Disusun Oleh :
LABORATORIUM FARMASETIKA
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
PERCOBAAN 5
PEMBUATAN DAN EVALUASI PELET DAN KAPSUL
A. TUJUAN
Mengetahui bagaimana proses pembuatan kapsul berisi pellet dan evaluasi kapsul
B. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
Alat yang digunakan yaitu Ekstuder, Granulator dan mesin pengisi kapsul.
b. Bahan
Bahan yang digunakan untuk membuat pelet yaitu Piroksikam, Mikrokristalin selulosa,
Laktosa, Povidon K-30, Sodium starch glycollate, Purified water.
Granulasi
- Dibuat dengan granul baik itu dengan granul kering atau granulasi basah atau
menggunakan alat
- Dipasang alat granulasi
- Dipasang 2 alat pemutar granulasi
- Dimasukkan piroksikam, mikrokristal selulosa, laktosa, povidon K-30,
sodium starch glycollate kemudian diputar
- Ditambahkan purified water sambil diputar agar terbentuk masa granul
-
Ekstruksi
- Ditambahkan granul pada baki alat pembuatan
- Dimasukan secara perlahan sedikit demi sedikit pada alat ekstuksi
- Biarkan alat membentuk suatu ekstrudat selama 3-5 menit
- Massa ditekan kemudian massa tersebut mengalir keluar lubang untuk
menghasilkan ekstrudat yang berbentuk panjang
Spheronisasi
- Dimasukan ekstrudat kedalam alat Spheronisasi
- Dipecah dan dipotong partikel berbentuk silinder yang diekstrusi dengan cara
alat diputar selama 5-15 menit dengan kecepatan 1000-2000 rpm
- kstruksi berbentuk panjang yang seragam akan secara bertahap berubah
menjadi bentuk bola
Pellet
- Dikeringkan pelet yang sudah terbentuk dengan suhu ruang atau didalam
oven
Filling
- Difilling atau pelet dimasukkan ke dalam kapsul keras size 1 dengan cara
semi otomatik (machine CN-100) atau menggunakan alat otomatis (FEC40)
Kapsul piroksikam
1. Uji organoleptis
Kapsul piroksikam
Kapsul piroksikam
- Diambil 10 kapsul
- Diuji kadar tiap kapsul (satu per satu)
- Didapatkan hasil kadar tiap kapsul
- Dicari rata-rata, deviasi, nilai k, nilai m
- Dimasukan ke rumus
Hasil
3. Uji waktu hancur
Kapsul piroksikam
- Dimasukan enam buah kapsul ke dalam tabung disintegration tester
- Diisi satu kapsul pada setiap tabung
- Dimasukkan ke dalam pengangas air dengan temperatur 37° C
- Dijalankan alat sampai semua kapsul hancur
- Dicatat waktunya dari masing masing kapsul untuk hancur
Hasil
4. Uji disolusi
Kapsul piroksikam
- Dimasukkan sejumlah volume media disolusi seperti yang tertera pada
masing masing monografi kedalam wadah
- Diatur suhu 37°± 0,5°C
- Dimasukan masing masing 1 kapsul pada 6 media uji disolusi
- Dihilangkan gelembung udara dari permukaan sediaan yang diuji
- Dijalankan alat pada laju kesepatan yang tertera dalam masing- masing
monografi
- Diambil cuplikan dan didapatkan persen obat terdisolusi
Hasil
D. FORMULASI
Bahan Jumlah
Piroksikam 20 mg
Mikrokristalin selulosa 40 mg
Laktosa 30 mg
Povidon K-30 5 mg
Sodium starch glycollate 5 mg
Purified water qs
Bobot pellet dalam kapsul 100 mg
F. TABEL DATA
Organoleptis : Kapsul size 1 berwarna merah berisi pellet piroksikam berwarna kuning.
