Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN AKHIR TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI II

PERCOBAAN IX
PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN AEROSOL

Disusun Oleh:
Nama : Sabila Hairun Nisak I1C018055
Ummy Halimatussa’diyah I1C018059
Jalu Prima Sakti I1C018065
Wiwi Astuti I1C018067
Marwa Fathin I1C018069
Kelas/Kelompok : A/6
Asisten Praktikum : Via

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU-IMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2020
I. TUJUAN
Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana proses pembuatan dan evaluasi sediaan aerosol.
II. PEMBAHASAN
A. Materi Praktikum
Menurut FI III, aerosol adalah sediaan yang mengandung satu atau lebih zat berkhasiat
dalam wadah yang diberi tekanan, berisi propelan atau campuran propelan yang cukup untuk
memancarkan isinya hingga habis, dapat digunakan untuk obat luar atau obat dalam dengan
menggunakan propelan yang cocok (Depkes RI, 1979). Menurut FI IV, aerosol farmasetik
adalah sediaan yang dikemas dibawah tekanan, mengandung zat aktif terapetik yang dilepas
pada saat sistem katup yang sesuai ditekan. Sediaan ini bisa digunakan untuk pemakaian
topical pada kulit dan juga pemakaian lokal pada hidung (aerosol nasal), mulut (aerosol
lingual), atau paru-paru (aerosol inhalasi), ukuran partikelnya harus lebih kecil dari 10 µm, dan
sering disebut inhalasi dosis terukur (Depkes RI, 1995).
Ukuran partikel bahan aktif berkisar antara 0,5 hingga 10 µm, untuk meminimalisir
penghantaran dan penyimpanannya dalam cairan pernafasan. Sebagian besar menyetujui
bahwa ukuran 3 hingga 6 µm adalah yang paling efektif. Jika partikel-partikel bahan aktif lebih
besar dari 10 µm maka akan tersimpan atau tertahan pada saluran pernafasan bagian atas,
sementara jika ukuran partikel kurang dari 0,5 µm akan dikeluarkan atau melekat pada
dinding-dinding mulut setelah fase ekshalasi (Gennaro, 1990).
Jenis atau sistem aerosol terdiri atas sistem dua fase (gas dan cair) dan sistem tiga fase
(gas, cair, dan padat atau cair). Sistem dua fase terdiri atas larutan zat aktif dalam propelan cair
dan propelan dalam bentuk uap, sebagai pelarut yang digunakan etanol, propilenglikol, dan
PEG untuk emnambah kelarutan zat aktif. Pada aerosol sistem dua fase, wadah berisi fase gas
dan fase cair, serta fase gas dan fase padat untuk aerosol serbuk. Fase cair dapat terdiri atas
komponen zat aktif/campuran zat aktif dan propelan cair/komponen propelan yang dilarutkan
di dalamnya. Yang termasuk sistem ini antara lain aerosol ruang (space spray), insektisida dan
deodorant, aerosol pelapis permukaan (surface coating sprays), misalnya cat dan hairspray.
Aerosol sistem dua fase ini beroperasi pada tekanan 30-40 psig (pounds per square in gauge)
pada suhu 21°C (Syamsuni, 2006).
Sistem tiga fase terdiri atas suspense atau emulsi zat aktif, propelan cair, dan uap
propelan. Suspense terdiri atas zat aktif yang dapat didispersikan dalam sistem propelan
dengan zat tambahan yang sesuai seperti zat pembasah dan atau bahan pembawa padat seperti
talk atau silika koloid. Jika bobot jenis (BJ) propelan lebih kecil dari BJ zat aktif, propelan cair
berada di antara lapisan uap dan zat aktifnya. Lapisan uap selalu diiisi oleh uap yang terjadi
dari lapisan propelan cair. Aerosol sistem tiga fase ini beroperasi pada tekanan 15 psig pada
suhu 21°C (Syamsuni, 2006).
Aerosol dapat digunakan sebagai berikut (David, 2008):
1. Topikal pada kulit
Meliputi preparat yang digunakan sebagai antiseptic, antimikotik,
antipruriginosis, antialergik luka bakar dan anastesi lokal. Contoh sediaan yang
beredar di masyarakat adalah Rogaine Foam mengandung 5% minoxidil yang telah
terbukti secara klinis dapat menumbuhkan kembali 85% rambut pria dalam 16
minggu dengan pemakaian 2 kali sehari.
2. Lokal hidung (Aerosol intranasal)
Aerosol inhalasi memiliki kerja lokal pada selaput mukosa saluran pernafasan
Ukuran partikel berkisar antara 10 – 50 µm. Ukuran partikel Aaerosol inhalasi lebih
kecil dari 10 µm.
3. Lokal Mulut (Aerosol lingual)
4. Lokal Paru-paru (Aerosol inhalasi)
Tiga tipe bentuk sediaan untuk saluran pernafasan, yaitu: metered-dose Inhaler
(MDIs), dry-powder Inhaler dan nebulizers. MDIs adalah sistem yang paling umum
digunakan selama lebih dari 50 tahun. Volume produk biasanya 25-100 µm, yang
dikemas dalam wadah kaleng kecil (canister).
Sediaan aerosol memiliki kelebihan, yaitu (David, 2008; Gennaro, 1990; Syamsuni, 2006):
• Mudah digunakan dan sedikit kontak dengan tangan
• Bahaya kontaminasi (dimasuki udara dan penguapan selama tidak digunakan) tidak ada,
karena wadah tertutup kedap
• Iritasi yang disebabkan oleh pemakaian topikal dapat dikurangi
• Takaran yang dikehendaki dapat diatur
• Bentuk semprotan dapat diatur
• Onset yang cepat dalam memberikan aksinya
• Tidak melalui mekanisme first-past effect
• Menghindari terjadinya degradasi pada saluran gastrointestinal
• Dosis yang rendah yang meminimalkan reaksi sampingan/lanjutan
• Mudah dibawa (baik untuk penanganan pada saat kondisi pernafasan akut misalnya pada
pasien atshma)
Akan tetapi, sediaan aerosol juga memiliki kekurangan, contohnya pada aerosol MDI (David,
2008):

