Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kunci keberhasilan dari pemberian asuhan keperawatan dan layanan sosial adalah
kemampuan perawat sebagai pemberi asuhan dan layanan berkomunikasi secara efektif.
Komunikasi merupakan proses tercapainya kesamaan pengertian antara individu yang memberi
informasi dan individu yang mendapatkan informasi.
Setiap individu yang berkomunikasi pasti memiliki tujuan,secara umum tujuan
komunikasi adalah lawan bicara agar mengerti dan memahami maksud makna pesan yang
disampaikan, lebih lanjut diharapkan dapat mendorong adanya perubahan opini, sikap, maupun
perilaku. Menurut Onong Uchjana dalam buku yang berjudul Ilmu Komunikasi Teori dan
Praktik, menyebutkan ada beberapa tujuan dalam berkomunikasi, yaitu: Perubahan sikap (
attitude change ) ; perubahan pendapat ( opinion chage ); perubahan prilaku ( behavior change );
dan perubahan sosial ( social change ) . Chitty (1997) menjelaskan bahwa secara umum ada dua
bentuk komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan komponen komunikasi?


2. Bagaimana bentuk komunikasi ?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi komunikasi?
4. Bagaimana proses komunikasi?
5. Apa yang penghambat komunikasi?

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare – communicatio dan
communicatus yang berarti suatu alat yang berhubungan dengan sistem penyampaian dan
penerimaan berita, seperti telepon, telegraf, radio, dan sebagainya. Beberapa pengertian
komunikasi disampaikan oleh beberapa ahli berikut.

1) Chitty (1997) mendefinisikan komunikasi adalah tukar-menukar pikiran, ide, atau


informasi dan perasaan dalam setiap interaksi.

2) Jurgen Ruesch (1972) dalam Chitty (1997) menjelaskan bahwa komunikasi adalah
keseluruhan bentuk perilaku seseorang secara sadar ataupun tidak sadar yang dapat
memengaruhi orang lain tidak hanya komunikasi yang diucapkan dan ditulis, tetapi
juga termasuk gerakan tubuh serta tanda-tanda somatik dan simbol-simbol.

Dari beberapa definisi di atas, secara sederhana komunikasi dapat diartikan sebagai suatu
proses pertukaran, penyampaian, dan penerimaan berita, ide, atau informasi dari seseorang ke
orang lain.

2.2 Komponen dan Elemen Komunikasi


Dalam proses komunikasi terdapat komponen komunikasi yang wajib terpenuhi karena
merupakan sebuah bentuk kesatuan yang utuh dan bulat. Bila salah satu unsur tidak ada, maka
komunikasi tidak akan terjadi. Setiap komponen dalam komunikasi itu mempunyai hubungan
yang sangat erat dan saling ketergantungan satu sama lainnya. Jalannya proses komunikasi
beserta komponen-komponen komunikasi pendukungnya telah coba digambarkan oleh para ahli
melalui model-model komunikasi. Proses komunikasi selalu melibatkan beberapa komponen dan
tahapan, yaitu source, message, encoding, channel, decoding, receiver, feedback, context, noise,
dan effect.

2.2.1 Komunikator /Sumber/Pengirim Pesan (Communicator/Source/Sender)

2
Dalam proses komunikasi, yang menjadi sumber komunikasi adalah sender atau
pengirim pesan. Komunikator adalah seseorang yang mengirimkan pesan. Terdapat beberapa
faktor dalam diri komunikator yang menentukan efektivitas komunikasi yaitu sikap
komunikator dan pemilihan berbagai simbol yang penuh makna. Yang dimaksud dengan
sikap komunikator adalah bahwa komunikator harus memiliki sikap yang positif. Sementara
itu, yang dimaksud dengan pemilihan berbagai simbol yang penuh makna yang dilakukan
oleh komunikator adalah bahwa pemilihan simbol-simbol yang tepat bergantung pada siapa
yang menjadi khalayak sasaran dan bagaimana situasi lingkungan komunikasi.