Rata-rata assay piroksikam : 99,0%
Rata-rata bobot kapsul : 99,5 ± 0,25 mg
Keseragaman sediaan
Waktu hancur
Disolusi
G. PEMBAHASAN
Pelet adalah sediaan berukuran kecil, mengalir bebas, diproduksi secara sistematis, unit
padat bulat atau semi bulat, aglomerat didefinisikan secara geometris dengan ukuran kira-kira
0,5 mm hingga 2,0 mm, diperoleh dari beragam bahan awal berupa bubuk halus atau butiran
granul dan eksipien yang menggunakan teknik peletisasi berbeda. Pelet yang ditujukan untuk
penggunaan oral diberikan dalam bentuk kapsul gelatin keras atau tablet hancur yang dengan
cepat membebaskan isinya di perut dan didistribusikan ke seluruh tubuh (Sirisha et al,2013).
Pelet memiliki beberapa keuntungan farmakologis diantaranya dapat terdispersi bebas dalam
saluran pencernaan, memaksimalkan penyerapan obat, mengurangi fluktuasi puncak plasma dan
meminimalkan potensi efek samping tanpa menurunkan ketersediaan hayati (Paradipa et
al,2019).
a. Keuntungan Proses : Sebagai subunit, berbagai jenis partikel dengan permukaan yang
tidak terlalu berpori, bentuk bulat, rasio luas permukaan terhadap volume yang rendah
cocok untuk lapisan polimer obat yang fleksibel dan seragam.
b. Keuntungan Formulasi: Pelet menawarkan fleksibilitas yang lebih besar dalam desain dan
pengembangan bahan aktif menjadi bentuk sediaan oral seperti tablet, kapsul dan suspensi
dengan keuntungan terapeutik yang signifikan dibandingkan unit tunggal.
c. Keuntungan Terapeutik: Jika diberikan secara oral, pelet melewati pilorus bahkan dalam
keadaan tertutup dan menyebar dengan bebas ke seluruh saluran pencernaan dan
memaksimalkan penyerapan obat; meminimalkan iritasi lokal pada mukosa gastro-
intestinal oleh obat-obatan iritan tertentu karena jumlah obat yang tersedia dalam satu pelet
sangat kecil; mengurangi risiko dumping dosis; meningkatkan keamanan dan kemanjuran
obat; mengurangi fluktuasi plasma puncak dan meminimalkan potensi efek samping
dengan peningkatan ketersediaan hayati obat ; menawarkan pengurangan variasi laju
pengosongan lambung dan waktu transit yang kurang bergantung pada keadaan nutrisi;
mengurangi variabilitas antar dan intra pasien; lebih cocok untuk pembuatan formulasi
dengan obat-obatan yang sensitif terhadap asam seperti Eritromisin.
d. Dapat dibuat dalam berbagai kekuatan dosis tanpa mengubah formula atau proses.
Fleksibilitas tinggi dalam desain sediaan.
e. Meningkatkan sifat alir : bentuk spheris memiliki sifat alir yang baik sehingga dapat
meningkatkan proses produksi, misal tabletting, capsule filling, atau pengemasan.
f. Lebih terhindar dari debu.
a. Pendosisan dengan volume lebih dipilih daripada jumlah dan dibagi tiap dosis tunggal zat
aktif tertentu.
b. Karena luas permukaan spesifik per dosis lebih tinggi, lebih banyak jumlah lapisan harus
diberikan.
c. Biaya produksi mahal dan membutuhkan alat khusus yang canggih.
d. Persiapan pelet adalah proses yang rumit dan memakan waktu.
e. Proses pentabletan dapat merusak penyalutan pellet.
f. Variasi ukuran pellet antar batch, biasanya antara 1-2 mm.
g. Pengisian pada kapsul gelatin lebih sulit.
Peletisasi adalah proses dimana bahan berbentuk halus atau granular dikonversi menjadi
unit kecil, mengalir bebas berbentuk sferis atau semi feris. Metode pelitisasi prinsipnya hampir
sama dengan proses granulasi. Proses yang digunakan secara luas adalah ekstruksi dan
sferonisasi, dan pelapisan dengan larutan atau suspense. Produksi pellet merupakan proses yang
mahal, membutuhkan peralatan sangat khusus, seperti ekstruder, sferonizer, dan rotor-
granulator (Gaur et al,2014).
Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul, keras, atau lunak.
Cangkang kapsul dibuat dari gelatin atau tanpa zat tambahan lain. Ukuran cangkang kapsul
keras bervariasi dari nomor paling kecil (5) sampai nomor paling besar (000), kecuali ukuran
cangkang untuk hewan. Umumnya ukuran (00) adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan
kepada pasien (Depkes RI, 1995).
Keuntungan kapsul menurut Syamsuni (2006), yaitu:
- Tidak dapat untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori kapsul tidak dapat
menahan penguapan.
- Tidak dapat untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap lembab).
- Tidak dapat untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul.
- Tidak dapat diberikan untuk balita
- Tidak dapat dibagi-bagi.
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan kapsul yang berisi pellet piroksikam.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat pellet dan tahap akhirnya dimasukan
ke dalam kapsul keras size 1. Siapkan alat dan bahan yang terdiri dari piroksikam 20 mg,
mikrokristal selulose 40 mg, laktosa 30 mg, povidon k 30 5 mg, sodium starch glycollate 5 mg,
purified water sampai 100 mg kemudian masukan ke dalam alat untuk proses granulasi baik
granulasi kering maupun granulasi basah. Siapkan terlebih dahulu alat yang digunakan untuk
proses granulasi dan pasang 2 alat pemutar granulasi. Masukan piroksikam, mikrokristal
selulose, laktosa, povidon k 30, sodium starch glycollate kemudian diputar kemudian
tambahkan purified water sampai terbentuk masa granul. Granul yang sudah terbentuk
dimasukan ke dalam alat untuk melalui tahapan ekstruksi. Masukan granul secara perlahan,
sedikit demi sedikit ke dalam alat dan tunggu sampai alat membentuk ekstrudat selama 3-5
menit. Selanjutnya akan terbentuk masa yang nantinya ditekan keluar lubang untuk
menghasilkan ekstrudat berbentuk panjang. Ekstrudat yang dihasilkan selanjutnya dimasukan
ke dalam alat spheronisasi untuk dipecah dan dipotong menjadi partikel berbentuk silinder yang
diekstruksi dengan cara alat diputar selama 5-15 menit dengan kecepatan 1000-2000 rpm.
Kecepatan sferonisasi memengaruhi ukuran pelet yang dihasilkan. Kecepatan yang terlau tinggi
akan memberikan energi yang besar untuk memecah eksudat menjadi bentuk silinder yang yang
lebih pendek dan menghasilkan ukuran pelet yang terlalu kecil (Thommes and Kleinebudde,
2007). Kecepatan yang tinggi dan waktu yang lama akan menyebabkan kandungan lembab akan
berkurang selama proses sferonisasi. Semakin tinggi kecepatan sferonisasi, panas yang
ditimbulkan oleh putaran plat friksi akan meningkat, selanjutnya penguapan akan
meningkat dan kelembaban akan menurun. Hal tersebut menyebabkan perbedaan hasil
kelembaban pelet pada masing-masing kecepatan sferonisasi (Parikh, 1997). Ekstruksi
berbentuk panjang tadi secara perlahan akan berubah menjadi bentuk bola dan terbentuk pelet.
Pelet selanjutnya dikeringkan dengan suhu ruang atau di dalam oven, apabila sudah kering
masukan (filling) pelet ke dalam kapsul keras size 1 dengan cara semi otomatik menggunakan
maccine CN-100 atau menggunakan alat otomatis.Kapsul yangs sudah dihasilkan selanjutkan
dilakukan evaluasi tablet berisi pelet.
Evaaluasi Kapsul
a. Organoleptis
Pada sediaan kapsul, cangkang kapsul menggunakan size 1 volume sebesar 0,62
mm (Syamsuni, 2006) dan berwarna merah karena untuk menandai sediaan dengan
pengobatan berefek tinggi dibandingkan dengan kapsul berwarna hijau dan kuning yang
cenderung mempunyai efek ringan dan terbatas, serta lebih ekonomis dibandingkan
dengan kapsul warna putih (Bernard dan Olivier, 2005). Uji evaluasi organoleptis pada
pellet kapsul piroksikam berwarna kuning. Hal ini sudah sesuai dengan literatur bahwa
pellet piroksikam tersusun dari serbuk halus dan hablur berwarna kuning (terang)
(Binarjo dan Khotimah, 2017), dimana warna kuning tersebut ditunjukan dari salah satu
dari dua bentuk polimorfisme piroksikam yaitu berbentuk prisma atau kubik kristal
(Shohin et al., 2014).
b. Rata-rata Bobot Kapsul
Uji keseragaman kapsul dapat diuji dengan menimbang 20 kapsul, memberi label
satu persatu kemudian keluarkan isi tiap kapsul. Kemudian menimbang setiap cangkang
kapsul dan menghitung selisih antara bobot cangkang kapsul dengan masing-masing
bobot kapsul (Depkes RI, 2014). Setelah menimbang 20 kapsul tidak boleh lebih dari 2
kapsul yang bobot nya menyimpang 10 % dari bobot rata-ratanya dan tidak boleh 1 pun
kapsul menyimpang lebih besar dari 25 % (PerKBPOMRI, 2014). Hasil dari pengujian
keseragam bobot kapsul sudah memenuhi pesyaratan yang mana tidak boleh lebih 2
kapsul yang menyimpang dari 10 % bobot rata-rata kapsul (Nurani, Kumalasari, &
Zainab, 2017). Bobot rata-rata isi tiap kapsul kurang dari atau sama dengan 120 mg tidak
boleh lebih dari 10% dan untuk setiap 2 kapsul tidak lebih dari 20% (Depkes RI, 1979).
c. Rata-rata Assay Piroksikam
Rata-rata yang diperoleh adalah 99,0% sehingga masih diperbolehkan karena masih
masuk dalam batas. Berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi IV bahwa kapsul dengan
bobot rata-rata ≤ 120 tidak boleh memiliki perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul
terhadap bobot rata-rata isi kapsul lebih dari 85%-110% (Depkes RI, 2014).
d. Uji Keseragaman
Kadar
Kapsul NP
(%)
1 98 4.118
2 100.5 4.718
3 100 4.218
4 97.5 4.618
5 98 4.118
6 99 3.218
7 101 5.218
8 99.5 3.718
9 97 5.118
10 99 3.218
total 989.5
X 98.95
S 1.321825
Pada uji disolusi kapsul piroksikam di dalam tabel diatas, rentang uji disolusi kapsul
piroksikam yaitu 84%-90%, artinya sudah sesua literatur yang menunjukkan bahwa
kapsul piroksikam sudah terdisolusi seluruhnya dalam waktu 45 menit, karena dalam
waktu tersebut harus larut tidak kurang dari 75% (Q) dari jumlah yang tertera pada
etiket (Depkes RI, 2014)
(Depkes RI,2014)
H. KESIMPULAN
Pembuatan kapsul berisi pelet piroksikam menggunakan metode Extrusion Spheronization
memiliki keuntungan dapat menghasilkan pelet dengan jumlah yang banyak, distribusi ukuran,
yang sempit, bentuk pelet yang sferis, dan tingkat kerapuhan yang rendah. Metode ini terdiri
dari beberapa tahapan yang diawali dengan pencampuran kering, massing basah, ekstrusi, tahap
sferonisasi, pengeringan, penapisan, dan coating. Setelah diperoleh kapsul berisi pelet dilakukan
evaluasi. Uji organoleptis menunjukan adanya warna merah. Warna ini untuk menandai sediaan
memiliki efek tinggi dalam pengobatan dibandingkan dengan kapsul berwarna hijau dan kuning
yang cenderung mempunyai efek ringan dan terbatas, serta lebih ekonomis dibandingkan
dengan kapsul warna putih, pelet piroksikam berwarna kuning karena salah satu dari dua bentuk
polimorfisme piroksikam berupa prisma atau kubik Kristal. Pada uji rata-rata assay yang tertera
diperoleh hasil sebesar 99,0% yang masih diperbolehkan karena masuk dalam rentang ( 85% -
110%). Pada uji disolusi rentang kapsul piroksikam diperoleh sebesar 84%-90% yang sesuai
dengan literature. Hal ini menunjukan bahwa kapsul piroksikam sudah terdisolusi seluruhnya
dalam waktu 45 menit, karena dalam waktu tersebut harus larut tidak kurang dari 75% (Q) dari
jumlah yang tertera pada etiket. Pada uji waktu hancur, sebanyak 10 kapsul memiliki waktu
hancur yang tidak lebih dari 15 menit sehingga hasil uji waktu hancur ini sesuai dengan
persyaratan pada kompendial dan evaluasi uji keseragaman juga sesuai dengan persyaratan
karena sepuluh kapsul yang diuji % kadarnya tidak ada yang melebihi nilai L1 (nilai
penerimaan maksimum = 15)
DAFTAR PUSTAKA
Allen, L. V. Jr., Popovich, N. G., and Ansel, H.C. 2005. Ansel’s Pharmaceutical Dosage Form and
Drug Delivery System, Eight Edition. Philadelphia, : Lippincot Williams and Wilkins.
Bernard Roullet and Olivier Droulers., 2005. "Pharmaceutical Packaging Color and Drug Expectancy",
in NA - Advances in Consumer Research Volume 32, eds. Geeta Menon and Akshay R. Rao,
Duluth, MN”. Association for Consumer Research. 164-171.
Bhairy, S. R., Habade, B. M., Shivram, K. G., Vidula, R. G., Yogita, K. G., & Sagar, K. K. 2015.
Pellets and pelletization as multiparticulate drug delivery systems (mpdds): A conventional and
novel approach. International Journal of Institutional Pharmacy and Life Sciences, 5(4).
Binarjo, A., dan Khotimah, H., 2017. “Disolusi Kapsul Dispersi Padat Piroksikam-PEG 6000 selama
Penyimpanan”. IJPST. 4(1) : 18-26.
Deb, R., & Ahmed, A. B. 2013. Pellets and Pelletization techniques: A critical review. Int Res J Pharm,
4(4), 90-95.
Depkes RI., 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan Indonesia
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi 4. Jakarta: Departemen Kesehatan Indoensia
Depkes RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi 5. Jakarta: Departemen Kesehatan Indonesia.
Gaur, P. K., Mishra, S., Bhardwaj, S., Kumar, S. S., Bajpai, M., Verma, A., & Verma, N. 2014. Recent
Developments for Oral Time Controlled Drug Delivery by Pelletization Techniques: An
Overview. Journal of Pharmaceutical Sciences and Pharmacology, 1(4), 283-295.
Kathpalia, H., Sharma, K., & Doshi, G. 2014. Recent trends in Hard Gelatin capsule delivery System.
Journal of Advanced Pharmacy Education & Research Apr-Jun, 4(2).
Kumari, M. H., Samatha, K., Balaji, A., & Shankar, M. U. 2013. RECENT NOVEL
ADVANDCEMENTS IN PELLET FORMULATION: A REVIEW. International Journal of
Pharmaceutical Sciences and Research, 4(10), 3803.
Nastruzzi, C., Cortesi, R., Esposito, E., Genovesi, A., Spadoni, A., Vecchio, C., & Menegatti, E. 2000.
Influence of formulation and process parameters on pellet production by powder layering
technique. Aaps Pharmscitech, 1(2), 14-25.
Nurani, Kumalasari, & Zainab., 2017. “Penetapan Kadar Logam, Cemaran Mikroba dan Uji Disolusi
Kapsul Ekstrak Etanol Akar Pasak Bumi”. Pharmaciana. 295-304.
Paradipa, I. P. B. M., Wijayanti, N. P. A. D., & Arisanti, C. I. S. 2019. Pengaruh Waktu Sferonisasi
Terhadap Sifat Fisik Pelet Yang Dibuat Menggunakan Metode Ekstrusi-sferonisasi. Jurnal
Farmasi Udayana, 2(1), 279716.
Raini, M., Daroham M., dan Padji L., 2010, Uji Disolusi dan Penetapan Kadar Tablet
Loratadin Inovator dan Generik Bermerek, Media Litbang Kesehatan, XX(2): 59-64
Shohin, I. E., Julia, I.K., Galina, V. R., Bertil, A., Sabine, K., Peter, L., James, E. P., Vinod, P.S., D.W.
Groot., Dirk, M. B., dan Jennifer, B.D., 2014. “Biowaiver Monographs for Immediate Release
Solid Oral Dosage Forms: Piroxicam”. Journal Of Pharmaceutical Sciences. 103 : 367–377.
Sirisha, V. R. K., Sri, K. V., Suresh, K., Reddy, G. K., & Devanna, N. 2013. A review of pellets and
pelletization process-a multiparticulate drug delivery system. International Journal of
Pharmaceutical Sciences and Research, 4(6), 2145.