• MDI biasanya mengandung bahan obat terdispersi dan masalah yang sering timbul
berkaitan dengan stabilitas fisiknya.
• Seringnya obat menjadi kurang efektif.
• Efikasi klinik biasanya tergantung pada kemampuan pasien menggunakan MDI dengan
baik dan benar.
B. Review Video
a. Video 1
Produksi Aerosol Otomatis
Hal pertama yang dilakukan oleh mesin adalah emasangan valve cup di atas bagian
kaleng, kemudian pemasangan body, setelah itu pengisian udara bertekanan, pemasangan
actuator, dan yang terakhir adalah pemasangan tutup

b. Video 2
Proses Pembuatan Kaleng Udara Bertekanan
Pada produksi mandiri kaleng berisi udara bertekanan kaleng yang digunakan bisa dari
kaleng apapun dan bahan yang dibutuhkan adalah katup dari ban sepeda atau ban mobil.
Selanjutnya Hal pertama yang dilakukan adalah membuat lubang kecil di bawah kaleng.
Lubang itu kemudian diberikan perekat dari kawat yang dipanaskan dan dicairkan, begitu
juga dengan katupnya. Katup dimasukkan ke dalam lubang dan rekatkan kembali dengan
memanaskan kawat dan merekatkannya di antara lubang dan katup. Untuk bagian atas,
plastik yang berada pada akuator dibuang dan dibersihkan bagian dalam akuatornya,
kemudian pasang sedotan sebagai saluran untuk keluarnya udara dari akuator. Pengisian
udara bertekanan melalui bagian bawah kaleng. Kaleng berisi udara bertekanan siap
digunakan.
c. Video 3
Cara mengisi ulang kaleng semprot aerosol
Langkah pertama yaitu Tutup botol Aerosol dibuka dan ditekan pada bagian nosel,
kemudian dimasukkan sediaan aerosol ke dalam botol dan gunakan kacamata saar
menggunakan aerosol. Setelah itu, diisi sediaan aerosol sekitar 10 detik, lalu ditutup botol
aerosol setelah diisi dan dicoba disemprotkan ke karper.

