Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Konsep Dasar Komunikasi
2. Komunikasi sesuai tahapan usia pasien 3. Gangguan komunikasi pada pasien 4. Komunikasi Terapeutik No Butir Refleksi Respon/Jawaban 1 Garis besar materi yang KB.1. KONSEP DASAR KOMUNIKASI dipelajari a. Pengertian komunikasi Komunikasi adalah pertukaran keseluruhan perilaku dari komunikator (orang yang memberi informasi) kepada komunikan (orang yag mendapat informasi), baik yang disadari maupun tidak disadari, yang berupa ucapan verbal atau tulisan, gerakan, ekspresi wajah, dan semua yang ada dalam diri komunikator dengan tujuan untuk memengaruhi orang lain. b. Tujuan Komunikasi Menurut Anjaswarni (2016), Ariani (2018), yaitu: 1. Memberikan informasi 2. Mengubah opini, cara berfikir, sikap, dan mempengaruhi perilaku seseorang 3. Memberikan pendidikan 4. Mengungkapkan perasaan 5. Menyelesaikan sebuah masalah atau menurunkan ketegangan dan menyelesaikan konflik 6. Menemukan kesadaran diri, penerimaan diri sendiri dan meningkatnya kehormatan diri c. Fungsi Komunikasi Menurut Rahmadiana (2012) adalah: 1. Untuk menyampaikan pesan (informasi) atau menyebarluaskan informasi kepada orang lain 2. Untuk menyampaikan pesan (informasi) atau menyebarluaskan informasi yang bersifat mendidik orang lain 3. Untuk memberikan instruksi kepada penerima pesan 4. Untuk mempengaruhi dan mengubah sikap penerima pesan d. Unsur-unsur Komunikasi 1. Komunikator atau pengirim pesan (sender) 2. Pesan atau isi informasi (Message) 3. Media atau saluran (Channel) 4. Penerima atau komunikan (Receiver) 5. Umpan Balik (Feedback) 6. Lingkungan atau Atmosfer e. Proses Komunikasi Proses komunikasi merupakan urutan tahap-tahap komunikasi yang meliputi dimulai adanya ide, encoding, transmisi ide melalui berbagai media, receiving, decoding, pemahanan, dan responding yang merupakan suatu siklus yang selalu berulang f. Faktor Yang diperhatikan dalam komunikasi 1. Tahapan proses komunikasi Mencari fakta (Fact finding) Perencanaan (planning) Komunikasi (communicating) Evaluasi 2. Unsur atau komponen yang terlibat dalam komunikasi sangat berpengaruh terhadap komunikasi. Faktor yang berpengaruh dapat berasal dari internal maupun eksternal. Faktor tersebut adalah: Pengetahuan Perkembangan Pertumbuhan manusia Keterampilan menguasai bahasa Kondisi fisik Kredibilitas Konteks (context) Konten (content) Kejelasan (clarity) Kesinambungan dan konsistensi (continuity and consistency) Persepsi Komunikan (capability of audience) Kemampuan Komunikan (capability of audience) Saluran distribusi (channels of distribution) Saluran distribusi (channels of distribution) Lingkungan Adapun faktor yang mempengaruhi lingkungan adalah sebagai berikut. Nilai dan budaya/ adat Stimulus Eksternal Jarak 3. Jenis jenis komunikasi Dalam hal ini jenis atau tipe komunikasi dapat dibedakan berdasarkan beberapa hal: Berdasarkan penggunaan Kata Komunikasi Verbal Komunikasi nonverbal
Berdasarkan tujuan dan penerima
informasi Komunikasi terapeutik bertujuan, dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien Komunikasi sosial bertujuan untuk membangun hubungan sosial, hubungan anatar individu yang membutuhkan orang lain untuk saling berinteraksi dan berbagi Berdasarkan jumlah orang yang terlibat Komunikasi Intrapersonal Komunikasi Interpersonal Komunikasi kelompok Berdasarkan sikap dan perilaku pemberi pesan Komunikasi Agresif Komunikasi Pasif Komunikasi Asertif Berdasarkan arah komunikasi: Komunikasi satu arah (one way communication) Komunikasi dua arah ( two-way communication) 4. Prinsip-prinsip komunikasi Komunikasi adalah proses simbolik. Setiap prilaku mempunyai potensi komunikasi. Tidak berarti bahwa semua prilaku adalah komunikasi Komunkasi memiliki dimensi isi dan dimensi hubungan. Dimensi isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungnan disandi secara nonverbal Komunikasi berlangsung dalam bebagai tingkat kesenjangan. Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu. Makna pesan juga bergantung pada kontek fisik ruang, waktu, sosial dan psikologis Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi. Komuniksi juga terikat oleh aturan atau tatakrama Komunikasi Bersifat Sistemik. Setiap indivisu adalah sistem yang hidup. Organ dalam tubuh juga terhubung. Komunikasi akan semakin efektif apabila memiliki latar belakang sosialbudaya yang semakin mirip. Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnnya sesuai dngan harapan para peserta komunikasi Komunikais Bersifat Nonkonsekuensial. Komunikasi bersifat prosensual, dinamis, dan transaksional. Komunikasi tidak punya awal dan tidak punya akhir, melainkan proses yang berkesinambungan Komunikasi bersifat irreversible. Komunikasi Bukan Panasea (obat mujarab)untuk menyelesaikan berbagai masalah. 5. Tingkatan komunikasi - Content atau Isi pesan yang sampaikan atau dikatakan seseorang; - Prosedur. adalah dari apa yang dikatakan seseorang (atau cara seseorang mengatakan apa yang dia katakan); - Proses. hubungan antara pembicara dan pendengar serta emosi yang muncul selama percakapan 6. Komunikasi kesehatan Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan individu dan komunitas masyarakat, dengan menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi baik komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa. (Liliweri, 2008)
KB.2. KOMUNIKASI SESUAI TAHAPAN USIA
