Anda di halaman 1dari 6

PANDUAN PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI

1. PENGERTIAN
Komunikasi adalah tentang pertukaran informasi, berbagai ide dan pengetahuan.
Hal ini berupa proses dua arah dimana informasi, pemikiran, ide, perasaan atau opini
disampaikan/dibagikan melalui kata-kata, tindakan maupun isyarat untuk mencapai
pemahaman bersama. Komunikasi yang baik berarti bahwa para pihak terlibat secara aktif.
Hal ini akan menolong mereka untuk mengalami cara baru mengerjakan atau memikirkan
sesuatu. Pengertian komunikasi efektif adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau
informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain
tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi”.
(Komaruddin, 1994; Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, E. 1988).
Informasi adalah suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada
komunikan, yang berupa data, fakta, gagasan, konsep, kebijakan, aturan, standar, norma,
pedoman atau acuan yang diharapkan dapat diketahui, dipahami, diyakini, dan
diimplementasikan oleh komunikan. Edukasi adalah penambahan pengetahuan dan
kemampuan seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi, dengan tujuan untuk
mengingat fakta atau kondisi nyata, dengan cara member dorongan terhadap pengarahan
diri, aktif memberikan informasi-informasi atau ide baru ( Craven dan Hirnle, 1996 dalam
suliha, 2002).
Komunikasi kita gunakan untuk memberikan suatu informasi atau pendidikan
kepada pasien dan keluarganya karena kepuasan pasien ialah suatu tingkat perasaan
pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja pelayanan kesehatan yang diperoleh setelah
pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkannya. Pasien baru akan merasa
puas apabila kinerja pelayanan kesehatan yang diperolehnya sama atau melebihi dari apa
yang menjadi harapannya dan sebaliknya. Itu semua digunakan agar pasien dapat
menerima informasi dan pendidikan tantang penyakit, obat, diit dll.
Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (Pelyanan promosi).
Komunikasi yang bersifat informasi asuhan di dalam rumah sakit adalah: Jam pelayanan,
Pelayanan yang tersedia, Cara mendapatkan pelayanan, Sumber alternative mengenai
asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika kebutuhan asuhan pasien melebihi
kemampuan rumah sakit. Akses informasi dapat di peroleh dengan melalui Customer
Service, Admission,dan Website, Sedang komunikasi yang bersifat Edukasi (Pelayanan
Promosi) adalah : Edukasi tentang obat. Edukasi tentang penyakit, Edukasi pasien tentang
apa yang harus dihindari , Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk
meningkatkan qualitas hidupnya pasca dari rumah sakit. Akses untuk mendapatkan edukasi
ini bisa melalui medical information dan nantinya akan menjadi sebuah unit PKRS
(Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit).
Agar edukasi dapat dipahami dengan baik dilakukan dahulu assesment/penilaian
terhadap pasien dan keluarga meliputi : Kepercayaan dan nilai-nilai agama yang dianut
pasien dan keluarganya, Kecakapan baca tulis, tingkat pendidikan dan bahasa mereka,
Hambatan emosional dan motivasi, Keterbatasan fisik dan kognitif, Kemauan pasien untuk

