Anda di halaman 1dari 33

Teori medan kristal

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Belum Diperiksa

Teori medan kristal (Bahasa Inggris: Crystal Field Theory), disingkat CFT, adalah
sebuah model yang menjelaskan struktur elektronik dari senyawa logam transisi yang
semuanya dikategorikan sebagai kompleks koordinasi. CFT berhasil menjelaskan
beberapa sifat-sifat magnetik, warna, entalpi hidrasi, dan struktur spinel senyawa
kompleks dari logam transisi, namun ia tidak ditujukan untuk menjelaskan ikatan kimia.
CFT dikembangkan oleh fisikawan yang bernama Hans Bethe dan John Hasbrouck
van Vleck pada tahun 1930-an. CFT pada akhirnya digabungkan dengan teori orbital
molekul, membentuk teori medan ligan yang lebih akurat dan menjelaskan
proses ikatan kimia pada senyawa kompleks logam transisi.

Daftar isi

[sembunyikan]

 1 Tinjauan analisis teori medan kristal

o 1.1 Spin-tinggi dan spin-rendah

 2 Energi stabilisasi medan kristal

 3 Warna kompleks logam transisi

o 3.1 Warna-warna yang terlihat

 4 Diagram pemisahan medan kristal

 5 Referensi

 6 Lihat pula

Tinjauan analisis teori medan kristal[sunting | sunting sumber]

Menurut CFT, interaksi antara logam transisi dan ligan diakibatkan oleh tarikan antara
kation logam yang bermuatan positif dan elektron bukan-ikatan ligan yang bermuatan
negatif. Teori ini dikembangkan menurut perubahan energi dari lima degenerat orbital-
d ketika dikelilingi oleh ligan-ligan. Ketika ligan mendekati ion logam, elektron dari ligan
akan berdekatan dengan beberapa orbital-d logam dan menjauhi yang lainnya,
menyebabkan hilangnya kedegeneratan (degeneracy). Elektron dari orbital-d dan dari
ligan akan saling tolak menolak. Oleh karena itu, elektron-d yang berdekatan dengan
ligan akan memiliki energi yang lebih besar dari yang berjauhan dengan ligan,
menyebabkan pemisahan energi orbital-d. Pemisahan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor
berikut:

 sifat-sifat ion logam.

 keadaaan oksidasi logam. Keadaan oksidasi yang lebih besar menyebabkan


pemisahan yang lebih besar.

 susunan ligan disekitar ion logam.

 sifat-sifat ligan yang mengelilingi ion logam. Efek ligan yang lebih kuat akan
menyebabkan perbedaan energi yang lebih besar antara orbital 3d yang berenergi
tinggi dengan yang berenergi rendah.

Struktur kompleks yang paling umum adalah oktahedon; dalam struktur ini, enam ligan
membentuk oktahedron di sekitar ion logam. Pada simetri oktahedron, orbital-d akan
berpisah menjadi dua kelompok energi dengan perbedaan energi Δ oct.
Orbital dxy, dxz dan dyz akan memiliki energi yang lebih rendah daripada
orbital dz2 and dx2-y2. Hal ini dikarenakan orbital dxy, dxz dan dyz memiliki posisi yang lebih
jauh dari ligan-ligan, sehingga mendapatkan gaya tolak yang lebih kecil.
Kompleks tetrahedron juga merupakan struktur yang umum; dalam struktur ini, empat
ligan membentuk tetrahedron disekitar ion logam. Dalam pemisahan medan kristal
tetrahedron, orbital-d kembail berpisah menjadi dua kelompok dengan perbedaan
energi Δtet. Orbital dz2 dan dx2-y2 akan memiliki energi orbital yang lebih rendah,
dan dxy, dxz dan dyz akan memiliki energi orbital yang lebih tinggi. Hal bertolak belakang
dengan struktur oktahedron. Selain itu, dikarenakan elektron ligan pada simetri
tetrahedal tidaklah berorientasi pada orbital-orbital-d, pemisahan energi akan lebih kecil
daripada pemisahan energi oktaherdal. Struktur geometri datar persegi juga dapat
dideskripsikan oleh CFT.

Besarnya perbedaan energi Δ antara dua kelompok orbital tergantung pada beberapa
faktor, seperti sifat-sifat ligan dan struktur geometri kompleks. Beberapa ligan selalu
menghasilkan nilai Δ yang kecil, sedangkan beberapa lainnya akan selalu
menghasilkan nilai yang lebih besar. Alasan di balik perbedaan ini dapat dijelaskan
dengan teori ligan medan. Deret spektrokimia adalah daftar-daftar ligan yang disusun
berdasarkan perbedaan energi Δ yang dihasilkan (disusun dari Δ yang kecil ke Δ yang
besar):
I− < Br− < S2− < SCN− < Cl− < NO3− < N3− < F− < OH− < C2O42− < H2O < NCS− < CH3CN <
py < NH3 < en < 2,2'-bipiridina < phen < NO2− < PPh3 < CN− < CO

Keadaan oksidasi logam juga memengaruhi besarnya Δ antara aras energi (energy
level) yang tinggi dan rendah. Semakin tinggi keadaan oksidasi logam, semakin tinggi
pula Δ. Kompleks V3+akan memiliki Δ yang lebih besar dari kompleks V2+. Hal ini
dikarenakan perbedaan rapatan muatan yang mengijinkan ligan lebih dekat dengan ion
V3+ daripada ion V2+. Jarak antar ligan dan ion logam yang lebih kecil akan
menyebabkan nilai Δ yang lebih besar karena elektron logam dan ligan lebih
berdekatan, sehingga gaya tolak menolak menjadi lebih besar.

Spin-tinggi dan spin-rendah[sunting | sunting sumber]

Diagram medan kristal [Fe(NO2)6]3−

Ligan-ligan yang menyebabkan Δ pemisahan orbital-d yang lebih besar disebut


sebagai ligan-ligan medan kuat, seperti CN− dan CO. Senyawa kompleks yang memiliki
ligan medan kuat tidak akan menempatkan elektron-elektronnya ke orbital yang
berenergi tinggi. Hal ini sesuai denganasas Aufbau. Kompleks yang demikian disebut
sebagai "spin-rendah". Sebagai contoh, NO2− yang merupakan ligan medan kuat,
menghasilkan Δ yang besar. Ion oktahedron [Fe(NO 2)6]3− yang memiliki 5 electron-
d akan memiliki diagram pemisahan oktahedron yang kelima elektronnya berada di
aras t2g.

Diagram medan kristal [FeBr6]3−


Sebaliknya, ligan-ligan (seperti I− dan Br−) yang menghasilkan Δ orbital-d yang kecil
disebut ligan medan lemah. Dalam kasus ini, adalah lebih mudah menempatkan
elektron di aras energi orbital yang lebih tinggi daripada menempatkan dua elektron
pada orbital yang sama. Ini dikarenakan gaya tolak antar dua elektron lebih besar
daripada Δ. Oleh karena itu, masing-masing elektron akan ditempatkan pada setiap
orbital-d terlebih dahulu sebelum dipasangkan. Hal ini sesuai dengan kaidah Hund dan
menghasilan kompleks "spin-tinggi". Sebagai contoh, Br− adalah ligan medan lemah
dan menghasilkan Δoct yang lebih kecil. Makan, ion [FeBr6]3−, yang juga memiliki 5
elektron-d, akan memiliki diagaram pemisahan elektron yang kelima orbitalnya
dipenuhi secara tunggal.

Agar pemisahan spin rendah terjadi, energi yang dibutuhkan untuk menempatkan
elektron ke orbital yang sudah berlektron tunggal harus lebih kecil dari energi yang
dibutuhkan untuk menempatkan elektron tambahan ke orbital e g sebesar Δ. Jika energi
yang diperlukan untuk memasangkan dua elektron lebih besar dari menempatkan satu
elektron di orbital eg, pemisahan spin tinggi akan terjadi.

