5. Unsur-unsur Komunikasi
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif kita perlu memahami unsur-unsur komunikasi,
antara lain:
Komunikator.
Pengirim (sender) yang mengirim pesan kepada komunikan dengan menggunakan media
tertentu. Unsur yang sangat berpengaruh dalam komunikasi, karena merupakan awal (sumber)
terjadinya suatu komunikasi.
Komunikan
Penerima (receiver) yang menerima pesan dari komunikator, kemudian memahami,
menerjemahkan dan akhirnya memberi respon.
Media
Saluran (channel) yang digunakan untuk menyampaikan pesan sebagai sarana berkomunikasi.
Berupa bahasa verbal maupun non verbal, wujudnya berupa ucapan, tulisan, gambar, bahasa
tubuh, bahasa mesin, sandi dan lain sebagainya
Pesan.
Isi komunikasi berupa pesan (message) yang disampaikan oleh Komunikator kepada
Komunikan. Kejelasan pengiriman dan penerimaan pesan sangat berpengaruh terhadap
kesinambungan komunikasi
Tanggapan/feedback.
Merupakan dampak (effect) komunikasi sebagai respon atas penerimaan pesan.
Diimplentasikan dalam bentuk umpan balik (feed back) atau tindakan sesuai dengan pesan yang
diterima.
o Clarity
Clarity adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi
atau berbagai penafsiran yang berlainan. Kesalahan penafsiran dapat menimbulkan berbagai
dampak yang tidak diinginkan. Clarity juga dapat diartikan sebagai keterbukaan dan tranparansi.
Harapannya dengan mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau
disembunyikan), maka dapat menimbulkan rasa percaya (trust) penerima pesan terhadap pemberi
informasi.
o Humble (rendah hati)
Humble adalah sikap rendah hati untuk membangun rasa saling menghargai. Prinsip kelima
dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur
yang terkait dengan prinsip pertama. Untuk membangun rasa menghargai orang lain biasanya
didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki.
b. Persepsi
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian atau peristiwa, dan
dibentuk oleh harapan atau pengalaman. Perbedaan persepsi antara perawat-pasien dapat
mengakibatkan terhambatnya komunikasi.
c. Nilai
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku, sehingga penting bagi perawat untuk
menyadari nilai seseorang. Perawat perlu berusaha untuk mengetahui dan mengklarifikasi nilai
sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang tepat dengan klien.
d. Latar belakang sosial budaya
Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya, dan budaya ini
juga yang membatasi cara bertindak dan berkomunikasi. Klien sebagai manusia pasti mempunyai
budaya yang berbeda-beda antara yang satu dan yang lain.
e. Emosi
Emosi merupakan perasaan subjektif terhadap suatu kejadian. Ekspresi emosi seperti
sedih, senang, dan terharu dapat mempengaruhi orang lain dalam berkomunikasi. Perawat perlu
mengkaji emosi klien dan keluarganya sehinnga perawat dapat memberikan asuhan
keperawataan yang tepat.
f. Jenis kelamin
Setiap jenis kelamin memiliki gaya komunikasi yang berbeda-beda. Menurut Tanned
(1990); dalam Nurjannah, I (2005), menyebutkan bahwa wanita dan laki-laki mempunyai
perbedaan gaya komunikasi.
g. Pengetahuan
Pasien yang tingkat pengetahuannya rendah akan sulit berespon dengan pertanyaan
mengandung bahasa verbal dibanding dengan orang yang tingkat pengetahuannya tinggi. Jadi
perawat perlu untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien agar bisa berinteraksi dengan baik.
h. Peran dan hubungan
Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan diantara orang yang berkomunikasi.
Seorang perawat berkomunikasi dengan teman sejawatnya pasti akan berbeda ketika
berkomunikasi kepada kliennya. Jadi seorang perawat harus bisa menggunakan gaya bahasa
yang berbeda-beda pada lawan bicaranya berdasarkan peran dan hubungan, terutama dengan
klien.
i. Lingkungan
Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi yang efektif. Lingkungan yang
berisik dan tidak ada privasi pasti akan mengganggu proses komunikasi perawat-klien.
j. Jarak
Jarak dapat mempengaruhi proses komunikasi, jarak tertentu akan memberikan rasa
aman, kejelasan pesan, dan kontrol ketika berkomunikasi. Maka perawat perlu memperhitungkan
jarak berinteraksi dengan klien.