1
menerima informasi Sehingga pemberi edukasi mengetahui apakah pasien dan keluarga
bersedia dan maupun untuk belajar hasil penilaian didokumentasikan dalam rekam medis.
Dalam pemberian pendidikan pada pasien dan keluarga lebih dulu dilakukan
pengkajian/analisis terhadap kebutuhan pendidikan dengan mendiagnosis penyebab
masalah kesehatan yang terjadi. Hal ini dilakukan dengan melihat faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku kesehatan. Lawrence Green (1980), Assesmen merupakan proses
pengumpulan menganalisis dan menginterpretasikan data atau informasi tentang peserta
didik dan lingkungannya. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang
berbagai kondisi individu dan lingkungannya sebagai dasar untuk memahami individu dan
untuk pengembangan program pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan.
Pengkajian pasien merupakan langkh guna mengidentifikasi sejauh mana kebutuhan pasien
akan pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut, beberapa isu strategis yang muncul dalam Promosi
Kesehatan di Rumah Sakit, yaitu:
1. Sebagian besar Rumah sakit belum menjadikan PKRS sebagai salahsatu kebijakan
upaya pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit.
2. Sebagian besar Rumah Sakit belum memberikan hak pasien untuk mendapatkan
informasi dan edukasi tentang pelayanan, pencegahan dan pengobatan yang
berhubungan dengan penyakitnya.
3. Sebagian besar Rumah Sakit belum Menerapkan Proses pemberian informasi dan
edukasi yang Tepat dan seragam.
4. Sebagian besar Rumah Sakit Belum menerapkan preoses komunikasi yang efektif dalam
pemberian informasi dan edukasi.
Semua aktifitas manusia melibatkan komunikasi, namun karena kita sering
menerimanya begitu saja, kita tidak selalu memikirkan bagaimana kita berkomunikasi
dengan yang lain dan apakah efektif atau tidak. Komunikasi yang baik melibatkan
pemahaman bagaimana orang-orang berhubungan dengan yang lain, mendengarkan apa
yang dikatakan dan mengambil pelajaran dari hal tersebut.
Komunikasi informasi itu sendiri memiliki tujuan :
1. Sebagai pedoman dalam melakukan edukasi kesehatan.
2. Memahami bagaimana cara dan proses melakukan edukasi kesehatan di rumah sakit.
Sehingga edukasi kesehatan (penkes) dapat berjalan lancar dan sesuai prosedur yang
ada.
3. Agar pasien & keluarga berpartisipasi dalam keputusan perawatan dan proses
perawatan. Sehingga dapat membantu proses penyembuhan lebih cepat.
4. Pasien/keluarga memahami penjelasan yang diberikan, memahami pentingnya mengikuti
rejimen pengobatan yang telah ditetapkan sehingga dapat meningkatkan motivasi untuk
berperan aktif dalam menjalani terapi obat.

2
Dalam pemberian pendidikan pada pasien dan keluarga lebih dulu dilakukan
pengkajian/ analisis terhadap kebutuhan pendidikan dengan mendiagnosis penyebab
masalah kesehatan yang terjadi. Hal ini dilakukan dengan melihat faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku kesehatan.
1. faktor pendukung mencangkup : pengetahuan, sikap, tradisi, kepercayaan/keyakinan,
sistem nilai, pendidikan, sosial ekonomi.
2. Faktor pemungkin seperti : fasilitas kesehatan, mis : spal, air bersih, pembuangan
sampah, mck, makanan bergizi, dsb. Termasuk juga tempat pelayanan kesehatan
seperti RS, poliklinik, puskesmas, rs, posyandu, plindes, bides.
3. Faktor penguat mencakup : sikap dan perilaku. Informasi tersebut dapat diperoleh
melalui kegiatan :
− Observasi
− Wawancara
− Angket/quisioner
− Dokumentasi

2. RUANG LINGKUP
A. Panduan Pemberian informasi dan edukasi ini diterapkan kepada:
1. Petugas informasi saat memberikan informasi pelayanan rumah sakit kepada
pelanggan.
2. Petugas PKRS saat memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya.
3. Semua karyawan saat memberikan informasi kepada pasien dan keluarga pasien.
B. Pelaksana panduan ini adalah seluruh pemberi pelayanan, petugas laboratorium,
petugas informasi, pelaksana PKRS, semua karyawan.

3. TATALAKSANA
1. Petugas yang melakukan kegiatan ini harus memiliki pengetahuan tentang informasi
yang akan di sampaikan, memiliki rasa empati dan ketrampilan berkomunikasi secara
efektif.
2. Pemberian informasi dan edukasi dilakukan melalui tatap muka dan berjalan secara
interaktif, dimana kegiatan ini bisa dilakukan pada saat pasien dirawat, akan pulang atau
ketika datang kembali untuk berobat
3. Kondisi lingkungan perlu diperhatikan untuk membuat pasien/keluarga merasanyaman
dan bebas, antara lain :
a. Dilakukan dalam ruang yang dapat menjamin privacy.
b. Ruangan cukup luas bagi pasien dan pendamping pasien untuk kenyamanan mereka.
c. Penempatan meja, kursi atau barang barang lain hendaknya tidak menghambat
komunikasi.
d. Suasana tenang, tidak bising dan tidak sering ada interupsi
4. Pada pasien yang mengalami kendala dalam berkomunikasi, maka pemberian informasi
dan edukasi dapat disampaikan kepada keluarga/pendamping pasien.

