PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kunci keberhasilan dari pemberian asuhan keperawatan dan layanan sosial adalah
kemampuan perawat sebagai pemberi asuhan dan layanan berkomunikasi secara efektif.
Komunikasi merupakan proses tercapainya kesamaan pengertian antara individu yang memberi
informasi dan individu yang mendapatkan informasi.
Setiap individu yang berkomunikasi pasti memiliki tujuan,secara umum tujuan
komunikasi adalah lawan bicara agar mengerti dan memahami maksud makna pesan yang
disampaikan, lebih lanjut diharapkan dapat mendorong adanya perubahan opini, sikap, maupun
perilaku. Menurut Onong Uchjana dalam buku yang berjudul Ilmu Komunikasi Teori dan
Praktik, menyebutkan ada beberapa tujuan dalam berkomunikasi, yaitu: Perubahan sikap (
attitude change ) ; perubahan pendapat ( opinion chage ); perubahan prilaku ( behavior change );
dan perubahan sosial ( social change ) . Chitty (1997) menjelaskan bahwa secara umum ada dua
bentuk komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare – communicatio dan
communicatus yang berarti suatu alat yang berhubungan dengan sistem penyampaian dan
penerimaan berita, seperti telepon, telegraf, radio, dan sebagainya. Beberapa pengertian
komunikasi disampaikan oleh beberapa ahli berikut.
2) Jurgen Ruesch (1972) dalam Chitty (1997) menjelaskan bahwa komunikasi adalah
keseluruhan bentuk perilaku seseorang secara sadar ataupun tidak sadar yang dapat
memengaruhi orang lain tidak hanya komunikasi yang diucapkan dan ditulis, tetapi
juga termasuk gerakan tubuh serta tanda-tanda somatik dan simbol-simbol.
Dari beberapa definisi di atas, secara sederhana komunikasi dapat diartikan sebagai suatu
proses pertukaran, penyampaian, dan penerimaan berita, ide, atau informasi dari seseorang ke
orang lain.
2
Dalam proses komunikasi, yang menjadi sumber komunikasi adalah sender atau
pengirim pesan. Komunikator adalah seseorang yang mengirimkan pesan. Terdapat beberapa
faktor dalam diri komunikator yang menentukan efektivitas komunikasi yaitu sikap
komunikator dan pemilihan berbagai simbol yang penuh makna. Yang dimaksud dengan
sikap komunikator adalah bahwa komunikator harus memiliki sikap yang positif. Sementara
itu, yang dimaksud dengan pemilihan berbagai simbol yang penuh makna yang dilakukan
oleh komunikator adalah bahwa pemilihan simbol-simbol yang tepat bergantung pada siapa
yang menjadi khalayak sasaran dan bagaimana situasi lingkungan komunikasi.
a. Encoding
Encoding adalah proses mengambil pesan dan mengirim pesan ke dalam sebuah
bentuk yang dapat dibagi dengan pihak lain. Informasi yang akan disampaikan harus
dapat di-encode atau dipersiapkan dengan baik. Sebuah pesan harus dapat dikirimkan
dalam bentuk dimana komunikate/penerima pesan/khalayak sasaran mampu
melakukan decode atau pesan tidak akan dapat dikirimkan.
c. Decoding
3
Decoding terjadi ketika komunikate/penerima pesan/khalayak sasaran menerima
pesan yang telah dikirimkan. Dibutuhkan keterampilan komunikasi untuk
melakukan decode sebuah pesan dengan baik, kemampuan membaca secara menyeluruh,
mendengarkan secara aktif, atau menanyakan atau mengkonfirmasi ketika dibutuhkan.
d. pesan (Communicatee/Receiver)
Komunikasi tidak akan terjadi tanpa kehadiran komunikate/penerima pesan. Ketika
komunikate/penerima pesan menerima sebuah pesan, maka ia akan menafsirkan pesan,
dan memberikan makna terhadap pesan yang diterima. Komunikasi dapat dikatakan
berhasil manakala komunikate/penerima pesan/ menerima pesan sesuai dengan apa yang
diinginkan oleh komunikator.
