KOMUNIKASI EFEKTIF
A. Latar Belakang
Komunikasi efektif adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang
kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang
dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi”. (Komaruddin, 1994;Schermerhorn, Hunt
& Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988).
Dalam pemberian pelayanan asuhan kepada pasien diperlukan saling kerja sama antara
pasien, keluarga dan tim medis. Untuk menimbulkan kerja sama yang baik maka diperlukan
komunikasi efektif dari tim medis kepada pasien dan atau keluarga dimana tujuannya agar pasien
dan atau keluarga dapat mengerti apa yang harus dilakukannya dalam bekerja sama guna mencapai
keadaan yang lebih baik untuk pasien atau dengan kata lain saling kooperatif. Maka dari itu
komunikasi yang efektif sangat diperlukan dalam memberikan asuhan kepada pasien.
B. Tujuan
Sebagai pedoman dalam pemberian informasi dan melakukan edukasi kesehatan kepada
pasien dan atau keluarga.
Memahami bagaimana cara dan proses melakukan edukasi kesehatan di rumah sakit,
sehingga edukasi kesehatan dapat berjalan lancar dan sesuai prosedur yang ada.
Mendorong keterlibatan pasien dan keluarganya dalam proses pelayanan.
Pasien atau keluarga memahami penjelasan yang diberikan, memahami pentingnya
mengikuti regimen pengobatan yang telah ditetapkan sehingga dapat meningkatkan motivasi
untuk berperan aktif dalam menjalani terapi obat.
C. Manfaat
Manfaat dari komunikasi efektif ini adalah pasien dan atau keluarga memahami informasi
dan edukasi yang menjadi haknya sebagai pasien.
Aktualisasi diri
Harga diri
Kasih sayang
Aman/nyaman
Biologi/Fisiologi
Agar informasi dan edukasi dapat dipahami dengan baik dilakukan dahulu
asesment/penilaian terhadap pasien dan keluarga meliputi:
1. Kepercayaan dan nilai-nilai agama yang dianut pasien dan keluarganya
2. Kecakapan baca tulis, tingkat pendidikan dan bahasa mereka
3. Hambatan emosional dan motivasi
4. Keterbatasan fisik dan kognitif
5. Kemauan pasien untuk menerima informasi
Sehingga pemberi informasi dan edukasi mengetahui apakah pasien dan keluarga bersedia dan
mampu untuk belajar. Hasil penilaian didokumentasikan dalam rekam medis.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Defenisi
1. Komunikasi merupakan proses penyampaian pikiran atau informasi (pesan) dari satu pihak ke
pihak lain dengan menggunakan suatu media. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman
yang sama terhadap pesan yang saling dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan oleh
keduanya.
2. Komunikasi efektif di RSU Bethesda Gunungsitoli – Nias adalah komunikasi yang dilakukan
antara kelompok profesional kesehatan dengan manajemen, antara kelompok profesional
kesehatan dengan pasien dan keluarga yang dilakukan secara efektif, tepat waktu, akurat,
lengkap, jelas, sehingga dapat dipahami dan akan mengurangi kesalahan, serta menghasilkan
peningkatan keselamatan pasien.
3. Komunikasi efektif secara lisan adalah kegiatan yang dilakukan petugas kesehatan dalam
pelaksanaan komunikasi langsung/lisan kepada pasien dan keluarga (eksternal) maupun sesama
petugas (internal) di lingkungan rumah sakit.
4. Komunikasi petugas kesehatan ( dokter / perawat / bidan / tenaga profesional lainnya )
kepada pasien dan keluarga adalah penyampaian informasi mengenai kesehatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan ( dokter / perawat / bidan / tenaga profesional lainnya ) kepada
pasien dan keluarga.
5. Pemberian informasi adalah kegiatan yang dilakukan dalam interaksi pasien dengan petugas
kesehatan atau yang bukan petugas kesehatan/non medis berupa penjelasan tentang
rencana/asuhan medis, keperawatan, non medis, yang akan dilakukan selama pasien di rumah
sakit.
6. Edukasi pada pasien dan keluarga adalah usaha atau kegiatan untuk membantu pasien dan
keluarga dalam meningkatkan kemampuan untuk mencapai kesehatan secara optimal dan
bersedia berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dalam proses pelayanan.
7. Asesmen kebutuhan edukasi pada pasien dan keluarga adalah proses menentukan kebutuhan
pasien dan keluarga akan pembelajaran tentang kondisi dan atau penyakit yang berhubungan
dengan pasien serta bagaimana pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik.
8. Verifikasi pemahaman pasien dan keluarga terhadap pemberian edukasi adalah suatu
tindakan yang dilakukan untuk menilai ketercapaian pemberian informasi edukasi yang
diberikan kepada pasien dan keluarga.
9. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung di rumah
sakit.
10. Keluarga pasien adalah suami/istri, orang tua yang sah atau anak kandung dan saudara
kandung.
11. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan atau keterampilan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memiliki kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
B. Teori Komunikasi
1. Proses Komunikasi
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud
oleh pengirim pesan/komunikator, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima
pesan/komunikan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003). Gambar berikut
memberikan ilustrasi proses komunikasi.
3. Sifat Komunikasi
Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (pelayanan promosi).
Komunikasi yang bersifat infomasi asuhan di dalam rumah sakit adalah:
Jam pelayanan,
Pelayanan yang tersedia,
Cara mendapatkan pelayanan,
Sumber alternatif mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika kebutuhan
asuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit.
Komunikasi yang bersifat edukasi (Pelayanan Promosi) adalah :
Edukasi tentang obat
Edukasi tentang penyakit
Edukasi pasien tentang apa yang harus dihindari
Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan kualitas hidupnya
pasca dari rumah sakit
Edukasi tentang gizi/nutrisi
4. Syarat Komunikasi Efektif
Syarat dalam komunikasi efektif adalah:
Tepat waktu,
Akurat,
Lengkap,
Jelas,
Mudah dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan
(kesalahpahaman).
B. Tahapan komunikasi saat memberikan edukasi kepada pasien & keluarganya berkaitan
dengan kondisi kesehatannya
1). Tahap asesmen pasien:
a. Semua pasien yang masuk rumah sakit dilakukan asesmen/identifikasi tentang kebutuhan
informasi dan edukasi yang dibutuhkan, saat pertama kali bertemu petugas kesehatan
baik di rawat jalan maupun rawat inap.
b. Pasien dilakukan asesmen/identifikasi:
Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga,
Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan,
Hambatan emosional dan motivasi, (emosional: depresi, marah, senang)
Keterbatasan fisik dan kognitif,
Kesediaan pasien menerima informasi dan kebutuhan informasi/edukasi.
c. Hasil asesmen/identifikasi tentang kebutuhan edukasi pasien dicatat dalam rekam medis
pasien.
2). Tahap cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif.
a. Prinsip penyampaian informasi/edukasi :
Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proses
komunikasinya mudah disampaikan.
Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan fisik (tuna rungu dan tuna
wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet kepada pasien dan
keluarga sekandung (istri,anak, ayah, ibu, atau saudara sekandung) dan
menjelaskannya kepada mereka.
Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien (pasien marah
atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan materi edukasi dan
menyarankan pasien membaca leaflet. Apabila pasien tidak mengerti materi edukasi,
pasien bisa bertanya kepada petugas kesehatan.
b. Pelaksanaan komunikasi efektif petugas kesehatan (Dokter/Perawat/Bidan/Tenaga
Profesional lainnya) kepada pasien dan keluarga saat melakukan pendidikan
kesehatan/edukasi kesehatan :
1. Pasien Rawat Jalan
Ucapkan salam
Perkenalkan diri dan peran petugas
Identifikasi pasien
Petugas kesehatan melakukan pendidikan/edukasi kepada pasien dan keluarga
dengan metode yang dipilih sesuai dengan formulir edukasi terintegrasi.
Petugas kesehatan mengisi formulir edukasi sesuai dengan edukasi yang telah
diberikan.
Lakukan verifikasi kepada pasien dan atau keluarga terhadap materi edukasi yang
telah diberikan.
Formulir edukasi ditandatangani oleh pasien/keluarga yang menerima edukasi
Formulir disimpan di rekam medis pasien.
2. Pasien Rawat Inap
Ucapkan salam
Perkenalkan diri dan peran petugas
Identifikasi pasien
Petugas kesehatan melakukan pendidikan/edukasi kepada pasien dan keluarga
dengan metode yang dipilih sesuai dengan formulir edukasi terintegrasi.
Memberikan informasi/edukasi sesuai kebutuhan pasien/keluarga dengan bahasa
yang mudah dimengerti.
Jika ada informasi/edukasi berupa prosedur tindakan (seperti: perawatan sederhana,
perawatan payudara, dll) pemberian edukasi dilakukan dengan metode demonstrasi.
Petugas kesehatan mengisi formulir edukasi sesuai dengan edukasi yang telah
diberikan.
Lakukan verifikasi kepada pasien dan atau keluarga terhadap materi edukasi yang
telah diberikan.
Formulir edukasi ditandatangani oleh pasien/keluarga yang menerima edukasi.
Formulir disimpan di rekam medis pasien.
c. Komunikasi efektif di unit pendaftaran
Ucapkan salam
Perkenalkan diri
Menanyakan nama pasien (“maaf dengan bapak/ibu?”)
Tawarkan bantuan (“ada yang bias dibantu bapak/ibu?”)
Menciptakan suasana yang nyaman
Menilai suasana hati lawan bicara dan memperhatikan sikap non verbal
Menunjukkan perhatian dan kesungguhan mendengarkan
Memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pasien/keluarga dengan bahasa yang
mudah dimengerti
Jika pasien/keluarga telah mengerti dengan informasi yang disampaikan tawarkan
kembali bantuan (“ada lagi yang bisa saya bantu bapak/ibu?”)
Ucapkan terimakasih dan salam penutup.
3). Tahap cara verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami edukasi yang
diberikan:
Verifikasi dilakukan untuk memastikan bahwa informasi/edukasi yang diberikan
dimengerti oleh pasien atau keluarga.
Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, kondisi pasien baik
dan senang, maka verifikasi yang dilakukan adalah: menanyakan kembali edukasi yang
telah diberikan. Pertanyaannya adalah: “ Dari materi edukasi yang telah disampaikan,
kira-kira apa yang bpk/ibu bisa pelajari?”.
Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, pasiennya
mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya adalah dengan pihak keluarganya
dengan pertanyaan yang sama: “Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira
apa yang Bapak/Ibu bisa pelajari?”
Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada hambatan
emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah dengan tanyakan kembali
sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi edukasi yang diberikan dan pahami.
Jika pasien/keluarga belum mengerti tentang informasi/edukasi yang diberikan maka
berikan ulang informasi/edukasi tersebut sampai pasien/keluarga mengerti.
Setelah pasien/keluarga mengerti tentang informasi/edukasi yang diberikan maka
didokumentasikan di dalam formulir edukasi terintegrasi dan minta pasien/keluarga
menandatanganinya.
Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan komunikasi yang
disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Dengan pasien mengikuti semua arahan
dari rumah sakit, diharapkan mempercepat proses penyembuhan pasien.