Energi pemisahan medan kristal untuk kompleks logam tetrahedron (empat ligan), Δ tet,
kira-kira sama dengan 4/9Δoct. Oleh karena itu, energi yang diperlukan untuk
memasangkan dua elektron biasanya lebih besar dari energi yang diperlukan untuk
menempatkan elektron di orbital yang berenergi lebih tinggi. Sehingga, kompleks
tetrahedron biasanya merupakan spin-tinggi.

Diagram pemisahan ini dapat membantu kita dalam memprediksikan sifat-sifat


magnetik dari senyawa koordinasi. Senyawa yang memiliki elektron yang
takberpasangan pada diagram pemisahannya bersifat paramagnetik dan akan ditarik
oleh medan magnet. Sedangkan senyawa yang tidak memiliki elektron takberpasangan
pada diagram pemisahannya bersifat diamagnetik dan akan ditolak oleh medan
magnet.

Energi stabilisasi medan kristal[sunting | sunting sumber]

Energi stabilisasi medan kristal (Bahasa Inggris:crystal field stabilization energy),


disingkat CFSE, adalah stabilitas yang dihasilkan dari penempatan ion logam pada
medan kristak yang dibentuk oleh sekelompok ligan-ligan. Ia muncul karena
ketika orbital-d terpisah pada medan ligan, beberapa dari orbital itu akan memiliki
energi yang lebih rendah. Sebagai contoh, pada kasus oktahedron, kelompok
orbital t2g memiliki energi yang lebih rendah dari energi orbital pada sentroid. Sehingga,
jika terdapat sembarang elektron yang menempati orbital-orbital ini, ion logam akan
menjadi lebih stabil pada medan ligan relatif terhadap sentroid dengan nilai yang
dikenal sebagai CFSE. Sebaliknya, orbital-orbital eg (pada kasus oktaheral) memiliki
energi yang lebih tinggi daripada sentroid, sehingga menempatkan elektron pada
orbital tersebut menurunkan CFSE.

Energi stabilisasi medan kristal oktahedron

Jika pemisahan orbital-d pada medan oktahedron adalan Δoct, tiga orbital t2g distabilkan
relatif terhadap sentroid sebesar 2/5 Δoct, dan orbital-orbital eg didestabilkan
sebesar 3/5 Δoct.

Stabilisasi medan kristal dapat digunakan dalam menjelaskan geometri kompleks


logam transisi. Alasan mengapa banyak kompleks d8 memiliki geometri datar persegi
adalah karena banyaknya stabilisasi medan kristal yang dihasilkan struktur geometri ini
dengan jumlah elektron 8.

Warna kompleks logam transisi[sunting | sunting sumber]

Warna-warna cerah yang terlihat pada kebanyakan senyawa koordinasi dapat


dijelaskan dengan teori medan kristal ini. Jika orbital-d dari sebuah kompleks berpisah
menjadi dua kelompok seperti yang dijelaskan di atas, maka ketika molekul tersebut
menyerap foton dari cahaya tampak, satu atau lebih elektron yang berada dalam orbital
tersebut akan meloncat dari orbital-d yang berenergi lebih rendah ke orbital-d yang
berenergi lebih tinggi, menghasilkan keadaam atom yang tereksitasi. Perbedaan energi
antara atom yang berada dalam keadaan dasar dengan yang berada dalam keadaan
tereksitasi sama dengan energi foton yang diserap dan berbanding terbalik dengan
gelombang cahaya. Karena hanya gelombang-gelombang cahaya (λ) tertentu saja
yang dapat diserap (gelombang yang memiliki energi sama dengan energi eksitasi),
senyawa-senyawa tersebut akan memperlihatkan warna komplementer (gelombang
cahaya yang tidak terserap).

Seperti yang dijelaskan di atas, ligan-ligan yang berbeda akan menghasilkan medan
kristal yang energinya berbeda-beda pula, sehingga kita bisa melihat warna-warna
yang bervariasi. Untuk sebuah ion logam, medan ligan yang lebih lemah akan
membentuk kompleks yang Δ-nya bernilai rendah, sehingga akan menyerap cahaya
dengan λ yang lebih panjang dan merendahkan frekuensi ν. Sebaliknya medan ligan
yang lebih kuat akan menghasilkan Δ yang lebih besar, menyerap λ yang lebih pendek,
dan meningkatkan ν. Sangtalah jarang energi foton yang terserap akan sama persis
dengan perbedaan energi Δ; terdapat beberapa faktor-faktor lain seperti tolakan
elektron dan efek Jahn-Teller yang akan memengaruhi perbedaan energi antara
keadaan dasar dengan keadaan tereksitasi.

Warna-warna yang terlihat[sunting | sunting sumber]

Roda warna

Roda warna mendemonstrasikan warna senyawa yang akan terlihat jika ia hanya
menyerap satu gelombang cahaya. Sebagai contoh, jika senyawa tersebut menyerap
warna merah, maka ia akan tampak hijau.

λ diserap vs warna terpantau


400nm Ungu diserap, Hijau-kuning terpantau (λ 560nm)
450nm Blue diserap, Kuning terpantau (λ 600nm)
490nm Biru-hijau diserap, Merah terpantau (λ 620nm)
570nm Kuning-hijau diserap, Ungu terpantau (λ 410nm)
580nm Kuning diserap, Biru tua terpantau (λ 430nm)
600nm Jingga diserap, Biru terpantau (λ 450nm)
650nm Merah diserap, Hijau terpantau (λ 520nm)

Diagram pemisahan medan kristal[sunting | sunting sumber]


Diagram pemisahan medan kristal
Oktahedral Bipiramida pentagonal Antiprismatik persegi

Datar persegi Piramida persegi Tetrahedral

Bipiramida trigonal

Teori Medan Kristal by ardha


Teori medan Kristal digunakan untuk mendiskribsikan stuktur elektronik
dari ion logam dalam kristal, dimana ion logam tersebut dikelilingi ion
oksida atau anion lain untuk membentuk medan elektrostatik dengan simetri
yang bergantung pada stuktur kristal. Energi dari orbital d pada ion logam
mengalami spiltting oleh medan elektrostatik, dan mendekati harga nilai
energi yang dapat dihitung. Teori medan kristal dikembangkan pada tahun
1930 (Miessler, 2003). Teori ini dikembangkan oleh fisikawan yang
bernama Hans Bethe dan John Hasbrouck van Vleck. Teori ini pada
akhirnya digabungkan dengan teori orbital molekul, membentuk teori
medan ligan yang lebih akurat dan menjelaskan proses ikatan kimia pada
senyawa kompleks logam transisi (Wikipedia, 2010).
Teori medan kristal berhasil menjelaskan beberapa sifat-sifat magnetik,
warna,entalpi hidrasi, dan struktur spinel senyawa kompleks dari logam
transisi, namun ia tidak ditujukan untuk menjelaskan ikatan kimia
(Wikipedia, 2010).
Apabila orbital d dari ion logam membentuk kompleks okatahedral dengan
pasangan elektron dari ligan, beberapa elektron akan terusir oleh medan.
Sebagai hasilnya adalah orbital dx2-y2 dan dz2 yang diarahkan dosekeliling
ligan. Orbital dxy,dxz dan dyz, yang diarahkan disekitar ion (Miessler,
2003). Orbital dx2-y2 dandz2keduanya memilki cuping yang sangat
terkonsentrasi dalam lingkungan muatan, sedangkan
Orbital dxy, dxz dan dyz, memiliki cuping yang terarah diantara muatan yang
ditunjukkan dalam gambar 1.

Gamabar1. Rapatan elektron dalam kelima orbital dterhadap set tatanan


oktahedra muatan negatif
Orbital dx -y dan dz mempunyai energi yang sama, orbiatal tersebut disebut
2 2 2

orbital eg dan Orbital dxy, dxz dan dyz disebut orbital t2g, ketiganya memiliki
energi yang sama. Energi t2g lebih rendah dari pada energi eg. perbedaan
energi antara orbilal eg dan t2g dinyatakan sebagai Δo, diamana indeks o
menyatakan oktahedra. Tingkat enerhi eg terletak ∆o diatas dan tingkat

energi t2g terletak ∆o dibawah orbital d yang terpisah (Cotton, 2009).

Gambar 2. Pembelahan medan ligan dalam medan oktahedral dan


tetrahedral.
(Saito, 1996).
Faktor-faktor yang mempengaruhi ∆o
 Sebanding dengan besarnya muatan ion pusat : Fe3+ > Fe2+
 Sebanding dengan ukuran orbital d : 5d > 4d > 3d
 Jumlah dan geometri ligan : 6 ligan oktahedral > 4 ligan tetrahedral/bujur
sangkar
 Berbanding terbalik dengan ukuran ligan
(Suyanta, 2010)

Crystal Field Stabilization Energi (CFSE)


Energi stabilisasi medan kristal (Bahasa Inggris:crystal field stabilization
energi), disingkat CFSE, adalah stabilitas yang dihasilkan dari penempatan
ion logam pada medan kristal yang dibentuk oleh sekelompok ligan-ligan. Ia
muncul karena ketikaorbital-d terpisah pada medan ligan, beberapa dari
orbital itu akan memiliki energi yang lebih rendah. Sebagai contoh, pada
kasus oktahedron, kelompok orbital t2gmemiliki energi yang lebih rendah
dari energi orbital pada sentroid. Sehingga, jika terdapat sembarang elektron
yang menempati orbital-orbital ini, ion logam akan menjadi lebih stabil pada
medan ligan relatif terhadap sentroid dengan nilai yang dikenal sebagai
CFSE. Sebaliknya, orbital-orbital eg (pada kasus oktaheral) memiliki energi
yang lebih tinggi daripada sentroid, sehingga menempatkan elektron pada
orbital tersebut menurunkan CFSE.
Jika pemisahan orbital-d pada medan oktahedron adalan Δoct, tiga
orbital t2gdistabilkan relatif terhadap sentroid sebesar 2/5 Δoct, dan orbital-
orbital egdidestabilkan sebesar 3/5 Δoct. Stabilisasi medan kristal dapat
digunakan dalam menjelaskan geometri kompleks logam transisi. Alasan
mengapa banyak kompleksd8 memiliki geometri datar persegi adalah karena
banyaknya stabilisasi medan kristal yang dihasilkan struktur geometri ini
dengan jumlah elektron 8.

Gambar 3. Oktahedra crystal field stabilization energi.


(Wikipedia, 2010)
Jika splitting antara orbital t2g dan eg besar maka nilai ∆ o besar. Tetapi jika
splitting antara t2g dan eg kecil, maka nilai ∆o kecil.

Pada spin rendah energi pembelahan ∆o lebih kecil dari pada energi
perpasangan (pairing energi =p) sehingga elektron akan mengisi
orbital t2g terlebih dahulu dan memenuhinya dengan berpasangan dan
barulah mengisi orbital eg. sedangkan pada spin tinggi ∆o lebih besar dari
pada energi perpasangan, sehingga elektron akan mengisi orbital terlebih
dahulu dan mengisi orbital eg.
(Miessler, 2003)

CFSE dihitung dengan pedoman, penambahan CFSE sebesar 0,4∆o untuk


setiap penempatan 1 e pada orbital t 2g dan pengurangan CFSE sebesar
0,6∆o untuk setiap penempatan 1 e pada orbital eg.
Sistem Konfigurasi CFSE Konfigurasi CFSE
(spin tinggi) (spin rendah)
d1 t2g1 0,4∆o t2g4 1,6∆o
d2 t2g2 0,8∆o t2g5 2,0∆o
d3 t2g3 1,2∆o t2g6 2,4∆o
d4 t2g3 eg1 0,6∆o t2g6 eg1 1,8∆o
d5 t2g3 eg2 0
d6 t2g4 eg2 0,4∆o
d7 t2g5 eg2 0,8∆o
d8 t2g6 eg2 1,2∆o
d9 t2g6 eg3 0,6∆o
d10 t2g6 eg4 0
(Suyanta, 2010)
Warna Kompleks Logam Transisi
Warna-warna cerah yang terlihat pada kebanyakan senyawa
koordinasi dapat dijelaskan dengan teori medan kristal ini. Jika orbital-
d dari sebuah kompleks berpisah menjadi dua kelompok seperti yang
dijelaskan di atas, maka ketika molekul tersebut menyerap foton dari cahaya
tampak, satu atau lebih elektron yang berada dalam orbital tersebut akan
meloncat dari orbital-d yang berenergi lebih rendah ke orbital-d yang
berenergi lebih tinggi, menghasilkan keadaam atom yang tereksitasi.
Perbedaan energi antara atom yang berada dalam keadaan dasar dengan
yang berada dalam keadaan tereksitasi sama dengan energi foton yang
diserap dan berbanding terbalik dengan gelombang cahaya. Karena hanya
gelombang-gelombang cahaya (λ) tertentu saja yang dapat diserap
(gelombang yang memiliki energi sama dengan energi eksitasi), senyawa-
senyawa tersebut akan memperlihatkan warna komplementer (gelombang
cahaya yang tidak terserap).
Seperti yang dijelaskan di atas, ligan-ligan yang berbeda akan menghasilkan
medan kristal yang energinya berbeda-beda pula, sehingga kita bisa melihat
warna-warna yang bervariasi. Untuk sebuah ion logam, medan ligan yang
lebih lemah akan membentuk kompleks yang Δ-nya bernilai rendah,
sehingga akan menyerap cahaya dengan λ yang lebih panjang dan
merendahkan frekuensi ν. Sebaliknya medan ligan yang lebih kuat akan
menghasilkan Δ yang lebih besar, menyerap λ yang lebih pendek, dan
meningkatkan ν. Sangtalah jarang energi foton yang terserap akan sama
persis dengan perbedaan energi Δ; terdapat beberapa faktor-faktor lain
seperti tolakan elektron dan efek Jahn-Teller yang akan mempengaruhi
perbedaan energi antara keadaan dasar dengan keadaan tereksitasi.
Warna-warna yang terlihat

Gambar 4. Roda warna.


Roda warna mendemonstrasikan warna senyawa yang akan terlihat jika ia
hanya menyerap satu gelombang cahaya. Sebagai contoh, jika senyawa
tersebut menyerap warna merah, maka ia akan tampak hijau.
 Diserap Warna Terpantau
Ungu (400 nm) Hijau-kuning (560nm)
Blue (450 nm) Kuning (600nm)
Biru-hijau (490nm) Merah (620nm)
Kuning (580nm) Ungu (410nm)
Jingga (600nm) Biru tua (430nm)
Merah (650nm) Biru (450nm)
(Wikipedia, 2010)

Referensi
Cotton, F. A. dan Wilkinson, Geoffrey, (2009), Kimia Anorganik Dasar, Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia
http://www.wikipedia.org/teori_medan_kristal
Miessler, G. L. and Tarr, D. A. (2003), Inorganic Chemistry 3rd edition, New Jersey:
Pearson Prentice Hall
Saito, Taro, (1996), ebook Kimia Anorganik, Tokyo: Iwanami Publishing Company
Suyanta, (2010), BAB II: Ikatan Dalam Sen
http://chemistry-its.blogspot.com/2010/12/teori-medan-kristal-by-ardha.html