Metode udara terkompresi seperti semprotan nosel :


Digunakan metode ini untuk membersihkan debu dari suatu area menggunakan spray
dengan cara ditarik lurus ke atas. Terdapat tembaga kecil di dalam katup yang digunakan
untuk menekan spray, tembaga itu dimasukkan ke dalam spray lalu ditekan dan cairan akan
keluar dari spray.
d. Video 4
Pembuatan Inhaler uap hidung dari Minyak atsiri
Pertama siapkan tempat inhaler yang memiliki luvang uap dan juga sumbu, lalu sumbu
dimasukkan lewat bagian bawah tempat inhaler yang bisa dibuka. Setelah itu, disiapkan
bahan yang akan digunakan yaitu minyak essensial lavender dan minyak essensial
chamomile. Minyak essensial lavender kemudian di teteskan pada sumbu inhaler yaitu
kurang lebih 2 tetes dengan hati-hati, lalu dimasukkan ke dalam wadah inhaler dan ditutup.
Jika sudah digunakan tutup bagian lubang uap dengan penutup dan diberi label pada
inhaler.
e. Video 5
Cara membuat sediaan aerosol sendiri
Bahan yang digunakan yaitu sapu tangan atau perlak, beras putih, dan pewangi. Proses
yang dilakukan sangat sederhana. Pertama tama, semua sisi perlak dibuka. Kemudian
dimasukkan beras putih secukupnya ke salah satu sisi perlak. Lalu ditambahkan pewangi
sebagai pengaroma dan kemudian ditutup dan diikat rapat. Selanjutnya dismpan selama 2
sampai 3 hari untuk siap digunakan.
f. Video 6
Cara membuat DIY semprot mulut peppermint
Bahan yang digunakan adalah Minyak esensial stevia, Minyak peppermint , dan air. Hal
pertama yang dilakukan untuk membuat semprot mulut peppermint adalah menyiapkan
wadah yang digunakan yaitu botol semprot kaca berukuran 6ml dan 2,5ml ataupun botol
daur ulang ukuran berapa saja. Kemudian, siapkan bahan yang diperlukan yaitu minyak
esensial stevia 1 sendok teh, dan 2-3 tetes minyak peppermint. Stevia dipilih karena
merupakan pemanis alami yang aman, rendah atau tanpa kalori, dan murah harganya,
selain itu juga stevia berfungsi sebagai antibakteri, antijamur, diuretik, hipoglikemia bagi
para penderita diabetes (Seema, 2010). Menurut penelitian Fredy dan Margareta tahun
2012, menunjukkan bahwa kandungan zat aktif yang terdapat dalam stevia mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans, yang merupakan bakteri gigi
penyebab karies gigi. Penambahan peppermint oil berfungsi sebagai corrigen saporis
digunakan untuk memperbaiki rasa obat sehingga obat kumur terasa lebih segar di mulut
(Pertiwi et al, 2017). Untuk setiap 3ml air menggunakan 3 tetes esensial stevia dan 3 tetes
minyak peppermint. Cara penggunaanya yaitu dengan berkumur pada malam hari selama
2-3 menit. Penggunaan obat kumur dengan menggunakan bahan alami disarankan karena
memiliki efek samping yang rendah sehingga aman digunakan.
III. KESIMPULAN
Aerosol merupakan sediaan yang mengandung zat berkhasiat dalam wadah yang diberi
tekanan, berisi propelan atau campuran propelan yang cukup untuk memancarkan isinya
hingga habis. Sistem aerosol terdiri atas sistem dua fase (gas dan cair) dan sistem tiga fase
(gas, cair, dan padat atau cair). Aerosol dapat digunakan unutk pengobatan topikal pada
kulit, lokal hidung (Aerosol intranasal), lokal mulut (Aerosol lingual) dan lokal paru-paru
(Aerosol inhalasi).
DAFTAR PUSTAKA
David Jones. 2008. Fast Track: Pharmaceutical Dosage Form and Design. London: Pharmaceutical
Press.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Gennaro A.R. 1990. Remington Pharmaceutical Science, 18th Edition. Easton Pennsylvania: Mack
Publishing Company.
Margareta, S. 2012. 101 Tips & Terapi Alami agar Gigi Putih dan Sehat. Yogyakarta: Pustaka Cerdas.

Pertiwi, D. D.R., R. Murwani dan T. Yudiarti. 2017. Bobot relatif saluran pencernaan ayam broiler
yang diberi tambahan air rebusan kunyit dalam air minum. J. Pet. Ind. 19(2): 60 – 64.
Seema, T. 2010. Stevia rebaudiana: A Medicinal and Nutraceutical Plant and Sweet Gold for Diabetic
Patients. IJPLS, 1(8):451-457.
Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai