Anda di halaman 1dari 5

Nama : Achmad Faruchi F

Nim : 2010411175

Manajemen Mutu

1. Apa Itu Proses Bisnis?

Proses bisnis adalah serangkaian langkah yang saling terkait yang ditugaskan kepada setiap pemangku
kepentingan untuk pekerjaan tertentu untuk memberikan produk atau layanan kepada pelanggan.

Setiap pemangku kepentingan melakukan tugas khusus yang menjadi spesialisasi mereka untuk
mencapai tujuan konkret. Langkah-langkah ini sering diulang berkali-kali oleh banyak pengguna dengan
cara standar dan dioptimalkan.

Contoh Proses Bisnis

Proses yang baik direpresentasikan sebagai alur kerja atau diagram alur dari langkah-langkah logis.
Untuk menguraikannya lebih lanjut, berikut adalah dua contoh proses bisnis:

A. Perusahaan perlu mempekerjakan orang yang memenuhi syarat untuk pekerjaan manajer produk

Berikut adalah langkah-langkah yang perlu diambil dalam proses ini.

- Pertama, manajer SDM akan menerbitkan iklan di portal pekerjaan dengan menyebutkan keterampilan
dan kualifikasi yang dibutuhkan untuk pelamar yang memenuhi syarat.

- Setelah jumlah lamaran yang diminta diterima, seseorang dari tim akan menghubungi pelamar yang
tertarik dan meminta mereka untuk datang untuk wawancara.

- Wawancara akan dilakukan di mana para kandidat harus melewati beberapa putaran untuk
mengamankan posisi kerja.

- Kandidat yang paling cocok akan dipilih berdasarkan nilai kelulusan dan ekspektasi yang telah
ditentukan.

- Manajer SDM akan membuat kandidat yang dipilih menandatangani dokumen dan kontrak tertentu.

Kandidat yang dipilih akan dilatih oleh pelatih yang ditugaskan sesuai dengan persyaratan pekerjaan.

- Nantinya, tools, tugas, dan dokumen yang diperlukan akan diberikan kepada karyawan baru.

Proses ini akan diulangi dengan cara yang terstandardisasi dan dioptimalkan setiap kali perusahaan perlu
merekrut karyawan baru.

2. 1. Memiliki visi
Pemimpin yang efektif harus mampu menciptakan dan mengembangkan visi mereka, lalu membuatnya
menarik dan meyakinkan. Dengan visi, seorang pemimpin memiliki gagasan yang jelas tentang ke mana
mereka ingin pergi, bagaimana cara menuju ke sana dan seperti apa kesuksesan tersebut.

Pemimpin yang efektif juga harus mampu mengartikulasikan visi dengan jelas dan penuh semangat. Hal
ini bertujuan untuk memastikan tim dapat memahami upaya yang harus mereka kontribusikan pada
tujuan tersebut. Fokus mencapai visi dengan ketekunan, keuletan, dan antusiasme juga membantu
pemimpin untuk menginspirasi dan mendorong orang lain untuk melakukan hal serupa.

2. Mampu membuat perencanaan strategis

Pemimpin yang efektif harus mampu memiliki kemampuan untuk melihat ke depan dan mengantisipasi
dengan akurat ke mana arah tim atau organisasi. Ia harus mampu mengantisipasi tren jauh sebelumnya
dari pesaing. Seorang pemimpin juga harus terus menerus mengajukan pertanyaan berdasarkan apa
yang terjadi, tujuan organisasi yang dimiliki dan kemungkinan perkembangan tim atau perusahaan
dalam tiga bulan, enam bulan atau satu tahun ke depan.

3. Berintegritas

Seorang pemimpin dengan integritas akan menggunakan nilai-nilai mereka untuk memandu keputusan,
perilaku dan hubungan mereka dengan orang lain. Mereka memiliki keyakinan yang jelas tentang apa
yang benar dan salah, serta dihormati karena tulus, berprinsip, etis dan konsisten.

Pemimpin yang efektif juga memiliki karakter yang kuat, menepati janji dan berkomunkasi secara
terbuka, jujur dan langsung dengan orang lain. Karena menampilkan integritas melalui tindakan di
keseharian, pemimpin akan dihargai dengan loyalitas, kepercayaan diri dan rasa hormat dari karyawan.

4. Kemampuan untuk memengaruhi orang lain

Indikator kepemimpinan yang efektif lainnya adalah kemampuan untuk memengaruhi orang lain.
Pemimpin dapat memberikan pengaruh dengan mengetahui cara mengartikulasikan arah yang
menurutnya harus dituju oleh perusahaan selanjutnya.

Memengaruhi orang lain juga membutuhkan kepercayaan dari kolega. Itu sebabnya agar mampu
memengaruhi orang lain, pemimpin harus fokus untuk memahami motivasi karyawan dan mendorong
mereka untuk membagikan pendapat mereka. Dari sana pemimpin dapat menggunakan pengetahuan
itu untuk membuat perubahan dan menunjukkan bahwa suara anggota tim atau karyawan penting.

5. Kemampuan memberi contoh

Sebagai seorang pemimpin, cara terbaik untuk membangun kredibilitas dan mendapatkan rasa hormat
dari orang lain adalah dengan memberikan contoh yang tepat. Misalnya jika sebagai pemimpin kamu
menuntut banyak pada tim, maka kamu juga harus bersedia menetapkan standar tinggi untuk kamu
sendiri.
Itu sebabnya pemimpin yang efektif harus mampu menyelaraskan kata-kata dan tindakannya demi
membantu membangun kepercayaan dan membuat tim lebih bersedia mengikuti teladannya.

6. Kemampuan mengambil keputusan

Untuk menjadi pemimpin yang efektif, kemampuan untuk membuat keputusan dengan cepat meskipun
dengan informasi yang terbatas sangatlah penting. Hal ini dapat dicapai dengan menentukan apa yang
ingin dicapai setiap menghadapi keputusan sulit, serta mempertimbangkan kemungkinan konsekuensi
dari keputusan dan setiap alternatif yang tersedia.

Dari sana pemimpin dapat mengambil keputusan akhir dengan yakin dan bertanggungjawab
terhadapnya. Menjadi pembuat keputusan yang tegas dan percaya diri juga memungkinkan seorang
pemimpin untuk memanfaatkan peluang dan mendapatkan rasa hormat dari timnya.

7. Kemampuan berkomunikasi secara efektif

Kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas dan bijaksana adalah skills leadership yang penting.
Komunikasi di sini tidak hanya dipahami sekedar kemampuan mendengar orang lain dengan perhatian
dan memberikan respon yang tepat, namun juga kemampuan untuk berbagi informasi yang berharga,
mengklarifikasi kesalahpahaman, dan menjelaskan apa yang diinginkan.

8. Tahu bagaimana cara mengembangkan tim

Salah satu ciri utama pemimpin yang efektif adalah mampu mengembangkan tim melalui pelatihan,
pengajaran dan pembinaan. Dengan cara tersebut, pemimpin dapat mendorong tim untuk mencapai
tujuan organisasi. Pemimpin yang efektif dapat membangun orang dan membuat timnya menjadi lebih
kuat sehingga menguntungkan semua orang yang terlibat. Ini semua dapat dilakukan jika pemimpin
mampu memperhatikan kekuatan dan kelemahan tim secara keseluruhan maupun yang dimiliki setiap
anggota.

9. Transparansi

Semakin transparan seorang pemimpin tentang tujuan dan tantangan organisasi, maka semakin mudah
bagi karyawan atau tim untuk memahami peran mereka dan bagaimana cara agar mereka dapat
berkontribusi secara individu untuk kesuksesan perusahaan secara keseluruhan. Perasaan tersebut
kemudian dapat diterjemahkan ke dalam tingkat keterlibatan karyawan yang lebih tinggi.

Meski demikian, pemimpin yang efektif tetap harus tahu batas-batas transparasi yang tepat. Walaupun
dimaksudkan untuk mendorong kolaborasi dan akuntanbilitas, terlalu transparan juga bisa memiliki efek
sebaliknya. Itu sebabnya salah satu indikator kepemimpinan yang efektif adalah kemampuan
menyeimbangkan transparansi dengan privasi dan menetapkan berbagai jenis batasan untuk tetap
mendorong kolaborasi.

10. Berorientasi pada tujuan


Alih-alih hanya fokus pada masalah yang dihadapi, seorang pemimpin yang efektif akan mengarahkan
perhatian pada solusi. Ia tidak hanya akan mengeluh dan mengkhawatirkan masalah, namun fokus pada
tujuan dengan membuat rencana dan strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Seorang pemimpin yang
efektif mampu membuat prioritas sehingga dapat menyelesaikan hal-hal yang terpenting dan mendesak
terlebih dahulu.

3. Pengertian biaya kualitas

biaya kualitas adalah semua biaya yang muncul untuk bisa menangani suatu masalah kualitas barang.
Umumnya, biaya kualitas ini pun ditangani oleh manajemen kualitas lewat sistem informasi manufaktur.

Selain itu, pengukuran kualitas produk yang ada di dalam perusahaan juga umumnya terbagi menjadi
tiga komponen, yakni biaya pencegahan, biaya penilaian dan juga biaya kegagalan.

Dalam hal kegagalan ini juga umumnya akan terbagi menjadi dua jenis, yaitu kegagalan internal dan
kegagalan eksternal. Artinya, perbaikan pada biaya ini diharapkan mampu membuat dan mengirim
produk dengan baik dan pelanggan menjadi lebih puas.

Jadi, biaya kualitas adalah suatu total biaya yang digunakan untuk mempertahankan kualitas produk
barang atau jasa, atau untuk memperbaiki produk barang yang cacat.

- Biaya Pencegahan (Prevention Costs)

Adanya biaya ini digunakan untuk mencegah setiap kesalahan ataupun masalah yang terjadi pada
kualitas produk. Biaya ini termasuk biaya yang paling murah.

Contoh sederhana dari biaya pencegahan adalah pelatihan karyawan, riset pasar, perencanaan kualitas,
dan proses kontrol. Untuk itu, banyak perusahaan yang menganggap biaya ini sebagai suatu investasi
penting.

4. Faktor yang Menghambat Pelibatan dan Pemberdayaan Karyawan, serta Bagaimana Cara
Mengatasinya Penolakan terhadap perubahan merupakan faktor penghambat utama bagi penerapan
PPK. Penolakan tersebut dapat berasal dari karyawan, serikat kerja, dan manajemen. Penolakan yang
paling besar biasanya berasal dari manajeman. Akan tetapi, seringkali disadari atau tidak, penolakan
juga terjadi dari karyawan dan serikat kerja. Penolakan manajemen terhadap penerapan PPK antara lain:

1. Ketidakamanan, hal ini akan dirasakan oleh para manajer ketika karyawan yang berada dalam tim
kerja mencetuskan inisiatif atau ide yang dapat mengurangi kekuasaan manajer tersebut. Sehingga
manajer akan berusaha mempersulit kelompok kerja.

2. Nilai-nilai pribadi, yaitu anggapan manajer bahwa karyawan harus melaksanakan perintah yang
diberikan oleh manajer.

3. Ego, manajer yang memiliki ego tinggi tidak akan menerima adanya keterlibatan karyawan, karena
akan merasa berkurang status dan keuntungannya.
4. Pelatihan manajemen, akan mempengaruhi cara pandang manajer karena biasanya pelatihan
manajemen mengikuti filosofi yang dicetuskan oleh Frederick Taylor yang lebih fokus kepada penerapan
prinsip-prinsip ilmiah dalam perbaikan proses dan teknologi, yang tidak berorientasi pada manusia.
Sehingga kemungkinan besar, para manajer tersebut akan menolak PPK.

5. Karakteristik kepribadian para manajer, yang dididik dengan cara lama tidak akan menerima PPK
karena mereka lebih memperhatikan tugas dan hasil kerja daripada memperhatikan orang yang bekerja
tersebut.

6. Ketidak terlibatan manager, PKK berkaitan secara menyeluruh seluruh personil yang akan dipengaruhi
oleh suatu ide atau suatu keputusan. Konsep ini mencakup; tingkat pertama manajemen, manaqjemen
madya, dan manajemen eksekutif. Setiap manajer atau tingkat manajemen yang tidak terllibat dalam
proses mungkin akan menolak proses PPK.

7. Struktur organisasi dan praktik manajemen, dapat pula mengurangi kesuksesan ppk. Sebelum suatu
organisasi berusaha melaksanakan ppk. Ketidakterlibatan manajer akan menolak PPK karena manajer
tersebut merasa diabaikan. Penerapan PPK harus melibatkan semua personil yang akan dipengaruhi
oleh keputusan atau ide yang ditemukan. Struktur Organisasi dan praktek manajemen akan
menghambat PPK ketika organisasi memiliki birokrasi yang berbelit-belit. Penolakan karyawan terhadap
penerapan PPK antara lain mereka merasa skeptis terhadap manajemen yang silih berganti dan tidak
dilaksanakan.

5. Tujuan dari Rekayasa ulang adalah merancang sebuah proses dengan menyederhanakan proses kerja
yang dapat memuaskan Pelanggan dan meningkatkan nilai-nilai dari Pelanggan. Rekayasa ulang dapat
membuat perbaikan proses bisnis secara dramatik terkadang terjadi pengurangan pembiayaan, reduksi
waktu siklus, dan peningkatan kepuasan pelanggan secara signifikan. Korporasi melakukan rekayasa
ulang proses bisnisnya ketika menginginkan perubahan yang dramatis dalam cara menjalankan bisnisnya
atau ketika cara yang dijalankan saat ini tidak sesuai dengan harapan. Pada umumnya banyak proses
bisnis yang sangat rumit dan hanya beberapa orang dalam organisasi yang benar-benar memahami dan
dapat menjalankan proses tersebut.

Anda mungkin juga menyukai