Teori medan kristal (Bahasa Inggris: Crystal Field Theory), disingkat CFT, adalah
sebuah model yang menjelaskan struktur elektronik dari senyawa logam transisi yang
semuanya dikategorikan sebagai kompleks koordinasi. CFT berhasil menjelaskan
beberapa sifat-sifat magnetik, warna, entalpi hidrasi, dan struktur spinel senyawa
kompleks dari logam transisi, namun ia tidak ditujukan untuk menjelaskan ikatan kimia.
CFT dikembangkan oleh fisikawan yang bernama Hans Bethe dan John Hasbrouck
van Vleck pada tahun 1930-an. CFT pada akhirnya digabungkan dengan teori orbital
molekul, membentuk teori medan ligan yang lebih akurat dan menjelaskan
proses ikatan kimia pada senyawa kompleks logam transisi.
Daftar isi
[sembunyikan]
5 Referensi
6 Lihat pula
Menurut CFT, interaksi antara logam transisi dan ligan diakibatkan oleh tarikan antara
kation logam yang bermuatan positif dan elektron bukan-ikatan ligan yang bermuatan
negatif. Teori ini dikembangkan menurut perubahan energi dari lima degenerat orbital-
d ketika dikelilingi oleh ligan-ligan. Ketika ligan mendekati ion logam, elektron dari ligan
akan berdekatan dengan beberapa orbital-d logam dan menjauhi yang lainnya,
menyebabkan hilangnya kedegeneratan (degeneracy). Elektron dari orbital-d dan dari
ligan akan saling tolak menolak. Oleh karena itu, elektron-d yang berdekatan dengan
ligan akan memiliki energi yang lebih besar dari yang berjauhan dengan ligan,
menyebabkan pemisahan energi orbital-d. Pemisahan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor
berikut:
sifat-sifat ligan yang mengelilingi ion logam. Efek ligan yang lebih kuat akan
menyebabkan perbedaan energi yang lebih besar antara orbital 3d yang berenergi
tinggi dengan yang berenergi rendah.
Struktur kompleks yang paling umum adalah oktahedon; dalam struktur ini, enam ligan
membentuk oktahedron di sekitar ion logam. Pada simetri oktahedron, orbital-d akan
berpisah menjadi dua kelompok energi dengan perbedaan energi Δ oct.
Orbital dxy, dxz dan dyz akan memiliki energi yang lebih rendah daripada
orbital dz2 and dx2-y2. Hal ini dikarenakan orbital dxy, dxz dan dyz memiliki posisi yang lebih
jauh dari ligan-ligan, sehingga mendapatkan gaya tolak yang lebih kecil.
Kompleks tetrahedron juga merupakan struktur yang umum; dalam struktur ini, empat
ligan membentuk tetrahedron disekitar ion logam. Dalam pemisahan medan kristal
tetrahedron, orbital-d kembail berpisah menjadi dua kelompok dengan perbedaan
energi Δtet. Orbital dz2 dan dx2-y2 akan memiliki energi orbital yang lebih rendah,
dan dxy, dxz dan dyz akan memiliki energi orbital yang lebih tinggi. Hal bertolak belakang
dengan struktur oktahedron. Selain itu, dikarenakan elektron ligan pada simetri
tetrahedal tidaklah berorientasi pada orbital-orbital-d, pemisahan energi akan lebih kecil
daripada pemisahan energi oktaherdal. Struktur geometri datar persegi juga dapat
dideskripsikan oleh CFT.
Besarnya perbedaan energi Δ antara dua kelompok orbital tergantung pada beberapa
faktor, seperti sifat-sifat ligan dan struktur geometri kompleks. Beberapa ligan selalu
menghasilkan nilai Δ yang kecil, sedangkan beberapa lainnya akan selalu
menghasilkan nilai yang lebih besar. Alasan di balik perbedaan ini dapat dijelaskan
dengan teori ligan medan. Deret spektrokimia adalah daftar-daftar ligan yang disusun
berdasarkan perbedaan energi Δ yang dihasilkan (disusun dari Δ yang kecil ke Δ yang
besar):
I− < Br− < S2− < SCN− < Cl− < NO3− < N3− < F− < OH− < C2O42− < H2O < NCS− < CH3CN <
py < NH3 < en < 2,2'-bipiridina < phen < NO2− < PPh3 < CN− < CO
Keadaan oksidasi logam juga memengaruhi besarnya Δ antara aras energi (energy
level) yang tinggi dan rendah. Semakin tinggi keadaan oksidasi logam, semakin tinggi
pula Δ. Kompleks V3+akan memiliki Δ yang lebih besar dari kompleks V2+. Hal ini
dikarenakan perbedaan rapatan muatan yang mengijinkan ligan lebih dekat dengan ion
V3+ daripada ion V2+. Jarak antar ligan dan ion logam yang lebih kecil akan
menyebabkan nilai Δ yang lebih besar karena elektron logam dan ligan lebih
berdekatan, sehingga gaya tolak menolak menjadi lebih besar.
Agar pemisahan spin rendah terjadi, energi yang dibutuhkan untuk menempatkan
elektron ke orbital yang sudah berlektron tunggal harus lebih kecil dari energi yang
dibutuhkan untuk menempatkan elektron tambahan ke orbital e g sebesar Δ. Jika energi
yang diperlukan untuk memasangkan dua elektron lebih besar dari menempatkan satu
elektron di orbital eg, pemisahan spin tinggi akan terjadi.
Energi pemisahan medan kristal untuk kompleks logam tetrahedron (empat ligan), Δ tet,
kira-kira sama dengan 4/9Δoct. Oleh karena itu, energi yang diperlukan untuk
memasangkan dua elektron biasanya lebih besar dari energi yang diperlukan untuk
menempatkan elektron di orbital yang berenergi lebih tinggi. Sehingga, kompleks
tetrahedron biasanya merupakan spin-tinggi.
Jika pemisahan orbital-d pada medan oktahedron adalan Δoct, tiga orbital t2g distabilkan
relatif terhadap sentroid sebesar 2/5 Δoct, dan orbital-orbital eg didestabilkan
sebesar 3/5 Δoct.
Seperti yang dijelaskan di atas, ligan-ligan yang berbeda akan menghasilkan medan
kristal yang energinya berbeda-beda pula, sehingga kita bisa melihat warna-warna
yang bervariasi. Untuk sebuah ion logam, medan ligan yang lebih lemah akan
membentuk kompleks yang Δ-nya bernilai rendah, sehingga akan menyerap cahaya
dengan λ yang lebih panjang dan merendahkan frekuensi ν. Sebaliknya medan ligan
yang lebih kuat akan menghasilkan Δ yang lebih besar, menyerap λ yang lebih pendek,
dan meningkatkan ν. Sangtalah jarang energi foton yang terserap akan sama persis
dengan perbedaan energi Δ; terdapat beberapa faktor-faktor lain seperti tolakan
elektron dan efek Jahn-Teller yang akan memengaruhi perbedaan energi antara
keadaan dasar dengan keadaan tereksitasi.
Roda warna
Roda warna mendemonstrasikan warna senyawa yang akan terlihat jika ia hanya
menyerap satu gelombang cahaya. Sebagai contoh, jika senyawa tersebut menyerap
warna merah, maka ia akan tampak hijau.
Bipiramida trigonal
orbital eg dan Orbital dxy, dxz dan dyz disebut orbital t2g, ketiganya memiliki
energi yang sama. Energi t2g lebih rendah dari pada energi eg. perbedaan
energi antara orbilal eg dan t2g dinyatakan sebagai Δo, diamana indeks o
menyatakan oktahedra. Tingkat enerhi eg terletak ∆o diatas dan tingkat
Pada spin rendah energi pembelahan ∆o lebih kecil dari pada energi
perpasangan (pairing energi =p) sehingga elektron akan mengisi
orbital t2g terlebih dahulu dan memenuhinya dengan berpasangan dan
barulah mengisi orbital eg. sedangkan pada spin tinggi ∆o lebih besar dari
pada energi perpasangan, sehingga elektron akan mengisi orbital terlebih
dahulu dan mengisi orbital eg.
(Miessler, 2003)
Referensi
Cotton, F. A. dan Wilkinson, Geoffrey, (2009), Kimia Anorganik Dasar, Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia
http://www.wikipedia.org/teori_medan_kristal
Miessler, G. L. and Tarr, D. A. (2003), Inorganic Chemistry 3rd edition, New Jersey:
Pearson Prentice Hall
Saito, Taro, (1996), ebook Kimia Anorganik, Tokyo: Iwanami Publishing Company
Suyanta, (2010), BAB II: Ikatan Dalam Sen
http://chemistry-its.blogspot.com/2010/12/teori-medan-kristal-by-ardha.html
Teori medan kristal yang dikemukakan Bethe dilandasi oleh tiga asumsi
yaitu :
1. Ligan ligan diperlakukan sebagai titik-titik bermuatan
2. Interaksi anatara ion logam dengan ligan-ligan dianggap sepenunya
sebagai interaksi elektrostatik(ionik). Apabila ligan yang ada merupakan
ligan netral seperti NH3, dan H2O, maka dalam interaksi tersebut ujung
negatif dari dipol dalam molekul-molekul netral diarahkan terhadap ion
logam
3. Tidak terjadi interaksi antara orbital-orbital dari ion logam dengan
orbital-orbital dari ligan.
4. H2O, maka dalam interaksi tersebut ujung negatif dari dipol dalam
molekul-molekul netral diarahkan terhadap ion logam 5. Tidak terjadi
interaksi antara orbital-orbital dari ion logam dengan orbital-orbital dari
ligan.
Menurut medan kristal atau crystal field theory (CFT), ikatan antara
atom pusat dan ligan dalam kompleks berupa ikatan ion, hingga gaya yabng
ada hanya berupa gaya elektrostatik. Ion kompleks tersusun dari ion pusat
yang dikelilingi oleh ion-ion lawan atau molekul-molekul yang mempunyai
momen dipole permanen. Medan listrik dari ion pusat akan mempengaruhi
ligand-ligand sekelilingnya, sedang medan gabungan dari ligand-ligand
akan mempengaruhi elektron-elektron dari ion pusat. Pengaruh ligan ini
terutama mengenai elektron d dari ion pusat dan ion kompleks dari logam -
logam transisi. Pengaruh ligand tergantung dari jenisnya, terutama pada
kekuatan medan listrik dan kedudukan geometri ligand-ligand dalam
kompleks. Didalam ion bebas kelima orbital d bersifat degenerate artinya
mempunyai energy yang sama dan elektron dalam orbital ini selalu
memenuhi hukum multiplicity yang maksimal. Teori medan kristal terutama
membicarakan pengaruh ligand yang tersusun secara berbeda-beda disekitar
ion pusat terhadap energi dari orbital d. Pembagian orbital d menjadi dua
golongan yaitu orbital eg atau dj dan orbital t2g atau de mempunyai arti
penting dalam hal pengaruh ligan terhadap orbital-orbital tersebut. Dengan
adanya ligand disekitar ion pusat orbital d tidak lagi degenerate, orbital d ini
terbagi menjad beberapa orbital dengan energi berbeda. Dikatakan juga
orbital d ini
mengalami spilitting. Ligand didalam ion kompleks berupa ion-ion negatif
seperti F- dan CN- atau berupa molekul-molekul polar dengan muatan
negatifnya mengarah pada ion pusat seperti H2O atau NH3. Ligand ini akan
menimbulkan medan listrik yang akan menolak elektron terutama elektron d
dari ion pusat. Penolakan ini menyebabkan energi level orbital d dari ion
pusat bertambah. Bila kelima orbital d sama dengan dan medan ligand
mempengaruhi kelimanya dengan cara yang sama maka kelima orbital d ini
akan tetap degenerate pada energy level yang lebih tinggi. Kenyataannya
kelima orbital d tidak sama, yaitu ada orbital eg atau d γ dan t2g atau d e.
Disamping itu medan ligand tergantung dari letaknya disekitar ion pusat,
artinya apakah strukturnya oktahedral, tetrahedral, atau planar segi empat.
Akibat dari orbital d diurai oleh medan ligand, peristiwa ini disebut uraian
medan ligand atau crysral field spilitting. Dari percobaan diperoleh bahwa
ada ligand-ligand yang menghasilkan medan listrik yang kuat dan
disebut strong ligand field, ada ligand yang sebaliknya dan disebut weak
ligand field. Berhubungan dengan ini ligand dapat disusun dalam suatu
spectrochemical series sesuai dengan kekuatan medannya.
Pengisisan elektron pada orbital d
Pengisian elekton pada orbital d, dipengaruhi oleh kekuatan medan dari
ligand. Untuk ligand yang kekuatan medannya besar atau strong ligand
field, splitting yang terjadi menghasilkan perbedaan energi yang besar,
akibatnya elektron akan mengisi penuh energi yang rendah sebelum mengisi
orbital yang energinya tinggi. Pengisian elektron orbital d pada medan
octahedral
Perhitungan CFSE
Crystal field st Hans Bethe abilizationenergy berubah – ubah sesuai dengan
struktur dan jenis ion kompleks. Perbedaan energi orbital t2g dan eg Hans
Bethe untuk kompleks tetrahedral ~4/9 kali untuk kompleks
oktahedral.orbital t2g mempunyai energi 0,27 Δ lebih rendah dari pada
kompleks hipotesis, bila Δ adalah Δ .untuk kompleks tetrahedra:
CFSE = (0,27y – 0,18x) Δ˳
y = jumlah elektron di orbital eg dan
x = jumlah elektron di orbital t2g.
Pada splitting oktahedral terlihat bahwa orbital t2g mempunyai
energy 0,4 Io dan energi pada orbital eg adalah 0,6 Io sehingga untuk
menghitung CFSE = (0,4 x – 0,6 y) Io . Dimana x = jumlah elektron di
orbital t2g dan y = jumlah electron di orbital eg.
Contoh
jumlah elektron d = 7, t2g = 5 dan eg = 2. CFSE = (0,4 x – 0,6
y) Io
= (0,4 . 5 – 0,6 . 2 ) Io = (2 – 1,2 ) Io
= 0,8 Io
Jadi dengan kata lain CFSE dapat dihitung dengan rumus umum
CFSE =energi pada t2g.x –(energi dari eg .y)
Spektra
Banyak kompleks logam transisi memiliki warna yang khas. Hal ini berarti
ada absorpsi di daerah sinar tampak dari elektron yang dieksitasi oleh
cahaya tampak dari tingkat energi orbital molekul kompleks yang diisi
elektron ke tingkat energi yang kosong. Bila perbedaan energi antar orbital
yang dapat mengalami transisi disebut ∆Ε, frekuensi absorpsi ν diberikan
oleh persamaan ∆Ε = h ν. Transisi elektronik yang dihasilkan oleh
pemompaan optis (cahaya) diklasifikasikan secara kasar menjadi dua
golongan. Bila kedua orbital molekul yang memungkinkan transisi memiliki
karakter utama d, transisinya disebuttransisi d-d atau transisi medan ligan,
dan panjang gelombang absorpsinya bergantung sekali pada pembelahan
medan ligan. Bila satu dari dua orbital memiliki karakter utama logam dan
orbital yang lain memiliki karakter ligan, transisinya disebut transfer
muatan. Transisi transfer muatan diklasifikasikan atas transfer muatan
logam ke ligan (metal (M) to ligand (L) charge-transfers (MLCT)) dan
transfer muatan ligan ke logam (LMCT).
Karena analisis spektra kompleks oktahedral cukup mudah, spektra
kompleks ini telah dipelajari dengan detail beberapa tahun. Bila kompleks
memiliki satu elektron d, analisisnya sangat sederhana. Misalnya, Ti dalam
[Ti(OH2)6]3+ adalah ion d1, dan elektronnya menempati orbital t2g yang
dihasilkan oleh pembelahan medan ligan oktahedral. Kompleksnya bewarna
ungu akibat absorpsi pada 492 nm (20300 cm-1) (Gambar 6.13) berhubungan
dengan pemompaan optis elektron d ke orbital eg. Namun, dalam kompleks
dengan lebih dari satu elektron d, ada interaksi tolakan antar elektron, dan
spektrum transisi d-d memiliki lebih dari satu puncak. Misalnya
kompleks d3 [Cr(NH3)6]3+ menunjukkan dua puncak absorpsi d-dpada 400
nm (25000 cm-1), menyarankan bahwa komplkesnya memiliki dua
kelompok orbital molekul yang memungkinkan transisi elektronik dengan
probabilitas transisi uang besar. Hal ini berarti, bila tiga elektron di
orbital t2g dieksitasi ke orbitaleg, ada perbedaan energi karena interaksi
tolakan antar elektron.
Diagram Tanabe-Sugano dibangun dengan perhitungan berdasarkan teori
medan ligan dan telah digunakan secara luas dalam analisis spektra absorpsi
ion d1 sampai d9. Analisisnya menjadi semakin sukar untuk ion dengan
banyak elektron. Dalam setiap kasus, keberadaan spektrum d-
d mensyaratkan bahwa perbedaan energi orbital yang terisi dan yang kosong
ekuivalen dengan energi spektrum UV-visibel, transisinya diperbolehkan
oleh aturan seleksi, dan kebolehjadian transisinya cukup tinggi. Biasanya,
absorpsi transfer muatan lebih kuat daripada transisi absorpsi medan ligan.
LMCT akan muncul bila ligan memiliki pasangan elektron non-ikatan yang
energinya cukup tinggi atau logamnya memiliki orbital berenergi rendah
yang kosong. Di lain pihak, MLCT akan muncul bila ligan memiliki orbital
π* berenergi rendah, dan kompleks bipiridin adalah contoh baik yang
memenuhi syarat ini. Karena waktu hidup keadaan tereksitasi kompleks
rutenium biasanya sangat panjang, banyak studi yang telah dilakukan untuk
mempelajari reaksi fotoredoksnya.
Deret spektrokimia
Besarnya parameter pembelahan medan ligan ∆0 ditentukan oleh identitas
ligan. Suatu aturan empiris yang disebut deret spektrokimia telah
diusulkan oleh kimiawan Jepang Rutaro Tsuchida. Aturan ini dibangun dari
data empiris yang dikumpulkan bila diukur spektra kompleks yang memiliki
atom pusat, bilangan oksidasi dan bilangan koordinasi, dsb sama. Penting
dicatat bahwa ligan dengan sifat akseptor π memiliki posisi yang tinggi
dalam deret ini.
Walaupun ∆0 menjadi lebih besar dalam urutan ini, urutan ini
bergantung pada identitas atom pusat dan bilangan oksidasinya. Yakni,
∆o lebih besar untuk logam 4d dan 5d daripada logam 3d dan menjadi lebih
besar dengan meningkatnya bilangan oksidasi. Besarnya ∆0 berhubungan
erat dengan posisi spektrum elektromagnetik, dan merupakan faktor kunci
dalam menentukan posisi ligan dalam deret spektrokimia. Ligan donor π
(halogen, aqua, dsb.) membuat panjang gelombang absorpsi lebih besar, dan
ligan akseptor π (karbonil, olefin, dsb.) memperpendek panjang gelombang
absorpsi dengan kontribusi dari ikatan π.
Logam merupakan bahan pertama yang dikenal dan digunakan oleh manusia.
Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria yang sama dengan
logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat
ini berikatan dan atau masuk ke dalam organisme hidup. Berbeda dengan logam
biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek-efek khusus pada makhluk hidup
(dalam kadar tertentu). Tetapi, tidak semua logam berat mengakibatkan
keracunan pada makhluk hidup karena Logam berat merupakan unsur yang
sangat dibutuhkan setiap mahluk hidup (Palar, 1994). Logam berat ini bisa
memberi efek kesehatan bagi manusia tergantung pada bagian mana logam berat
terikat dalam tubuh. Daya racun yang dimiliki akan bekerja sebagai penghalang
kerja enzim, sehingga proses metabolisme terputus.
Logam berat dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu logam berat esensial
dan non esensial. Logam berat esensial adalah logam yang keberadaannya dalam
jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah
yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah
Zn, Cu, Fe, Co, Mn, Ni dan lain sebagainya. Sedangkan logam berat non esensial
atau beracun adalah logam yang keberadaanya dalam tubuh masih belum
diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun, Seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan
lain-lain.
Kobalt dan nikel merupakan logam berat yang bersifat esensial. Keduanya
cukup berperan dalam kebutuhan tubuh manusia. Kobalt adalah suatu unsur kimia
dalam tabel periodik yang memiliki lambang Co dan nomor atom 27. Warna sedikit
berkilauan, metalik, keabu-abuan. Penggolongan Metalik Ketersediaan, unsur
kimia kobalt tersedia di dalam banyak formulasi yang mencakup kertas perak,
potongan, bedak, tangkai, dan kawat. contoh besar dan kecil unsur kimia.
Unsur kimia kobalt juga merupakan suatu unsur dengan sifat rapuh sedikit
keras dan mengandung metal serta kaya sifat magnetis yang serupa setrika. Unsur
kimia kobalt adalah batu bintang. Kobalt adalah suatu isotop yang diproduksi
menggunakan suatu sumber sinar (radiasi energi tinggi).
Ion pusat dalam kompleks kobalt(II) adalah Co 2+. Kobalt adalah logam
transisi golongan VIII B dan terletak pada periode ke empat dalam sistem periodik
unsur. Kobalt memiliki bilangan oksidasi tertinggi IV, sedangkan kobalt(II) paling
stabil di antara bilangan oksidasi lainnya (Cotton and Wilkinson : 1988).
Tim Ott telah meneliti spesies heksa karbonil dikobalt [Co 2(CO)6] yang
terikat ke berbagai ligan alkil, dan menemukan bahwa aktivitas anti-kanker dari
kompleks kobalt ini lebih potensial ketika dikombinasikan dengan aspirin dibanding
senyawa lain.
Sejumlah nikel dapat dilepaskan ke dalam tubuh dari makanan atau air
yang prirono atau salah satu yang telah terkontaminasi sebagai perkolasi panci
mendidih. Secara khusus, wadah stainless steel nikel dapat menutupi makanan
dengan menggunakan makanan yang asam dan suhu fermentasi. Makanan yang
merupakan sumber alami dari nikel adalah kelapa, batu-buah-buahan, kedelai dan
gandum, serta tiram atau salmon yang menumpuk nikel dari air yang
terkontaminasi.
