Anda di halaman 1dari 36

LK 0.

1: Lembar Kerja Belajar Mandiri


Judul Modul Konsep dan Prinsip Dasar Komunikasi

Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Konsep Dasar Komunikasi


2. Komunikasi sesuai tahapan usia pasien
3. Gangguan komunikasi pada pasien
4. Komunikasi Terapeutik
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang KB.1. KONSEP DASAR KOMUNIKASI
dipelajari a. Pengertian komunikasi
Komunikasi adalah pertukaran
keseluruhan perilaku dari komunikator
(orang yang memberi
informasi) kepada komunikan (orang yag
mendapat informasi), baik yang
disadari maupun tidak disadari, yang
berupa ucapan verbal atau tulisan,
gerakan, ekspresi wajah, dan semua yang
ada dalam diri komunikator dengan
tujuan untuk memengaruhi orang lain.
b. Tujuan Komunikasi
Menurut Anjaswarni
(2016), Ariani (2018), yaitu:
1. Memberikan informasi
2. Mengubah opini, cara berfikir, sikap,
dan mempengaruhi perilaku seseorang
3. Memberikan pendidikan
4. Mengungkapkan perasaan
5. Menyelesaikan sebuah masalah atau
menurunkan ketegangan dan
menyelesaikan konflik
6. Menemukan kesadaran diri, penerimaan
diri sendiri dan meningkatnya
kehormatan diri
c. Fungsi Komunikasi
Menurut Rahmadiana (2012) adalah:
1. Untuk menyampaikan pesan (informasi)
atau menyebarluaskan informasi kepada
orang lain
2. Untuk menyampaikan pesan (informasi)
atau menyebarluaskan informasi yang
bersifat mendidik orang lain
3. Untuk memberikan instruksi kepada
penerima pesan
4. Untuk mempengaruhi dan mengubah
sikap penerima pesan
d. Unsur-unsur Komunikasi
1. Komunikator atau pengirim pesan
(sender)
2. Pesan atau isi informasi (Message)
3. Media atau saluran (Channel)
4. Penerima atau komunikan (Receiver)
5. Umpan Balik (Feedback)
6. Lingkungan atau Atmosfer
e. Proses Komunikasi
Proses komunikasi merupakan urutan
tahap-tahap komunikasi yang meliputi
dimulai adanya ide, encoding, transmisi ide
melalui berbagai media, receiving, decoding,
pemahanan, dan responding yang
merupakan suatu siklus yang selalu
berulang
f. Faktor Yang diperhatikan dalam
komunikasi
1. Tahapan proses komunikasi
 Mencari fakta (Fact finding)
 Perencanaan (planning)
 Komunikasi (communicating)
 Evaluasi
2. Unsur atau komponen yang terlibat
dalam komunikasi sangat berpengaruh
terhadap komunikasi. Faktor yang
berpengaruh dapat berasal dari internal
maupun eksternal. Faktor tersebut
adalah:
 Pengetahuan
 Perkembangan
 Pertumbuhan manusia
 Keterampilan menguasai bahasa
 Kondisi fisik
 Kredibilitas
 Konteks (context)
 Konten (content)
 Kejelasan (clarity)
 Kesinambungan dan konsistensi
(continuity and consistency)
 Persepsi
 Komunikan (capability of audience)
Kemampuan Komunikan (capability
of audience)
 Saluran distribusi (channels of
distribution) Saluran distribusi
(channels of distribution)
 Lingkungan
Adapun faktor yang mempengaruhi
lingkungan adalah sebagai berikut.
 Nilai dan budaya/ adat
 Stimulus Eksternal
 Jarak
3. Jenis jenis komunikasi
Dalam hal ini jenis atau
tipe komunikasi dapat dibedakan
berdasarkan beberapa hal:
 Berdasarkan penggunaan Kata
 Komunikasi Verbal
 Komunikasi nonverbal

 Berdasarkan tujuan dan penerima


informasi
 Komunikasi terapeutik bertujuan,
dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien
 Komunikasi sosial bertujuan untuk
membangun hubungan sosial,
hubungan anatar individu yang
membutuhkan orang lain untuk
saling berinteraksi dan berbagi
 Berdasarkan jumlah orang yang terlibat
 Komunikasi Intrapersonal
 Komunikasi Interpersonal
 Komunikasi kelompok
 Berdasarkan sikap dan perilaku pemberi
pesan
 Komunikasi Agresif
 Komunikasi Pasif
 Komunikasi Asertif
 Berdasarkan arah komunikasi:
 Komunikasi satu arah (one way
communication)
 Komunikasi dua arah ( two-way
communication)
4. Prinsip-prinsip komunikasi
 Komunikasi adalah proses simbolik.
 Setiap prilaku mempunyai potensi
komunikasi. Tidak berarti bahwa
semua prilaku adalah komunikasi
 Komunkasi memiliki dimensi isi dan
dimensi hubungan. Dimensi isi
disandi secara verbal, sementara
dimensi hubungnan disandi secara
nonverbal
 Komunikasi berlangsung dalam
bebagai tingkat kesenjangan.
 Komunikasi terjadi dalam konteks
ruang dan waktu. Makna pesan juga
bergantung pada kontek fisik ruang,
waktu, sosial dan psikologis
 Komunikasi melibatkan prediksi
peserta komunikasi. Komuniksi juga
terikat oleh aturan atau tatakrama
 Komunikasi Bersifat Sistemik. Setiap
indivisu adalah sistem yang hidup.
Organ dalam tubuh juga terhubung.
 Komunikasi akan semakin efektif
apabila memiliki latar belakang
sosialbudaya yang semakin mirip.
Komunikasi yang efektif adalah
komunikasi yang hasilnnya sesuai
dngan harapan para peserta
komunikasi
 Komunikais Bersifat
Nonkonsekuensial.
 Komunikasi bersifat prosensual,
dinamis, dan transaksional.
Komunikasi tidak punya awal dan
tidak punya akhir, melainkan proses
yang berkesinambungan
 Komunikasi bersifat irreversible.
 Komunikasi Bukan Panasea (obat
mujarab)untuk menyelesaikan
berbagai masalah.
5. Tingkatan komunikasi
- Content atau Isi pesan yang sampaikan
atau dikatakan seseorang;
- Prosedur. adalah dari apa yang
dikatakan seseorang (atau cara
seseorang mengatakan apa yang dia
katakan);
- Proses. hubungan antara pembicara
dan pendengar serta emosi yang muncul
selama percakapan
6. Komunikasi kesehatan
Komunikasi kesehatan adalah usaha yang
sistematis untuk mempengaruhi secara
positif perilaku kesehatan individu dan
komunitas masyarakat, dengan
menggunakan berbagai prinsip dan metode
komunikasi baik komunikasi interpersonal,
maupun komunikasi massa. (Liliweri,
2008)

