Anda di halaman 1dari 8

MANAJEMEN DALAM KOMUNIKASI

Dosen Pembimbing:

Anang M.Kep

Disusun Oleh

Kelompok 03:

1. Wiwin Tri Lestari (202102025)


2. Galuh Ayu Dyah R. (202102028)
3. Friha Novana Amalia (202102029)
4. Najib Ali Bayu N. (202102030)
5. Qotrunada Firdausi (202102035)

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

2024
TEORI MANAJEMEN DALAM KEPERAWATAN

1.1 Definisi Komunikasi


Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam aktivitas manajer keperawatan
dan sebagai bagian yang selalu ada di dalam proses manajemen Keperawatan.
Komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran, perasaan, dan pendapat dan memberikan
nasihat dimana terjadi antara dua orang atau lebih bekerja bersama. Komunikasi juga
dapat diartikan suatu seni untuk menyusun dan menyampaikan suatu pesan dengan cara
yang gampang sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima.
1.2 Tujuan Komunikasi
Tujuan umum dari kepemimpinan dan manajemen adalah memotivasi system untuk
mencapai tujuan. Komunikasi ke dan dengan orang lain adalah “jembatan (media
transmisi) dimana seorang manajer dan sumber daya manusia di dalam sistemnya saling
berhubungan. Seorang manajer harus mampu berkomunikasi secara efektif untuk dapat
memenuhi perannya dengan baik. Lebih jauh lagi, seorang manajer bertanggung jawab
untuk membangun dan memelihara “jembatan” meski sumber daya manusianya berperan
serta dalam merancang desain dan strukturnya; manajerlah yang menjadi pemimpin
dalam membngun “jembatan” ini. Davis (2015) mengidentifikasi persamaan dibawah ini
ketika ia membahas tujuan dari komunikasi:

Kemampuan bekerja + Kemauan bekerja = Kerja Tim


Sudah terbukti dari teori sistem umum dari von Bertalanffy (1968, 1975) bahwa kerja tim
memiliki kemungkinan yang tinggi untuk membuahkan hasil dengan kualitas yang tinggi,
menurunkan biaya dan meningkatkan moral karyawan. Komunikasi adalah jembatan yang
penting pada setiap kerja tim.
Persamaan di atas dapat berhubungan dengan teori Hersey dan Blanchard (1977) tentang
kematangan pekerjaan dan kematangan psikologis. Didalam teori ini, pimpinan mengharapkan
memiliki sumber daya manusia yang berada pada tingkat kematangan “berorientasi kearah
tujuan”, yaitu yang berkemampuan dan berkemauan. Sehingga sistem tersebut akan
menyelesaikan tugasnya karena orang-orangnya mempunyai motivasi instrinsik serta
pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan. Sebutan kemampuan (ability) dalam teori Hersey
dan Blanchard tampaknya setara dengan sebutan keterampilan (skill) yang digunakan oleh Davis
(1981). Sumber daya manusia yang belum mampu, harus diberikan informasi-informasi yang
perlu untuk membuat mereka menjadi trampil. Sikap kemauan, yang akan mendorong kerja tim,
serta motivasi dan kepuasan kerja juga harus dikomunikasikan.
Hewitt (1981) menjabarkan lebih spesifik tentang tujuan dari penggunaan proses
komunikasi. Ia mengatakan bahwa tujuan-tujuan komunikasi dibawah ini jarang digunakan
secara sendiri-sendiri.
1. Untuk mempelajari atau mengajarkan sesuatu,
2. Untuk mempengaruhi perilaku seseorang,
3. Untuk mengungkapkan perasaan,
4. Untuk menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain,
5. Untuk berhubungan dengan orang lain,
6. Untuk menyelesaikan sebuah masalah,
7. Untuk menurunkan ketegangan atau menyelesaikan konflik,
8. Untuk mencapai sebuah tujuan
9. Untuk menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain

1.3 Model Komunikasi

a) Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis digunakan untuk mencapai kebutuhan setiap individu/staf,
mengkomunikasikan pelaksanaan pengelolaan. Menurut asosiasi pendidikan kesehatan amerika
(1998) komunikasi tertulis dalam suatu organisasi meliputi:
1. Mengetahui apa yang ingin disampaikan sebelum menulis
2. Gunakan kata aktif
3. Tulis kata yang sederhana, familier, spesifik dan nyata
4. Atur isi tulisan secara sistematis
5. Jelas
b) Komunikasi secara langsung/verbal
1. Manajer selalu mengadakan komunikasi verbal kepada atasan dan bawahan baik
secara formal maupun informal.
2. Tujuan assertiveness. Perilaku asertif adalah suatu cara komunikasi yang memberikan
kesempatan individu untuk mengekspresikan perasaannya secara langsung,jujur dan
cara yang sesuai tanpa menyinggung perasaan orang lain yang diajak komunikasi.
3. Hal yang harus dihindari  pasif, agresif.
c) Komunikasi Non Verbal
Komunikasi dengan menggunakan ekspresi wajah, pergerakan tubuh, dan sikap tubuh
(body language)
Komunikasi non verbal mengandung arti yang lebih signifikan dibandingkan dengan
komunikasi verbal. Komunikasi non verbal meliputi komponen emosi terhadap pesan
yang diterima atau disampaikan, tetapi akan menjadi sesuatu yang membahayakan jika
komunikasi non verbal diartikan salah tanpa adanya penjelasan secara verbal.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi non verbal:
1. Lingkungan  tempat dimana komunikasi dilaksanakan
2. Penampilan  sesuatu yang menarik (pakaian, kosmetik)
3. Kontak mata  memberikan makna kesediaan seseorang untuk berkomunikasi
4. Postur tubuh (gesture)  bobot suatu pesan bisa ditunjukkan dengan menunjukan
telunjuknya, berdiri atau duduk
5. Ekspresi wajah  komunikasi yang efektif memerlukan suatu respon wajah yang
setuju tehadap pesan yang disampaikan
d) Komunikasi Via Telepon
Dengan kemudahan sarana komunikasi memungkinkan manajer dapat merespon
perkembangan dan masalah dalam organisasi. Manajer dan semua staf harus belajar etika
bertelepon, serta menghargai setiap menjawab telepon.

1.4 Proses Komunikasi

1. Pengirim Pesan (sender) dan isi pesan/materi


Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada
seseorang dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan sesuai
dengan yang dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang akan disampaikan atau
diekspresikan oleh pengirim pesan. Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan akan
efektif bila diorganisir secara baik dan jelas. Materi pesan dapat berupa : Informasi,
Ajakan, Rencana kerja, Pertanyaan dan sebagainya.
2. Simbol/isyarat
Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya
dapat dipahami oleh orang lain. Biasanya seorang manajer menyampaikan pesan dalam
bentuk kata-kata, gerakan anggota badan, (tangan, kepala, mata dan bagian muka
lainnya). Tujuan penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah
sikap, perilaku atau menunjukkan arah tertentu.
3. Media/penghubung
Adalah alat untuk penyampaian pesan seperti ; TV, radio surat kabar, papan
pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh isi pesan
yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan, situasi dsb.
4. Mengartikan kode/isyarat
Setelah pesan diterima melalui indera (telinga, mata dan seterusnya) maka si
penerima pesan harus dapat mengartikan simbul/kode dari pesan tersebut, sehingga
dapat dimengerti /dipahaminya.
5. Penerima pesan
Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan dari sipengirim meskipun
dalam bentuk code/isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang dimaksud oleh pengirim
6. Balikan (feedback)
Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan
dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim pesan tidak
akan tahu dampak pesannya terhadap sipenerima pesan Hal ini penting bagi manajer atau
pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima dengan pemahaman yang
benar dan tepat. Balikan dapat disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang
bukan penerima pesan. Balikan yang disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya
merupakan balikan langsung yang mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan
sekaligus merupakan apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak. Balikan yang
diberikan oleh orang lain didapat dari pengamatan pemberi balikan terhadap perilaku
maupun ucapan penerima pesan. Pemberi balikan menggambarkan perilaku penerima
pesan sebagai reaksi dari pesan yang diterimanya. Balikan bermanfaat untuk
memberikan informasi, saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan membantu
untuk menumbuhkan kepercayaan serta keterbukaan diantara komunikan, juga balikan
dapat memperjelas persepsi.
7. Gangguan
Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi
mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi, karena pada setiap situasi hampir selalu
ada hal yang mengganggu kita. Gangguan adalah hal yang merintangi atau
menghambat komunikasi sehingga penerima salah menafsirkan pesan yang
diterimanya.
1.5 Analisa Transaksional (Analisa Struktural)
Analisis transaksional adalah salah satu pendekatan psikoterapi yang menekankan
pada hubungan interaksional, dapat digunakan untuk terapi individual, terutama untuk
pendekatan kelompok. (Eric,2015).
Analisis transaksional terdiri dari teori pengorganisasian kepribadian yang
diterapkan melalui proses analisis struktural, serta dilengkapi dengan interaksi
manusia yang tergambar dalam wacana analisis transaksional. Target yang ingin
dicapai adalah adanya tingkat kesadaran yang membuat seseorang mempunyai
kemampuan mental untuk membuat keputusan-keputusan baru berkaitan dengan
tingkah laku ke depan dan arah yang akan dituju dalam hidupnya.
Konsep teori kepribadian dalam analisis transaksional:
1. Status Ego
a) Ego Anak
Status ego anak berisi perasaan, tingkah laku dan bagaimana
berpikir ketika masih kanak-kanak dan berkembang bersama dengan
pengalaman semasa kanak-kanak. Jika individu melakukan,
berperasaan, bersikap seperti yang individu lakukan pada waktu masih
kecil, maka individu tersebut dalam status ego anak. Setiap individu
akan mempunyai pengalaman dan masa kanak-kanak yang berbeda-
beda, maka status ego anak untuk setiap individu akan berbeda.
b) Ego Dewasa
Jika individu bertigkah laku secara rasional, melakukan testing
terhadap realita, maka individu tersebut dikatakan dalam status ego
dewasa. Pengalaman-pengalaman belajar yang didapatkan antara
individu yang satu dengan yang lain berbeda, mengakibatkan status
ego dewasa juga berbeda. Status ego dewasa dapat dilihat dari tingkah
laku yang bertanggung jawab, tindakan yang rasional dan mandiri.
Sifat dari status ego dewasa adalah obyektif, penuh perhitungan dan
menggunakan akal.
c) Ego Orang Tua
Jika individu merasa dan bertingkah laku sebagaimana orang tuanya
dahulu, maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut dikatakan
dalam status ego orang tua. Oleh karena setiap individu mempunyai
pengalaman pendidikan, sikap, pandangan dan pendapat yang khs dari
kedua orang tuanya, maka setiap individu akan berbeda status ego
orang tuanya. Status ego orang tua merupakan suatu kumpulan
perasaan, sikap, pola-pola tingkah laku yang mirip dengan bagaimana
orang tua individu merasa dan bertingkah laku terhadap dirinya.

Anda mungkin juga menyukai