3
5. Membina hubungan yang baik dengan pasien/keluarga agar tercipta rasa percaya
terhadap peran petugas dalam membantu mereka.
6. Mendapatkan data yang cukup mengenai masalah medis pasien ( termasuk adanyaketerbatasan
kemampuan fisik maupun mental dalam mematuhi menejemn pengobatan).
7. Mendapatkan data yang akurat tentang obat – obat yang digunakan pasien termasuk obat non resep.
8. Mendapatkan informasi mengenai latar belakang sosial budaya, pendidikan dan tingkat
ekonomi pasien/ keluarga
9. Informasi yang dapat diberikan kepada pasien/keluarga adalah yang berkaitan dengan
perawatan pasien :
a. Assesment pendidikan pasien dan keluarga
b. Pendidikan kesehatan pengobatan, Penggunaan obat obatan yang aman: kemungkinan
nama obat, kegunaan obat, aturan pakai, teknik penggunaan obat tertentu contoh : obat tetes dan
obat inhaler. Cara penyimpanan berapa lama obat harus dipakai dan ditebus lagi, apa yang
harus dilakukan terjadinya efek samping yang akan dialami dan Bagaimana cara
mencegah ataumeminimalkannya, meminta pasien atau keluargauntuk melaporkan
apa yang dirasakan pasien selama menggunakannya.
c. Pendidikan kesehatan Manajemen nyeri
d. Pendidikan kesehatan diet
e. Pendidikan kesehatan penggunaan peralatan medis
f. Pendidikan kesehatan proses penyakit
g. Pendidikan kesehatan pre operasi (informed consent)
Proses komunikasi saat memberikan edukasi kepada pasien & keluarganya
berkaitan dengan kondisi kesehatannya. Tahap asesmen pasien: Sebelum melakukan
edukasi, petugas menilai dulu kebutuhan edukasi pasien & keluarga berdasarkan: (data ini
didapatkan dari RM)
1. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga.
2. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan.
3. Hambatan emosional dan motivasi. (emosional: Depresi, senang dan marah)
4. Keterbatasan fisik dan kognitif.
5. Ketersediaan pasien untuk menerima informasi. Tahap Cara penyampaian informasi dan
edukasi yang efektif. Setelah melalui tahap asesmen pasien, di temukan :
• Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka proses
komunikasinya mudah disampaikan.
• Jika pada tahap asesmen pasien di temukan hambatan fisik (tuna rungu dan tuna
wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet kepada pasien dan
keluarga sekandung (istri,anak, ayah, ibu, atau saudara sekandung) dan
menjelaskannya kepada mereka.

• Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien (pasien
marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan materi
edukasi dan menyarankan pasien membaca leaflet. Apabila pasien tidak mengerti
materi edukasi, pasien bisa menghubungi medical information.

4
Tahap Cara verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami edukasi
yang diberikan:
• Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, kondisi pasien baik
dan senang, maka verifikasi yang dilakukan adalah: menanyakan kembali edukasi yang
telah diberikan.Pertanyaannya adalah: “ Dari materi edukasi yang telah disampaikan,
kira-kira apa yang bpk/ibu bisa pelajari ?”.
• Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, pasiennya
mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya adalah dengan pihak keluarganya dengan
pertanyaan yang sama: “Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang
bpk/ibu bisa pelajari ?”.
• Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada hambatan
emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah dengan tanyakan kembali
sejauh mana pasiennya mengerti tentang materi edukasi yang diberikan dan pahami.
Proses pertanyaan ini bisa via telepon atau datang langsung ke kamar pasien setelah
pasien tenang. Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan
komunikasi yang disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Dengan
pasien mengikuti semua arahan dari rumah sakit, diharapkan mempercepat proses
penyembuhan pasien.

4. DOKUMENTASI
FORM CATATAN EDUKASI TERINTEGRASI

5. PENUTUP
Dengan ditetapkannya buku Panduan informasi dan edukasi maka setiap personil
Rumah Sakit Umum Daerah Ampana dapat melaksanakan panduan tersebut dan melayani
pasien dengan baik dan memuaskan.

5
6

Anda mungkin juga menyukai