Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi adalah bagian yang penting dalam kehidupan dan menyatu
dengan kehidupan kita. Setiap saat, manusia selalu berkomunikasi dan
menggunakannya dalam berinteraksi dengan manusia lain. Kata-kata yang
diucapkan seseorang adalah komunikasi, diamnya seseorang adalah komunikasi,
tertawanya seseorang adalah komunikasi, dan menangisnya seseorang adalah
komunikasi. Dengan berkomunikasi, kehidupan kita akan interaktif dan menjadi
lebih dinamis.
Komunikasi dalam aktivitas keperawatan adalah hal yang paling mendasar
dan menjadi alat kerja utama bagi setiap perawat untuk memberikan
pelayanan/asuhan keperawatan karena perawat secara terus-menerus selama 24
jam bersama pasien.
Dalam setiap aktivitasnya, perawat menggunakan komunikasi.
Pengetahuan tentang komunikasi dan Etika Komunikasi sangat penting terkait
dengan tugas-tugas Anda dalam melakukan asuhan keperawatan dan dalam
melakukan hubungan profesional dengan tim kesehatan lainnya. Sebagai calon
perawat ahli madya, keterampilan dasar yang penting harus Anda kuasai adalah
komunikasi. Penguasaan tentang komunikasi dan Etika Berkomunikasi dalam
praktik keperawatan akan memungkinkan Anda melaksanakan
praktik keperawatan secara berkualitas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Komunikasi dan Etika Komunikasi?
2. Apa tujuan dari Komunikasi dan Etika Komunikasi?
3. Apa saja unsur-unsur komunikasi?
4. Apa saja Bentuk- bentuk Komunikasi?
5. Apa saja hambatan yang ada dalam berkomunikasi?
6. Apa manfaat yang dapat diambil dari mempelajari komunikasi?
7. Bagaimana Etika dalam Berkomunikasi ?

1
1.3 Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah :
1. Mahasiswa/I dapat mampu memahami pengertian dari Komunikasi
dan Etika Komunikasi.
2. Untuk meningkatkan pengetahuan baik bagi penulis maupun bagi
pembaca tentang Ilmu Komunikasi dan Etika Komunikasi.
3. Mahasiswa/I mampu mengenal dan memahami unsur-unsur yang
terkandung dalam komunikasi.
4. Mahasiswa/I mampu mengenal dan memahami bentuk-bentuk dalam
berkomunikasi.
5. Mahasiswa/I dapat mampu mengetahui apa saja hambatan dalam
berkomunikasi.
6. Mahasiswa/I dapat mengetahui dan memahami manfaat apa saja dalam
berkomunikasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare –
communicatio dan communicatus yang berarti suatu alat yang berhubungan
dengan sistem penyampaian dan penerimaan berita, seperti telepon, telegraf,
radio, dan sebagainya. Beberapa pengertian komunikasi disampaikan oleh
beberapa ahli berikut.
a. Chitty (1997) mendefinisikan komunikasi adalah tukar-menukar pikiran,
ide, atau informasi dan perasaan dalam setiap interaksi.
b. Jurgen Ruesch (1972) dalam Chitty (1997) menjelaskan bahwa
komunikasi adalah keseluruhan bentuk perilaku seseorang secara sadar
ataupun tidak sadar yang dapat memengaruhi orang lain tidak hanya
komunikasi yang diucapkan dan ditulis, tetapi juga termasuk gerakan
tubuh serta tanda-tanda somatik dan simbol-simbol.
Dari beberapa definisi di atas, secara sederhana komunikasi dapat diartikan
sebagai suatu proses pertukaran, penyampaian, dan penerimaan berita, ide, atau
informasi dari seseorang ke orang lain. Lebih kompleks, komunikasi didefinisikan
sebagai berikut.
a. Komunikasi adalah pertukaran keseluruhan perilaku dari komunikator
kepada komunikan, baik yang disadari maupun tidak disadari, ucapan
verbal atau tulisan, gerakan, ekspresi wajah, dan semua yang ada dalam
diri komunikator dengan tujuan untuk memengaruhi orang lain.
b. Komunikasi adalah proses yang dinamis serta selalu berubah sesuai
dengan situasi dan kondisi lingkungan yang senantiasa berubah.
Dalam berkomunikasi, diperlukan ketulusan hati antara pihak yang terlibat
agar komunikasi yang dilakukan efektif. Pihak yang menyampaikan harus ada
kesungguhan atau keseriusan bahwa informasi yang disampaikan adalah penting,
sedangkan pihak penerima harus memiliki kesungguhan untuk memperhatikan
dan memahami makna informasi yang diterima serta memberikan respons yang
sesuai.