KB.2. KOMUNIKASI SESUAI TAHAPAN USIA


PASIEN
a. Tahap pertumbuhan dan Perkembangan
Bahasa manusia
1. Pertumbuhan adalah perubahan kuantitatif
(terukur) dalam ukuran fisik tubuh dan
bagian-bagiannya, seperti peningkatan sel,
jaringan, struktur, dan sistem
2. Perkembangan mengacu pada perubahan
perilaku dalam kemampuan dan
keterampilan fungsional
3. Pertumbuhan, perkembangan, pematangan,
dan pembelajaran adalah proses yang saling
bergantung.
4. Perspektif Teori Perkembangan Manusia
5. Pendidik atau seorang guru dan profesi
kesehatan harus memiliki pemahaman
menyeluruh tentang pertumbuhan dan
perkembangan manusia dalam rangka
untuk memberikan perawatan individual
kepada klien (siswa/pasien)
 Dimensi Fisiologis
Pertumbuhan fisiologis (ukuran dan
fungsi fisik) seseorang dipengaruhi
terutama oleh interaksi kecenderungan
genetik, sistem saraf pusat (SSP), sistem
endokrin, dan pematangan
 Dimensi Psikososial
Dimensi psikososial dari pertumbuhan
dan perkembangan terdiri dari perasaan
subyektif dan hubungan interpersonal
 Percaya diri
 Kesediaan untuk mengambil risiko
 Kemampuan untuk menerima kritik
tanpa mempertahankan diri
 Kemampuan untuk beradaptasi
secara efektif terhadap stresor
 Keterampilan pemecahan masalah
(problem-solving) yang inovatif
 Dimensi Kognitif
Dimensi kognitif ditandai oleh proses
intelektual untuk mengetahui (yang
mencakup persepsi, ingatan, dan
penilaian) dan berkembang sebagai
individu yang berkembang melalui
rentang kehidupan.
Empat faktor adalah katalisator bagi
intelektual pengembangan:
 Pematangan sistem endokrin dan
saraf
 Pengalaman yang berpusat pada
tindakan yang mengarah pada
penemuan (learning by doing)
 Interaksi sosial, dengan peluang
untuk menerima umpan balik
 Mekanisme pengaturan sendiri
yang merespon rangsangan
lingkungan
 Dimensi Moral
 Dimensi Spiritual
1. Perkembangan Bahasa dalam Komunikasi
Sesuai Tingkat Usia
Kemampuan berbahasa seseorang akan
semakin berkembang seiring dengan
bertambahnya usia, semakin
berkembangnya sisi kognitif manusia, dan
dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya
 Teori perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa pada manusia
sangat kopleks sehingga ada beberapa
teori perkembangan bahasa, yaitu
 Teori kognitif sosial
 Teori operant conditioning
 Teori nativisme
 Tahap Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa dalam
komunikasi sesuai tingkatan usia
adalah sebagai berikut :
 Masa usia 0 – 2 tahun
Pada rentang usia 0-2 tahun, bayi
mengalami beberapa tahapan
berbahasa, yaitu:
 Usia 0-6 minggu. Sejak bayi lahir
hingga ia berusia 6 minggu, bayi
hanya dapat menangis dan tidak
dapat mengeluarkan suara tertentu
 Usia 2-4 bulan. Di usia ini, bayi
mulai mengeluarkan suara-suara
atau bunyi-bunyi vokal yang
dilakukan secara berulang seperti
“u…u…” atau “a…a…” ketika ia
merasa nyaman
 Usia 4-6 bulan. Di usia sekitar 5
bulan, bayi akan mengeluarkan
bunyi mengoceh secara acak yaitu
sekumpulan suara yang dikeluarkan
bayi ketika mendapatkan perhatian
orang lain
 Usia 6-8 bulan. Di rentang usia ini,
bayi mengeluarkan ocehan dengan
bunyi yang lebih terkendali serta
mulai menggunakan suara yang
berulang dan lebih jelas seperti
“papapa”, “mamama”, atau
“dadada”.
 Usia 8-12 bulan. Di masa ini, anak
mulai mengeluarkan suara seakan-
akan berbicara dengan orang
tuanya.
 Usia 12-18 bulan. Di rentang usia
ini, anak mulai dapat mengucapkan
kata pertama. Hingga usianya
mencapai 18 bulan, kata-kata yang
berhasil diucapkan mencapai 50
kata.
 Masa usia 2-4 tahun
Pada rentang usia ini, kemampuan
bahasa anak mulai berkembang.
Adapun tahapan perkembangan
bahasa pada masa ini ditandai
dengan :
 Usia sekitar 2 tahun. Di usia
ini, anak mulai dapat
menerima bahasa dengan
baik, menggunakan bahasa
telegrafik yang terdiri dari 2
hingga 3 kata. Selain itu,
jumlah kosa kata yang
digunakan terdiri 3 hingga 50
kata.
 Usia sekitar 3 tahun. Di usia
ini, anak keterampilan sosial
anak mulai meningkat,
berusaha untuk
berkomunikasi, dan mulai
menggunakan percakapan.
Jika anak tidak memahami
apa yang disampaikan oleh
orang lain akan menunjukkan
frustrasi. Adapun jumlah
kosa kata yang dikuasai
semakin bertambah yakni
sekitar 300 hingga 500 kata.
 Masa usia 4-6 tahun
Di rentang usia 4-6 tahun, anak
mengalami kemajuan dalam
penggunaan bahasa
Adapun tahapan perkembangan
bahasa pada masa ini ditandai
dengan :
 Usia sekitar 4 tahun. Di usia ini,
anak mulai dapat menerapkan
pengucapan beberapa kata
beserta tata bahasanya. Adapun
jumlah kosa kata yang dikuasai
mencapai 1400 hingga 1600 kata.
 Usia sekitar 5-6 tahun. Anak
mulai dapat menyusun kalimat
dan tata bahasa dengan benar,
menggunakan awalan, kata kerja
sekarang, kemarin, dan yang
akan datang, rata-rata penjang
kalimat setengah per kalimat
meningkat menjadi 6-8 kata.
 Masa usia 6-12 tahun
Masa usia 6-12 tahun dikenal juga
sebagai masa usia sekolah. Adapun
perkembangan bahasa di masa ini
ditandai dengan:
 Menggunakan bahasa yang lebih
kompleks, lebih banyak kata sifat
yang digunakan, menggunakan
kalimat pengandaian, jumlah
kata rata-rata per kalimat 7 atau
6 kata.
 Kosakata untuk bahasa lisan
mencapai 3000 kata.
 Di bidang sosial, anak
menggunakan klausa adjektif
dengan menggunakan kata ‘yang’
dan lebih banyak menggunakan
kata kerja yang dibendakan.
 Semakin meningkatnya
kemampuan untuk membaca dan
memahami bahasa tubuh dan
komunikasi nonverbal lainnya
 Mampu memprediksi perilaku
orang lain
 Berusaha untuk melihat dari
sudut pandang orang lain
 Menyesuaikan bahasa yang
digunakan
 Masa usia 13-19 tahun
Masa usia 13-19 tahun disebut
juga sebagai masa remaja.
Perkembangan bahasa di masa
remaja ditandai dengan :
 Jumlah kosa kata yang dikuasai
semakin banyak seiring dengan
semakin banyaknya referensi
bacaan serta topik yang semakin
kompleks.
 Semakin berkembangnya pola
bahasa pergaulan yang
digunakan remaja dengan teman
sebaya.
 Menyukai digunakannya metafora
atau gaya bahasa lain guna
mengekspresikan pendapat atau
perasaan mereka.
 Mampu menciptakan ungkapan
atau istilah-istilah baru yang
tidak baku atau bahasa gaul.
 Masa usia 20 tahun ke atas
perkembangan bahasa ditandai
dengan semakin kompetennya
manusia dalam menggunakan
bahasa verbal maupun bahasa
nonverbal ketika berkomunikasi
dengan orang lain, menunjukkan
pemahaman terhadap apa yang
disampaikan oleh orang lain, dan
digunakannya perilaku nonverbal.