Teori medan kristal

Teori medan kristal yang dikemukakan Bethe dilandasi oleh tiga asumsi
yaitu :
1. Ligan ligan diperlakukan sebagai titik-titik bermuatan
2. Interaksi anatara ion logam dengan ligan-ligan dianggap sepenunya
sebagai interaksi elektrostatik(ionik). Apabila ligan yang ada merupakan
ligan netral seperti NH3, dan H2O, maka dalam interaksi tersebut ujung
negatif dari dipol dalam molekul-molekul netral diarahkan terhadap ion
logam
3. Tidak terjadi interaksi antara orbital-orbital dari ion logam dengan
orbital-orbital dari ligan.
4. H2O, maka dalam interaksi tersebut ujung negatif dari dipol dalam
molekul-molekul netral diarahkan terhadap ion logam 5. Tidak terjadi
interaksi antara orbital-orbital dari ion logam dengan orbital-orbital dari
ligan.
Menurut medan kristal atau crystal field theory (CFT), ikatan antara
atom pusat dan ligan dalam kompleks berupa ikatan ion, hingga gaya yabng
ada hanya berupa gaya elektrostatik. Ion kompleks tersusun dari ion pusat
yang dikelilingi oleh ion-ion lawan atau molekul-molekul yang mempunyai
momen dipole permanen. Medan listrik dari ion pusat akan mempengaruhi
ligand-ligand sekelilingnya, sedang medan gabungan dari ligand-ligand
akan mempengaruhi elektron-elektron dari ion pusat. Pengaruh ligan ini
terutama mengenai elektron d dari ion pusat dan ion kompleks dari logam -
logam transisi. Pengaruh ligand tergantung dari jenisnya, terutama pada
kekuatan medan listrik dan kedudukan geometri ligand-ligand dalam
kompleks. Didalam ion bebas kelima orbital d bersifat degenerate artinya
mempunyai energy yang sama dan elektron dalam orbital ini selalu
memenuhi hukum multiplicity yang maksimal. Teori medan kristal terutama
membicarakan pengaruh ligand yang tersusun secara berbeda-beda disekitar
ion pusat terhadap energi dari orbital d. Pembagian orbital d menjadi dua
golongan yaitu orbital eg atau dj dan orbital t2g atau de mempunyai arti
penting dalam hal pengaruh ligan terhadap orbital-orbital tersebut. Dengan
adanya ligand disekitar ion pusat orbital d tidak lagi degenerate, orbital d ini
terbagi menjad beberapa orbital dengan energi berbeda. Dikatakan juga
orbital d ini
mengalami spilitting. Ligand didalam ion kompleks berupa ion-ion negatif
seperti F- dan CN- atau berupa molekul-molekul polar dengan muatan
negatifnya mengarah pada ion pusat seperti H2O atau NH3. Ligand ini akan
menimbulkan medan listrik yang akan menolak elektron terutama elektron d
dari ion pusat. Penolakan ini menyebabkan energi level orbital d dari ion
pusat bertambah. Bila kelima orbital d sama dengan dan medan ligand
mempengaruhi kelimanya dengan cara yang sama maka kelima orbital d ini
akan tetap degenerate pada energy level yang lebih tinggi. Kenyataannya
kelima orbital d tidak sama, yaitu ada orbital eg atau d γ dan t2g atau d e.
Disamping itu medan ligand tergantung dari letaknya disekitar ion pusat,
artinya apakah strukturnya oktahedral, tetrahedral, atau planar segi empat.
Akibat dari orbital d diurai oleh medan ligand, peristiwa ini disebut uraian
medan ligand atau crysral field spilitting. Dari percobaan diperoleh bahwa
ada ligand-ligand yang menghasilkan medan listrik yang kuat dan
disebut strong ligand field, ada ligand yang sebaliknya dan disebut weak
ligand field. Berhubungan dengan ini ligand dapat disusun dalam suatu
spectrochemical series sesuai dengan kekuatan medannya.
Pengisisan elektron pada orbital d
Pengisian elekton pada orbital d, dipengaruhi oleh kekuatan medan dari
ligand. Untuk ligand yang kekuatan medannya besar atau strong ligand
field, splitting yang terjadi menghasilkan perbedaan energi yang besar,
akibatnya elektron akan mengisi penuh energi yang rendah sebelum mengisi
orbital yang energinya tinggi. Pengisian elektron orbital d pada medan
octahedral
Perhitungan CFSE
Crystal field st Hans Bethe abilizationenergy berubah – ubah sesuai dengan
struktur dan jenis ion kompleks. Perbedaan energi orbital t2g dan eg Hans
Bethe untuk kompleks tetrahedral ~4/9 kali untuk kompleks
oktahedral.orbital t2g mempunyai energi 0,27 Δ lebih rendah dari pada
kompleks hipotesis, bila Δ adalah Δ .untuk kompleks tetrahedra:
CFSE = (0,27y – 0,18x) Δ˳
y = jumlah elektron di orbital eg dan
x = jumlah elektron di orbital t2g.
Pada splitting oktahedral terlihat bahwa orbital t2g mempunyai
energy 0,4 Io dan energi pada orbital eg adalah 0,6 Io sehingga untuk
menghitung CFSE = (0,4 x – 0,6 y) Io . Dimana x = jumlah elektron di
orbital t2g dan y = jumlah electron di orbital eg.
Contoh
jumlah elektron d = 7, t2g = 5 dan eg = 2. CFSE = (0,4 x – 0,6
y) Io
= (0,4 . 5 – 0,6 . 2 ) Io = (2 – 1,2 ) Io
= 0,8 Io
Jadi dengan kata lain CFSE dapat dihitung dengan rumus umum
CFSE =energi pada t2g.x –(energi dari eg .y)