2.2.2 Pesan (Message)


Yang dimaksud dengan pesan adalah informasi yang akan kita kirimkan kepada
komunikate/penerima pesan/khalayak sasaran. Pesan yang kita kirimkan dapat berupa pesan-
pesan verbal maupun pesan nonverbal. Agar pesan menjadi efektif, maka komunikator harus
memahami sifat dan profil komunikate/penerima pesan/khalayak sasaran, kebutuhan
khalayak sasaran, serta harapan dan kemungkinan respon yang diberikan oleh
komunikate/penerima pesan/khalayak sasaran terhadap pesan yang dikirimkan.

a. Encoding
Encoding adalah proses mengambil pesan dan mengirim pesan ke dalam sebuah
bentuk yang dapat dibagi dengan pihak lain. Informasi yang akan disampaikan harus
dapat di-encode atau dipersiapkan dengan baik. Sebuah pesan harus dapat dikirimkan
dalam bentuk dimana komunikate/penerima pesan/khalayak sasaran mampu
melakukan decode atau pesan tidak akan dapat dikirimkan.

b. Media atau Saluran Komunikasi (Channel)


Media atau saluran komunikasi adalah media atau berbagai media yang kita gunakan
untuk mengirimkan pesan. Jenis pesan yang kita miliki dapat membantu kita untuk
menentukan media atau saluran komunikasi yang akan kita gunakan. Yang termasuk ke
dalam media atau saluran komunikasi adalah kata-kata yang diucapkan, kata-kata yang
tercetak, media elektronik, atau petunjuk nonverbal.

c. Decoding

3
Decoding terjadi ketika komunikate/penerima pesan/khalayak sasaran menerima
pesan yang telah dikirimkan. Dibutuhkan keterampilan komunikasi untuk
melakukan decode sebuah pesan dengan baik, kemampuan membaca secara menyeluruh,
mendengarkan secara aktif, atau menanyakan atau mengkonfirmasi ketika dibutuhkan.

d. pesan (Communicatee/Receiver)
Komunikasi tidak akan terjadi tanpa kehadiran komunikate/penerima pesan. Ketika
komunikate/penerima pesan menerima sebuah pesan, maka ia akan menafsirkan pesan,
dan memberikan makna terhadap pesan yang diterima. Komunikasi dapat dikatakan
berhasil manakala komunikate/penerima pesan/ menerima pesan sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh komunikator.

e. Umpan Balik (Feedback)


Jika kita berada dalam komunikasi tatap muka dengan komunikate/penerima pesan,
maka kita dapat membaca bahasa tubuh dan memberikan pertanyaan untuk memastikan
pemahaman. Jika kita berkomunikasi secara tertulis maka kita dapat mengetahui sukses
tidaknya komunikasi melalui respon atau tanggapan yang kita peroleh dari
komunikate/penerima pesan.

Dalam beberapa kasus, umpan balik memiliki peran yang tak ternilai dalam
membantu kita sebagai komunikator untuk memperbaiki keterampilan komunikasi. Kita
dapat belajar apa yang berjalan dengan baik dan apa yang tidak sehingga kita dapat
berlaku secara efisien ketika kita melakukan komunikasi di lain waktu.

f. Konteks (Context)
Yang dimaksud dengan konteks dalam proses komunikasi adalah situasi dimana kita
melakukan komunikasi. Konteks dapat berupa lingkungan dimana kita berada dan
dimana komunikate/penerima pesan berada, budaya organisasi, dan berbagai unsur atau
elemen seperti hubungan antara komunikator dan komunikate. Komunikasi yang kita
lakukan dengan rekan kerja bisa jadi tidak sama jika dibandingkan dengan ketika kita
berkomunikasi dengan atasan kita. Sebuah konteks dapat membantu menentukan gaya
kita berkomunikasi.

4
g. Gangguan (Noise)
Dalam proses komunikasi, gangguan atau interferensi dalam
proses encode atau decode dapat mengurangi kejelasan komunikasi. Gangguan dalam
proses komunikasi dapat berupa gangguan fisik seperti suara yang sangat keras, atau
perilaku yang tidak biasa. Gangguan dalam proses komunikasi juga dapat berupa
gangguan mental, gangguan psikologis, atau gangguan semantik.

h. Efek (Effect)
Yang dimaksud dengan efek dalam proses komunikasi adalah pengaruh atau dampak
yang ditimbulkan komunikasi yang dapat berupa sikap atau tingkah laku
komunikate/penerima pesan. Komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila sikap serta
tingkah laku komunikate/penerima pesan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
komunikator. Namun, apabila efek yang diharapkan oleh komunikator dari
komunikate/penerima pesan tidak sesuai maka dapat dikatakan komunikasi menemui
kegagalan. Menurut Soeganda Priyatna (2004 : 13), efek yang ditimbulkan dari proses
komunikasi dapat kita lihat dari adanya pendapat pribadi, pendapat publik, ataupun
pendapat mayoritas.

2.2.3 Bentuk dan Jenis Komunikasi


Chitty (1997) menjelaskan bahwa secara umum ada dua bentuk komunikasi, yaitu
komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Berikut akan dijelaskan perbedaan antara
komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Selanjutnya, lakukan latihan untuk memperjelas
pemahaman Anda terhadap perbedaan keduanya.
A. Komunikasi verbal
Chitty (1997) mendefinisikan bahwa komunikasi verbal adalah pertukaran
informasi menggunakan kata-kata yang diucapkan secara oral dan kata-kata yang
dituliskan. Komunikasi oral adalah komunikasi yang dilakukan secara lisan, baik
langsung dengan cara tatap muka maupun secara tidak langsung, melalui telepon atau
telekonferensi. Komunikasi oral dilakukan untuk menyampaikan informasi secara cepat
atau untuk memperjelas pesan/informasi tertulis sehingga informasi lebih akurat. Jenis
komunikasi ini tergantung dari irama, kecepatan, intonasi, penguasaan materi oleh
komunikator, penekanan, dan nada suara serta bahasa yang digunakan.
5
Contoh penerapan komunikasi verbal oleh perawat sebagai berikut.

Saat menjelaskan rencana asuhan keperawatan kepada pasien, menjelaskan


prosedur tindakan, melakukan konsultasi, kolaborasi, atau melaporkan kondisi klien dan
sebagainya.

Komunikasi tertulis adalah komunikasi yang dilakukan dalam bentuk tulisan, baik
secara manual maupun elektronik, dilakukan untuk memberikan informasi dalam jumlah
yang besar sebagai bukti tertulis atau dokumentasi. Jenis komunikasi ini dapat berbentuk
tulisan tangan, surat kabar, atau e-mail.

Keuntungan komunikasi verbal, yaitu: (a) dapat dilakukan dengan cepat,


langsung,jelas, dan (b) kecil kemungkinan terjadi kesalahpahaman karena proses umpan
balik diketahui secara langsung terkecuali jika bentuk komunikasinya satu atah.
Adapun kekurangan dari komunikasi verbal adalah: (a) kurang jelas atau sulit
dimengerti komunikan dan membutuhkan pengetahuan yang cukup untuk memahami
pesan yang disampaikan dalam komunikasi tersebut; (b) perbedaan persepsi terhadap isi
pesan komunikan di antara komunikator dan komunikan; dab (c) adanya perbedaan mina
tatas tujuan komunikasi di antara komunikator dan komunikan

B. Komunikasi nonverbal
Setelah Anda memahami komunikasi verbal, selanjutnya Anda harus mengenali
dan mampu mengidentifikasi komunikasi nonverbal yang selalu mengiringi komunikasi
verbal. Chitty (1997) mendefinisikan komunikasi nonverbal adalah pertukaran informasi
tanpa menggunakan kata-kata. Komunikasi ini tidak disampaikan secara langsung oleh
komunikator, tetapi berhubungan dengan pesan yang disampaikan secara oral ataupun
tulisan. Macam-macam komunikasi nonverbal adalah kontak mata, ekspresi wajah, postur
atau sikap tubuh, gaya jalan, gerakan/bahasa isyarat tubuh waktu bicara, penampilan
secara umum, suara dan sikap diam, atau simbolsimbol lain, misalnya model pakaian dan
cara menggunakan.

2.2.4 Tujuan dan Fungsi Komunikasi

6
Setiap individu yang berkomunikasi pasti memiliki tujuan,secara umum tujuan komunikasi
adalah lawan bicara agar mengerti dan memahami maksud makna pesan yang disampaikan, lebih
lanjut diharapkan dapat mendorong adanya perubahan opini, sikap, maupun perilaku. Menurut
Onong Uchjana dalam buku yang berjudul Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, menyebutkan ada
beberapa tujuan dalam berkomunikasi, yaitu:

a. Perubahan sikap ( attitude change )

b. Perubahan pendapat ( opinion chage )

c. Perubahan prilaku ( behavior change )

d. Perubahan sosial ( social change )

Fungsi komunikasi yang dikemukakan oleh Effendy dalam bukunya yang berjudul Ilmu,
Teori dan Filsafat Komunikasi, yaitu: menginformasikan (to inform), mendidik (to educate),
menghibur (to entertain), dan mempengaruhi (to influence)

2.2.5 Tingkatan Komunikasi


Untuk mendukung proses komunikasi berjalan dengan baik, penting untuk membedakan
tiga tingkatan komunikasi:
I. Isi pesan dari apa yang dikatakan seseorang;
II. Prosedur dari apa yang dikatakan seseorang (atau cara seseorang mengatakan apa yang
dia katakan);
III. Proses hubungan antara pembicara dan pendengar serta emosi yang muncul selama
percakapan

Ketiga tingkatl ini selalu ada pada saat yang sama ketika komunikasi terjadi. Secara teori, tiga
tingkat tersebut digambarkan seperti berikut untuk memahami proses komunikasi.

7
Piramida Tingkat Komunikasi (Kesels & Smit)

Gambar di atas menggambarkan tingkat komunikasi dalam bentuk piramida.

Tingkat proses adalah tingkat terendah piramida. Proses adalah dasar komunikasi. Tanpa proses
yang baik tidak ada prosedur yang efektif. Tanpa proses yang baik dan prosedur yang jelas,
kualitas konten akan sangat rendah. Karena itu, emosi juga akan mendominasi atas rasionalitas.
Proses selalu ditindaklanjuti oleh konten.

2.2.6 Proses Komunikasi


Komunikasi adalah suatu proses yang kompleks untuk mengirim pesan dari komunikator
kepada komunikan. Vecchio (1995, dalam Anjaswarni, 2016) menguraikan bahwa proses
komunikasi merupakan urutan tahap-tahap komunikasi kompleks meliputi idea generation,
encoding, transmitting via various channels, receiving, decoding, understanding, dan responding
yang merupakan suatu siklus yang selalu berulang. Dalam model ini, dijelaskan bahwa
komunikasi dimulai dengan munculnya ide (gagasan) dari komunikator (sender). Ide ini
selanjutnya diproses/ diolah di otak dan keluar dalam bentuk gelombang suara atau tulisan atau
dalam bentuk kode-kode tertentu (encoding).
Informasi yang telah diolah dalam bentuk kode-kode tersebut selanjutnya
ditransmisikan/ disalurkan oleh komunikator melalui media (channel). Media ini akan membantu
proses penyampaian pesan dari komunikator dan proses penerimaan pesan oleh komunikan.
Pesan/informasi yang sampai atau diterima dalam bentuk gelombang suara, tulisan, atau kode-
kode tersebut diproses dan dipersepsikan oleh komunikan (decoding). Setelah dipersepsikan,
komunikan akan sampai pada tingkat pemahaman (understanding) dan selanjutnya berespons
terhadap pesan yang diterima sebagai umpan balik untuk komunikator. Respons yang diberikan
oleh komunikan akan menstimulasi munculnya ide baru dan seterusnya ide atau informasi akan
diproses kembali sebagai suatu siklus yang berulang.

2.2.7 Prinsip Komunikasi


8
Prinsip-prinsip komunikasi seperti halnya fungsi dan definisi komunikasi mempunyai
uraian yang beragam sesuai dengan konsep yang dikembangkan oleh masing-masing pakar.
Istilah prinsip oleh William B. Gudykunst disebut asumsi- asumsi komunikasi. Larry
A.Samovar dan Richard E.Porter menyebutnya karakteristik komunikasi. Deddy Mulyana, Ph.D
membuat istilah baru yaitu prinsip-prinsip komunikasi. Terdapat 12 prinsip komunikasi yang
dikatakan sebagai penjabaran lebih jauh dari definisi dan hakekat komunikasi yaitu :
a. Prinsip 1 : Komunikasi adalah suatu proses simbolik. Komunikasi adalah sesuatu yang
bersifat dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada suatu titik, tetapi terus berkelanjutan.
b. Prinsip 2 : Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi. Setiap orang tidak bebas
nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi
dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses
berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non verbal) seseorang dapat
dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus.
c. Prinsip 3 : Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan. Setiap pesan komunikasi
mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita bisa memprediksi dimensi
hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi.
Percakapan diantara dua orang sahabat dan antara dosen dan mahasiswa di kelas
berbeda memiliki dimesi isi yang berbeda.
d. Prinsip 4 : Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan. Setiap
tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat
kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja
yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai
pada tindakan komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak komunikan mengharapkan
respon dan berharap tujuannya tercapai).
e. Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktuPesan komunikasi yang
dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun non-verbal disesuaikan
dengan tempat, dimana proses komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu
dikirimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung.
f. Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasiTidak dapat dibayangkan
jika orang melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat.
Jika kita tersenyum maka kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan
9
membalas dengan senyuman, jika kita menyapa seseorang maka orang tersebut akan
membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat seseorang menjadi tenang
dalam melakukan proses komunikasi.
g. Prinsip 7 : Komunikasi itu bersifat sistemik. Dalam diri setiap orang mengandung sisi
internal yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan
pendidikan. Bagaimana seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal
tersebut. Sisi internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia
bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.
h. Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi.
Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang
sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk
saling dikomunikasikan. Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simbol-
simbol yang saling dipertukarkan.
i. Prinsip 9 : Komunikasi bersifat nonsekuensial. Proses komunikasi bersifat sirkular
dalam arti tidak berlangsung satu arah. Melibatkan respon atau tanggapan sebagai bukti
bahwa pesan yang dikirimkan itu diterima dan dimengerti.
j. Prinsip 10 : Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional Konsekuensi dari
prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi itu dinamis dan
transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi diantara pihak-pihak
yang melakukan komunikasi.
k. Prinsip 11 komunikasi bersifat irreversible. Setiap orang yang melakukan proses
komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan
oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika seseorang
sudah berkata menyakiti orang lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja
pada diri orang lain tersebut.
l. Prinsip 12 : Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah
Dalam arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan masalah.
2.2.8 Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi

10
Dalam proses berkomunikasi, secara umum faktor yang mempengaruhinya dapat ditinjau
dari proses komunikasi dan elemen komunikasi. Ada lima faktor utama dari eleman komunikasi
yang mempengaruhi komunikasi, yaitu

a. Komunikator
Komunikator adalah seseorang yang meyampaikan pesan. Sebagai komunikator,
sebaiknya memiliki dan menunjukan penampilan yang baik, sopan, menarik, berwibawa
dan tidak sombong. Di samping itu, komunikator harus mempunyai pengetahuan yang
memadai, menguasai materi, dan memahami bahasa yang digunakan lawan bicara
(language mastery). Hal ini sangat penting karena salah satu hambatan dalam komunikasi
adalah adanya ketidaksesuaian bahasa yang digunakan antara komunikator dan
komunikan sehingga terjadi salah penafsiran kata. Sebagai contoh:
1. Dahar:
Dalam bahasa Jawa (kromo inggil) berarti makan untuk tingkat tinggi atau
orang yang kita hormati, misal pada orang tua, guru, dan sebagainya; berbeda
dengan bahasa Sunda berarti makan untuk tingkat rendah, seperti teman
sebaya.
2. Lawang:
Dalam bahasa Jawa lawang berarti pintu, sedangkan dalam bahasa Palembang
lawang berarti gila.
3. Kasep:
Kasep dalam bahasa jawa memiliki arti terlambat sekali, sedangkan dalam
bahasa sunda memiliki arti tampan / ganteng.