b. Komunikasi pada Bayi dan Anak


Penerapan komunikasi pada berbagai tingkat
usia, yang dibahas pada materi ini adalah
meliputi:
2. Aspek Penting Komunikasi pada Anak
 Orang dewasa harus menggunakan
bentuk bahasa yang bermakna bagi
anak yang diajak berbicara. Maksudnya
sebagai berikut.
 Menggunakan isyarat seperti
menunjuk objek secara jelas jika
objek tersebut ingin dilihat anak.
 Memilih kata-kata secara tepat dan
struktur bahasa yang mudah
dipahami anak.
 Anak berusaha agar komunikasinya
juga dipahami orang lain. Maksudnya
sebagai berikut.
 Anak menggunakan isyarat-isyarat
tertentu untuk menyampaikan
keinginan atau mengungkapkan
perasaannya agar orang dewasa
paham dengan apa yang dia
inginkan.
 Semakin bertambah besar anak,
komunikasi dengan isyarat
semakin kurang diperlukan karena
pemahaman komunikasi anak
sudah lebih baik.
3. Bentuk-bentuk Komunikasi pada Bayi dan
Anak
Berikut ini akan diuraikan tentang empat
bentuk komunikasi prabicara.
 Tangisan
 Ocehan dan celoteh
 Nilai celoteh
Berceloteh adalah praktik verbal
sebagai dasar perkembangan
gerakan terlatih yang dikehendaki
dalam bicara.
 Isyarat
Contoh isyarat umum pada masa
bayi sebagai berikut.
 Mendorong puting susu dari
mulut artinya kenyang/tidak
lapar.
 Tersenyum dan
mengacungkan tangan yang
berarti ingin digendong
 Menggeliat, meronta, dan
menangis pada saat ibu
mengenakan pakaiannya atau
memandikannya. Hal ini
berarti bayi tidak suka akan
pembatasan gerak.
 Ungkapan emosional
Contohnya sebagai berikut.
 Tubuh yang mengejang atau
gerakan-gerakan tangan/kaki
disertai jeritan dan wajah
tertawa adalah bentuk
ekspresi kegembiraan pada
bayi.
 Menegangkan badan, gerakan
membanting tangan/kaki,
roman muka tegang, dan
menangis adalah bentuk
ungkapan marah atau tidak
suka.
4. Teknik-teknik komunikasi pada anak
Teknik komunikasi pada anak menurut
(Mundakir, 2006).
 Teknik Verbal
 Bercerita (story telling)
 Bibliotheraphy
 Bermain dan permainan
 Melengkapi kalimat (sentences
completion)
 Teknik Nonverbal
Teknik komunikasi nonverbal dapat
digunakan pada anak-anak seperti
uraian berikut.
 Menulis
 Menggambar
5. Penerapan komunikasi sesuai tingkat
perkembangan anak
 Penerapan komunikasi pada bayi (0 – 1
tahun)
Sesaat setelah bayi dilahirkan dan ibu
diizinkan menggendong si kecil dalam
dekapannya, itulah awal seorang ibu
berkomunikasi dengan bayinya.
 Penerapan komunikasi pada kelompok
toddler (1—3 tahun) dan prasekolah (3
—6 tahun)
Ciri khas anak kelompok ini adalah
egosentris, yaitu mereka melihat segala
sesuatu hanya berhubungan dengan
dirinya sendiri dan melihat sesuatu
hanya berdasarkan sudut pandangnya
sendiri.
 Komunikasi pada usia sekolah (7—11
tahun)
Pada masa ini, anak harus difasilitasi
untuk mengekspresikan rasa takut,
rasa heran, penasaran, berani
mengajukan pendapat, dan melakukan
klarifikasi terhadap hal-hal yang tidak
jelas baginya. Contoh implementasi
komunikasi dalam keperawatan
sebagai berikut.
 Memperhatikan tingkat
kemampuan bahasa anak dengan
menggunakan kata kata sederhana
yang spesifik.
 Menjelaskan sesuatu yang ingin
diketahui anak.
 Pada usia ini, keingintahuan pada
aspek fungsional dan prosedural
dari objek tertentu sangat tinggi.
 Jangan menyakiti atau mengancam
sebab ini akan membuat anak
tidak mampu berkomunikasi
secara efektif.
c. Komunikasi pada Remaja
 Perkembangan komunikasi pada usia
remaja
 Perkembangan komunikasi pada usia
remaja dapat ditunjukkan dengan
kemampuan berdiskusi atau berdebat.
 Pada usia remaja, pola perkembangan
kognisinya sudah mulai berpikir secara
konseptual mengingat masa ini adalah
masa peralihan anak menjadi dewasa,
sedangkan secara emosional sudah
mulai menunjukkan perasaan malu.
 Sikap terapeutik berkomunikasi dengan
remaja
Berikut ini sikap perawat, orang tua, atau
orang dewasa lain yang perlu diperhatikan
saat berkomunikasi dengan remaja.
 Menjadi pendengar yang baik dan
memberi kesempatan pada mereka
untuk mengekspresikan perasaannya,
pikiran, dan sikapnya.
 Mengajak remaja berdiskusi terkait
dengan perasaan, pikiran, dan
sikapnya.
 Jangan memotong pembicaraan dan
jangan berkomentar atau berespons
yang berlebihan pada saat remaja
menunjukkan sikap emosional.
 Memberikan support atas segala
masalah yang dihadapi remaja dan
membantu untuk menyelesaikan
dengan mendiskusikannya.
 Perawat atau orang dewasa lain harus
dapat menjadi sahabat buat remaja,
tempat berbagi cerita suka dan duka.
 Duduk bersama remaja, memeluk,
merangkul, mengobrol, dan
bercengkerama dengan mereka serta
sering melakukan makan bersama
 Suasana komunikasi yang kondusif pada
remaja
 Suasana hormat menghormati
Orang dewasa akan akan mampu
berkomunikasi dengan baik apabila
pendapat pribadinya dihormati, ia
lebih senang kalau ia boleh turut
berpikir dan mengemukakan
pikirannya.
 Suasana saling menghargai
Segala pendapat, perasaan, pikiran,
gagasan, dan sistem nilai yang dianut
perlu dihargai.
 Suasana saling percaya
Saling memercayai bahwa apa yang
disampaikan itu benar adanya akan
dapat membawa hasil yang
diharapkan.
 Suasana saling terbuka
Terbuka untuk mengungkapkan diri
dan terbuka untuk mendengarkan
orang lain.
 Penerapan komunikasi sesuai tingkat
perkembangan remaja
 Berkomunikasi dengan anak yang
sudah masuk usia remaja (praremaja)
sebenarnya lebih mudah.
 Pemahaman mereka sudah memadai
untuk bicara tentang masalah yang
kompleks.
 Dalam berkomunikasi dengan remaja,
kita tidak bisa mengendalikan alur
pembicaraan, mengatur, atau
memegang kendali secara otoriter.
 Remaja sudah punya pemikiran dan
perasaan sendiri tentang hal yang ia
bicarakan pada.
 Komunikasi dua arah, yaitu
bergantian yang berbicara dan yang
mendengarkan.
 Jangan mendominasi pembicaraan
serta sediakan waktu untuk remaja
untuk menyampaikan pendapatnya.
 Mendengar aktif artinya tidak hanya
sekadar mendengar, tetapi juga
memahami dan menghargai apa
yang diutarakan remaja.
 Sediakan waktu yang cukup untuk
berkomunikasi dengan remaja.
 Jangan memaksa remaja untuk
mengungkapkan sesuatu yang dia
rahasiakan karena akan
membuatnya tidak nyaman dan
enggan berkomunikasi.
 Utarakan perasaan Anda jika ada
perilaku remaja yang kurang tepat
dan jangan memarahi atau
membentak.
 Dorong anak untuk mengatakan
hal-hal positif tentang dirinya.
 Perhatikan bahasa tubuh remaja.
Orang tua harus bisa menangkap
sinyal-sinyal emosi dari bahasa
tubuhnya.
 Hindari komentar menyindir atau
meremehkan anak. Berikan pujian
pada aspek terbaik yang dia lakukan
sekecil apapun.
 Hindari ceramah panjang dan
menyalahkan anak.

d. Komunikasi pada Dewasa dan Lansia


1. Permasalahan dan Perkembangan
Komunikasi orang Dewasa
 Pada orang dewasa terjadi
perkembangan psikososial, yaitu
intimasi versus isolasi.
 Orang dewasa sudah mempunyai sikap-
sikap tertentu, pengetahuan tertentu,
bahkan tidak jarang sikap itu sudah
sangat lama menetap dalam dirinya
sehingga tidak mudah untuk
mengubahnya.
 Pengetahuan yang selama ini
dianggapnya benar dan bermanfaat
belum tentu mudah digantikan dengan
pengetahuan baru jika kebetulan tidak
sejalan dengan yang lama.
2. Sikap Komunikasi pada orang Dewasa
 Berdasarkan perkembangan komunikasi
pada orang dewasa dan permasalahan
yang terjadi,
 Dalam berkomunikasi dengan dewasa
sampai lansia, diperlukan pengetahuan
tentang sikap-sikap yang khas.
 Berikut sikap-sikap psikologis spesifik
pada orang dewasa terhadap
komunikasinya.
 Orang dewasa/lansia melakukan
komunikasi berdasarkan
pengetahuan/pengalamannya
sendiri.
 Berkomunikasi pada orang
dewasa/lansia harus melibatkan
perasaan dan pikiran.
 Komunikasi adalah hasil kerja sama
antara manusia yang saling memberi
pengalaman serta saling
mengungkapkan reaksi dan
tanggapannya mengenai suatu
masalah.
3. Suasana Komunikasi pada Orang Dewasa
dan Lansia
 Suasana saling menghargai
 Suasana saling percaya
 Suasana saling terbuka
4. Teknik Komunikasi pada Orang Dewasa
dan Penerapannya
Berikut ini teknik komunikasi yang secara
khusus yang harus Anda terapkan saat
berkomunikasi dengan orang dewasa.
 Penyampaian pesan langsung kepada
penerima tanpa perantara.
 Saling memengaruhi dan dipengaruhi,
maksudnya komunikasi antara perawat
dan pasien dewasa harus ada
keseimbangan dan tidak boleh ada
yang mendominasi.
 Melakukan komunikasi secara timbal
balik secara langsung, maksudnya
komunikasi timbal balik dapat
meminimalkan kemungkinan
terjadinya salah persepsi.
strategi berkomunikasi dengan orang yang
sudah lanjut usia dan perbedaan
komunikasi pada orang dewasa dan lansia,
yaitu:
 Karakteristik lanjut usia
 Lanjut usia (lansia) adalah suatu
kejadian yang pasti akan dialami
oleh semua orang yang dikarunia
usia panjang.
 Lanjut usia merupakan kelompok
umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase
kehidupannya.
 Perkembangan komunikasi pada lansia
Berikut ini gejala-gejala penolakan
lansia yang menyebabkan gagalnya
komunikasi dengan lansia.
 Tidak percaya terhadap diagnosis,
gejala, perkembangan, serta
keterangan yang diberikan petugas
kesehatan.
 Mengubah keterangan yang
diberikan sedemikian rupa sehingga
diterima keliru.
 Menolak membicarakan
perawatannya di rumah sakit.
 Menolak ikut serta dalam
perawatan dirinya secara umum,
khususnya tindakan yang langsung
mengikutsertakan dirinya.
 Menolak nasihat-nasihat, misalnya
istirahat baring, berganti posisi
tidur, terutama jika nasihat
tersebut demi kenyamanan klien.
 Pendekatan komunikasi terapeutik
pada lansia
Untuk mengurangi pengaruh negatif
atau mengurangi hambatan-hambatan
yang terjadi, diperlukan komunikasi
yang efektif antara perawat dan klien.
 Pendekatan fisik
 Pendekatan psikologis
 Pendekatan sosial
 Pendekatan spiritual
 Teknik komunikasi pada lansia
Beberapa teknik komunikasi yang
dapat digunakan perawat dalam
berkomunikasi dengan lansia sebagai
berikut.
 Teknik asertif
 Responsif
 Fokus
 Suportif
 Klarifikasi
 Sabar dan ikhlas

KB.3. GANGGUAN KOMUNIKASI PADA PASIEN


a. Hambatan komunikasi pada pasien
Semua unsur atau elemen-elemen pada
proses komunikasi mempunyai potensi
dalam menghambat terjadinya komunikasi
yang efektif sehingga terjadi gangguan
dalam komunikasi. Alice A. Wright dan John
J. Lynch, Jr (1995) mengklasifikasikan
hambatan dalam komunikasi menjadi
empat, yaitu:
1. Gangguan
Gangguan dapat berbentuk mekanik dan
semantik.
2. Kepentingan
Kepentingan tidak hanya mempengaruhi
perhatian saja, namun juga menentukan
daya tanggap, perasaan, pikiran dan
tingkah laku.
3. Motivasi
Suatu komunikasi dapat berlangsung
dengan baik bila pesan yang
disampaikan sesuai dengan motivasi dari
penerima.
4. Prasangka
b. Jenis gangguan-gangguan komunikasi
1. Gangguan Proses Komunikasi
 Hambatan dari pengirim pesan
Pesan yang akan disampaikan belum
jelas bagi dirinya atau pengirim
pesan
 Hambatan dalam penyediaan atau
simbol
 Hambatan media
 Hambatan dalam bahasa sandi
 Hambatan dari penerima pesan
 Hambatan dalam memberikan
umpan balik
2. Hambatan fisik
3. Hambatan semantik
4. Hambatan psikologis
5. Penyebab gangguan komunikasi
Beberapa penyebab masalah komunikasi
diantaranya yaitu:
 Gangguan Pendengaran (Presbycusis)
Gangguan pendengaran dapat
membuat pasien tidak bisa
mendengar suara sama sekali (Chen,
Wijesinghe, & Nunez, 2019).
Beberapa kemungkinan yang
menyebabkan gangguan
pendengaran adalah:
 Turun temurun
 Penyakit seperti infeksi telinga
dan meningitis
 Trauma
 Obat-obatan tertentu
 Paparan jangka panjang
terhadap kebisingan yang keras
 Penuaan
 Gangguan suara (gangguan vocal)
Tanda-tanda bahwa suara pasien
tidak sehat adalah sebagai berikut:
 Suara pasien menjadi serak atau
parau
 Pasien kehilangan kemampuan
untuk mencapai nada tinggi saat
berbicara
 Suara pasien tiba-tiba terdengar
lebih dalam
 Tenggorokan pasien sering
terasa serak, gatal, nyeri atau
tegang
 Hal tersebut menjadikan pasien
perlu upaya ekstra untuk
berbicara
Perawatan untuk gangguan suara
bervariasi tergantung pada
penyebabnya. Sebagian besar
masalah suara dapat berhasil diobati
ketika didiagnosis secara dini
(Masson, Fabbron, & Loiola-Barreiro,
2019).
 Masalah bicara seperti gagap
Gagap adalah masalah yang
mempengaruhi aliran bicara pasien.
Jika pasien gagap, pasien mungkin
perlu melakukan beberapa hal
sebagai berikut:
 Buat kata-kata tertentu
terdengar lebih panjang dari
yang seharusnya
 Sulit memulai kata baru
 Ulangi kata atau bagian kata
 Tegang ketika Anda mencoba
untuk berbicara. Anda mungkin
mengedipkan mata dengan
cepat, atau bibir dan rahang
Anda gemetar saat Anda
berjuang mengeluarkan kata-
kata (Chochol, Kataria,
OʼRourke, & Lamotte, 2019).
 Gangguan perkembangan
Gangguan perkembangan adalah
masalah yang membutuhkan jangka
waktu yang panjang dan seringkali
bisa menjadi semakin parah (Kara,
Sahin, Yardimci, & Mutlu, 2019).
Penyebab cacat perkembangan,
termasuk:
 Kelainan genetik atau
kromosom. Ini menyebabkan
kondisi seperti sindrom down
dan sindrom Rett.
 Paparan zat sebelum kelahiran.
Misalnya, minum alkohol saat
hamil dapat menyebabkan
gangguan spektrum alkohol
janin.
 Infeksi tertentu pada kehamilan
 Kelahiran prematur
 Ketidakmampuan belajar (gangguan
belajar)
Ketidakmampuan belajar dapat
menyebabkan masalah
 Memahami apa yang orang
katakana
 Berbicara
 Bacaan
 Penulisan
 Melakukan matematika
 Memperhatikan
Seringkali, anak-anak memiliki lebih
dari satu jenis ketidakmampuan
belajar.
ada beberapa faktor tertentu yang
dapat berperan dalam
pengembangan ketidakmampuan
belajar, termasuk
 Genetika
 Paparan lingkungan (seperti
timah)
 Masalah selama kehamilan
(seperti penggunaan narkoba
ibu)
 Gangguan Spektrum Autisme
(Pervasive developmental disorder)
 Autism spectrum disorder (ASD)
adalah gangguan neurologis dan
perkembangan yang dimulai
sejak awal masa kanak-kanak
dan berlangsung sepanjang
hidup seseorang.
 Itu mempengaruhi bagaimana
seseorang bertindak dan
berinteraksi dengan orang lain,
berkomunikasi, dan belajar. Ini
termasuk apa yang dulu dikenal
sebagai sindrom Asperger dan
gangguan perkembangan
(Glasper, 2019).
 Ini disebut kelainan "spektrum"
karena orang dengan ASD dapat
memiliki serangkaian gejala.
 Orang-orang dengan ASD
mungkin memiliki masalah
berbicara dengan Anda, atau
mereka mungkin tidak menatap
mata Anda ketika Anda
berbicara dengan mereka.
 Mereka mungkin juga memiliki
minat yang terbatas dan
perilaku berulang. Mereka
mungkin menghabiskan banyak
waktu menertibkan, atau
mereka mungkin mengatakan
kalimat yang sama berulang-
ulang.
 Mereka mungkin sering tampak
berada di "dunia mereka sendiri"
(Morris, Greenblatt, & Saini,
2019).
 Pada pemeriksaan anak yang
baik, dokter harus memeriksa
perkembangan anak Anda.
 Jika ada tanda-tanda ASD, anak
Anda akan memiliki evaluasi
komprehensif.
 Ini mungkin termasuk tim
spesialis, melakukan berbagai
tes dan evaluasi untuk membuat
diagnosis.
 Penyebab ASD tidak diketahui.
Penelitian menunjukkan bahwa
gen dan lingkungan memainkan
peran penting.
 Saat ini tidak ada satu
pengobatan standar untuk ASD.
 Ada banyak cara untuk
meningkatkan kemampuan anak
Anda untuk tumbuh dan belajar
keterampilan baru.
 Memulainya lebih awal dapat
memberikan hasil yang lebih
baik Perawatan termasuk terapi
perilaku dan komunikasi,
pelatihan keterampilan, dan
obat-obatan untuk
mengendalikan gejala (Lipkin,
2019).
 Cidera otak
Cedera otak traumatis (TBI) terjadi
ketika benjolan, pukulan, sentakan,
atau cedera kepala lainnya
menyebabkan kerusakan pada otak.
Setiap tahun, jutaan orang di AS
menderita cedera otak.
Orang dengan TBI sedang atau berat
dapat mengalami hal tersebut,
ditambah gejala lainnnya:
 Sakit kepala yang semakin
parah atau tidak hilang
 Muntah atau mual berulang
 Kejang
 Ketidakmampuan untuk bangun
dari tidur
 Bicara tidak jelas
 Kelemahan atau mati rasa di
lengan dan kaki
 Pupil mata melebar
 Stroke
Stroke ada dua yaitu Stroke iskemik
dan Stroke hemoragik
6. Konflik adalah perjuangan yang
dirasakan antara dua atau lebih
individu yang saling bergantung karena
perbedaan-perbedaan yang tampaknya
tidak sesuai dalam keyakinan, nilai, dan
tujuan, atau perbedaan keinginan
untuk menghargai, mengendalikan, dan
keterhubungan.
7. Manusia di dalam kehidupannya harus
berkomunikasi, artinya memerlukan
orang lain dan membutuhkan kelompok
atau masyarakat untuk saling
berinteraksi.
8. Hal ini merupakan suatu hakekat
bahwa sebagian besar pribadi manusia
terbentuk dari hasil integrasi sosial
dengan sesamanya.
9. Dalam kehidupannya manusia sering
dipertemukan satu sama lainnya dalam
suatu wadah baik formal maupun
informal.
10.Tidak sedikit orang mengalami kesulitan
dalam melakukan hubungan
komunikasi.
11.Artinya melalui komunikasi diharapkan
dapat membawa hasil pertukaran
informasi dan saling pengertian di
antara orang– orang yang terlibat dalam
kegiatan tersebut.
12.Konflik dapat terjadi dalam berbagai
bidang dan memberikan dampak positif
maupun negatif.
13.Jika konflik atau permasalahan yang
dihadapi dalam suatu hubungan
ditangani dengan baik, maka akan
menciptakan peluang bagi
perkembangan diri serta hubungan
yang lebih baik.
14.Karena itu, dibutuhkan keterampilan
yang dapat membantu masing-masing
individu mencari jalan keluar dari
konflik yang ada dengan cara yang
sehat.
15.Salah satu keterampilan yang dapat
membantu mengatasi konflik adalah
komunikasi yang efektif.
16.Sementara itu, konflik dapat berdampak
negatif manakala tidak ditangani
dengan baik.
17.Yang perlu dipahami pula bahwa pola
komunikasi yang negatif juga dapat
mengarah pada meningkatnya rasa
frustrasi dan eskalasi konflik menjadi
semakin besar.
 Perbedaan Bahasa Tubuh atau
Intonasi Suara
 Komunikasi yang kita lakukan
tidak hanya komunikasi verbal,
melainkan juga komunikasi
nonverbal.
 Ketika kita mengucapkan kata-
kata, seringkali disertai dengan
berbagai bahasa tubuh dalam
komunikasi dan intonasi suara
yang jauh lebih keras daripada
kata-kata itu sendiri.
 Pesan yang tidak sesuai dengan
intonasi suara dan bahasa
tubuh dapat menimbulkan rasa
frustrasi, kebingungan, dan lain-
lain.
 Untuk mengatasi hal ini, kita
harus memperhatikan pesan
yang ingin disampaikan melalui
bahasa tubuh atau intonasi
suara yang dikirimkan oleh
orang lain.
 Selain itu, berbicara dengan
tenang, memberikan kontak
mata, senyum jika diperlukan,
dan mengelola atau mengatur
postur tubuh.
 Perbedaan Gaya Komunikasi
 Masing-masing orang memiliki
gaya komunikasi sendiri.
 Kerapkali, gaya komunikasi yang
kita miliki didasarkan atas
pengalaman, budaya, gender,
dan faktor lainnya.
 Meskipun tidak ada gaya
komunikasi yang benar atau
salah, pengalaman masa lalu
kerapkali menimbulkan harapan
yang biasanya tidak
dikomunikasikan secara verbal
dengan orang lain.
 Hal ini dapat menyebabkan
ketegangan dan
kesalahpahaman dalam suatu
hubungan.
 Cara mengatasinya adalah
dengan mengkomunikasikan
latar belakang masing-masing
guna memperjelas berbagai
harapan kepada diri sendiri
maupun orang lain sekaligus
membantu orang lain untuk
memahami sudut pandang kita,
dan membantu dalam mengatasi
masalah.
 Perbedaan Persepsi
 Persepsi merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi
komunikasi.
 Sebagian besar konflik yang
terjadi disebabkan oleh adanya
perbedaan persepsi dalam
memandang dunia.
 Ketidaksamaan pendangan ini
dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti budaya,
pengalaman, ras, pendidikan,
kelas sosial dan ekonomi, dan
faktor-faktor lingkungan lainnya.
 Cara mengatasi perbedaan
persepsi adalah kita harus
mengembangkan sikap empati,
toleransi, memeriksa ulang
persepsi, berkomunikasi, dan
lain-lain.
 Perbedaan Nilai
 Setiap orang menganut sistem
nilai yang berbeda.
 Perbedaan nilai dapat memicu
terjadinya konflik dalam
komunikasi manakala masing-
masing orang yang terlibat
dalam komunikasi gagal untuk
menerima adanya perbedaan
nilai tersebut.
 Ketika gagal menerima adanya
perbedaan nilai, mereka akan
saling menghina karakter dan
pengalaman satu sama lain.
 Akibatnya konflik tidak dapat
terhindarkan.
 Cara mengatasinya adalah
masing-masing pihak harus
dapat menerima adanya
perbedaan nilai dan
mengkomunikasikannya dengan
baik.
 Kesalahpahaman
 Kesalahpahaman merupakan
salah satu dampak komunikasi
interpersonal yang tidak efektif
sekaligus dapat menimbulkan
konflik.
 Komunikasi, apabila tidak
direncanakan dengan baik dapat
mengakibatkan kegagalan.
 Ketika hal ini terjadi, hal yang
dapat kita lakukan untuk
mengatasinya adalah dengan
memberikan pertanyaan atau
mempertanyakan apa yang
dimaksud oleh pengirim pesan.
 Buruknya Komunikasi
 Salah satu penyebab terjadinya
konflik dalam komunikasi
adalah komunikasi yang buruk.
 Komunikasi yang buruk dapat
mengakibatkan kegagalan
komunikasi.
 Kegagalan komunikasi dapat
membuat seseorang membuat
asumsi yang salah dan lebih
percaya pada kabar burung.
 Cara mengatasinya adalah
dengan memberikan perhatian
pada bagaimana kita mengirim
dan menerima pesan dengan
baik.
 Perbedaan Kepribadian
 Perbedaan dalam hal
kepribadian dapat menyebabkan
konflik dalam komunikasi.
 Setiap orang memiliki latar
belakang dan pengalaman yang
berbeda-beda.
 Perbedaan inilah yang
memainkan peranan yang
sangat penting dalam
membentuk kepribadian setiap
orang.
 Ketika seseorang gagal
memahami atau menerima
perbedaan kepribadian orang
lain akan menimbulkan masalah
dan mengarah pada konflik.
 Untuk mengatasinya adalah
dengan melatih diri memahami
berbagai jenis kepribadian serta
kelebihan dan kekurangan yang
terkandung di dalamnya.
 Dengan begitu, memahami diri
dan orang lain tidak lagi menjadi
hal yang sulit.
 Terlalu Sensitif
 Beberapa orang memiliki tingkat
sensitivitas yang tinggi.
 Sensitivitas dapat menyebabkan
konflik dalam komunikasi
apabila seseorang memiliki
harga diri yang rendah, merasa
tidak aman, atau berbagai faktor
lainnya.
 Untuk mengatasinya adalah dengan
menanamkan keyakinan bahwa
perilaku negatif pun memiliki niat
positif,
 Harapan yang Tak Terpenuhi
 Penyebab terjadinya konflik
dalam komunikasi selanjutnya
adalah tidak terpenuhinya
harapan karena dipandang tidak
pantas dan lain-lain.
 Untuk mengatasinya adalah
dengan menerapkan teknik
mendengarkan dan bertanya
secara aktif untuk menentukan
dan memperjelas harapan.
 Terhambatnya Jalan Komunikasi
 Terhambatnya jalan komunikasi
terjadi manakala dua orang yang
berkomunikasi sedemikian rupa
sehingga tidak ada yang merasa
dimengerti.
 Hasil studi menunjukkan
terdapat empat gaya komunikasi
negatif yang mengarah pada
berakhirnya sebuah hubungan,
yaitu kritik, penghinaan,
pembelaan diri, dan halangan.
 Untuk mengatasinya adalah
dengan berkomunikasi secara
efektif