Spektra
Banyak kompleks logam transisi memiliki warna yang khas. Hal ini berarti
ada absorpsi di daerah sinar tampak dari elektron yang dieksitasi oleh
cahaya tampak dari tingkat energi orbital molekul kompleks yang diisi
elektron ke tingkat energi yang kosong. Bila perbedaan energi antar orbital
yang dapat mengalami transisi disebut ∆Ε, frekuensi absorpsi ν diberikan
oleh persamaan ∆Ε = h ν. Transisi elektronik yang dihasilkan oleh
pemompaan optis (cahaya) diklasifikasikan secara kasar menjadi dua
golongan. Bila kedua orbital molekul yang memungkinkan transisi memiliki
karakter utama d, transisinya disebuttransisi d-d atau transisi medan ligan,
dan panjang gelombang absorpsinya bergantung sekali pada pembelahan
medan ligan. Bila satu dari dua orbital memiliki karakter utama logam dan
orbital yang lain memiliki karakter ligan, transisinya disebut transfer
muatan. Transisi transfer muatan diklasifikasikan atas transfer muatan
logam ke ligan (metal (M) to ligand (L) charge-transfers (MLCT)) dan
transfer muatan ligan ke logam (LMCT).
Karena analisis spektra kompleks oktahedral cukup mudah, spektra
kompleks ini telah dipelajari dengan detail beberapa tahun. Bila kompleks
memiliki satu elektron d, analisisnya sangat sederhana. Misalnya, Ti dalam
[Ti(OH2)6]3+ adalah ion d1, dan elektronnya menempati orbital t2g yang
dihasilkan oleh pembelahan medan ligan oktahedral. Kompleksnya bewarna
ungu akibat absorpsi pada 492 nm (20300 cm-1) (Gambar 6.13) berhubungan
dengan pemompaan optis elektron d ke orbital eg. Namun, dalam kompleks
dengan lebih dari satu elektron d, ada interaksi tolakan antar elektron, dan
spektrum transisi d-d memiliki lebih dari satu puncak. Misalnya
kompleks d3 [Cr(NH3)6]3+ menunjukkan dua puncak absorpsi d-dpada 400
nm (25000 cm-1), menyarankan bahwa komplkesnya memiliki dua
kelompok orbital molekul yang memungkinkan transisi elektronik dengan
probabilitas transisi uang besar. Hal ini berarti, bila tiga elektron di
orbital t2g dieksitasi ke orbitaleg, ada perbedaan energi karena interaksi
tolakan antar elektron.
Diagram Tanabe-Sugano dibangun dengan perhitungan berdasarkan teori
medan ligan dan telah digunakan secara luas dalam analisis spektra absorpsi
ion d1 sampai d9. Analisisnya menjadi semakin sukar untuk ion dengan
banyak elektron. Dalam setiap kasus, keberadaan spektrum d-
d mensyaratkan bahwa perbedaan energi orbital yang terisi dan yang kosong
ekuivalen dengan energi spektrum UV-visibel, transisinya diperbolehkan
oleh aturan seleksi, dan kebolehjadian transisinya cukup tinggi. Biasanya,
absorpsi transfer muatan lebih kuat daripada transisi absorpsi medan ligan.
LMCT akan muncul bila ligan memiliki pasangan elektron non-ikatan yang
energinya cukup tinggi atau logamnya memiliki orbital berenergi rendah
yang kosong. Di lain pihak, MLCT akan muncul bila ligan memiliki orbital
π* berenergi rendah, dan kompleks bipiridin adalah contoh baik yang
memenuhi syarat ini. Karena waktu hidup keadaan tereksitasi kompleks
rutenium biasanya sangat panjang, banyak studi yang telah dilakukan untuk
mempelajari reaksi fotoredoksnya.
Deret spektrokimia
Besarnya parameter pembelahan medan ligan ∆0 ditentukan oleh identitas
ligan. Suatu aturan empiris yang disebut deret spektrokimia telah
diusulkan oleh kimiawan Jepang Rutaro Tsuchida. Aturan ini dibangun dari
data empiris yang dikumpulkan bila diukur spektra kompleks yang memiliki
atom pusat, bilangan oksidasi dan bilangan koordinasi, dsb sama. Penting
dicatat bahwa ligan dengan sifat akseptor π memiliki posisi yang tinggi
dalam deret ini.
Walaupun ∆0 menjadi lebih besar dalam urutan ini, urutan ini
bergantung pada identitas atom pusat dan bilangan oksidasinya. Yakni,
∆o lebih besar untuk logam 4d dan 5d daripada logam 3d dan menjadi lebih
besar dengan meningkatnya bilangan oksidasi. Besarnya ∆0 berhubungan
erat dengan posisi spektrum elektromagnetik, dan merupakan faktor kunci
dalam menentukan posisi ligan dalam deret spektrokimia. Ligan donor π
(halogen, aqua, dsb.) membuat panjang gelombang absorpsi lebih besar, dan
ligan akseptor π (karbonil, olefin, dsb.) memperpendek panjang gelombang
absorpsi dengan kontribusi dari ikatan π.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kekuatan Medan Kristal


Kekuatan medan kristal atau harga 10 Dq dipengaruhi oleh banyak
faktor. Empat faktor dintaranya adalah ion pusat, jumlah ligan dan geometri
kompleks, jenis ligan dan jenis ion pusat.
a. Muatan Ion Pusat
Bertambah muatan ion pusat akan menyebabkan ligan-ligan tertarik lebih
dekat ke ion pusat sehingga interaksi antara ligan-ligan dengan orbital-
orbital d ion pusat bertambah kuat akibatnya pemisahan orbital d makin
besar dan medan kristal yang timbul makin kuat. Secara teoritik
penambahan muatan ion pusat dari 2+ ke 3+ akan meningkatkan harga
10 Dq sekitar 50 %. Sebagai contoh adalah [Fe(H2O)6]2+ memiliki
10 Dq sebesar 10000 cm–1 sedangkan ion [Fe(H2O)6]3+ memiliki
10 Dqsebesar 14000 cm . -1

b. Jumlah dan Geometri dari Ligan


Semakin banyak jumlah ligan yang terikat pada ion pusat medan
yang timbul makin kuat dan harga 10 Dq makin besar. Kekuatan medan
oktahedral lebih dari 2 kali lipat kekuatan medan tetrahedral untuk ion pusat
dan jenis ligan yang sama. Sebagai contoh ion [Ti(H2O)4]3+ memiliki
10 Dq sebesar 9000 cm–1 sedangkan ion [Ti(H2O)6]3+ memiliki 10 Dqsebesar
20300 cm–1. secara umum dianggap bahwa:
ΔTd= 4 Δo atau 10 DqTd = 4Dqo
9 9
Dalam hal ini ada dua faktor yang mempengaruhi harga 10 Dq. Pada
kedua kompleks tersebut yaitu:
a). Interaksi anatara ligan-ligan dengan orbital-orbital d dari
ion pusat pada medan oktahedral lebih kuat dibandingkan pada
medan tetrahedral.
b). Bertambahnya jumlah ligan akan memperbesar kekuatan
interaksi dan pemisahan orbital-orbital d
 c. Jenis Ligan
 Ligan yang berbeda akan menghasilkan kekuatan medan yang berbeda pula.
 Contoh adalah harga 10Dq untuk [CrCl6]3-, [Cr(NH3)6]3+ dan
[Cr(CN)6]3- secara berturut-turut adalah 163 kJ. Mol-1 , 259 kJ.mol-1 dan 314
kJ.mol-1.
 urutan kekuatan beberapa ligan ditunjukan dalam deret
spektrokimia(spectrochemical series) sebagai berikut:
 I-< Br-< S2-< SCN-< Cl-< NO3-< F-< OH-< ox2-< H2O < NCS- < CH3CN-<
NH3< py < en < dipy < phen < NO2-< fosfina < CN-< CO.
 Deret tersebut disebut juga deret Fajans-Tsuchida.
 d. Jenis Ion Pusat
 Dalam satu golongan untuk ion-ion dengan muatan yang sama kekuatan
medan yang timbul akibat interaksi antara ion pusat dengan ligan-ligan yang
sama bertambah dengan bertambahnya periode.
 Hal ini disebabkan karena pada satu golongan dari atas ke bawah terjadi
kenaikan muatan inti efaktif dengan bertambahnya periode.
 Kenaikan ini disebabkan karena efek saringan (shielding) orbital 5d< 4d< 3d.
 Kenaikan muatan inti efektif menyebabkan ligan-ligan tertarik lebih dekat ke
ion pusat.
 Interaksi antara ligan-ligan dengan elektron-elektron pada orbital d ion pusat
semakin kuat, pemisahan orbital d semakin besar demikian pula dengan
harga 10Dq yang ada.
 Sebagai contoh harga 10Dq untuk ion-ion [Co(NH3)6]3+, [Rh(NH3)6]3+ dan
[Ir(NH3)6]3+ secara berturut-turut adalah 296 kJ.mol-1 dan 490 kJ.mol-1.

 5. Energi Penstabilan Medan Kristal


 Pada kompleks oktahedral perbedaan energi antara orbital t2g dan
eg dinyatakan harga dengan 10Dq atau ∆o.
 Pada simetri oktakhdral bila elektron mengisi orbital t2gakan terjadi
penstabilan dan bila mengisi orbital egakan terjadi pentidakstabilan.
 Pentidakstabilan juga terjadi bila elektron-elektron dipasangkan pada suatu
orbital.
 Energi yang terlibat pada penstabilan suatu kompleks disebut energi
penstabilan medan kristal (Crystal Field Stabilization Energy = CFSE).
 Pada kompleks oktahdral dengan medan lemah harga 10Dq adalah lebih kecil
dari pada energi yang diperlukan untuk memasangkan spin (P).
 Dengan demikian elektron ke empat lebih menguntungkan apabila mengisi
orbital eg dari pada bila dipasangkan dengan elektron yang dapat terdapat
pada orbital t2g.
 Hal yang sebaliknya terjadi pada medan kuat.
 Pada kompleks oktahedral besarnya CSFE untuk medan lemah ditunjukkan
pada tabel di bawah.
http://bloggermuhammadfadli.blogspot.com/2012/11/teori-medan-kristal.html

KOMPLEKS KOBALT (Co) DAN NIKEL (Ni)


DALAM TUBUH
BAB I
Pendahulun

Logam merupakan bahan pertama yang dikenal dan digunakan oleh manusia.
Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria yang sama dengan
logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat
ini berikatan dan atau masuk ke dalam organisme hidup. Berbeda dengan logam
biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek-efek khusus pada makhluk hidup
(dalam kadar tertentu). Tetapi, tidak semua logam berat mengakibatkan
keracunan pada makhluk hidup karena Logam berat merupakan unsur yang
sangat dibutuhkan setiap mahluk hidup (Palar, 1994). Logam berat ini bisa
memberi efek kesehatan bagi manusia tergantung pada bagian mana logam berat
terikat dalam tubuh. Daya racun yang dimiliki akan bekerja sebagai penghalang
kerja enzim, sehingga proses metabolisme terputus.