3
2.2 Unsur- Unsur Komunikasi
DeVito (1997) menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses yang
terdiri atas unsur-unsurnya saling terkait. Setiap elemen dalam komunikasi saling
berhubungan satu dengan yang lain dan unsur yang satu mendahului unsur lain
yang terkait. Taylor, Lillis, LeMone (1989), dan DeVito (1997) mengidentifikasi
bahwa untuk berlangsungnya komunikasi yang efektif, ada lima unsur utama,
yaitu (a) komunikator (sender), (b) informasi/pesan/berita, (c) komunikan
(reciever), (d) umpan balik (feedback), dan (e) atmosfer/konteks.

a. Komunikator (sender)
Komunikator adalah orang atau kelompok yang menyampaikan
pesan/ide/informasi kepada orang/pihak lain sebagai lawan bicara. Komunikator
berarti sumber berita/informasi atau disebut informan, yaitu sumber/asal berita
yang disampaikan kepada komunikan. Seorang komunikator beraksi dan bereaksi
secara utuh meliputi fisik dan kognitif, emosional, dan intelektual.

b. Informasi/pesan/berita
Pesan adalah keseluruhan yang disampaikan oleh komunikator, disadari
atau tidak disadari, secara langsung atau tidak langsung. Pesan yang disadari
adalah segala ucapan (bahasa verbal) yang disampaikan komunikator secara
sengaja dan sudah dipersiapkan. Pesan yang tidak disadari adalah pesan yang
muncul beriringan atau bersamaan dengan pesan yang yang disampaikan pada
saat komunikator berbicara.

c. Komunikan (reciever)
Komunikan adalah orang atau sekelompok orang yang menerima pesan
yang disampaikan komunikator. Komunikan yang efektif adalah komunikan yang
bersikap kooperatif, penuh perhatian, jujur, serta bersikap terbuka terhadap
komunikator dan pesan yang disampaikan.

4
d. Umpan balik
Umpan balik adalah informasi yang dikirimkan balik ke sumbernya
(Clement dan Frandsen, 1976, dalam DeVito, 1997). Umpan balik bisa berasal
dari diri sendiri ataupun orang lain. Umpan balik dari diri sendiri, misalnya, jika
kita menyampaikan pesan melalui bicara, kita akan dapat secara langsung
mendengar apa yang kita sampaikan. Umpan balik dari orang lain adalah umpan
balik yang datang dari lawan bicara. Bentuk umpan balik yang diberikan, antara
lain anggukan, kerutan dahi, senyuman, gelengan kepala, interupsi pembicaraan,
pernyataan setuju atau tidak setuju, dan lain-lain. Umpan balik dapat berupa
verbal ataupun nonverbal. Agar terjadi umpan balik yang baik, harus bersifat
jujur, sesuai dengan konten (isi pesan) yang disampaikan, dan bagian dari solusi
merupakan hasil proses berpikir, tidak bersifat subjektif, dan disampaikan dalam
waktu yang tepat.

e. Atmosfer/konteks
Atmosfer adalah lingkungan ketika komunikasi terjadi terdiri atas tiga
dimensi, yaitu dimensi fisik, sosial-psikologis, dan temporal yang mempunyai
pengaruh terhadap pesan yang disampaikan. Ketiga dimensi lingkungan ini saling
berinteraksi dan saling memengaruhi satu dengan lainnya. Perubahan dari salah
satu dimensi akan memengaruhi dimensi yang lain.
Dimensi fisik adalah lingkungan nyata (tangible), dapat berbentuk ruang
atau bangsal, dan segala komponen yang ada di dalamnya. Dimensi sosial-
psikologis meliputi tata hubungan status di antara pihak yang terlibat dan aturan
budaya masyarakat ketika mereka berkomunikasi. Yang termasuk dalam konteks
ini adalah persahabatan atau permusuhan, lingkungan formal atau informal, serta
situasi yang serius atau tidak serius. Dimensi temporal (waktu) adalah mencakup
waktu ketika komunikasi terjadi. Pilihan waktu yang tepat dapat mencapai
efektivitas komunikasi yang dilakukan.

5
Gambar 1.1 menunjukkan hubungan atau keterkaitan masing-masing
unsur dalam komunikasi.
PROSES KOMUNIKASI

KOMUNIKATOR PESAN MEDIUM

PENERIMA

UMPAN BALIK

Gambar 1.1 Lima Unsur Utama Komunikasi


Gambar 1.1 menunjukkan hubungan antarunsur dalam komunikasi. Secara
sederhana, terjadinya komunikasi dimulai dari komunikator yang menyampaikan
pesan atau informasi kepada komunikan yang selanjutnya komunikan
memberikan umpan balik, yaitu proses ini terjadi dalam suatu lingkungan yang
memengaruhi keberhasilan komunikasi tersebut.

2.3 Bentuk-Bentuk Komunikasi


Chitty (1997) menjelaskan bahwa secara umum ada dua bentuk
komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Berikut akan
dijelaskan perbedaan antara komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal.
Selanjutnya, lakukan latihan untuk memperjelas pemahaman Anda terhadap
perbedaan keduanya.

6
a. Komunikasi verbal
Chitty (1997) mendefinisikan bahwa komunikasi verbal adalah pertukaran
informasi menggunakan kata-kata yang diucapkan secara oral dan kata-kata yang
dituliskan. Komunikasi oral adalah komunikasi yang dilakukan secara lisan, baik
langsung dengan cara tatap muka maupun secara tidak langsung, melalui telepon
atau telekonferensi. Komunikasi oral dilakukan untuk menyampaikan informasi
secara cepat atau untuk memperjelas pesan/informasi tertulis sehingga informasi
lebih akurat. Jenis komunikasi ini tergantung dari irama, kecepatan, intonasi,
penguasaan materi oleh komunikator, penekanan, dan nada suara serta bahasa
yang digunakan. Contoh penerapan komunikasi verbal oleh perawat sebagai
berikut. Saat menjelaskan rencana asuhan keperawatan kepada pasien,
menjelaskan prosedur tindakan, melakukan konsultasi, kolaborasi, atau
melaporkan kondisi klien dan sebagainya.
Komunikasi tertulis adalah komunikasi yang dilakukan dalam bentuk
tulisan, baik secara manual maupun elektronik, dilakukan untuk memberikan
informasi dalam jumlah yang besar sebagai bukti tertulis atau dokumentasi. Jenis
komunikasi ini dapat berbentuk tulisan tangan, surat kabar, atau e-mail.
Contoh penerapan jenis komunikasi tertulis dalam keperawatan sebagai berikut.
Dokumentasi asuhan keperawatan, mencatat intruksi dokter, menulis hasil
kolaborasi, mencatat perkembangan klien, pelaporan, dan sebagainya.
b. Komunikasi nonverbal
Setelah Anda memahami komunikasi verbal, selanjutnya Anda harus mengenali
dan mampu mengidentifikasi komunikasi nonverbal yang selalu mengiringi
komunikasi verbal. Chitty (1997) mendefinisikan komunikasi nonverbal adalah
pertukaran informasi tanpa menggunakan kata-kata. Komunikasi ini tidak
disampaikan secara langsung oleh komunikator, tetapi berhubungan dengan pesan
yang disampaikan secara oral ataupun tulisan. Macam-macam komunikasi
nonverbal adalah kontak mata, ekspresi wajah, postur atau sikap tubuh, gaya jalan,
gerakan/bahasa isyarat tubuh waktu bicara, penampilan secara umum, suara dan
sikap diam, atau simbolsimbol lain, misalnya model pakaian dan cara
menggunakan.

7
2.4 Hambatan Komunikasi
Hambatan komunikasi adalah segala sesuatu yang menghalangi atau
menggangu tercapainya komunikasi yang efektif. Hambatan komunikasi dapat
mempersulit dalam mengirim pesan yang jelas, mempersulit pemahaman terhadap
pesan yang dikirimkan, serta mempersulit dalam memberikan umpan balik yang
sesuai.
Secara garis besar, terdapat 4 (empat) hambatan komunikasi yaitu
hambatan personal, hambatan fisik, hambatan kultural atau budaya, serta
hambatan lingkungan.
a. Hambatan personal
Hambatan personal merupakan hambatan yang terjadi pada peserta
komunikasi, baik komunikator maupun komunikan/komunikate. Hambatan
personal dalam komunikasi meliputi sikap, emosi, stereotyping, prasangka, bias,
dan lain-lain.
b. Hambatan fisik
Beberapa gangguan fisik dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi.
Hambatan fisik komunikasi mencakup panggilan telepon, jarak antar
individu, dan radio. Hambatan fisik ini pada umumnya dapat diatasi.
c. Hambatan kultural atau budaya
Komunikasi yang kita lakukan dengan orang yang memiliki kebudayaan
dan latar belakang yang berbeda mengandung arti bahwa kita harus memahami
perbedaan dalam hal nilai-nilai, kepercayaan dan sikap yang dipegang oleh orang
lain.
Hambatan kultural atau budaya mencakup bahasa, kepercayaan dan
keyakinan. Hambatan bahasa terjadi ketika orang yang berkomunikasi tidak
menggunakan bahasa yang sama atau tidak memiliki tingkat kemampuan
berbahasa yang sama.
Hambatan juga dapat terjadi ketika kita menggunakan tingkat berbahasa
yang tidak sesuai atau ketika kita menggunakan jargan atau bahasa “siang” atau
“prokem” atau “alay”yang tidak dipahami oleh satu atau lebih orang yang diajak
berkomunikasi.

8
Hal lain yang turut memberikan kontribusi terjadinya hambatan bahasa
adalah situasi dimana percakapan terjadi dan bidang pengalaman ataupun
kerangka referensi yang dimiliki oleh peserta komunikasi mengenai hal yang
menjadi topik pembicaraan.

d. Hambatan lingkungan
Tidak semua hambatan komunikasi disebabkan oleh manusia sebagai peserta
komunikasi. Terdapat beberapa faktor lingkungan yang turut mempengaruhi
proses komunikasi yang efektif. Pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat
mengalami rintangan yang dipicu oleh faktor lingkungan yaitu latar belakang fisik
atau situasi diaman komunikasi terjadi. Hambatan lingkungan ini mencakup
tingkat aktivitas, kenyamanan, gangguan, serta waktu.

2.5 Manfaat Mempelajari Komunikasi


Manfaat komunikasi antar budaya menurut gagasan Litvin (1997) yaitu,
sebagai berikut :
1. Dengan memahami komunikasi anatar budaya akan mengatasi
hambatan-hambatan budaya untuk berhubungan dengan orang lain,
sehingga kita akan mendapat penghargaan bagi kebutuhan,
aspirasi, perasaan dan masalah manusia.
2. Pemahaman akan orang lain secara lintas budaya dan antar pribadi
adalah suatu usaha yang dilakukan yang sangat membutuhkan
keberanian dan kepekaan.
3. Pengalaman yang diperoleh dari komunikasi antar budaya dapat
menyenagkan dan menumbuhkan kepribadian.
4. Keterampilan komunikasi yang diperoleh memudahkan
perpindahan seseorang dari pandangan monokultural terhadap
interaksi manusia yang pandangannya multikultural.
5. Perbedaan-perbedaan individu itu penting,namun ada asumsi-
asumsi dan pola-pola budaya mendasar yang berlaku.

9
6. Perbedaan-perbedaan budaya menandakan kebutuhan akan
penerimaan dalam komunikasi, namun perbedaan-perbedaan
tersebut secara arbirer tidaklah menyusahkan atau memudahkan.