Nikel dalam konsentrasi yang lebih tinggi dapat hadir dalam sayuran
seperti kacang polong, kacang-kacangan, bayam kubis, dan selada. Beberapa
tanaman dan bakteri dalam sistem enzimatik mereka mengandung nikel, karena
itu, dia milik unsur biogenik dalam populasi manusia tetapi tidak dianggap sebagai
nutrisi esensial. Tetapi dalam dunia fauna dari beberapa hewan percobaan untuk
menginduksi defisiensi nikel yang menyebabkan penurunan pertumbuhan,
morfologi normal, diyakini bahwa hal itu dapat berfungsi sebagai ligan untuk
meningkatkan penyerapan zat besi di saluran pencernaan.
Kobalt dan Nikel dapat bermanfaat bagi tubuh jika membentuk suatu
senyawa kompleks. Senyawa kompleks memiliki peranan penting dalam
kehidupan sehari-hari. Aplikasi senyawa ini meliputi bidang kesehatan, farmasi,
industri, dan lingkungan. Senyawa kompleks terbentuk akibat terjadinya ikatan
kovalen koordinasi antara suatu atom atau ion logam dengan suatu ligan (ion atau
molekul netral). Logam yang dapat membentuk kompleks biasanya merupakan
logam transisi, alkali, atau alkali tanah. Studi pembentukan kompleks menjadi hal
yang menarik untuk dipelajari karena kompleks yang terbentuk dimungkinkan
memberi banyak manfaat, misalnya untuk ekstraksi dan penanganan keracunan
logam berat (Miessler and Tarr : 1991).
Senyawa yang tersusun atas satu atom pusat, biasanya logam atau
molekul netral disebut senyawa kompleks. Anion atau molekul netral disebut
senyawa kompleks. Anion atau molekul netral yang memiliki atom pusat atau
kelompok atom itu disebut dengan ligan. Jika ditinjau dari sistem asam-basa lewis,
atom pusat atau kelompok atom dalam senyawa kompleks tersebut bertindak
sebagai asam lewis, sedangkan ligannya bertindak sebagai basa lewis. Ikatan yang
terjadi antara ligan dan atom pusat merupakan ikatan kovalen koordinasi.
Sehingga senyawa kompleks disebut pula senyawa koordinasi. Jumlah muatan
kompleks ditentukan dari penjumlahan muatan ion pusat dan jumlah muatan
ligan yang membentuk kompleks (Ramlawati, 2005).
BAB II
Pembahasan
Purin adalah salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA. Purin
merupakan zat yang terdapat dalam setiap bahan makanan yang berasal dari
tubuh makhluk hidup. Yang termasuk kelompok purin adalah Adenosin dan
Guanosin. Katabolisme sendiri merupakan proses metabolisme tubuh dengan
memecahkan zat yang cukup besar menjadi molekul yang lebih kecil. Katabolisme
purin ini membutuhkan enzim xantin oksidase yang umumnya terdapat di hati dan
usus.
Sel darah merah atau eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak
berinti yang berdiameter 8m, tebal bagian tepi 2m pada bagian tengah tebalnya
hanya 1 m atau kurang. Karena se itu lunak dan lentur maka dalam perjalanannya
melalui mikrosirkulasi konfigurasinya berubah. Stroma bagian luar yang
mengandung protein terdiri dari antigen kelompok A dan B serta Rh yang
menentukan golongan darh seseorang. Komponen utama sel darah merah adalah
protein hemoglobin (Hb) yang mengangkut O2 dan CO2 dan mempertahankan Ph
normal melalui serangkaian dapar intraseluler. Kobalt dalam bentuk vitamin
B12 juga mendukung proses metabolisme dan pembentukan sel darah merah.
Vitamin B12 merupakan bahan makanan yang diperlukan oleh seluruh sel
tubuh dan pertumbuhan sel jaringan pada umumnya. Hal ini karena vitamin
B12 berperan dalam sintesis DNA. Karena jaringan yang menghasilkan eritrosit
paling cepat pertumbuhan dan proliferasinya, kekurangan vitamin B 12 menghambat
kecepatan pembentukan eritrosit. Kobalt diperlukan sebagai katalisator dalam
tahapan-tahapan pembentukan eritrosit.
Kanker yang berhubungan dengan darah atau sel darah merah dapat
berasal dari sumsum tulang atau melalui kekurangan di sel itu sendiri. Leukemia
merupakan salah satu kanker yang berhubungan dengan sel darah merah. Kanker
adalah suatu kondisi di mana sel-sel mulai mengalami kerusakan. Dalam manusia
normal sel-sel tumbuh dan membelah sehingga mereka dapat membentuk sel-sel
baru. Ketika sel-sel yang lebih tua mati, sel-sel baru mengambil tempat mereka
dan tubuh tetap berfungsi. Ketika proses ini tidak terjadi seperti yang dijadwalkan
dan sel-sel yang lebih tua tidak mati sebagaimana seharusnya terlepas dari
pembentukan sel-sel baru, kondisi ini disebut kanker.
Para nikolm keracunan yang paling umum adalah masih hadir dalam
lingkungan kerja, ada peningkatan jumlah kanker paru-paru pada pekerja yang
terpapar debu tempat kerja dan nikel sebagai asma. Beberapa senyawa dengan
nikel dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan hati yang dapat menyebabkan
kematian, dan pada wanita hamil dapat menyebabkan keguguran atau cacat pada
bayi pribumi. Keracunan nikel didiagnosis dengan penentuan konsentrasi nikel
dalam urin.
Koagulasi dapat mulai dengan salah satu dari dua jalur, yang disebut jalur
ekstrinsik dan intrinsik, baik yang feed ke jalur umum yang melengkapi proses.
Jalur ekstrinsik dimulai dengan faktor substansi jaringan yang disebut (jaringan
tromboplastin) yang dirilis oleh pembuluh darah yang rusak dan jaringan
sekitarnya. Setelah bentuk gumpalan, kontraksi dari trombosit menarik tepi luka
dekat bersama-sama, dan sel endotel segar kemudian tumbuh di atasnya,
memperbaiki pembuluh darah yang rusak. Seiring waktu, fibrin terdegradasi oleh
plasmin. Enzim ini terbentuk dari plasminogen beredar oleh jaringan plasminogen
activator (t-PA). Sintetis t-PA digunakan untuk melarutkan bekuan darah pada
stroke, infark miokard, emboli paru, dan kondisi lainnya.
Senyawa kompleks yang bisa dijadikan sebagai katalis harus memiliki sifat
yang stabil. Salah satu senyawa kompleks yang sangat stabil adalah senyawa
kompleks yang membentuk khelat. Salah satu senyawa kompleks yang memiliki
tingkat kestabilan cukup tinggi adalah senyawa kompleks Nikel(II)-EDTA yang
memiliki Kstab = 18.62 (Underwood, 2002). Sintesis dan karakterisasi senyawa
kompleks nikel(II)-EDTA yang dapat dimanfaatkan sebagai katalis.
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi reaksi kimia pada
suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri.
Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk.
Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi
pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi.
Katalis menyediakan suatu jalur pilihan denganenergi aktivasi yang lebih rendah.
Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi.
BAB III
Penutup
D a ft a r P u s t a k a
Cotton F.A. Wilkinson G; and Paul L. Gauss. 1995. Inorganic Chemistry. Third
Day, M.C and J. Selbin. 1985. Theoritical Inorganic Chemistry. 2th Edition. East-West
Press. New Delhi.
Miesslar, G. L. and D.A. Tarr. 1991. Inorganic Chemistry. Prentice Hall. New Jersey.
Mohamadou, Jubert, dan Barbier. 2006. “Novel cobalt(II) complexes with
Saptorini, E. 2003. Sintetis dan Karakterisasi Kompleks Cu(II) dengan Sulfadiazin dan
Sulfamerazin.Skripsi. Jurusan Kimia FMIPA. Surakarta
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007/Syifa%20M%20(054730)
http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/pub/detail/penetapan.html diakses