Logam berat dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu logam berat esensial
dan non esensial. Logam berat esensial adalah logam yang keberadaannya dalam
jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah
yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah
Zn, Cu, Fe, Co, Mn, Ni dan lain sebagainya. Sedangkan logam berat non esensial
atau beracun adalah logam yang keberadaanya dalam tubuh masih belum
diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun, Seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan
lain-lain.

Menurut US Department of Health and Human Services, batas kadar


logam nikel dalam tanah, air, dan tubuh manusia adalah 4-80ppm; 0,3-1,0 ppm
dan 0,02 mg/kg/hari; dan 1-20 ppm; 0,5-10 ppm dan 0,7-2,0 mg/kg/hari, dan
untuk logam kobalt adalah 1-20 ppm; 0,5-10ppm; dan 0,7-2,0 mg/kg/hari (US
Department of Health and Human Services,2005).

Kobalt dan nikel merupakan logam berat yang bersifat esensial. Keduanya
cukup berperan dalam kebutuhan tubuh manusia. Kobalt adalah suatu unsur kimia
dalam tabel periodik yang memiliki lambang Co dan nomor atom 27. Warna sedikit
berkilauan, metalik, keabu-abuan. Penggolongan Metalik Ketersediaan, unsur
kimia kobalt tersedia di dalam banyak formulasi yang mencakup kertas perak,
potongan, bedak, tangkai, dan kawat. contoh besar dan kecil unsur kimia.
Unsur kimia kobalt juga merupakan suatu unsur dengan sifat rapuh sedikit
keras dan mengandung metal serta kaya sifat magnetis yang serupa setrika. Unsur
kimia kobalt adalah batu bintang. Kobalt adalah suatu isotop yang diproduksi
menggunakan suatu sumber sinar (radiasi energi tinggi).

Kobalt merupakan salah satu logam unsur transisi dengan konfigurasi


elektron 3d7 yang dapat membentuk kompleks. Kobalt yang relatif stabil berada
sebagai Co(II) ataupun Co(III). Namun dalam senyawa sederhana Co, Co(II) lebih
stabil dari Co(III). Ion – ion Co 2+ dan ion terhidrasi [Co(H2O)6]2+ stabil di air.
Kompleks kobalt dimungkinkan dapat terbentuk dengan berbagai macam ligan,
diantaranya sulfadiazin dan sulfamerazin. Sulfadiazin dan sulfamerazin merupakan
ligan yang sering digunakan untuk obat antibakteri. Keduanya merupakan turunan
dari sulfonamid yang penggunaannya secara luas untuk pengobatan infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Gram-positif dan Gram-negatif tertentu, beberapa jamur,
dan protozoa (Siswandono dan Soekardjo : 1995 ).

Ion pusat dalam kompleks kobalt(II) adalah Co 2+. Kobalt adalah logam
transisi golongan VIII B dan terletak pada periode ke empat dalam sistem periodik
unsur. Kobalt memiliki bilangan oksidasi tertinggi IV, sedangkan kobalt(II) paling
stabil di antara bilangan oksidasi lainnya (Cotton and Wilkinson : 1988).

Kobalt dikenal sebagai perangsang pembentukan sel darah merah yang


baik. Ion kobalt +2 dalam kobalt klorida diketahui dapat meningkatkan produksi
sel darah merah. Kobalt dalam bentuk Vitamin B 12 juga mendukung proses
metabolisme dan pembentukan sel darah merah. Tetapi apabila kandungan
kobalt yang diserap dalam tubuh berlebih maka akan menyebabkan serangan
jantung, asma, gangguan pernafasan dan kanker paru-paru (Perez-Espinosa,2004).

Mengkombinasikan suatu kompleks kobalt dengan aspirin secara


signifikan merubah sifat-sifat anti-kanker molekul tersebut, sebagaimana yang
telah ditemukan oleh peneliti-peneliti di Eropa. Penelitian mereka menjadi dasar
untuk penemuan terapi-terapi anti-tumor baru dengan menambahkan fragmen-
fragmen organologam ke dalam obat tertentu.

Tim Ott telah meneliti spesies heksa karbonil dikobalt [Co 2(CO)6] yang
terikat ke berbagai ligan alkil, dan menemukan bahwa aktivitas anti-kanker dari
kompleks kobalt ini lebih potensial ketika dikombinasikan dengan aspirin dibanding
senyawa lain.

Unsur kobalt di alam selalu didapatkan bergabung dengan nikel dan


biasanya juga dengan arsenik. Mineral kobalt terpenting antara lain Smaltite
(CoAs2), Cobalttite (CoAsS) dan Lemacite (Co 3S4). Sumber utama kobalt disebut
“Speisses” yang merupakan sisa dalam peleburan bijih arsen dari Ni, Cu, dan Pb.
Nikel merupakan unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki
simbol Ni dan nomor atom 28. Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan
murni, nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom dan logam
lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang keras, mudah ditempa, sedikit
ferromagnetis, dan merupakan konduktor yang agak baik terhadap panas dan
listrik. Nikel tergolong dalam grup logam besi-kobalt, yang dapat menghasilkan
alloy yang sangat berharga.

Nikel ditemukan oleh A. F. Cronstedtpada tahun 1751, merupakan logam


berwarna putih keperak-perakan yang berkilat, keras dan mulur, tergolong dalam
logam peralihan, sifat tidak berubah bila terkena udara, tahan terhadap oksidasi
dan kemampuan mempertahankan sifat aslinya di bawah suhu yang ekstrim
(Cotton danWilkinson, 1989).

Nikel diketahui memiliki peranan penting dalam biologis mikroorganisme


dan tumbuhan. Hal ini dibuktikan bahwa dalam urease (enzim yang berperan
dalam hidrolisis urea) mengandung nikel. Tetapi apabila kandungan nikel yang
diserap dalam tubuh berlebih akan menyebabkan gangguan pernafasan, asma,
sakit perut, kidney (kadar protein berlebih dalam urin), kanker, dan gangguan
kehamilan. Gangguan dari efek logam nikel yang paling sering adalah alergi. Kira-
kira 10-20% dari populasi menunjukkan reaksi alergi terhadap nikel. Dari beberapa
orang yang mengalami alergi menunjukkan adanya gangguan pada kulit di sekitar
kulit yang terkena logam nikel. Gangguan yang lebih berbahaya terhadap logam
nikel adalah bronchitis kronik gangguan fungsi paru-paru dan kanker hati ( US
Department of Health and Human Services,2005)

Sejumlah nikel dapat dilepaskan ke dalam tubuh dari makanan atau air
yang prirono atau salah satu yang telah terkontaminasi sebagai perkolasi panci
mendidih. Secara khusus, wadah stainless steel nikel dapat menutupi makanan
dengan menggunakan makanan yang asam dan suhu fermentasi. Makanan yang
merupakan sumber alami dari nikel adalah kelapa, batu-buah-buahan, kedelai dan
gandum, serta tiram atau salmon yang menumpuk nikel dari air yang
terkontaminasi.