KB.4. KOMUNIKASI TERAPEUTIK


a. Definisi komunikasi terapeutik
- Komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang dilakukan untuk
memberikan manfaat bagi komunikan.
- Komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang memiliki makna
terapeutik bagi klien dan dilakukan oleh
perawat (komunikator) untuk
membantu klien (komunikan)mencapai
kembali kondisi yang adaptif dan positif.

b. Tujuan dan kegunaan


- Tujuan hubungan terapeutik diarahkan
untuk mencapai kesembuhan klien dan
beberapa dimensi sebagai berikut:
 Membantu klien untuk memperjelas
dan mengurangi masalah fisik dan
psikisnya serta dapat mengambil
tindakan untuk mengubah situasi
yang ada bila klien percaya pada hal-
hal yang diperlukan
 Mengurangi keraguan dan
membantu klien dalam menentukan
pilihan tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya
 Mampu membentuk hubungan yang
hangat, mandiri dalam kapasitas
memberi dan menerima dalam
hubungan profesional perawat-klien
dalam rangka membantu
penyelesaian masalah klien.
 Meningkatkan fungsi dan
kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan
yang realistis
- Kualitas asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien sangat
dipengaruhi oleh kualitas hubungan
terapeutik perawat-klien
- Apabila perawat tidak memperhatikan
pengertian komunikasi terapeutik
sebagaimana tujuan dari komunikasi
tersebut.
c. Prinsip komunikasi terapeutik
Adapun prinsip-prinsip dasar untuk
membimbing komunikasi terapeutik adalah
sebagai berikut:
 Merencanakan wawancara pada
waktu yang tepat.
 Kerangka waktu di mana
interaksi terjadi mempengaruhi
hasil.
 Perawat harus dapat
menciptakan suasana yang
memungkinkan klien memiliki
motivasi untuk mengubah
dirinya baik sikap, tingkah
lakunya sehingga tumbuh makin
matang dan dapat memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi
 Menetapkan pedoman untuk
interaksi terapeutik.
 Selama kontak awal dengan
klien, perawat harus berbagi
informasi tertentu seperti nama
dan afiliasi perawat, tujuan
interaksi, lama kontak yang
diharapkan dengan klien, dan
jaminan kerahasiaan.
 Memberikan kenyamanan selama
interaksi.
 Ketidaknyamanan bisa
mengganggu.
 Nyeri mengganggu kemampuan
seseorang untuk berkonsentrasi;
dengan demikian, komunikasi
menjadi terganggu.
 Kebutuhan Kenyamanan Klien:
 Mengatur suhu lingkungan.
 Duduk di kursi yang nyaman
atau bantu posisi klien
dengan nyaman di tempat
tidur.
 Berikan ventilasi ruangan
yang memadai.
 Terapkan intervensi untuk
mengurangi rasa sakit.
 Melakukan tindakan
keperawatan untuk
melindungi privasi
 Menerima klien apa adanya.
 Persepsi negatif atau prasangka
buruk terhadap klien dapat
menghalangi komunikasi.
 Mendorong spontanitas.
 Perawat mengumpulkan lebih
banyak data saat klien berbicara
dengan bebas.
 Fokus pada arahan dan isyarat yang
disajikan oleh klien.
 Mengajukan pertanyaan hanya
untuk berbicara atau untuk
memuaskan keingintahuan
sendiri tidak berkontribusi pada
wawancara yang efektif.
 Mendorong klien untuk
mengekspresikan perasaan
 Membiarkan klien berbicara
tidak mewawancarai.
 Perawat harus mampu
memahami arti empati dan
menggunakannya sebagai
tindakan yang terapeutik, dan
mampu memahami arti simpati
yang bukan sebagai tindakan
terapeutik
 Mengendalikan perasaan sendiri
selama interaksi.
 Perawat harus melakukan upaya
sadar untuk mencegah perasaan
pribadi menghalangi kemajuan
klien.
 Memiliki sifat altruisme yang berarti
menolong atau membantu
permasalahan klien tanpa
mengharapkan imbalan apapun dari
klien.