12. Komunikasi SBAR
Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit adalah komunikasi SBAR
(Situation, Background, Assessment, Recommendation), metode komunikasi ini digunakan pada
saat perawat melakukan handover ke pasien. Komunikasi SBAR adalah kerangka teknik
komunikasi yang disediakan untuk petugas kesehatan dalam menyampaikan kondisi pasien.
SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi penting yang
membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi terhadap eskalasi yang efektif dan
meningkatkan keselamatan pasien. SBAR juga dapat digunakan secara efektif untuk
meningkatkan serah terima antara shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau berbeda.
Melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk memberikan masukan ke dalam situasi pasien
termasuk memberikan rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan untuk diskusi antara
anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya. Adapun keuntungan dari penggunaan metode
SBAR adalah:
a. Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif.
b. Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham akan kondisi pasien.
c. Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan pasien.
Adapun contoh komunikasi efektif SBAR antar shift dinas/ serah terima :
1. Situation (S) :
Nama : Tn.A umur 35 tahun, tanggal masuk 8 Desember 2013 sudah 3 hari perawatan,
DPJP : dr Setyoko, SpPD, diagnosa medis : Gagal ginjal kronik.
Masalah keperawatan:
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit lebih
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2. Background (B) :
Pasien bedrest total , urine 50 cc/24 jam, balance cairan 1000 cc/ 24 jam.
Mual tetap ada selama dirawat, ureum 300 mg/dl.
Pasien program HD 2x seminggu Senin dan Kamis.
Terpasang infuse NaCl 10 tetes/menit
Dokter sudah menjelaskan penyakitnya tentang gagal ginjal kronik
Diet : rendah protein 1 gram
3. Assesment (A) :
Kesadaran composmentis, TD 150/80 mmHg, Nadi 100x/menit, suhu 37 0C, RR 20 x/menit,
oedema pada ekstremitas bawah, tidak sesak napas, urine sedikit, eliminasi faeses baik.
Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237 mg/dl
Pasien masih mengeluh mual.
4. Recommendation (R) :
Awasi balance cairan
Batasi asupan cairan
Konsul ke dokter untuk pemasangan dower kateter
Pertahankan pemberian pemberian deuritik injeksi furosemit 3 x 1 amp
Bantu pasien memenuhi kebutuhan dasar pasien
Jaga aseptic dan antiseptic setiap melakukan prosedur
Contoh komunikasi efektif SBAR antar perawat dengan dokter lewat telepon :
a. Situation (S) :
Selamat pagi Dokter, saya Alia Permata perawat Nusa Indah 2
Melaporkan pasien nama Tn G mengalami penurunan pengeluaran urine 40 cc/24 jam,
mengalami sesak napas.
b. Background (B) :
Diagnosa medis gagal ginjal kronik, tanggal masuk 8 Desember 2013, program HD hari Senin-
Kamis.
Tindakan yang sudah dilakukan posisi semi fowler, sudah terpasang dower kateter, pemberian
oksigen 3 liter/menit 15 menit yang lalu.
Obat injeksi diuretic 3 x 1 amp
TD 150/80 mmHg, RR 30 x/menit, Nadi 100 x/menit, oedema ekstremitas bawah dan asites
Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl, albumin 3, ureum 237 mg/dl
Kesadaran composmentis, bunyi nafas rongki.
c. Assessment (A) :
Saya pikir masalahnya gangguan pola nafas dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
lebih
Pasien tampak tidak stabil
d. Recommendation (R) :
Haruskah saya mulai dengan pemberian oksigen NRM ?
Apa advise dokter? Perlukah peningkatan diuretic atau syringe pump ?
Apakah dokter akan memindahkan pasien ke ICU?
Diposting oleh Auliya Shobah di 04.52
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest