Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA 1

“ PROSES KEPERAWATAN JIWA”

Disusun Oleh :
Kelompok 5

1. Radhiatul Hamdi (1911312053) 5. Cantika Dwi Putri (1911312065)

2. Dinia Hendi Agesti (1911312056) 6. Khairunnisa Hazira (1911313001)


7. Cindy Aviola (1911313004)
3. Nur Afni Eka Fitri (1911312059)
8. Fitria Vanesa (1911313010)
4. Nurul Ashikin (1911312062)

Dosen Pengampu : Ns. Feri Fernandes, M.Kep.,Sp.Kep.J

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Yang mana telah melancarkan
kami dalam proses pembuatan tugas Keperawatan Kesehatan Jiwa 1 tentang“ Proses
Keperawatan Jiwa”. Sholawat beiring salam tak lupa kami curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW. Yang mana telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang
benderang seperti sekarang ini.

Pada makalah yang kami susun ini, kami menjelaskan tentang Proses Keperawatan
Jiwa. Tidak lupa kami berterima kasih kepada dosen yang membimbing dalam penyusunan
makalah ini. Dengan tersusunnya makalah ini, kami berharap pembaca dapat mendapatkan
manfaat dari makalah ini. Dalam pembuatan makalah ini kami mohon maaf bila ada
kesalahan. Atas perhatiannya, kami mengucapkan terimakasih.

Padang, 26 Januari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1

1.1. Latar Belakang................................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................................2

1.3. Tujuan Penulisan.............................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................3

2.1. Konsep Stress..................................................................................................................3

2.2. Rentang Sehat Sakit Jiwa ...............................................................................................7

2.3. Koping.............................................................................................................................8

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................11

3.1. Kesimpulan.....................................................................................................................11

3.2. Saran...............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan Jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan


dan mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi.
Sistem pasien atau klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi, atau
komunitas.
Gangguan jiwa adalah suatu penyakit yang bisa terjadi pada semua orang dan
tanpa mengenal ras,budaya,anak-anak,dewasa miskin ataupun kaya,ganguan jiwa
merupakan salah satu gangguan mental yang di sebabkan oleh beragam faktor yang
berasal dari dalam maupun luar. Gangguan mental ini dapat dikenali dengan
perubahan pola pikir, tingkah laku dan emosi yang berubah secara mendadak tanpa
disertai alasan yang jelas.
Stres yang menjadi pemicu awal terjadinya gangguan jiwa akan membuat
seseorang tidak mampu beraktivitas secara normal. Jika stres ini tidak ditangani
secara cepat maka akan berlanjut pada gejala gangguan kejiwaan. Pada umumnya
terdapat beberapa fakor yang mempengaruhi kejiwaan seseorang yakni.Faktor
Keturunan,Jika di dalam silsilah keluarga tersebut mempunyai riwayat ganguan jiwa
maka keturunan – keturunan dari keluarga tersebut bisa dan sangat mungkin juga akan
mengalami ganguan medis tersebut karena ada hubungan darah dari orang tua mereka
yang menyebabkan si anak juga bisa mengalami ganguan jiwa tersebut.
Faktor Lingkungan,Faktor lingkungan di sini juga bisa berpengaruh terhadap
penyakit medis ganguanjiwa tersebut,contoh di dalam sebuah lingkungan ada
seseorang yang mengalami suatu masalah atau juga miliki sebuah aib dan dalam
lingkungan tersebut ada beberapa orang yang dengan sengaja mengucilkan dan
mengejek orang 2 tersebut,maka orang terbebut akan mengalami beban pikiran yang
berat sehingga menyebabkan depresi yang mengakibatkan ganguan jiwa.
Penggunaan obat-obat TerlarangPenggunaan obat – obattan terlarang yang
bersifat adiksi untuk mengurangi stres akan tekanan hidup nyatanya justru dapat
memicu terjadinya gejala gangguan kejiwaan pada si pemakainya tersebut,zat adiksi

1
yang mempunyai efek ketergantungan bagi pemakainya ini akan merubah persepsi
seseorang kedalam hal-hal yang dapat merusak saraf motorik didalam tubuh.Selain
itu,prosesberpikir yang melibatkan kinerja otak tidak akan berjalan sebagaimana
mestinya akibat pengaruh dari zat adiksi yang terkandung didalam obat-obatan
terlarang tersebut

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep stress
2. Apa saja rentang sehat sakit
3. Apa pengertian koping

C. Tujuan
1. Mengetaui apa saja konsep dari stress
2. Mengetahui rentang sehat sakit
3. Mengetahui apa itu koping

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Stress

2.1.1 Pengertian Stress

Luthans (2000), mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan dalam menyesuaikan


diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai konsekuensi
dari tindakan lingkungan, situasi atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan
psikologis dan fisik seseorang. Menurut Schuler, stres adalah suatu kondisi dinamis dimana
individu dihadapkan pada kesempatan, hambatan dan keinginan dan hasil yang diperoleh
sangatlah penting tetapi tidak dapat dipastikan (Robbins, 2003:577). Menurut Robert S.
Fieldman (1989) stress adalah suatu proses yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang
mengancam, menantang, ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa itu pada
level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku.

Stres adalah reaksi atau respons psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan).
Stres dewasa ini digunakan secara bergantian untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan
intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku, dan subyektif
terhadap stres. Konteks yang menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus yang
membuat stres, semuanya sebagai sistem (WHO.158).

Buku-buku kedokteran menyatakan bahwa 50-70% penyakit fisik sebenarnya


disebabkan oleh stres. Stres berbeda untuk tiap penyakit, seperti penyakit gastroinstestinal
(perut), sakit kepala, kelelahan yang kronis. Stress menurut Hans Selye dalam buku Hawari
(2001) menyatakan bahwa stres adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap
setiap tuntutan beban atasnya. Bila seseorang setelah mengalami stres mengalami gangguan
pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan
fungsi pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut mengalami distres. Pada gejala stres, gejala
yang dikeluhkan penderita didominasi oleh keluhan-keluhan somatik (fisik), tetapi dapat pula
disertai keluhan-keluhan psikis.

3
2.1.2 Sumber - Sumber Stress

Terdapat beberapa sumber-sumber stress yang dapat mengganggu kesehatan psikis


manusia. Menurut Lazarus & Folkman (dalam Morgan, 1986) kondisi fisik, lingkungan dan
sosial yang merupakan penyebab dari kondisi stres disebut dengan stressor. Stressor dapat
berwujud dan berbentuk fisik, seperti polusi udara dan dapat juga berkaitan dengan
lingkungan sosial. Pikiran ataupun perasaan individu sendiri yang dianggap sebagai suatu
ancaman baik yang nyata maupun imajinasi dapat juga menjadi stressor. Lazarus & Cohen
(1984) mengklasifikasikan stressor kedalam tiga kategori, yaitu :

 Catacysmic Event

Fenomena besar atau tiba-tiba terjadi, seperti kejadian-kejadian penting yang


mempengaruhi banyak orang seperti bencana alam.

 Personal Stressor

Kejadian-kejadian penting mempengaruhi sedikit orang atau sejumlah orang tertentu


seperti kritis keluarga.

 Background stressor

Permasalahan yang bisa terjadi setiap hari, seperti masalah dalam pekerjaan dan
rutinitas pekerjaan.

Sarafino (1998) membagi tiga jenis sumber stres yang dapat terjadi pada kehidupan
individu:

 Sumber yang berasal dari individu

Ada dua cara stres yang berasal dari individu :

a. Pertama adanya penyakit

Penyakit yang diderita individu menyebabkan tekanan biologis dan psikologis


sehingga menimbulkan stres. Sejauh mana tingkat stres yang dialami individu
dengan penyakitnya dipengaruhi faktor usia dan keparahan penyakit yang
dialaminya.

b. Kedua adanya konflik

4
Konflik merupakan sumber yang paling utama, didalam konflik individu memiliki
dua kecenderungan yang berlawanan: menjauh dan mendekat. Individu harus
memiliki dua atau lebih altermatif pilihan.

 Sumber yang berasal dari keluarga

Stres dalam keluarga dihasilkan melalui adanya perilaku kebutuhan-kebutuhan


dan kepribadian dari masing -masing anggota keluarga yang berdampak kepada
anggota keluarga lainnya. Konflik interpersonal ini dapat timbul dari adanya masalah
finansial, perilaku yang tidak sesuai, melalui adanya tujuan yang berbeda antar
anggota keluarga, perceraian orang tua, penyakit dan kecacatan yang dialami anggota
keluarga dan kematian anggota keluarga

 Sumber stres yang berasal dari komunitas dan masyarakat

Adanya hubungan manusia dengan lingkungan luar menyebabkan banyak


kemungkinan munculnya sumber -sumber stres, Misalnya: stres yang dirasakan anak
sekolah akibat adanya kompetisi-kompetisi. Di sisi lain, stres yang dialami oleh orang
dewasa banyak diperoleh melalui pekerjaannya dan berbagai situasi lingkungan
lainnya. Stres yang diperoleh dari lingkungan juga dapat diakibatkan oleh lingkungan
yang berisik dan padat serta lingkungan yang tercemar (Sarafino, 1998).

2.1.3 Bentuk-Bentuk Stres

a. Stres Biasa

Stres tidak hanya dipicu sepenuhnya oleh pengalaman negatif. Bahkan,


pengalaman positif juga dapat membawa stres, seperti upacara kelulusan atau
pernikahan. Namun, tipe stres seperti ini dalam dosis kecil. Selain itu, tipe stres ini juga
dapat membuat banyak orang lebih mudah untuk menciptakan tujuan.

b. Distres Internal

Adalah stres negatif hasil dari pengalaman buruk, ancaman, atau perubahan
situasi yang tidak terduga dan tidak nyaman. Pada dasarnya, tubuh kita menginginkan
rasa aman sehingga apabila rasa tersebut terusik, tubuh pun mengalami distres.

c. Distres Akut

5
Distres akut terjadi ketika seseorang mengalami distres yang dipicu oleh
peristiwa buruk yang berlalu dengan cepat, Sementara stres kronik terjadi ketika
seseorang harus menahan stres dalam waktu yang lama. Kedua tipe stres tersebut akan
memicu timbulnya hiperstres.

d. Hipostres

Ternyata hari-hari tanpa kekhawatiran dan tantangan juga dapa memicu tipe
stres lainnya, yaitu hipostres. Hipostres merupakan "ketidakadaan" stres, tetapi bisa
juga diartikan kebosanan yang ekstrem Seseorang yang mengalami hipostres mungkin
merasa tidak tertantang tidak memiliki motivasi untuk melakukan apa pun. Hipostres
dapat memicu perasaan depresi dan kesia-siaan.

e. Eustres

Eustres merupakan stres yang sangat berguna lantaran dapat membuat tubuh
menjadi lebih waspada. Eustres membuat tubuh dan pikiran menjadi siap untuk
menghadapi banyak tantangan, bahkan bisa tanpa disadari. Tipe stres ini dapat
membantu memberi kekuatan dan menentukan keputusan, contohnya menemukan
solusi untuk masalah.

2.1.4 Tahapan Stres

Tahapan stres yang dialami oleh individu ada 6 tahapan, yaitu :

a. Stres tahap pertama

Stres tahap pertama yaitu stres yang disertai perasaan nafsu bekerja yang besar
dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang
dimiliki dan penglihatan menjadi tajam.

b. Stres tahap kedua

Stres tahap kedua yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak
segar atau letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak
dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort), jantung berdeba,
dan punggung tegang. Hal tersebut karena cadangan tenaga tidak memadai.

c. Stres tahap ketiga

6
Stres tahap ketiga yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi tidak
teratur (kadang-kadang diare), otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah
terjaga dan suli tidur kembali (middle insomnia), bangun terlalu pagi dan sulit tidur
kemabali (late insomnia), koordinasi tubuh terganggu.

d. Stres tahap keempat

Stres tahap keempat yaitu tahapan stres dengan keluhan seperti tidak mampu
bekerja sepanjang hari, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respon tidak
adekuat kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan,
konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.

e. Stres tahap kelima

Stres tahap kelima yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik
dan mental (physical and psychological exhaustion).Ketidakmampuan menyelesaikan
pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa
takut dan cemas bingung, dan panik.

f. Stres tahap keenam (paling berat)

Stres tahap keenam yaitu tahapan stres dengan tanda-tanda seperti jantung
berdebar keras, sesak nafas, badan gemetar, dingin, dan banyak keluar keringat, serta
pingsan atau collaps.

2.2. rentang sehat sakit jiwa

Rentang sehat dan sakit jiwa terdiri dari konsep sehat jiwa, psikososial, dan gangguan
jiwa. Stuart (2009), mengatakan bahwa kesehatan jiwa berada dalam sebuah rentang respon
dari adaptif sampai maladaptif, mulai dari sehat jiwa, masalah psikososial sampai gangguan
jiwa. Departemen Kesehatan (2003), mengatakan bahwa gangguan jiwa adalah respon
maladaptif terhadap stressor dari dalam atau luar lingkungan yang berhubungan dengan
perasaan dan perilaku yang tidak sejalan dengan budaya, kebiasaan atau norma setempat dan
mempengaruhi interaksi sosial individu, kegiatan atau fungsi tubuh. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa gangguan jiwa adalah adanya respon maladaptif yang dapat dilihat dari
penilaian individu secara kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial. Sehat jiwa adalah
suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai
bagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan semua segi kehidupan

7
manusia (respon adaptif). Masalah psikososial yaitu masalah-masalah bersifat psikologis
ataupun sosial yang timbul akibat perubahan dalam kehidupan individu. Masalah psikososial
dianggap berpotensi cukup besar sebagai faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa.

Ciri dari sehat jiwa adalah berpikir logis, persepsi akurat, perilaku sesuai, hubungan
sosial memuaskan. Ciri dari masalah psikososial adalah pikiran kadang, menyimpang ilusi,
reaksi emosional, perilaku kadang tidak sesuai, menarik diri. Sedangkan, ciri dari gangguan
jiwa adalah waham, halusinasi, ketidakmampuan mengendalikan emosi, ketidakteraturan,
isolasi sosial.

2.3 koping

2.3.1 Pengertian Koping


Koping merupakan suatu tindakan merubah kognitif secara konstan dan usaha tingkah
laku untuk mengatasi tuntutan internal atau eksternal yang dinilai membebani atau
melebihi sumberdaya yang dimiliki individu. Mekanisme diartikan sebagai suatu cara
yang dilakukan oleh individu dalam meyelesaikan maslah, menyesuaikan diri dengan
perubahan, serta respon terhadap sesuatu yang mengancam (Nasir dan Muhith, 2011).
2.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Strategi Koping
a) Kesehatan fisik
b) Keyakinan atau pandangan positif
c) Keterampilan memecahkan masalah
d) Keterampilan sosial
e) Dukungan sosial
f) Materi
2.3.3 Bentuk-bentuk Koping
Koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi dua yaitu;
a) Mekanisme koping adaptif
b) mekanisme koping maladaptif.

Mekanisme koping adaptif adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi


integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Katagorinya adalah
berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi,
latihan seimbang dan aktivitas konstruktif. Sedangkan mekanisme koping
maladaptif adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi,
memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai

8
lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja
berlebihan, menghindar. Koping dapat diidentifikasi melalui respon, manifestasi
(tanda dan gejala) dan pernyataan klien dalam wawancara.

Menurut Lazarus dan Flokman (1984, dalam Nasir & Muhith, 2011), dalam
melakukan koping ada dua mekanisme koping yang bisa dilakukan yaitu:
 Koping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah strategi
untuk penanganan stress atau coping yang berpusat pada sumber masalah,
individu berusaha langsung menghadapi sumber masalah, mencari sumber
masalah, mengubah lingkungan yang menyebabkan stress dan berusaha
menyelesaikannya sehingga pada akhirnya stress berkurang atau hilang.
 Coping yang berfokus pada emosi (emotion-focused coping) adalah strategi
penanganan stress dimana individu memberi respon terhadap situasi stress
dengan cara emosional.

Menurut Saam & Wahyuni (2014), jenis-jenis mekanisme koping atau


mekanisme pertahanan diri adalah sebagai berikut :

a) Rasionalisasi adalah usaha untuk menghindari konflik psikologis dengan alasan


rasional (masuk akal). Contoh: seorang mahasiswa tidak lulus ujian mata kuliah A
dengan alasan waktu ujian tersebut ia sedang sakit.
b) Kompensasi adalah ketika seseorang yang kecewa pada bidang tertentu, tetapi
memperoleh kepuasan dalam bidang lain. Misalnya, seseorang yang tidak
berprestasi dalam bidang akademik, tetapi menonjol dalam bidang olahraga.
c) Sublimasi merupakan mekanisme untuk menyelesaikan konflik dengan kegiatan
yang konstruktif yang lebih tinggi kualitasnya. Contoh: remaja yang suka ngebut
di jalanan disalurkannya menjadi pemain bola kaki yang terkenal.
d) Kompensasi berlebihan merupakan kegagalan mencapai tujuan pertama, lalu
bereaksi secara berlebihan agar mencapai tujuan kedua. Contoh: seseorang yang
dimarahi karena sering datang terlambat, lalu bereaksi dengan cara lebih awal
datang ke tempat kerja.
e) Reaksi konversi adalah mengalihkan konflik secara singkat ke bagian tubuh dan
mengembangkan gejala fisik. Contoh: suami mengalami ketegangan dan
kecemasan saat istrinya melahirkan, lalu sering buang air kecil.
f)

9
2.3.4 Fungsi Koping Stress
Koping yang berpusat pada emosi (emotion-focused coping) berfungsi untuk
meregulasi respon emosional terhadap masalah.Sedangkan coping yang berpusat pada
masalah (problem-focused coping) berfungsi untuk mengatur dan merubah masalah
penyebab stres.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Stress adalah reaksi atau respon psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan).
Stress dewasa ini digunakan secara bergantian untuk menjelaskan berbagai stimulus dengan
intensitas berlebihan yang tidak disukai berupa respons fisiologis, perilaku dan subyektif
terhadap stress. Pada gejala stress, gejala yang dikeluhkan penderita didominasi oleh keluhan
keluhan fisik tetapi dapat pula disertai keluhan stressor. Tiga kategori stressor yaitu
Catacysmic Evert, Personal Stressor, dan Background stressor. Sarafino (1998) membagi tiga
jenis sumber stres yang dapat terjadi pada kehidupan individu yaitu Sumber yang berasal dari
individu , Sumber yang berasal dari keluarga, dan Sumber stres yang berasal dari komunitas
dan masyarakat . Bentuk-Bentuk Stres yaitu Stres Biasa, Distres Internal, Distres Akut,
Hipostres, dan Eustres serta tahapan Stress ada 6 tahap.

Rentang sehat dan sakit jiwa terdiri dari konsep sehat jiwa, psikososial, dan gangguan
jiwa. Stuart (2009), mengatakan bahwa kesehatan jiwa berada dalam sebuah rentang respon
dari adaptif sampai maladaptif, mulai dari sehat jiwa, masalah psikososial sampai gangguan
jiwa. Ciri dari sehat jiwa adalah berpikir logis, persepsi akurat, perilaku sesuai, hubungan
sosial memuaskan. Ciri dari masalah psikososial adalah pikiran kadang, menyimpang ilusi,
reaksi emosional, perilaku kadang tidak sesuai, menarik diri. Sedangkan, ciri dari gangguan
jiwa adalah waham, halusinasi, ketidakmampuan mengendalikan emosi, ketidakteraturan,
isolasi sosial.

Koping merupakan suatu tindakan merubah kognitif secara konstan dan usaha tingkah
laku untuk mengatasi tuntutan internal atau eksternal yang dinilai membebani atau melebihi
sumberdaya yang dimiliki individu. Faktor yang mempengaruhi strategi koping yaitu
kesehatan fisik ,keyakinan atau pandangan positif, keterampilan memecahkan masalah,
keterampilan sosial , dukungan social, dan materi. Bentuk-bentuk koping itu sendiri ada dua
yaitu mekanisme koping adaptif dan maladaptif. Koping yang berpusat pada emosi (emotion-
focused coping) berfungsi untuk meregulasi respon emosional terhadap masalah.Sedangkan
coping yang berpusat pada masalah (problem-focused coping) berfungsi untuk mengatur dan
merubah masalah penyebab stres.

11
3.2 Saran

Setelah membaca makalah ini diharapkan kita dapat menggunakan proses keperawatan jiwa
dengan baik dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien.

12
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Azis. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Siswanto. 2007. Kesehatan Mental : Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya

Cavanaugh, M. A. "An Empirical Examination of Self-Reported Work Stress Among U.S.


Managers", Journal of Applied Psychology, hal, 65.74

Girdano, L A. 2005. Controlling Stress and Tension 7th edition. Sam Fransisco: Benjamin
Cumming

LePine. J. A : LePine. M. A.Jackson, C. (en)"Challenge and Hindrance Stress: Relationships


with Exhaustion. Motivation to Leam, and Lerning Performance." Journal of
Applied Psychology, Oktober 2004. hal. 883-89L.

Budiarto, Eka & Tuti Afriani. (2017). Analisis Manajemen Stres Berbasis Aplikasi
Smartphone untuk Meningkatkan Koping Adaptif dalam Asuhan Keperawatan Jiwa:
Literature Review. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 2 (1)
Jurnal Konseling Andi Matappa Vol. 1 No.2 Agustus 2017 Strategi Coping : Teori dan
Sumberdayanya

13

Anda mungkin juga menyukai