d. Komunikasi sebagai elemen terapi


 Ikhlas (genuiness) dan jujur.
 Sangat penting bagi perawat
untuk menjaga kejujuran saat
berkomunikasi dengan klien,
karena apabila hal tersebut tidak
dilakukan maka klien akan
menarik diri, merasa dibohongi,
membenci perawat atau bisa
juga berpura-pura patuh
terhadap perawat
 Empati.
 Empati merupakan suatu
kemampuan seseorang untuk
mengetahui apa yang sedang
dialami orang lain pada suatu
saat tertentu, dari sudut
pandang orang lain itu, melalui
kacamata orang lain itu, atau
melibatkan upaya
membayangkan bagaimana
rasanya berada dalam situasi
orang lain.
 Kepercayaan
 Keyakinan klien bahwa perawat
akan berperilaku wajar, sesuai
dengan perkiraan klien, dan
kompeten saat menanggapi
kebutuhan klien
 Perilaku yg ditunjukkan Perawat
 Memastikan kerahasiaan
 Bersikap konsisten
 Melakukan persis apa yang
Anda katakan akan Anda
lakukan untuk klien
 Bersikap terbuka dan jujur
secara konsisten
 Tujuan Hasil
 Terbangun hubungan
terapeutik
 Memberikan dasar
kepercayaan pada
pertemuan selanjutnya
 Membuat klien merasa
nyaman dengan perawat,
tidak merasa dijaga atau
ditakuti
 Validasi
 Validasi adalah bahwa perawat
mendengarkan klien dan
merespons secara kongruen
untuk memastikan bahwa
perawat dan klien memiliki
pemahaman yang sama tentang
suatu masalah atau issue.
 Perilaku yg ditunjukkan Perawat
 Komentar verbal:
 ‘‘ Jadi kamu
mengatakan itu. . . ’
 ‘‘ Katakan apa yang
Anda pahami tentang
apa yang baru saja
saya katakan”.
 Tujuan Hasil
 Memperjelas komunikasi
 Membantu klien untuk
merasa diterima, dihormati
dan dipahami
 Kepedulian
 Tindakan nonverbal:
 Menghabiskan waktu
secara berkualitas dengan
klien
 Memperhatikan
kebutuhan klien
 Menggunakan pesan
sentuhan, seperti tepukan
di punggung, untuk
menunjukkan dukungan
 Tujuan Hasil
 Membantu klien merasa
diterima
 Memberikan pengetahuan
kepada klien bahwa perawat
bersedia membantu
 Kehangatan.
 Perawat menciptakan suasana
komunikasi yang hangat dan
tidak kaku dengan
menempatkan diri
berkedudukan sejajar dengan
klien.
 Mendengarkan aktif (Active listening)
 Mendengarkan aktif adalah
Mendengar dan menafsirkan
bahasa, memperhatikan
peningkatan nonverbal dan
paraverbal, dan mengidentifikasi
perasaan yang mendasarinya.
 Perilaku yg ditunjukkan Perawat
 Luangkan waktu untuk
mendengarkan klien
 Memberikan perhatian penuh
kepada klien
 Melakukan kontak mata
 Menanggapi petunjuk,
isyarat, dan isyarat verbal
dan nonverbal dari klien
 Penangguhan penilaian
 Memperhatikan perbedaan
antara fakta dan perasaan
 Memperhatikan hal-hal yang
dihilangkan seperti topik
yang harus didiskusikan
klien tetapi dihindari
 Menggunakan prinsip dan
teknik komunikasi untuk
menjadi papan suara
 Tujuan Hasil
 Meningkatkan pemahaman
klien
 Memungkinkan klien untuk
mengekspresikan dirinya
lebih bebas
 Membantu klien
mendapatkan pemahaman
yang lebih baik tentang
masalah
 Mendorong pemecahan
masalah oleh klien
 Meningkatkan harga diri
klien

e. Keterampilan Sikap dalam Komunikasi


Terapeutik
- Sikap yang harus diperhatikan saat
berkomunikasi dengan klien adalah:
 Posisi berhadapan.
 Mempertahankan kontak mata,
 Membungkuk ke arah klien, sebagai
bentuk penghormatan dan
menunjukkan sikap keinginan untuk
menyatakan atau mendengarkan
sesuatu.
 Memperlihatkan sikap terbuka, tidak
melipat kaki atau tangan.
 Rileks dengan tetap mengendalikan
keseimbangan emosi meskipun
dalam situasi kurang menyenangkan

f. Faktor-faktor yang mempengaruhi


komunikasi Terapeutik
 Pendidikan dan Pengetahuan,
 Lama bekerja
 Kondisi fisik
 Keadaan psikologis
 Sosiokultural
 Lingkungan, situasi dan suasana,
 Politik-ekonomi pekerjaan,
lingkungan tempat tinggal
 Kejelasan pesan
g. Fase-fase hubungan terapeutik
 Prainteraksi (persiapan)
 Fase prainteraksi merupakan
fase persiapan yang dapat
dilakukan perawat sebelum
berinteraksi dan berkomunikasi
dengan klien.
 Pada fase ini, perawat
mengeksplorasi perasaan,
fantasi dan ketakutan sendiri,
serta menganalisis kekuatan dan
kelemahan profesional diri.
 Prainteraksi dimulai sebelum
kontrak pertama dengan klien.
 Perawat mengumpulkan data
tentang klien, mengeksplorasi
perasaan, fantasi dan ketakutan
diri dan membuat rencana
pertemuan dengan klien.
 Contoh pertanyaan perawat
kepada diri sendiri sebagai
berikut.
 Apa yang akan saya
tanyakan saat bertemu
nanti?
 Bagaimana respons saya
selanjutnya?
 Adakah pengalaman
interaksi yang tidak
menyenangkan?
 Bagaimana tingkat
kecemasan saya?
 Fase Orientasi atau Perkenalan
 Perkenalan merupakan kegiatan
yang dilakukan saat pertama
kali bertemu atau kontak
dengan klien.
 Fase awal interaksi antara
perawat dan klien yang
bertujuan untuk merencanakan
apa yang akan dilakukan pada
fase selanjutnya.
 Fase ini dimulai ketika perawat
dengan klien bertemu untuk
pertama kalinya.
 Pada saat berkenalan, perawat
harus memperkenalkan dirinya
terlebih dahulu kepada klien.
 Dengan memperkenalkan dirinya
berarti perawat telah bersikap
terbuka kepada klien, ini
diharapkan akan mendorong
klien untuk membuka dirinya.
 Tahap orientasi ini bertujuan
untuk memvalidasi keakuratan
data yang sudah didapatkan
perawat saat fase prainteraksi
dan rencana yang telah dibuat
dengan keadaan saat ini.
 Hal utama yang perlu dikaji
adalah alasan klien meminta
pertolongan yang akan
mempengaruhi terbinanya
hubungan perawat-klien.
 Pada fase ini, perawat dapat:
 Memulai hubungan dan
membina hubungan saling
percaya.
 Memperjelas dan
mengklarifikasi keluhan,
masalah, atau kebutuhan
klien dengan mengajukan
pertanyaan tentang
perasaan klien.
 Merumuskan dan
Merencanakan kontrak atau
kesepakatan dengan klien
yang meliputi lokasi, kapan,
dan lama pertemuan;
 Menggali pikiran dan
perasaan serta
mengidentifikasi masalah
klien, sehingga perawat
mendorong klien untuk
mengekspresikan pikiran
dan perasaannya.
 Merumuskan tujuan
interaksi atau komunikasi
bersama klien untuk
melibatkan klien dalam
setiap tindakan
keperawatan.
 Fase orientasi ini dilaksanakan
pada awal setiap pertemuan baik
pertemuan pertama, kedua, dan
seterusnya yang tujuannya
adalah untuk memvalidasi
akurasi data, rencana yang telah
dibuat sesuai dengan kenyataan
situasi kondisi klien sekarang,
dan mengevaluasi hasil tindakan
yang lalu. Kegiatan utama yang
harus dilakukan perawat pada
fase orientasi ini sebagai berikut:
 Memberikan salam
terapeutik
 Evaluasi dan validasi
perasaan klien
 Melakukan kontrak
hubungan dengan klien
meliputi kontrak tujuan
interaksi, kontrak waktu,
dan kontrak tempat.
 Hal-hal yang perlu dilakukan
oleh perawat pada tahap ini
adalah:
 Memberi salam
 Memperkenalkan diri
perawat
 Menanyakan nama klien
 Menyepakati pertemuan
(kontrak)
 Menghadapi kontrak
 Memulai percakapan awal
 Menyepakati masalah klien
 Mengakhiri perkenalan
 Fase Kerja
 Tugas utama perawat pada
tahap kerja, adalah:
 Mengeksplorasi stressor
yang sesuai dan relevan
 Mendorong perkembangan
insight klien dan
penggunaan mekanisme
koping konstruktif
 Menangani tingkah laku
yang dipertahankan oleh
klien / resistance
 Fase Terminasi
 Terminasi dibagi dua yaitu
terminasi sementara dan
terminasi akhir.
 Terminasi sementara adalah
akhir dari tiap pertemuan
perawatklien dan akan
bertemu kembali pada
waktu yang telah ditentukan
 Terminasi akhir terjadi jika
perawat telah menyelesaikan
proses keperawatan secara
menyeluruh.

h. Pelaksanaan komunikasi terapeutik


 Teknik yang memungkinkan klien
untuk menetapkan pilihanya
 Mendengarkan (Listening)
 Dalam hal ini perawat
berusaha mengerti klien
dengan cara mendengarkan
apa yang disampaikan klien.
 Menunjukkan Penerimaan
 Sikap perawat yang
menunjukkan penerimaan
dapat diidentifikasi seperti
perilaku berikut.
 Mendengarkan tanpa
memutuskan pembicaraan.
 Memberikan umpan balik
verbal yang menampakkan
pengertian.
 Memastikan bahwa isyarat
nonverbal cocok dengan
komunikasi verbal.
 Menghindarkan untuk
berdebat, menghindarkan
mengekspresikan
keraguan, Atau
menghindari untuk
mengubah pikiran klien.
 Perawat dapat
menganggukan kepalanya
atau berkata “ya” atau
“saya mengerti apa yang
bapak-ibu inginkan”.
 Menawarkan diri
 Klien mungkin belum siap
untuk berkomunikasi secara
verbal dengan orang lain atau
klien tidak mampu untuk
membuat dirinya dimengerti.
 Menanyakan pertanyaan yang
berkaitan dengan pertanyaan
terbuka (broad openings)
 Diam (silence)
 Yang dilakukan perawat
adalah:
 duduk diam dan
mengobservasi perilaku
klien
 gunakan kontak mata
(menatap klien)
 menunjukkan sikap
bahwa perawat hadir
disitu
 kontrol rasa
ketidaknyamanan
perawat selama periode
diam
 Teknik yang mendorong spontanitas
Klien
 Mengulang (restating/repeating)
 Teknik ini dapat memberikan
makna bahwa perawat
memberikan umpan balik
sehingga klien mengetahui
bahwa pesannya dimengerti
dan mengharapkan
komunikasi berlanjut.
 Merefleksikan
(reflecting/feedback)
 Perawat perlu memberikan
umpan balik kepada klien
dengan menyatakan hasil
pengamatannya sehingga
dapat diketahui apakah
pesan diterima dengan benar.
 Komentar terbuka
 Merupakan komentar atau
pernyataan perawat bahwa
Kalimat yang disampaian
klien belum selesai dan
meminta klien untuk
melanjutkan.
 Memberi kesempatan kepada
klien untuk memulai
pembicaraan
 Perawat dapat berperan
dalam menstimulasi klien
untuk mengambil inisiatif
dalam membuka
pembicaraan.
 Menganjurkan untuk
meneruskan pembicaraan
 Hal ini merupakan teknik
mendengarkan yang aktif,
yaitu perawat menganjurkan
atau mengarahkan pasien
untuk terus bercerita.
 Teknik ini mengindikasikan
bahwa perawat sedang
mengikuti apa yang sedang
dibicarakan klien dan tertarik
dengan apa yang akan
dibicarakan selanjutnya.
 Teknik yang Fokus Pada Klien
Dengan Menanggapi Respon Verbal,
Paraverbal, dan Nonverbal
 Memfokuskan (focusing)
 Perawat membantu klien
membicarakan topik yang
telah dipilih dan penting.
 Mengarahkan (Directing)
 Komunikasi yang merupakan
komentar untuk memperoleh
informasi spesifik dari klien.
 Teknik ini digunakan untuk
mengumpulkan data
penilaian, bukan untuk
memuaskan rasa ingin tahu
perawat.
 Teknik yang Mendorong Ekspresi
Perasaan
 Klarifikasi (clarification)
 Teknik ini dilakukan jika
perawat ingin memperjelas
maksud ungkapan klien.
 Teknik ini digunakan jika
perawat tidak mengerti, tidak
jelas, atau tidak mendengar
apa yang dibicarakan klien.
 Perawat perlu mengklarifikasi
untuk menyamakan persepsi
dengan klien.
 Identifikasi tema (theme
identification)
 Metode ini bermanfaat untuk
membantu topik yang telah
dibahas sebelum
meneruskan pada
pembicaraan berikutnya.
 Verbalisasi yang tersirat
 Merupakan upaya perawat
untuk mendeteksi arti
sebenarnya dari ungkapan
atau pesan verbal klien.
 Melakukan pengamatan (Making
observations)
 Perawat meminta perhatian
pada perilaku klien yang
mengindikasikan perasaan.
 Memberi informasi (informing)
 Memberikan informasi
merupakan teknik yang
digunakan dalam rangka
menyampaikan informasi-
informasi penting melalui
pendidikan kesehatan.
 Memberikan penghargaan
(reward)
 Teknik Yang Mendorong Klien Untuk
Membuat Beberapa Perubahan
 Konfrontasi (Confronting)
 Konfrontasi adalah Respons
verbal perawat terhadap
ketidaksesuaian antara kata-
kata dan tindakan klien yang
bertujuan untuk mendorong
klien untuk mengenali area
potensial untuk perubahan.
 Pembatasan (Limit setting)
 Pembatasan merupakan
pernyataan perawat yang
pada intinya adalah
Menyatakan harapan untuk
perilaku klien yang sesuai
dengan menetapkan
parameter perilaku.

2 Daftar materi yang sulit 1. Kerangka kerja komunikasi sirkuler transaksional


dipahami di modul ini 2. Menganalisa konflik komunikasi keperawatan

3 Daftar materi yang 1. Teknik yang mendorong spontanitas klien


sering mengalami 2. Teknik yang mendorong ekspresi perasaan
miskonsepsi

Anda mungkin juga menyukai