangi oleh


distraksi lingkungan. Komunikasi harus tepat dan relavan, berdasarkan pada
rencana pasien untuk perawatan. Proses komunikasi ini terus berlanjut ketika
pasien memasuki fase pasca rawat inap. Klien kerap kali dipindahkan ke

14
lingkungan yang bervariasi. Komunikasi harus terus berlanjut pada lingkungan
yang bervariasi ini, seperti unit perawat yang terlatih dirumah. Metode yang
kreatif seperti interaksi telepon atau referensi fax computer umumnya muncul
sebagai fasilitator proses komunikasi dalam lingkungan perawatan kesehatan
yang terus berubah dewasa ini.

9. Ruang dan Teritorial

Teritorial menetapkan makna dari hak seseorang pada suatu area dan
sekitarnya. Teritorial sangat penting karena membuat seseorang merasa memiliki
identitas, keamanan dan kontrol. Dengan kata lain memasuki teritorialnya karena
hal tersebut mengganggu homeostatis psikologis, menimbulkan kecemasan, dan
menyebabkan munculnya perasaan kehilangan kontrol. Hall (1969)
mengemukakan proksemik yang artinya penggunaan ruang dalam hubungan
interpersonal atau jarak antar komunikator. Dalam interaksi sosial, orang secara
sadar mempertahankan jarak antar mereka sendiri. Ruang pribadi adalah
“gelembung” yang tidak tampak dan dapat berpindah, mengikuti orang tersebut.
Teritorial dapat di pisahkan dan tampak bagi orang lain, seperti halaman yang
berpagar, handuk di pantai atau tempat tidur dirumah sakit. Ketika ruang personal
terancam oleh karena gangguan, repon yang bersifat defensif akan muncul,
menghalangi komunikasi yang efektif perawat seringkali bekerja dengan klien
dalam situasi dimana ruang dan teritorial sangat penting. Dengan sentuhan, jarak
yang memisahkan perawat dengan klien harus di batasi oleh situasi dan budaya.
Pengikatan pasien secara fisik sangat berbahaya dan melukai diri, resusitasi “dari
mulut ke mulut, menggendong bayi yang sedang menangis dan memperbaiki
fungsi ekskresi pada pasien inkontenesia membutuhkan tindakan invasidan
membutuhkan ruangan yang intim.

Jarak atau ruangan yang intim meliputi area 20 cm di mana orang dapat
saling bersentuhan atau membuat kontak fisik. Klien sangat sensitive mengenai
bagaimana perawat menggunakan jarak.

15
Ketika jarak menjadi lebih besar, klien dan perawat merasa semakin
tentram. Fleksibilitas yang lebih besar di hasilkan ketika tidak di perlukan kontak
intim. Duduk dengan klien untuk melakukan wawancara, mendiskusikan perasaan
atau pemikiran pribadi, atau mengajar adalah contoh dari jarak personal (20 cm
sampai 120 cm). Jika jarak fisik ditingkatkan, akan lebih mudah bagi klien dan
perawat untuk berkomunikasi karena perawat menjadi tidak terlalu berperan.
Jarak sosial (120 cm sampai 3,6 m) diperlukan ketika berhadapan dengan suatu
kelompok. Membentuk lingkaran dengan dokter adalah salah satu interaksi
kelompok. Komunikasi pada jarak sosial tidak terlalu mengancam jika
dibandingkan komunikasi pada jarak personal atau intim karena sling berbagi
pikiran secara intim jarang terjadi. Jarak publik ( lebih dari 120 cm) adalah jarak
yang dipertahankan untuk percakapan normal, misalnya perawat kesehatan
komunitas yang melakukan presentasi pada seminar tentang hipertensi pada
oaring dewasa atau profesor yang member kuliah di kelas.8

8
Perry dan Potter. 2009. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

16
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Komunikasi adalah percakapan antara dua orang atau lebih baik secara
langsung maupun tidak langsung dan adanya timbal balik. Komunikasi yang jelas
dan tepat penting untuk memberikan asuhan keperawatan yang efektif, dan
perawat harus memperhatikan kredibilitas pemberi pesan, isi pesan, kesesuaian
dengan isi pesan, kejelasan pesan, kesinambungan dan konsistensi, saluran, serta
kapabilitas sasaran, sebab hal tersebut dapat mempengaeruhi komunikasi apabila
komunikasi tidak dilakukan sesuai dengan tujuan.

B. Saran
Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya suatu kesalahan atau
kesalahpahaman saat berkomunikasi dalam proses keperawatan, komunikasi yang
akan dilakukan ke pasien harus terencana dan didiskusikan secara matang dengan
tim kesehatan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Wahjudi. 2009. Komunikasi dalam Keperawatan Gerontik. Jakarta :


EGC
Perry dan Potter. 2009. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Simamora, Roymond H. 2009. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta
: EGC
Yusman, Kharis. 2013. Komunikasi Keperawatan. Jakarta : EGC
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/30b15a3b2f7fab2f5e5f838bae1a4a7a.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/19661025199303-
YUYUS_SUHERMAN/I._Makalah/Media_Komunikasi___BPG_.pdf
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/520/jbptunikompp-gdl-indrasopya-25972-4-
unikom_i-i.pd

18

Anda mungkin juga menyukai