PASIEN a. Tahap pertumbuhan dan Perkembangan Bahasa manusia 1. Pertumbuhan adalah perubahan kuantitatif (terukur) dalam ukuran fisik tubuh dan bagian-bagiannya, seperti peningkatan sel, jaringan, struktur, dan sistem 2. Perkembangan mengacu pada perubahan perilaku dalam kemampuan dan keterampilan fungsional 3. Pertumbuhan, perkembangan, pematangan, dan pembelajaran adalah proses yang saling bergantung. 4. Perspektif Teori Perkembangan Manusia 5. Pendidik atau seorang guru dan profesi kesehatan harus memiliki pemahaman menyeluruh tentang pertumbuhan dan perkembangan manusia dalam rangka untuk memberikan perawatan individual kepada klien (siswa/pasien) Dimensi Fisiologis Pertumbuhan fisiologis (ukuran dan fungsi fisik) seseorang dipengaruhi terutama oleh interaksi kecenderungan genetik, sistem saraf pusat (SSP), sistem endokrin, dan pematangan Dimensi Psikososial Dimensi psikososial dari pertumbuhan dan perkembangan terdiri dari perasaan subyektif dan hubungan interpersonal Percaya diri Kesediaan untuk mengambil risiko Kemampuan untuk menerima kritik tanpa mempertahankan diri Kemampuan untuk beradaptasi secara efektif terhadap stresor Keterampilan pemecahan masalah (problem-solving) yang inovatif Dimensi Kognitif Dimensi kognitif ditandai oleh proses intelektual untuk mengetahui (yang mencakup persepsi, ingatan, dan penilaian) dan berkembang sebagai individu yang berkembang melalui rentang kehidupan. Empat faktor adalah katalisator bagi intelektual pengembangan: Pematangan sistem endokrin dan saraf Pengalaman yang berpusat pada tindakan yang mengarah pada penemuan (learning by doing) Interaksi sosial, dengan peluang untuk menerima umpan balik Mekanisme pengaturan sendiri yang merespon rangsangan lingkungan Dimensi Moral Dimensi Spiritual 1. Perkembangan Bahasa dalam Komunikasi Sesuai Tingkat Usia Kemampuan berbahasa seseorang akan semakin berkembang seiring dengan bertambahnya usia, semakin berkembangnya sisi kognitif manusia, dan dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya Teori perkembangan Bahasa Perkembangan bahasa pada manusia sangat kopleks sehingga ada beberapa teori perkembangan bahasa, yaitu Teori kognitif sosial Teori operant conditioning Teori nativisme Tahap Perkembangan Bahasa Perkembangan bahasa dalam komunikasi sesuai tingkatan usia adalah sebagai berikut : Masa usia 0 – 2 tahun Pada rentang usia 0-2 tahun, bayi mengalami beberapa tahapan berbahasa, yaitu: Usia 0-6 minggu. Sejak bayi lahir hingga ia berusia 6 minggu, bayi hanya dapat menangis dan tidak dapat mengeluarkan suara tertentu Usia 2-4 bulan. Di usia ini, bayi mulai mengeluarkan suara-suara atau bunyi-bunyi vokal yang dilakukan secara berulang seperti “u…u…” atau “a…a…” ketika ia merasa nyaman Usia 4-6 bulan. Di usia sekitar 5 bulan, bayi akan mengeluarkan bunyi mengoceh secara acak yaitu sekumpulan suara yang dikeluarkan bayi ketika mendapatkan perhatian orang lain Usia 6-8 bulan. Di rentang usia ini, bayi mengeluarkan ocehan dengan bunyi yang lebih terkendali serta mulai menggunakan suara yang berulang dan lebih jelas seperti “papapa”, “mamama”, atau “dadada”. Usia 8-12 bulan. Di masa ini, anak mulai mengeluarkan suara seakan- akan berbicara dengan orang tuanya. Usia 12-18 bulan. Di rentang usia ini, anak mulai dapat mengucapkan kata pertama. Hingga usianya mencapai 18 bulan, kata-kata yang berhasil diucapkan mencapai 50 kata. Masa usia 2-4 tahun Pada rentang usia ini, kemampuan bahasa anak mulai berkembang. Adapun tahapan perkembangan bahasa pada masa ini ditandai dengan : Usia sekitar 2 tahun. Di usia ini, anak mulai dapat menerima bahasa dengan baik, menggunakan bahasa telegrafik yang terdiri dari 2 hingga 3 kata. Selain itu, jumlah kosa kata yang digunakan terdiri 3 hingga 50 kata. Usia sekitar 3 tahun. Di usia ini, anak keterampilan sosial anak mulai meningkat, berusaha untuk berkomunikasi, dan mulai menggunakan percakapan. Jika anak tidak memahami apa yang disampaikan oleh orang lain akan menunjukkan frustrasi. Adapun jumlah kosa kata yang dikuasai semakin bertambah yakni sekitar 300 hingga 500 kata. Masa usia 4-6 tahun Di rentang usia 4-6 tahun, anak mengalami kemajuan dalam penggunaan bahasa Adapun tahapan perkembangan bahasa pada masa ini ditandai dengan : Usia sekitar 4 tahun. Di usia ini, anak mulai dapat menerapkan pengucapan beberapa kata beserta tata bahasanya. Adapun jumlah kosa kata yang dikuasai mencapai 1400 hingga 1600 kata. Usia sekitar 5-6 tahun. Anak mulai dapat menyusun kalimat dan tata bahasa dengan benar, menggunakan awalan, kata kerja sekarang, kemarin, dan yang akan datang, rata-rata penjang kalimat setengah per kalimat meningkat menjadi 6-8 kata. Masa usia 6-12 tahun Masa usia 6-12 tahun dikenal juga sebagai masa usia sekolah. Adapun perkembangan bahasa di masa ini ditandai dengan: Menggunakan bahasa yang lebih kompleks, lebih banyak kata sifat yang digunakan, menggunakan kalimat pengandaian, jumlah kata rata-rata per kalimat 7 atau 6 kata. Kosakata untuk bahasa lisan mencapai 3000 kata. Di bidang sosial, anak menggunakan klausa adjektif dengan menggunakan kata ‘yang’ dan lebih banyak menggunakan kata kerja yang dibendakan. Semakin meningkatnya kemampuan untuk membaca dan memahami bahasa tubuh dan komunikasi nonverbal lainnya Mampu memprediksi perilaku orang lain Berusaha untuk melihat dari sudut pandang orang lain Menyesuaikan bahasa yang digunakan Masa usia 13-19 tahun Masa usia 13-19 tahun disebut juga sebagai masa remaja. Perkembangan bahasa di masa remaja ditandai dengan : Jumlah kosa kata yang dikuasai semakin banyak seiring dengan semakin banyaknya referensi bacaan serta topik yang semakin kompleks. Semakin berkembangnya pola bahasa pergaulan yang digunakan remaja dengan teman sebaya. Menyukai digunakannya metafora atau gaya bahasa lain guna mengekspresikan pendapat atau perasaan mereka. Mampu menciptakan ungkapan atau istilah-istilah baru yang tidak baku atau bahasa gaul. Masa usia 20 tahun ke atas perkembangan bahasa ditandai dengan semakin kompetennya manusia dalam menggunakan bahasa verbal maupun bahasa nonverbal ketika berkomunikasi dengan orang lain, menunjukkan pemahaman terhadap apa yang disampaikan oleh orang lain, dan digunakannya perilaku nonverbal.
b. Komunikasi pada Bayi dan Anak
Penerapan komunikasi pada berbagai tingkat usia, yang dibahas pada materi ini adalah meliputi: 2. Aspek Penting Komunikasi pada Anak Orang dewasa harus menggunakan bentuk bahasa yang bermakna bagi anak yang diajak berbicara. Maksudnya sebagai berikut. Menggunakan isyarat seperti menunjuk objek secara jelas jika objek tersebut ingin dilihat anak. Memilih kata-kata secara tepat dan struktur bahasa yang mudah dipahami anak. Anak berusaha agar komunikasinya juga dipahami orang lain. Maksudnya sebagai berikut. Anak menggunakan isyarat-isyarat tertentu untuk menyampaikan keinginan atau mengungkapkan perasaannya agar orang dewasa paham dengan apa yang dia inginkan. Semakin bertambah besar anak, komunikasi dengan isyarat semakin kurang diperlukan karena pemahaman komunikasi anak sudah lebih baik. 3. Bentuk-bentuk Komunikasi pada Bayi dan Anak Berikut ini akan diuraikan tentang empat bentuk komunikasi prabicara. Tangisan Ocehan dan celoteh Nilai celoteh Berceloteh adalah praktik verbal sebagai dasar perkembangan gerakan terlatih yang dikehendaki dalam bicara. Isyarat Contoh isyarat umum pada masa bayi sebagai berikut. Mendorong puting susu dari mulut artinya kenyang/tidak lapar. Tersenyum dan mengacungkan tangan yang berarti ingin digendong Menggeliat, meronta, dan menangis pada saat ibu mengenakan pakaiannya atau memandikannya. Hal ini berarti bayi tidak suka akan pembatasan gerak. Ungkapan emosional Contohnya sebagai berikut. Tubuh yang mengejang atau gerakan-gerakan tangan/kaki disertai jeritan dan wajah tertawa adalah bentuk ekspresi kegembiraan pada bayi. Menegangkan badan, gerakan membanting tangan/kaki, roman muka tegang, dan menangis adalah bentuk ungkapan marah atau tidak suka. 4. Teknik-teknik komunikasi pada anak Teknik komunikasi pada anak menurut (Mundakir, 2006). Teknik Verbal Bercerita (story telling) Bibliotheraphy Bermain dan permainan Melengkapi kalimat (sentences completion) Teknik Nonverbal Teknik komunikasi nonverbal dapat digunakan pada anak-anak seperti uraian berikut. Menulis Menggambar 5. Penerapan komunikasi sesuai tingkat perkembangan anak Penerapan komunikasi pada bayi (0 – 1 tahun) Sesaat setelah bayi dilahirkan dan ibu diizinkan menggendong si kecil dalam dekapannya, itulah awal seorang ibu berkomunikasi dengan bayinya. Penerapan komunikasi pada kelompok toddler (1—3 tahun) dan prasekolah (3 —6 tahun) Ciri khas anak kelompok ini adalah egosentris, yaitu mereka melihat segala sesuatu hanya berhubungan dengan dirinya sendiri dan melihat sesuatu hanya berdasarkan sudut pandangnya sendiri. Komunikasi pada usia sekolah (7—11 tahun) Pada masa ini, anak harus difasilitasi untuk mengekspresikan rasa takut, rasa heran, penasaran, berani mengajukan pendapat, dan melakukan klarifikasi terhadap hal-hal yang tidak jelas baginya. Contoh implementasi komunikasi dalam keperawatan sebagai berikut. Memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak dengan menggunakan kata kata sederhana yang spesifik. Menjelaskan sesuatu yang ingin diketahui anak. Pada usia ini, keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari objek tertentu sangat tinggi. Jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu berkomunikasi secara efektif. c. Komunikasi pada Remaja Perkembangan komunikasi pada usia remaja Perkembangan komunikasi pada usia remaja dapat ditunjukkan dengan kemampuan berdiskusi atau berdebat. Pada usia remaja, pola perkembangan kognisinya sudah mulai berpikir secara konseptual mengingat masa ini adalah masa peralihan anak menjadi dewasa, sedangkan secara emosional sudah mulai menunjukkan perasaan malu. Sikap terapeutik berkomunikasi dengan remaja Berikut ini sikap perawat, orang tua, atau orang dewasa lain yang perlu diperhatikan saat berkomunikasi dengan remaja. Menjadi pendengar yang baik dan memberi kesempatan pada mereka untuk mengekspresikan perasaannya, pikiran, dan sikapnya. Mengajak remaja berdiskusi terkait dengan perasaan, pikiran, dan sikapnya. Jangan memotong pembicaraan dan jangan berkomentar atau berespons yang berlebihan pada saat remaja menunjukkan sikap emosional. Memberikan support atas segala masalah yang dihadapi remaja dan membantu untuk menyelesaikan dengan mendiskusikannya. Perawat atau orang dewasa lain harus dapat menjadi sahabat buat remaja, tempat berbagi cerita suka dan duka. Duduk bersama remaja, memeluk, merangkul, mengobrol, dan bercengkerama dengan mereka serta sering melakukan makan bersama Suasana komunikasi yang kondusif pada remaja Suasana hormat menghormati Orang dewasa akan akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila pendapat pribadinya dihormati, ia lebih senang kalau ia boleh turut berpikir dan mengemukakan pikirannya. Suasana saling menghargai Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, dan sistem nilai yang dianut perlu dihargai. Suasana saling percaya Saling memercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar adanya akan dapat membawa hasil yang diharapkan. Suasana saling terbuka Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang lain. Penerapan komunikasi sesuai tingkat perkembangan remaja Berkomunikasi dengan anak yang sudah masuk usia remaja (praremaja) sebenarnya lebih mudah. Pemahaman mereka sudah memadai untuk bicara tentang masalah yang kompleks. Dalam berkomunikasi dengan remaja, kita tidak bisa mengendalikan alur pembicaraan, mengatur, atau memegang kendali secara otoriter. Remaja sudah punya pemikiran dan perasaan sendiri tentang hal yang ia bicarakan pada. Komunikasi dua arah, yaitu bergantian yang berbicara dan yang mendengarkan. Jangan mendominasi pembicaraan serta sediakan waktu untuk remaja untuk menyampaikan pendapatnya. Mendengar aktif artinya tidak hanya sekadar mendengar, tetapi juga memahami dan menghargai apa yang diutarakan remaja. Sediakan waktu yang cukup untuk berkomunikasi dengan remaja. Jangan memaksa remaja untuk mengungkapkan sesuatu yang dia rahasiakan karena akan membuatnya tidak nyaman dan enggan berkomunikasi. Utarakan perasaan Anda jika ada perilaku remaja yang kurang tepat dan jangan memarahi atau membentak. Dorong anak untuk mengatakan hal-hal positif tentang dirinya. Perhatikan bahasa tubuh remaja. Orang tua harus bisa menangkap sinyal-sinyal emosi dari bahasa tubuhnya. Hindari komentar menyindir atau meremehkan anak. Berikan pujian pada aspek terbaik yang dia lakukan sekecil apapun. Hindari ceramah panjang dan menyalahkan anak.
d. Komunikasi pada Dewasa dan Lansia
1. Permasalahan dan Perkembangan Komunikasi orang Dewasa Pada orang dewasa terjadi perkembangan psikososial, yaitu intimasi versus isolasi. Orang dewasa sudah mempunyai sikap- sikap tertentu, pengetahuan tertentu, bahkan tidak jarang sikap itu sudah sangat lama menetap dalam dirinya sehingga tidak mudah untuk mengubahnya. Pengetahuan yang selama ini dianggapnya benar dan bermanfaat belum tentu mudah digantikan dengan pengetahuan baru jika kebetulan tidak sejalan dengan yang lama. 2. Sikap Komunikasi pada orang Dewasa Berdasarkan perkembangan komunikasi pada orang dewasa dan permasalahan yang terjadi, Dalam berkomunikasi dengan dewasa sampai lansia, diperlukan pengetahuan tentang sikap-sikap yang khas. Berikut sikap-sikap psikologis spesifik pada orang dewasa terhadap komunikasinya. Orang dewasa/lansia melakukan komunikasi berdasarkan pengetahuan/pengalamannya sendiri. Berkomunikasi pada orang dewasa/lansia harus melibatkan perasaan dan pikiran. Komunikasi adalah hasil kerja sama antara manusia yang saling memberi pengalaman serta saling mengungkapkan reaksi dan tanggapannya mengenai suatu masalah. 3. Suasana Komunikasi pada Orang Dewasa dan Lansia Suasana saling menghargai Suasana saling percaya Suasana saling terbuka 4. Teknik Komunikasi pada Orang Dewasa dan Penerapannya Berikut ini teknik komunikasi yang secara khusus yang harus Anda terapkan saat berkomunikasi dengan orang dewasa. Penyampaian pesan langsung kepada penerima tanpa perantara. Saling memengaruhi dan dipengaruhi, maksudnya komunikasi antara perawat dan pasien dewasa harus ada keseimbangan dan tidak boleh ada yang mendominasi. Melakukan komunikasi secara timbal balik secara langsung, maksudnya komunikasi timbal balik dapat meminimalkan kemungkinan terjadinya salah persepsi. strategi berkomunikasi dengan orang yang sudah lanjut usia dan perbedaan komunikasi pada orang dewasa dan lansia, yaitu: Karakteristik lanjut usia Lanjut usia (lansia) adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikarunia usia panjang. Lanjut usia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Perkembangan komunikasi pada lansia Berikut ini gejala-gejala penolakan lansia yang menyebabkan gagalnya komunikasi dengan lansia. Tidak percaya terhadap diagnosis, gejala, perkembangan, serta keterangan yang diberikan petugas kesehatan. Mengubah keterangan yang diberikan sedemikian rupa sehingga diterima keliru. Menolak membicarakan perawatannya di rumah sakit. Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum, khususnya tindakan yang langsung mengikutsertakan dirinya. Menolak nasihat-nasihat, misalnya istirahat baring, berganti posisi tidur, terutama jika nasihat tersebut demi kenyamanan klien. Pendekatan komunikasi terapeutik pada lansia Untuk mengurangi pengaruh negatif atau mengurangi hambatan-hambatan yang terjadi, diperlukan komunikasi yang efektif antara perawat dan klien. Pendekatan fisik Pendekatan psikologis Pendekatan sosial Pendekatan spiritual Teknik komunikasi pada lansia Beberapa teknik komunikasi yang dapat digunakan perawat dalam berkomunikasi dengan lansia sebagai berikut. Teknik asertif Responsif Fokus Suportif Klarifikasi Sabar dan ikhlas
KB.3. GANGGUAN KOMUNIKASI PADA PASIEN
a. Hambatan komunikasi pada pasien Semua unsur atau elemen-elemen pada proses komunikasi mempunyai potensi dalam menghambat terjadinya komunikasi yang efektif sehingga terjadi gangguan dalam komunikasi. Alice A. Wright dan John J. Lynch, Jr (1995) mengklasifikasikan hambatan dalam komunikasi menjadi empat, yaitu: 1. Gangguan Gangguan dapat berbentuk mekanik dan semantik. 2. Kepentingan Kepentingan tidak hanya mempengaruhi perhatian saja, namun juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku. 3. Motivasi Suatu komunikasi dapat berlangsung dengan baik bila pesan yang disampaikan sesuai dengan motivasi dari penerima. 4. Prasangka b. Jenis gangguan-gangguan komunikasi 1. Gangguan Proses Komunikasi Hambatan dari pengirim pesan Pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan Hambatan dalam penyediaan atau simbol Hambatan media Hambatan dalam bahasa sandi Hambatan dari penerima pesan Hambatan dalam memberikan umpan balik 2. Hambatan fisik 3. Hambatan semantik 4. Hambatan psikologis 5. Penyebab gangguan komunikasi Beberapa penyebab masalah komunikasi diantaranya yaitu: Gangguan Pendengaran (Presbycusis) Gangguan pendengaran dapat membuat pasien tidak bisa mendengar suara sama sekali (Chen, Wijesinghe, & Nunez, 2019). Beberapa kemungkinan yang menyebabkan gangguan pendengaran adalah: Turun temurun Penyakit seperti infeksi telinga dan meningitis Trauma Obat-obatan tertentu Paparan jangka panjang terhadap kebisingan yang keras Penuaan Gangguan suara (gangguan vocal) Tanda-tanda bahwa suara pasien tidak sehat adalah sebagai berikut: Suara pasien menjadi serak atau parau Pasien kehilangan kemampuan untuk mencapai nada tinggi saat berbicara Suara pasien tiba-tiba terdengar lebih dalam Tenggorokan pasien sering terasa serak, gatal, nyeri atau tegang Hal tersebut menjadikan pasien perlu upaya ekstra untuk berbicara Perawatan untuk gangguan suara bervariasi tergantung pada penyebabnya. Sebagian besar masalah suara dapat berhasil diobati ketika didiagnosis secara dini (Masson, Fabbron, & Loiola-Barreiro, 2019). Masalah bicara seperti gagap Gagap adalah masalah yang mempengaruhi aliran bicara pasien. Jika pasien gagap, pasien mungkin perlu melakukan beberapa hal sebagai berikut: Buat kata-kata tertentu terdengar lebih panjang dari yang seharusnya Sulit memulai kata baru Ulangi kata atau bagian kata Tegang ketika Anda mencoba untuk berbicara. Anda mungkin mengedipkan mata dengan cepat, atau bibir dan rahang Anda gemetar saat Anda berjuang mengeluarkan kata- kata (Chochol, Kataria, OʼRourke, & Lamotte, 2019). Gangguan perkembangan Gangguan perkembangan adalah masalah yang membutuhkan jangka waktu yang panjang dan seringkali bisa menjadi semakin parah (Kara, Sahin, Yardimci, & Mutlu, 2019). Penyebab cacat perkembangan, termasuk: Kelainan genetik atau kromosom. Ini menyebabkan kondisi seperti sindrom down dan sindrom Rett. Paparan zat sebelum kelahiran. Misalnya, minum alkohol saat hamil dapat menyebabkan gangguan spektrum alkohol janin. Infeksi tertentu pada kehamilan Kelahiran prematur Ketidakmampuan belajar (gangguan belajar) Ketidakmampuan belajar dapat menyebabkan masalah Memahami apa yang orang katakana Berbicara Bacaan Penulisan Melakukan matematika Memperhatikan Seringkali, anak-anak memiliki lebih dari satu jenis ketidakmampuan belajar. ada beberapa faktor tertentu yang dapat berperan dalam pengembangan ketidakmampuan belajar, termasuk Genetika Paparan lingkungan (seperti timah) Masalah selama kehamilan (seperti penggunaan narkoba ibu) Gangguan Spektrum Autisme (Pervasive developmental disorder) Autism spectrum disorder (ASD) adalah gangguan neurologis dan perkembangan yang dimulai sejak awal masa kanak-kanak dan berlangsung sepanjang hidup seseorang. Itu mempengaruhi bagaimana seseorang bertindak dan berinteraksi dengan orang lain, berkomunikasi, dan belajar. Ini termasuk apa yang dulu dikenal sebagai sindrom Asperger dan gangguan perkembangan (Glasper, 2019). Ini disebut kelainan "spektrum" karena orang dengan ASD dapat memiliki serangkaian gejala. Orang-orang dengan ASD mungkin memiliki masalah berbicara dengan Anda, atau mereka mungkin tidak menatap mata Anda ketika Anda berbicara dengan mereka. Mereka mungkin juga memiliki minat yang terbatas dan perilaku berulang. Mereka mungkin menghabiskan banyak waktu menertibkan, atau mereka mungkin mengatakan kalimat yang sama berulang- ulang. Mereka mungkin sering tampak berada di "dunia mereka sendiri" (Morris, Greenblatt, & Saini, 2019). Pada pemeriksaan anak yang baik, dokter harus memeriksa perkembangan anak Anda. Jika ada tanda-tanda ASD, anak Anda akan memiliki evaluasi komprehensif. Ini mungkin termasuk tim spesialis, melakukan berbagai tes dan evaluasi untuk membuat diagnosis. Penyebab ASD tidak diketahui. Penelitian menunjukkan bahwa gen dan lingkungan memainkan peran penting. Saat ini tidak ada satu pengobatan standar untuk ASD. Ada banyak cara untuk meningkatkan kemampuan anak Anda untuk tumbuh dan belajar keterampilan baru. Memulainya lebih awal dapat memberikan hasil yang lebih baik Perawatan termasuk terapi perilaku dan komunikasi, pelatihan keterampilan, dan obat-obatan untuk mengendalikan gejala (Lipkin, 2019). Cidera otak Cedera otak traumatis (TBI) terjadi ketika benjolan, pukulan, sentakan, atau cedera kepala lainnya menyebabkan kerusakan pada otak. Setiap tahun, jutaan orang di AS menderita cedera otak. Orang dengan TBI sedang atau berat dapat mengalami hal tersebut, ditambah gejala lainnnya: Sakit kepala yang semakin parah atau tidak hilang Muntah atau mual berulang Kejang Ketidakmampuan untuk bangun dari tidur Bicara tidak jelas Kelemahan atau mati rasa di lengan dan kaki Pupil mata melebar Stroke Stroke ada dua yaitu Stroke iskemik dan Stroke hemoragik 6. Konflik adalah perjuangan yang dirasakan antara dua atau lebih individu yang saling bergantung karena perbedaan-perbedaan yang tampaknya tidak sesuai dalam keyakinan, nilai, dan tujuan, atau perbedaan keinginan untuk menghargai, mengendalikan, dan keterhubungan. 7. Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. 8. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesamanya. 9. Dalam kehidupannya manusia sering dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. 10.Tidak sedikit orang mengalami kesulitan dalam melakukan hubungan komunikasi. 11.Artinya melalui komunikasi diharapkan dapat membawa hasil pertukaran informasi dan saling pengertian di antara orang– orang yang terlibat dalam kegiatan tersebut. 12.Konflik dapat terjadi dalam berbagai bidang dan memberikan dampak positif maupun negatif. 13.Jika konflik atau permasalahan yang dihadapi dalam suatu hubungan ditangani dengan baik, maka akan menciptakan peluang bagi perkembangan diri serta hubungan yang lebih baik. 14.Karena itu, dibutuhkan keterampilan yang dapat membantu masing-masing individu mencari jalan keluar dari konflik yang ada dengan cara yang sehat. 15.Salah satu keterampilan yang dapat membantu mengatasi konflik adalah komunikasi yang efektif. 16.Sementara itu, konflik dapat berdampak negatif manakala tidak ditangani dengan baik. 17.Yang perlu dipahami pula bahwa pola komunikasi yang negatif juga dapat mengarah pada meningkatnya rasa frustrasi dan eskalasi konflik menjadi semakin besar. Perbedaan Bahasa Tubuh atau Intonasi Suara Komunikasi yang kita lakukan tidak hanya komunikasi verbal, melainkan juga komunikasi nonverbal. Ketika kita mengucapkan kata- kata, seringkali disertai dengan berbagai bahasa tubuh dalam komunikasi dan intonasi suara yang jauh lebih keras daripada kata-kata itu sendiri. Pesan yang tidak sesuai dengan intonasi suara dan bahasa tubuh dapat menimbulkan rasa frustrasi, kebingungan, dan lain- lain. Untuk mengatasi hal ini, kita harus memperhatikan pesan yang ingin disampaikan melalui bahasa tubuh atau intonasi suara yang dikirimkan oleh orang lain. Selain itu, berbicara dengan tenang, memberikan kontak mata, senyum jika diperlukan, dan mengelola atau mengatur postur tubuh. Perbedaan Gaya Komunikasi Masing-masing orang memiliki gaya komunikasi sendiri. Kerapkali, gaya komunikasi yang kita miliki didasarkan atas pengalaman, budaya, gender, dan faktor lainnya. Meskipun tidak ada gaya komunikasi yang benar atau salah, pengalaman masa lalu kerapkali menimbulkan harapan yang biasanya tidak dikomunikasikan secara verbal dengan orang lain. Hal ini dapat menyebabkan ketegangan dan kesalahpahaman dalam suatu hubungan. Cara mengatasinya adalah dengan mengkomunikasikan latar belakang masing-masing guna memperjelas berbagai harapan kepada diri sendiri maupun orang lain sekaligus membantu orang lain untuk memahami sudut pandang kita, dan membantu dalam mengatasi masalah. Perbedaan Persepsi Persepsi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi komunikasi. Sebagian besar konflik yang terjadi disebabkan oleh adanya perbedaan persepsi dalam memandang dunia. Ketidaksamaan pendangan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti budaya, pengalaman, ras, pendidikan, kelas sosial dan ekonomi, dan faktor-faktor lingkungan lainnya. Cara mengatasi perbedaan persepsi adalah kita harus mengembangkan sikap empati, toleransi, memeriksa ulang persepsi, berkomunikasi, dan lain-lain. Perbedaan Nilai Setiap orang menganut sistem nilai yang berbeda. Perbedaan nilai dapat memicu terjadinya konflik dalam komunikasi manakala masing- masing orang yang terlibat dalam komunikasi gagal untuk menerima adanya perbedaan nilai tersebut. Ketika gagal menerima adanya perbedaan nilai, mereka akan saling menghina karakter dan pengalaman satu sama lain. Akibatnya konflik tidak dapat terhindarkan. Cara mengatasinya adalah masing-masing pihak harus dapat menerima adanya perbedaan nilai dan mengkomunikasikannya dengan baik. Kesalahpahaman Kesalahpahaman merupakan salah satu dampak komunikasi interpersonal yang tidak efektif sekaligus dapat menimbulkan konflik. Komunikasi, apabila tidak direncanakan dengan baik dapat mengakibatkan kegagalan. Ketika hal ini terjadi, hal yang dapat kita lakukan untuk mengatasinya adalah dengan memberikan pertanyaan atau mempertanyakan apa yang dimaksud oleh pengirim pesan. Buruknya Komunikasi Salah satu penyebab terjadinya konflik dalam komunikasi adalah komunikasi yang buruk. Komunikasi yang buruk dapat mengakibatkan kegagalan komunikasi. Kegagalan komunikasi dapat membuat seseorang membuat asumsi yang salah dan lebih percaya pada kabar burung. Cara mengatasinya adalah dengan memberikan perhatian pada bagaimana kita mengirim dan menerima pesan dengan baik. Perbedaan Kepribadian Perbedaan dalam hal kepribadian dapat menyebabkan konflik dalam komunikasi. Setiap orang memiliki latar belakang dan pengalaman yang berbeda-beda. Perbedaan inilah yang memainkan peranan yang sangat penting dalam membentuk kepribadian setiap orang. Ketika seseorang gagal memahami atau menerima perbedaan kepribadian orang lain akan menimbulkan masalah dan mengarah pada konflik. Untuk mengatasinya adalah dengan melatih diri memahami berbagai jenis kepribadian serta kelebihan dan kekurangan yang terkandung di dalamnya. Dengan begitu, memahami diri dan orang lain tidak lagi menjadi hal yang sulit. Terlalu Sensitif Beberapa orang memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi. Sensitivitas dapat menyebabkan konflik dalam komunikasi apabila seseorang memiliki harga diri yang rendah, merasa tidak aman, atau berbagai faktor lainnya. Untuk mengatasinya adalah dengan menanamkan keyakinan bahwa perilaku negatif pun memiliki niat positif, Harapan yang Tak Terpenuhi Penyebab terjadinya konflik dalam komunikasi selanjutnya adalah tidak terpenuhinya harapan karena dipandang tidak pantas dan lain-lain. Untuk mengatasinya adalah dengan menerapkan teknik mendengarkan dan bertanya secara aktif untuk menentukan dan memperjelas harapan. Terhambatnya Jalan Komunikasi Terhambatnya jalan komunikasi terjadi manakala dua orang yang berkomunikasi sedemikian rupa sehingga tidak ada yang merasa dimengerti. Hasil studi menunjukkan terdapat empat gaya komunikasi negatif yang mengarah pada berakhirnya sebuah hubungan, yaitu kritik, penghinaan, pembelaan diri, dan halangan. Untuk mengatasinya adalah dengan berkomunikasi secara efektif
KB.4. KOMUNIKASI TERAPEUTIK
a. Definisi komunikasi terapeutik - Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan untuk memberikan manfaat bagi komunikan. - Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang memiliki makna terapeutik bagi klien dan dilakukan oleh perawat (komunikator) untuk membantu klien (komunikan)mencapai kembali kondisi yang adaptif dan positif.
b. Tujuan dan kegunaan
- Tujuan hubungan terapeutik diarahkan untuk mencapai kesembuhan klien dan beberapa dimensi sebagai berikut: Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi masalah fisik dan psikisnya serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila klien percaya pada hal- hal yang diperlukan Mengurangi keraguan dan membantu klien dalam menentukan pilihan tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya Mampu membentuk hubungan yang hangat, mandiri dalam kapasitas memberi dan menerima dalam hubungan profesional perawat-klien dalam rangka membantu penyelesaian masalah klien. Meningkatkan fungsi dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang realistis - Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan terapeutik perawat-klien - Apabila perawat tidak memperhatikan pengertian komunikasi terapeutik sebagaimana tujuan dari komunikasi tersebut. c. Prinsip komunikasi terapeutik Adapun prinsip-prinsip dasar untuk membimbing komunikasi terapeutik adalah sebagai berikut: Merencanakan wawancara pada waktu yang tepat. Kerangka waktu di mana interaksi terjadi mempengaruhi hasil. Perawat harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan klien memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap, tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi Menetapkan pedoman untuk interaksi terapeutik. Selama kontak awal dengan klien, perawat harus berbagi informasi tertentu seperti nama dan afiliasi perawat, tujuan interaksi, lama kontak yang diharapkan dengan klien, dan jaminan kerahasiaan. Memberikan kenyamanan selama interaksi. Ketidaknyamanan bisa mengganggu. Nyeri mengganggu kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi; dengan demikian, komunikasi menjadi terganggu. Kebutuhan Kenyamanan Klien: Mengatur suhu lingkungan. Duduk di kursi yang nyaman atau bantu posisi klien dengan nyaman di tempat tidur. Berikan ventilasi ruangan yang memadai. Terapkan intervensi untuk mengurangi rasa sakit. Melakukan tindakan keperawatan untuk melindungi privasi Menerima klien apa adanya. Persepsi negatif atau prasangka buruk terhadap klien dapat menghalangi komunikasi. Mendorong spontanitas. Perawat mengumpulkan lebih banyak data saat klien berbicara dengan bebas. Fokus pada arahan dan isyarat yang disajikan oleh klien. Mengajukan pertanyaan hanya untuk berbicara atau untuk memuaskan keingintahuan sendiri tidak berkontribusi pada wawancara yang efektif. Mendorong klien untuk mengekspresikan perasaan Membiarkan klien berbicara tidak mewawancarai. Perawat harus mampu memahami arti empati dan menggunakannya sebagai tindakan yang terapeutik, dan mampu memahami arti simpati yang bukan sebagai tindakan terapeutik Mengendalikan perasaan sendiri selama interaksi. Perawat harus melakukan upaya sadar untuk mencegah perasaan pribadi menghalangi kemajuan klien. Memiliki sifat altruisme yang berarti menolong atau membantu permasalahan klien tanpa mengharapkan imbalan apapun dari klien.
d. Komunikasi sebagai elemen terapi
Ikhlas (genuiness) dan jujur. Sangat penting bagi perawat untuk menjaga kejujuran saat berkomunikasi dengan klien, karena apabila hal tersebut tidak dilakukan maka klien akan menarik diri, merasa dibohongi, membenci perawat atau bisa juga berpura-pura patuh terhadap perawat Empati. Empati merupakan suatu kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu, atau melibatkan upaya membayangkan bagaimana rasanya berada dalam situasi orang lain. Kepercayaan Keyakinan klien bahwa perawat akan berperilaku wajar, sesuai dengan perkiraan klien, dan kompeten saat menanggapi kebutuhan klien Perilaku yg ditunjukkan Perawat Memastikan kerahasiaan Bersikap konsisten Melakukan persis apa yang Anda katakan akan Anda lakukan untuk klien Bersikap terbuka dan jujur secara konsisten Tujuan Hasil Terbangun hubungan terapeutik Memberikan dasar kepercayaan pada pertemuan selanjutnya Membuat klien merasa nyaman dengan perawat, tidak merasa dijaga atau ditakuti Validasi Validasi adalah bahwa perawat mendengarkan klien dan merespons secara kongruen untuk memastikan bahwa perawat dan klien memiliki pemahaman yang sama tentang suatu masalah atau issue. Perilaku yg ditunjukkan Perawat Komentar verbal: ‘‘ Jadi kamu mengatakan itu. . . ’ ‘‘ Katakan apa yang Anda pahami tentang apa yang baru saja saya katakan”. Tujuan Hasil Memperjelas komunikasi Membantu klien untuk merasa diterima, dihormati dan dipahami Kepedulian Tindakan nonverbal: Menghabiskan waktu secara berkualitas dengan klien Memperhatikan kebutuhan klien Menggunakan pesan sentuhan, seperti tepukan di punggung, untuk menunjukkan dukungan Tujuan Hasil Membantu klien merasa diterima Memberikan pengetahuan kepada klien bahwa perawat bersedia membantu Kehangatan. Perawat menciptakan suasana komunikasi yang hangat dan tidak kaku dengan menempatkan diri berkedudukan sejajar dengan klien. Mendengarkan aktif (Active listening) Mendengarkan aktif adalah Mendengar dan menafsirkan bahasa, memperhatikan peningkatan nonverbal dan paraverbal, dan mengidentifikasi perasaan yang mendasarinya. Perilaku yg ditunjukkan Perawat Luangkan waktu untuk mendengarkan klien Memberikan perhatian penuh kepada klien Melakukan kontak mata Menanggapi petunjuk, isyarat, dan isyarat verbal dan nonverbal dari klien Penangguhan penilaian Memperhatikan perbedaan antara fakta dan perasaan Memperhatikan hal-hal yang dihilangkan seperti topik yang harus didiskusikan klien tetapi dihindari Menggunakan prinsip dan teknik komunikasi untuk menjadi papan suara Tujuan Hasil Meningkatkan pemahaman klien Memungkinkan klien untuk mengekspresikan dirinya lebih bebas Membantu klien mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang masalah Mendorong pemecahan masalah oleh klien Meningkatkan harga diri klien
e. Keterampilan Sikap dalam Komunikasi
Terapeutik - Sikap yang harus diperhatikan saat berkomunikasi dengan klien adalah: Posisi berhadapan. Mempertahankan kontak mata, Membungkuk ke arah klien, sebagai bentuk penghormatan dan menunjukkan sikap keinginan untuk menyatakan atau mendengarkan sesuatu. Memperlihatkan sikap terbuka, tidak melipat kaki atau tangan. Rileks dengan tetap mengendalikan keseimbangan emosi meskipun dalam situasi kurang menyenangkan
f. Faktor-faktor yang mempengaruhi
komunikasi Terapeutik Pendidikan dan Pengetahuan, Lama bekerja Kondisi fisik Keadaan psikologis Sosiokultural Lingkungan, situasi dan suasana, Politik-ekonomi pekerjaan, lingkungan tempat tinggal Kejelasan pesan g. Fase-fase hubungan terapeutik Prainteraksi (persiapan) Fase prainteraksi merupakan fase persiapan yang dapat dilakukan perawat sebelum berinteraksi dan berkomunikasi dengan klien. Pada fase ini, perawat mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan sendiri, serta menganalisis kekuatan dan kelemahan profesional diri. Prainteraksi dimulai sebelum kontrak pertama dengan klien. Perawat mengumpulkan data tentang klien, mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri dan membuat rencana pertemuan dengan klien. Contoh pertanyaan perawat kepada diri sendiri sebagai berikut. Apa yang akan saya tanyakan saat bertemu nanti? Bagaimana respons saya selanjutnya? Adakah pengalaman interaksi yang tidak menyenangkan? Bagaimana tingkat kecemasan saya? Fase Orientasi atau Perkenalan Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan saat pertama kali bertemu atau kontak dengan klien. Fase awal interaksi antara perawat dan klien yang bertujuan untuk merencanakan apa yang akan dilakukan pada fase selanjutnya. Fase ini dimulai ketika perawat dengan klien bertemu untuk pertama kalinya. Pada saat berkenalan, perawat harus memperkenalkan dirinya terlebih dahulu kepada klien. Dengan memperkenalkan dirinya berarti perawat telah bersikap terbuka kepada klien, ini diharapkan akan mendorong klien untuk membuka dirinya. Tahap orientasi ini bertujuan untuk memvalidasi keakuratan data yang sudah didapatkan perawat saat fase prainteraksi dan rencana yang telah dibuat dengan keadaan saat ini. Hal utama yang perlu dikaji adalah alasan klien meminta pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya hubungan perawat-klien. Pada fase ini, perawat dapat: Memulai hubungan dan membina hubungan saling percaya. Memperjelas dan mengklarifikasi keluhan, masalah, atau kebutuhan klien dengan mengajukan pertanyaan tentang perasaan klien. Merumuskan dan Merencanakan kontrak atau kesepakatan dengan klien yang meliputi lokasi, kapan, dan lama pertemuan; Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien, sehingga perawat mendorong klien untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya. Merumuskan tujuan interaksi atau komunikasi bersama klien untuk melibatkan klien dalam setiap tindakan keperawatan. Fase orientasi ini dilaksanakan pada awal setiap pertemuan baik pertemuan pertama, kedua, dan seterusnya yang tujuannya adalah untuk memvalidasi akurasi data, rencana yang telah dibuat sesuai dengan kenyataan situasi kondisi klien sekarang, dan mengevaluasi hasil tindakan yang lalu. Kegiatan utama yang harus dilakukan perawat pada fase orientasi ini sebagai berikut: Memberikan salam terapeutik Evaluasi dan validasi perasaan klien Melakukan kontrak hubungan dengan klien meliputi kontrak tujuan interaksi, kontrak waktu, dan kontrak tempat. Hal-hal yang perlu dilakukan oleh perawat pada tahap ini adalah: Memberi salam Memperkenalkan diri perawat Menanyakan nama klien Menyepakati pertemuan (kontrak) Menghadapi kontrak Memulai percakapan awal Menyepakati masalah klien Mengakhiri perkenalan Fase Kerja Tugas utama perawat pada tahap kerja, adalah: Mengeksplorasi stressor yang sesuai dan relevan Mendorong perkembangan insight klien dan penggunaan mekanisme koping konstruktif Menangani tingkah laku yang dipertahankan oleh klien / resistance Fase Terminasi Terminasi dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir. Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawatklien dan akan bertemu kembali pada waktu yang telah ditentukan Terminasi akhir terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan secara menyeluruh.
h. Pelaksanaan komunikasi terapeutik
Teknik yang memungkinkan klien untuk menetapkan pilihanya Mendengarkan (Listening) Dalam hal ini perawat berusaha mengerti klien dengan cara mendengarkan apa yang disampaikan klien. Menunjukkan Penerimaan Sikap perawat yang menunjukkan penerimaan dapat diidentifikasi seperti perilaku berikut. Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan. Memberikan umpan balik verbal yang menampakkan pengertian. Memastikan bahwa isyarat nonverbal cocok dengan komunikasi verbal. Menghindarkan untuk berdebat, menghindarkan mengekspresikan keraguan, Atau menghindari untuk mengubah pikiran klien. Perawat dapat menganggukan kepalanya atau berkata “ya” atau “saya mengerti apa yang bapak-ibu inginkan”. Menawarkan diri Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan dengan pertanyaan terbuka (broad openings) Diam (silence) Yang dilakukan perawat adalah: duduk diam dan mengobservasi perilaku klien gunakan kontak mata (menatap klien) menunjukkan sikap bahwa perawat hadir disitu kontrol rasa ketidaknyamanan perawat selama periode diam Teknik yang mendorong spontanitas Klien Mengulang (restating/repeating) Teknik ini dapat memberikan makna bahwa perawat memberikan umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut. Merefleksikan (reflecting/feedback) Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil pengamatannya sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar. Komentar terbuka Merupakan komentar atau pernyataan perawat bahwa Kalimat yang disampaian klien belum selesai dan meminta klien untuk melanjutkan. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan Perawat dapat berperan dalam menstimulasi klien untuk mengambil inisiatif dalam membuka pembicaraan. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan Hal ini merupakan teknik mendengarkan yang aktif, yaitu perawat menganjurkan atau mengarahkan pasien untuk terus bercerita. Teknik ini mengindikasikan bahwa perawat sedang mengikuti apa yang sedang dibicarakan klien dan tertarik dengan apa yang akan dibicarakan selanjutnya. Teknik yang Fokus Pada Klien Dengan Menanggapi Respon Verbal, Paraverbal, dan Nonverbal Memfokuskan (focusing) Perawat membantu klien membicarakan topik yang telah dipilih dan penting. Mengarahkan (Directing) Komunikasi yang merupakan komentar untuk memperoleh informasi spesifik dari klien. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data penilaian, bukan untuk memuaskan rasa ingin tahu perawat. Teknik yang Mendorong Ekspresi Perasaan Klarifikasi (clarification) Teknik ini dilakukan jika perawat ingin memperjelas maksud ungkapan klien. Teknik ini digunakan jika perawat tidak mengerti, tidak jelas, atau tidak mendengar apa yang dibicarakan klien. Perawat perlu mengklarifikasi untuk menyamakan persepsi dengan klien. Identifikasi tema (theme identification) Metode ini bermanfaat untuk membantu topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pada pembicaraan berikutnya. Verbalisasi yang tersirat Merupakan upaya perawat untuk mendeteksi arti sebenarnya dari ungkapan atau pesan verbal klien. Melakukan pengamatan (Making observations) Perawat meminta perhatian pada perilaku klien yang mengindikasikan perasaan. Memberi informasi (informing) Memberikan informasi merupakan teknik yang digunakan dalam rangka menyampaikan informasi- informasi penting melalui pendidikan kesehatan. Memberikan penghargaan (reward) Teknik Yang Mendorong Klien Untuk Membuat Beberapa Perubahan Konfrontasi (Confronting) Konfrontasi adalah Respons verbal perawat terhadap ketidaksesuaian antara kata- kata dan tindakan klien yang bertujuan untuk mendorong klien untuk mengenali area potensial untuk perubahan. Pembatasan (Limit setting) Pembatasan merupakan pernyataan perawat yang pada intinya adalah Menyatakan harapan untuk perilaku klien yang sesuai dengan menetapkan parameter perilaku.
2 Daftar materi yang sulit 1. Kerangka kerja komunikasi sirkuler transaksional
dipahami di modul ini 2. Menganalisa konflik komunikasi keperawatan
3 Daftar materi yang 1. Teknik yang mendorong spontanitas klien
sering mengalami 2. Teknik yang mendorong ekspresi perasaan miskonsepsi
Manajemen konflik dalam 4 langkah: Metode, strategi, teknik-teknik penting, dan pendekatan operasional untuk mengelola dan menyelesaikan situasi konflik