Dalam beberapa kasus, umpan balik memiliki peran yang tak ternilai dalam
membantu kita sebagai komunikator untuk memperbaiki keterampilan komunikasi. Kita
dapat belajar apa yang berjalan dengan baik dan apa yang tidak sehingga kita dapat
berlaku secara efisien ketika kita melakukan komunikasi di lain waktu.
f. Konteks (Context)
Yang dimaksud dengan konteks dalam proses komunikasi adalah situasi dimana kita
melakukan komunikasi. Konteks dapat berupa lingkungan dimana kita berada dan
dimana komunikate/penerima pesan berada, budaya organisasi, dan berbagai unsur atau
elemen seperti hubungan antara komunikator dan komunikate. Komunikasi yang kita
lakukan dengan rekan kerja bisa jadi tidak sama jika dibandingkan dengan ketika kita
berkomunikasi dengan atasan kita. Sebuah konteks dapat membantu menentukan gaya
kita berkomunikasi.
4
g. Gangguan (Noise)
Dalam proses komunikasi, gangguan atau interferensi dalam
proses encode atau decode dapat mengurangi kejelasan komunikasi. Gangguan dalam
proses komunikasi dapat berupa gangguan fisik seperti suara yang sangat keras, atau
perilaku yang tidak biasa. Gangguan dalam proses komunikasi juga dapat berupa
gangguan mental, gangguan psikologis, atau gangguan semantik.
h. Efek (Effect)
Yang dimaksud dengan efek dalam proses komunikasi adalah pengaruh atau dampak
yang ditimbulkan komunikasi yang dapat berupa sikap atau tingkah laku
komunikate/penerima pesan. Komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila sikap serta
tingkah laku komunikate/penerima pesan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
komunikator. Namun, apabila efek yang diharapkan oleh komunikator dari
komunikate/penerima pesan tidak sesuai maka dapat dikatakan komunikasi menemui
kegagalan. Menurut Soeganda Priyatna (2004 : 13), efek yang ditimbulkan dari proses
komunikasi dapat kita lihat dari adanya pendapat pribadi, pendapat publik, ataupun
pendapat mayoritas.
Komunikasi tertulis adalah komunikasi yang dilakukan dalam bentuk tulisan, baik
secara manual maupun elektronik, dilakukan untuk memberikan informasi dalam jumlah
yang besar sebagai bukti tertulis atau dokumentasi. Jenis komunikasi ini dapat berbentuk
tulisan tangan, surat kabar, atau e-mail.
B. Komunikasi nonverbal
Setelah Anda memahami komunikasi verbal, selanjutnya Anda harus mengenali
dan mampu mengidentifikasi komunikasi nonverbal yang selalu mengiringi komunikasi
verbal. Chitty (1997) mendefinisikan komunikasi nonverbal adalah pertukaran informasi
tanpa menggunakan kata-kata. Komunikasi ini tidak disampaikan secara langsung oleh
komunikator, tetapi berhubungan dengan pesan yang disampaikan secara oral ataupun
tulisan. Macam-macam komunikasi nonverbal adalah kontak mata, ekspresi wajah, postur
atau sikap tubuh, gaya jalan, gerakan/bahasa isyarat tubuh waktu bicara, penampilan
secara umum, suara dan sikap diam, atau simbolsimbol lain, misalnya model pakaian dan
cara menggunakan.
6
Setiap individu yang berkomunikasi pasti memiliki tujuan,secara umum tujuan komunikasi
adalah lawan bicara agar mengerti dan memahami maksud makna pesan yang disampaikan, lebih
lanjut diharapkan dapat mendorong adanya perubahan opini, sikap, maupun perilaku. Menurut
Onong Uchjana dalam buku yang berjudul Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, menyebutkan ada
beberapa tujuan dalam berkomunikasi, yaitu:
Fungsi komunikasi yang dikemukakan oleh Effendy dalam bukunya yang berjudul Ilmu,
Teori dan Filsafat Komunikasi, yaitu: menginformasikan (to inform), mendidik (to educate),
menghibur (to entertain), dan mempengaruhi (to influence)
Ketiga tingkatl ini selalu ada pada saat yang sama ketika komunikasi terjadi. Secara teori, tiga
tingkat tersebut digambarkan seperti berikut untuk memahami proses komunikasi.