Selanjutnya, komunikator juga harus mampu membaca peluang (opportunity),


mengolah pesan supaya mudah dipahami komunikan, dan mempunyai alat-alat tubuh
yang baik sehingga menghasilkan suara yang baik dan jelas, antara lain pita suara, mulut,
bibir, lidah, dan gigi. Seorang komunikator yang pita suaranya terganggu, tidak
mempunyai gigi, atau sumbing akan mengalami kesulitan dalam berkata-kata yang
mengakibatkan tidak jelasnya pesan yang disampaikan.

b. Pesan/informasi
Pesan/informasi yang bersifat informatif dan persuasif akan mudah diterima dan
dipahami daripada pesan yang bersifat memaksa. Pesan yang mudah diterima adalah
pesan yang sesuai dengan kebutuhan komunikan (relevan), pesan yang jelas (clearly),
pesan yang sederhana atau tidak bertele-tele, dan juga pesan yang mudah dimengerti
(simple). Di samping itu, informasi akan menarik jika merupakan informasi yang sedang
hangat (up to date).

c. Komunikan
Komunikan adalah seseorang yang menerima pesan dari komunikator. Menjadi
seorang komunikan harus mempunyai penampilan atau sikap yang baik, sopan, serta
11
tidak sombong. Jika seorang komunikan berpenampilan acak-acakan berarti ia tidak
menghargai diri sendiri dan orang lain. Demikian pula jika komunikan tampak
sombong/angkuh, akan memengaruhi psikologis komunikator yang berdampak pada
tidak efektifnya pesan yang disampaikan. Selain itu, seorang komunikan harus
mempunyai pengetahuan, keterampilan komunikasi, dan memahami sistem sosial
komunikator. Hal ini penting karena tanpa pengetahuan dan keterampilan mengolah
informasi yang diterima dapat menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian persepsi
(mispersepsi).
d. Umpan balik
Komunikasi efektif jika komunikan memberi umpan balik yang sesuai dengan
pesan yang disampaikan oleh komunikator. Umpan balik ini penting bagi komunikator
karena sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan komunikasi. Mengerti atau tidaknya
komunikan terhadap isi pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat dilihat dari
bagaimana komunikan memberikan umpan balik.
e. Atmosfer
Untuk mencapai komunikasi yang efektif diperlukan lingkungan yang kondusif
(condisive) dan nyaman (comfortable). Lingkungan yang kondusif, yaitu lingkungan
yang mendukung berlangsungnya komunikasi efektif. Dalam dimensi fisik lingkungan
nyaman, yaitu lingkungan yang tenang, sejuk, dan bersih sehingga kondusif dalam
mencapai komunikasi yang efektif. Dalam dimensi sosial-psikologis, komunikasi yang
kondusif adalah komunikasi yang dilakukan dengan penuh persahabatan, akrab, dan
santai. Sementara itu, dalam dimensi temporal (waktu), komunikasi yang dilakukan
dengan waktu yang cukup dan tidak tergesa-gesa memungkinkan tercapainya tujuan
komunikasi yang efektif.

2.2.9 Hambatan dalam Komunikasi

Hambatan komunikasi adalah segala sesuatu yang menghalangi atau mengganggu


tercapainya komunikasi yang efektif. Hambatan komunikasi dapat mempersulit dalam mengirim
pesan yang jelas, mempersulit pemahaman terhadap pesan yang dikirimkan, serta mempersulit
dalam memberikan umpan balik yang sesuai.

Secara garis besar, terdapat 4 (empat) jenis hambatan komunikasi yaitu hambatan
personal, hambatan fisik, hambatan kultural atau budaya, serta hambatan lingkungan

1) Hambatan personal

12
Hambatan personal merupakan hambatan yang terjadi pada peserta komunikasi,
baik komunikator maupun komunikan/komunikate. Hambatan personal dalam
komunikasi meliputi sikap, emosi, stereotyping, prasangka, bias, dan lain-lain.

2) Hambatan kultural atau budaya

Komunikasi yang kita lakukan dengan orang yang memiliki kebudayaan dan latar
belakang yang berbeda mengandung arti bahwa kita harus memahami perbedaan dalam
hal nilai-nilai, kepercayaan, dan sikap yang dipegang oleh orang lain. Hambatan kultural
atau budaya mencakup bahasa, kepercayan dan keyakinan. Hambatan bahasa terjadi
ketika orang yang berkomunikasi tidak menggunakan bahasa yang sama, atau tidak
memiliki tingkat kemampuan berbahasa yang sama.

Hambatan juga dapat terjadi ketika kita menggunakan tingkat berbahasa yang
tidak sesuai atau ketika kita menggunakan jargon atau bahasa “slang” atau “prokem” atau
“alay” yang tidak dipahami oleh satu atau lebih orang yang diajak berkomunikasi.

3) Hambatan fisik

Beberapa gangguan fisik dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi. Hambatan


fisik komunikasi mencakup panggilan telepon, jarak antar individu, dan radio. Hambatan
fisik ini pada umumnya dapat diatasi.

4) Hambatan lingkungan

Tidak semua hambatan komunikasi disebabkan oleh manusia sebagai peserta


komunikasi. Terdapat beberapa faktor lingkungan yang turut mempengaruhi proses
komunikasi yang efektif. Pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat mengalami
rintangan yang dipicu oleh faktor lingkungan yaitu latar belakang fisik atau situasi
dimana komunikasi terjadi. Hambatan lingkungan ini mencakup tingkat aktifitas, tingkat
kenyamanan, gangguan, serta waktu.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Komunikasi adalah proses yang dinamis serta selalu berubah sesuai dengan situasi dan
kondisi lingkungan yang senantiasa berubah.Dalam berkomunikasi, diperlukan ketulusan hati
antara pihak yang terlibat agar komunikasi yang dilakukan efektif. Pihak yang menyampaikan
harus ada kesungguhan atau keseriusan bahwa informasi yang disampaikan adalah penting,
sedangkan pihak penerima harus memiliki kesungguhan untuk memperhatikan dan memahami
makna informasi yang diterima serta memberikan respons yang sesuai. Chitty (1997)
menjelaskan bahwa secara umum ada dua bentuk komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan
komunikasi nonverbal. Berikut akan dijelaskan perbedaan antara komunikasi verbal dan
komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal adalah pertukaran informasi menggunakan kata-kata
yang diucapkan secara oral dan kata-kata yang dituliskan. Komunikasi nonverbal adalah
pertukaran informasi tanpa menggunakan kata-kata

3.2 Saran

Sebagai seseorang yang memberi asuhan perawatan pada pasien, perawat harus mampu
berkomunikasi dengan baik dan efesien.

14
DAFTAR PUSTAKA

DeVito, Joseph. 1996. Komunikasi Antar Manusia. Terjemahan Agus Maulana. Jakarta:
Professional Books.
Efendy, Onong Uchjana. 1997. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Karya.

Efendy, onong uchjana. 1993. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Nurudin. 2004. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.

Pieter, Herri Zan. 2017. Dasar-Dasar Komunikasi bagi Perawat (Edisi Pertama). Medan:
Prenada Media.
Rustan, Ahmad Sultra dan Nurhakki Hakki. 2017. Pengantar Ilmu Komunikasi.
Yogyakarta:Deepublish.

15

Anda mungkin juga menyukai