2.6 Etika Komunikasi


Dalam berbagai kesempatan, komunkasi diperlihatkan sebagai ilmu yang
berhubungan dengan berbagai macam ilmu pengetahuan yang lain. Ini
menandakan bahwa komunikasi menyentuh berbagai macam bidang kehidupan
manusia. Komunikasi juga menyentuh aspek ilmu dalam bidang komunikasi. Apa
yang terjadi apabila nilai, gagasan, dan ide komunikasi justru tidak
dikomunikasikan.
Etika komunikasi mencoba untuk mengolaborasi standar etis yang
digunakan oleh komunikator dan komunikasikan. Setidaknya ada tujuh perspektif
etika komunikasi yang bisa dilihat dalam perspektif yang bersangkutan.
1. Perspektif politik. Dalam perspektif ini, etika untuk
mengembangangkan kebiasaan ilmiah dalam praktek
berkomunikasi, menumbuhkan bersikap adil dengan memilih atas
dasar kebebasan, pengutamaan motivasi, dan menananmkan
penghargaan atas perbedaan.
2. Perspektif sifat manusia. Sifat manusia yang paling mendasar
adalah kemampuan brpikir dan kemampuan menggunakan simbol.
Ini berarti bahwa tidakan manusia yang benar-benar manusiawi
adalah berasal dari rasionalitas yang sadar atas apa yang dilakukan
dan dengan bebas untuk memilih melakukannya.
3. Perspektif dialogis. Komunikasi adalah proses transaksi dialogal
dua arah. Sikap dialogal adalah sikap setiap partisipan komunikasi
yang ditandai oleh kualitas keutamaan, seperti keterbukaan,
kejujuran, kerukunan, intensitas, dan lain-lainnya.

10
4. Perspektif situasional. Faktor situasional adalah relevansi bagi
setiappenilaian moral. Ini berarti bahwa etika memperhatikan peran
dan fungsi komunkator, standar khalayak, derajat kesadaran,
tingkat utgentsi pelaksanaan komunikator, tujuan dan nilai
khalayak, standar khalayak untuk komunikasi etis.
5. Perspektif religius. Kitab suci atau habit religius dapat dipakai
sebagai standar mengevaluasi etika komunikasi. Pendekatan
alkitabiah dalam agama membantu manusia untuk menemukan
pedoman yang kurang lebih pasti dalam setiap tindakan manusia.
6. Perspektif utilitarian. Standar utilitarian untuk mengevaluasi cara
dan tujuan komunikasi dapat dilihat dari adanya kegunaan,
kesenangan,dan kegembiraan.
7. Perspektif legal. Perilaku komunikasi yang ilegal, sangat
disesuaikan dengan peraturan yang berlaku dan dianggap sebagai
perilaku yang etis.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi adalah suatu proses pengiriman pesan atau simbol-simbol
yang mengandung arti dari seseorang komunikator kepada komunikan dengan
tujuan tertentu. Komunikasi mempunyai komponen-komponen agar komunikasi
dapat berjalan dengan baik, yaitu :
1. Komunikator atau pengirim pesan.
2. Pesan atau informasi.
3. Media atau saluran.
4. Komunikan atau penerima pesan.
5. Umpan balik atau feedback.
6. Gangguan.
Etika menurut para ahli adalah aturan prilaku, adat kemanusiaan dalam
pergaulan antara sesamanya dan menegaskan nama yang benar dan mana yang
buruk. Pengertian lain tentang etika ialah sebagai studi atau ilmu yang
membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dinilai baik dan
mana pula yang dinilai buruk. Etika dalam perkembangan nya sangat
mempengaruhi kehidupan manusia. Etika pada akhirnya membantu kita untuk
mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang
perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek
atau sisi kehidupan kita.
3.2 Saran
Demikianlah makalah yang telah kami buat ini, semoga bermanfaat dan
menambah pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan
ejaan pada penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dan dimengerti. Besar
harapan kami mohon dikoreksi apabila ada kesalahan dalam penyusunan makalah
ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima dihati dan kami ucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anjaswarni, Tri. 2016. Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta Selatan.


Pusdiknakes.

Deddy, Mulyana. 2005. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, Bandung, Remaja


Rosdakarya.

Hutagalung, Inge. 2007. Pengembangan Kepribadian. Jakarta. PT INDEKS.

Mufid Muhammad. 2009. Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta. Prenadamedia.

13

Anda mungkin juga menyukai