7
Piramida Tingkat Komunikasi (Kesels & Smit)
Tingkat proses adalah tingkat terendah piramida. Proses adalah dasar komunikasi. Tanpa proses
yang baik tidak ada prosedur yang efektif. Tanpa proses yang baik dan prosedur yang jelas,
kualitas konten akan sangat rendah. Karena itu, emosi juga akan mendominasi atas rasionalitas.
Proses selalu ditindaklanjuti oleh konten.
10
Dalam proses berkomunikasi, secara umum faktor yang mempengaruhinya dapat ditinjau
dari proses komunikasi dan elemen komunikasi. Ada lima faktor utama dari eleman komunikasi
yang mempengaruhi komunikasi, yaitu
a. Komunikator
Komunikator adalah seseorang yang meyampaikan pesan. Sebagai komunikator,
sebaiknya memiliki dan menunjukan penampilan yang baik, sopan, menarik, berwibawa
dan tidak sombong. Di samping itu, komunikator harus mempunyai pengetahuan yang
memadai, menguasai materi, dan memahami bahasa yang digunakan lawan bicara
(language mastery). Hal ini sangat penting karena salah satu hambatan dalam komunikasi
adalah adanya ketidaksesuaian bahasa yang digunakan antara komunikator dan
komunikan sehingga terjadi salah penafsiran kata. Sebagai contoh:
1. Dahar:
Dalam bahasa Jawa (kromo inggil) berarti makan untuk tingkat tinggi atau
orang yang kita hormati, misal pada orang tua, guru, dan sebagainya; berbeda
dengan bahasa Sunda berarti makan untuk tingkat rendah, seperti teman
sebaya.
2. Lawang:
Dalam bahasa Jawa lawang berarti pintu, sedangkan dalam bahasa Palembang
lawang berarti gila.
3. Kasep:
Kasep dalam bahasa jawa memiliki arti terlambat sekali, sedangkan dalam
bahasa sunda memiliki arti tampan / ganteng.
b. Pesan/informasi
Pesan/informasi yang bersifat informatif dan persuasif akan mudah diterima dan
dipahami daripada pesan yang bersifat memaksa. Pesan yang mudah diterima adalah
pesan yang sesuai dengan kebutuhan komunikan (relevan), pesan yang jelas (clearly),
pesan yang sederhana atau tidak bertele-tele, dan juga pesan yang mudah dimengerti
(simple). Di samping itu, informasi akan menarik jika merupakan informasi yang sedang
hangat (up to date).
c. Komunikan
Komunikan adalah seseorang yang menerima pesan dari komunikator. Menjadi
seorang komunikan harus mempunyai penampilan atau sikap yang baik, sopan, serta
11
tidak sombong. Jika seorang komunikan berpenampilan acak-acakan berarti ia tidak
menghargai diri sendiri dan orang lain. Demikian pula jika komunikan tampak
sombong/angkuh, akan memengaruhi psikologis komunikator yang berdampak pada
tidak efektifnya pesan yang disampaikan. Selain itu, seorang komunikan harus
mempunyai pengetahuan, keterampilan komunikasi, dan memahami sistem sosial
komunikator. Hal ini penting karena tanpa pengetahuan dan keterampilan mengolah
informasi yang diterima dapat menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian persepsi
(mispersepsi).
d. Umpan balik
Komunikasi efektif jika komunikan memberi umpan balik yang sesuai dengan
pesan yang disampaikan oleh komunikator. Umpan balik ini penting bagi komunikator
karena sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan komunikasi. Mengerti atau tidaknya
komunikan terhadap isi pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat dilihat dari
bagaimana komunikan memberikan umpan balik.
e. Atmosfer
Untuk mencapai komunikasi yang efektif diperlukan lingkungan yang kondusif
(condisive) dan nyaman (comfortable). Lingkungan yang kondusif, yaitu lingkungan
yang mendukung berlangsungnya komunikasi efektif. Dalam dimensi fisik lingkungan
nyaman, yaitu lingkungan yang tenang, sejuk, dan bersih sehingga kondusif dalam
mencapai komunikasi yang efektif. Dalam dimensi sosial-psikologis, komunikasi yang
kondusif adalah komunikasi yang dilakukan dengan penuh persahabatan, akrab, dan
santai. Sementara itu, dalam dimensi temporal (waktu), komunikasi yang dilakukan
dengan waktu yang cukup dan tidak tergesa-gesa memungkinkan tercapainya tujuan
komunikasi yang efektif.
Secara garis besar, terdapat 4 (empat) jenis hambatan komunikasi yaitu hambatan
personal, hambatan fisik, hambatan kultural atau budaya, serta hambatan lingkungan
1) Hambatan personal
12
Hambatan personal merupakan hambatan yang terjadi pada peserta komunikasi,
baik komunikator maupun komunikan/komunikate. Hambatan personal dalam
komunikasi meliputi sikap, emosi, stereotyping, prasangka, bias, dan lain-lain.
Komunikasi yang kita lakukan dengan orang yang memiliki kebudayaan dan latar
belakang yang berbeda mengandung arti bahwa kita harus memahami perbedaan dalam
hal nilai-nilai, kepercayaan, dan sikap yang dipegang oleh orang lain. Hambatan kultural
atau budaya mencakup bahasa, kepercayan dan keyakinan. Hambatan bahasa terjadi
ketika orang yang berkomunikasi tidak menggunakan bahasa yang sama, atau tidak
memiliki tingkat kemampuan berbahasa yang sama.
Hambatan juga dapat terjadi ketika kita menggunakan tingkat berbahasa yang
tidak sesuai atau ketika kita menggunakan jargon atau bahasa “slang” atau “prokem” atau
“alay” yang tidak dipahami oleh satu atau lebih orang yang diajak berkomunikasi.
3) Hambatan fisik
4) Hambatan lingkungan
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi adalah proses yang dinamis serta selalu berubah sesuai dengan situasi dan
kondisi lingkungan yang senantiasa berubah.Dalam berkomunikasi, diperlukan ketulusan hati
antara pihak yang terlibat agar komunikasi yang dilakukan efektif. Pihak yang menyampaikan
harus ada kesungguhan atau keseriusan bahwa informasi yang disampaikan adalah penting,
sedangkan pihak penerima harus memiliki kesungguhan untuk memperhatikan dan memahami
makna informasi yang diterima serta memberikan respons yang sesuai. Chitty (1997)
menjelaskan bahwa secara umum ada dua bentuk komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan
komunikasi nonverbal. Berikut akan dijelaskan perbedaan antara komunikasi verbal dan
komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal adalah pertukaran informasi menggunakan kata-kata
yang diucapkan secara oral dan kata-kata yang dituliskan. Komunikasi nonverbal adalah
pertukaran informasi tanpa menggunakan kata-kata
3.2 Saran
Sebagai seseorang yang memberi asuhan perawatan pada pasien, perawat harus mampu
berkomunikasi dengan baik dan efesien.
14
DAFTAR PUSTAKA
DeVito, Joseph. 1996. Komunikasi Antar Manusia. Terjemahan Agus Maulana. Jakarta:
Professional Books.
Efendy, Onong Uchjana. 1997. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Karya.
Efendy, onong uchjana. 1993. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Pieter, Herri Zan. 2017. Dasar-Dasar Komunikasi bagi Perawat (Edisi Pertama). Medan:
Prenada Media.
Rustan, Ahmad Sultra dan Nurhakki Hakki. 2017. Pengantar Ilmu Komunikasi.
Yogyakarta:Deepublish.
15