Nikel dalam konsentrasi yang lebih tinggi dapat hadir dalam sayuran
seperti kacang polong, kacang-kacangan, bayam kubis, dan selada. Beberapa
tanaman dan bakteri dalam sistem enzimatik mereka mengandung nikel, karena
itu, dia milik unsur biogenik dalam populasi manusia tetapi tidak dianggap sebagai
nutrisi esensial. Tetapi dalam dunia fauna dari beberapa hewan percobaan untuk
menginduksi defisiensi nikel yang menyebabkan penurunan pertumbuhan,
morfologi normal, diyakini bahwa hal itu dapat berfungsi sebagai ligan untuk
meningkatkan penyerapan zat besi di saluran pencernaan.

Kobalt dan Nikel dapat bermanfaat bagi tubuh jika membentuk suatu
senyawa kompleks. Senyawa kompleks memiliki peranan penting dalam
kehidupan sehari-hari. Aplikasi senyawa ini meliputi bidang kesehatan, farmasi,
industri, dan lingkungan. Senyawa kompleks terbentuk akibat terjadinya ikatan
kovalen koordinasi antara suatu atom atau ion logam dengan suatu ligan (ion atau
molekul netral). Logam yang dapat membentuk kompleks biasanya merupakan
logam transisi, alkali, atau alkali tanah. Studi pembentukan kompleks menjadi hal
yang menarik untuk dipelajari karena kompleks yang terbentuk dimungkinkan
memberi banyak manfaat, misalnya untuk ekstraksi dan penanganan keracunan
logam berat (Miessler and Tarr : 1991).

Proses pembentukan senyawa kompleks koordinasi adalah perpindahan


satu atau lebih pasangan elektron dari ligan ke ion logam. Jadi, ligan bertindak
sebagai pemberi elektron dan ion logam sebagai penerima elektron. Sebagai
akibat dari perpindahan kerapatan elektron ini, pasangan elektron menjadi
kepunyaan bersama antara ion logam dan ligan, sehingga terbentuk ikatan
pemberi penerima elektron. Keadaan-keadaan antara mungkin saja terjadi,
namun jika pasangan elektron itu terikat kuat pada kedua sarah tersebut, maka
ikatan kovalen sejati dapat terbentuk. Bergantung pada susunan elektronnya, ion
logam dapat menerima sejumlah pasangan elektron, sehingga ion logam itu dapat
berikatan koordinasi dengan sejumlah ligan. Jumlah ligan yang dapat diikat oleh
ion logam itu disebut bilangan koordinasi senyawa kompleks (Sunarya, 2003).

Senyawa yang tersusun atas satu atom pusat, biasanya logam atau
molekul netral disebut senyawa kompleks. Anion atau molekul netral disebut
senyawa kompleks. Anion atau molekul netral yang memiliki atom pusat atau
kelompok atom itu disebut dengan ligan. Jika ditinjau dari sistem asam-basa lewis,
atom pusat atau kelompok atom dalam senyawa kompleks tersebut bertindak
sebagai asam lewis, sedangkan ligannya bertindak sebagai basa lewis. Ikatan yang
terjadi antara ligan dan atom pusat merupakan ikatan kovalen koordinasi.
Sehingga senyawa kompleks disebut pula senyawa koordinasi. Jumlah muatan
kompleks ditentukan dari penjumlahan muatan ion pusat dan jumlah muatan
ligan yang membentuk kompleks (Ramlawati, 2005).

Peran senyawa kompleks logam yang diterapkan dalam bidang


kedokteran salah satu contoh aplikasi dalam kimia bioanorganik (Szacilowski, et
al., 2005 ; Mudasir, 2006). Molekul-molekul kecil yang dapat berinteraksi dengan
DNA adalah senyawa-senyawa yang menunjukkan aktivitas obat atau senyawa-
senyawa yang bersifat racun bagi tubuh (Mudasir, 2006). Oleh karena itu, dengan
memahami perilaku dan sifat-sifat interaksi senyawa kompleks logam dengan DNA
diharapkan dapat membantu memahami mekanisme kerja obat-obat. Kobalt dan
nikel dapat bermanfaat bagi tubuh jika membentuk suatu senyawa kompeks.
Makalah ini disusun bertujuan untuk menjelaskan pengaruh senyawa kompleks
logam berat kobalt dan nikel dalam tubuh.

BAB II
Pembahasan

A. Senyawa Kompleks Kobalt

Logam kobalt sebenarnya dibutuhkan oleh tubuh manusia dalam jumlah


yang sangat sedikit untuk proses pembentukan butir darah merah. Kobalt (Co)
dalam jumlah tertentu dibutuhkan tubuh melalui Vitamin B 12 yang masuk ke
tubuh manusia.

Kobalt (Co) merupakan sumber mikroorganisme yang dapat membentuk


Vitamin B12. Manusia tidak dapat melakukan hubungan simbiosis dengan
mikroorganisme dalam saluran cerna, sehingga harus memperoleh kobaltamin
dari makanan hewani seperti hati, ginjal, dan daging. Makanan nabati
mengandung sedikit kobalt, bergantung pada kandungan tanah tempat
tumbuhnya. Pengikut vegetarian (hanya makan makanan nabati) perlu berhati-
nati terhadap kemungkinan kekuranagan Vitamin B 12.

Fungsi Kobalt yang merupakan vitamin B 12 (kobaltmin) ini diperlukan


untuk mematangkan sel darah merah dan menormalkan fungsi semua sel. Kobalt
mungkin juga berperan dalam fungsi berbagai enzim. Angka kebutuhan gizi
sebagian besar kobalt dalam tubuh terikat dalam vitamin B 12. Plasma darah
mengandung kurang lebih 1 µg kobalt/ 100 pencernaan dan penyerapan absorbsi
terjadi pada bagian atas usus halus mengikuti mekanisme absorbsi besi. Absorbsi
meningkat bila konsumsi besi rendah. Sebanyak 85 % ekskresi kobalt dilakukan
melalui urin, selebihnya fases dan keringat.
Ion kobalt memiliki konfigurasi elektron yang memungkinkan sebagai ion
pusat suatu senyawa kompleks, seperti kompleks kobalt (II) hipoksantin.
Pengomplekan kobalt dengan hipoksantin perlu dikaji karena hipoksantin dalam
sistem tubuh terlibat dalam proses katabolisme purin. Kombinasi senyawa
komples heksa karbonil dikobalt [Co 2(CO)6] dengan aspirin juga perlu dikaji sebab
secara signifikan dapat merubah sifat anti-kanker yang menjadi dasar penemuan
terapi anti-kanker baru dengan penambahan fragmen-fragmen organologam.

1. Senyawa Kompleks Kobalt (II) hipoksantin

Purin adalah salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA. Purin
merupakan zat yang terdapat dalam setiap bahan makanan yang berasal dari
tubuh makhluk hidup. Yang termasuk kelompok purin adalah Adenosin dan
Guanosin. Katabolisme sendiri merupakan proses metabolisme tubuh dengan
memecahkan zat yang cukup besar menjadi molekul yang lebih kecil. Katabolisme
purin ini membutuhkan enzim xantin oksidase yang umumnya terdapat di hati dan
usus.

Penyakit manusia yang meliputi kelainan dalam metabolisme purin


mencakup penyakit gout, sindrom lesch-Nyhan, defisiensi adenosin deaminase
dan defisiensi fosforilase nukleosida purin. Keadaan defisiensi purin pada manusia
terutama disebabkan oleh defisiensi asam folat dan kadang-kadang oleh defisiensi
B12, kalau keadaan ini menimbulkan defisiensi sekunder deriva folat (victor W.
Rodwell, Phd).

Hasil penelitian dengan menggunakan radioisotop, ternyata setiap


komponen yang dijumpai dalam kerangka inti purin berasal dari bermacam-
macam sumber diantara lain : atom C (6) inti purin berasal dari atom karbon
molekul CO2 udara pernafasan; atom N (1) inti purin bersal dari atom nitrogen
gugus amino (-NH2) molekul aspartat; atom C (2) dan atom C (8) inti purin adalah
produk reaksi transformilasi yang berasal dari senyawa donor gugus formil yang
mengakibatkn koenzim FH4 (tetra hidro folat); atom N (3) dan atom N (9) berasal
dari nitrogen gugus amida molekul glutamin; atom C (4) atom C (5) dan atom N (7)
merupakan molekul glisin.
Tahapan purin diawali dengan pembentukan molekul PRPP(5-phospho
ribosil pyro phosphate) dan slanjutnya membentuk senyawa 5-
phosphoribosilamin dari hasil PRPP dan membentuk senyawa GAR kemudian GAR
membentuk reaksi formilase yang dikatelisis oleh enzim kemudian senyawa formil
glisin amid ribosil 5P sehingga terjadi penutup rantai, senyawa 5 amino-4-
imidazole-karboksamid- ribosil-5P akhir dari penutupan cicncin yang k-2. Dalam
katabolismepurin terlibat enzin hipoksantin yang beeperan dalam mengubah
purin menjadi nukleotida purin agar dapat digunakan kembali sebagai penyusun
DNA dan RNA. Jika enzim ini mengalami defisiensi, maka peran enzim menjadi
berkurang. Akibatnya purin dalam tubuh dapat meningkat, purin yang tidak
dikatabolisme akan mengganggu kesehatan tubuh.

Pembentukkan kompleks kobalt (II) hipoksantin dipengaruhi oleh pH.


Kondisi pH dapat mempengaruhi bentuk keto atau enol dari
hipoksantin. Karakterisasi kompleks ditunjukan secara kualitatif melalui analisis
spektra inframerah dan spektra ultraviolet. Uji kuantitatif dilakukan dengan
menggunakan spektrofotometer serapan atom.

2. Senyawa Kompleks Heksa karbonil dikobalt [Co2(CO)6] dengan Aspirin

Senyawa kompleks kobalt dapat berinteraksi dengan aspirin secara


berbeda dengan enzim-enzim siklooksigenase (COX) yang menghasilkan
prostaglandin dan molekul-molekul pensinyalan lain yang terkait dengan inflamasi
dan pembekuan darah.

Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan


dari salisilatyang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan
rasa sakit atau nyeri minor),antipiretik (terhadap demam), dan anti-
inflamasi (peradangan). Aspirin juga memiliki efekantikoagulan dan dapat
digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegahserangan
jantung. Kepopuleran penggunaan aspirin sebagai obat dimulai pada
tahun 1918ketika terjadi pandemik flu di berbagai wilayah dunia.

Struktur Senyawa Aspirin

Menurut kajian John Vane, aspirin menghambat


pembentukan hormon dalam tubuhyang dikenal sebagai prostaglandins. Aspirin
dapat menghambat enzim COX dengan mensubstitusi sebuah residu lysin dengan
gugus asetil yang merubah jalur-jalur biokimia yang terjadi pada aktivitas COX.
Senyawa kompleks heksa karbonil dikobalt [Co2(CO)6] dengan aspirin dapat
menghambat pertumbuhan sel yang tidak diharapkan dan pembentukan pembuluh
darah kecil sehingga mengurangi pertumbuhan kanker yang ada dalam tubuh.
Dengan adanya ion kobalt dapat merangsang pembentukan sel darah merah yang
baik karena kobalt adalah salah satu faktor pembentukan sel darah merah.

Sel darah merah atau eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak
berinti yang berdiameter 8m, tebal bagian tepi 2m pada bagian tengah tebalnya
hanya 1 m atau kurang. Karena se itu lunak dan lentur maka dalam perjalanannya
melalui mikrosirkulasi konfigurasinya berubah. Stroma bagian luar yang
mengandung protein terdiri dari antigen kelompok A dan B serta Rh yang
menentukan golongan darh seseorang. Komponen utama sel darah merah adalah
protein hemoglobin (Hb) yang mengangkut O2 dan CO2 dan mempertahankan Ph
normal melalui serangkaian dapar intraseluler. Kobalt dalam bentuk vitamin
B12 juga mendukung proses metabolisme dan pembentukan sel darah merah.

Vitamin B12 merupakan bahan makanan yang diperlukan oleh seluruh sel
tubuh dan pertumbuhan sel jaringan pada umumnya. Hal ini karena vitamin
B12 berperan dalam sintesis DNA. Karena jaringan yang menghasilkan eritrosit
paling cepat pertumbuhan dan proliferasinya, kekurangan vitamin B 12 menghambat
kecepatan pembentukan eritrosit. Kobalt diperlukan sebagai katalisator dalam
tahapan-tahapan pembentukan eritrosit.

Vitamin B12 tanpa penandaan atau penunjukan berarti sianokobalamin,


karena molekul sianida melekat pada kobalt. Formula tersebut memperlihatkan
bahwa bagian utama molekul yang rumit tadi mempunyai atom kobalt di tengah-
tengah struktur cincin-tetra porfirin. Grup sianida terikat pada atom karbon, yang
bertanggung jawab terhadap nama siano-kobalamin.

Vitamin B12 berwarna merah karena adanya kobalt. Kobalt tersebut


merupakan 4,35% dari berat molekul. Meskipun merupakan molekul terbesar di
antara zat-zat vitamin dengan berat molekul 1355, vitamin B 12 adalah stabil.

Vitamin B12 membentuk beberapa enzim dan berfungsi dalam proses-


proses metabolik, menghasilkan dalam metilasi transfer hidrogen dan
pembentukan he-moglobin. Vitamin tersebut secara luas digunakan dalam obat-
obatan manusia.

Kanker yang berhubungan dengan darah atau sel darah merah dapat
berasal dari sumsum tulang atau melalui kekurangan di sel itu sendiri. Leukemia
merupakan salah satu kanker yang berhubungan dengan sel darah merah. Kanker
adalah suatu kondisi di mana sel-sel mulai mengalami kerusakan. Dalam manusia
normal sel-sel tumbuh dan membelah sehingga mereka dapat membentuk sel-sel
baru. Ketika sel-sel yang lebih tua mati, sel-sel baru mengambil tempat mereka
dan tubuh tetap berfungsi. Ketika proses ini tidak terjadi seperti yang dijadwalkan
dan sel-sel yang lebih tua tidak mati sebagaimana seharusnya terlepas dari
pembentukan sel-sel baru, kondisi ini disebut kanker.

B. Senyawa Kompleks Nikel

Nikel ditemukan oleh A. F. Cronstedtpada tahun 1751, merupakan logam


berwarna putih keperak-perakan yang berkilat, keras dan mulur, tergolong dalam
logam peralihan, sifat tidak berubah bila terkena udara, tahan terhadapoksidasi
dan kemampuan mempertahankan sifat aslinya di bawah suhu yang ekstrim
(Cotton danWilkinson, 1989). Nikel digunakan dalam berbagai aplikasi komersial
dan industri, seperti :pelindung baja (stainless steel), pelindung tembaga, industri
baterai, elektronik, aplikasi industri pesawat terbang, industri tekstil, turbin
pembangkit listrik bertenaga gas, pembuat magnet kuat,pembuatan alat-alat
laboratorium (nikrom), kawat lampu listrik, katalisator lemak, pupuk pertanian,
dan berbagai fungsi lain (Gerberding J.L., 2005).Nikel cukup berperan
bagi kesehatan tubuh sehingga tubuh dapat memproduksi sel darah
merah dan hemoglobin sintesis. Nikel merupakan zat gizi esensial yang berfungsi
menstabilisasi struktur asam nukleat dan protein dan sebagai kofaktor berbagai
enzim. Nikel juga berperan mengatur kadar lipid dalam jaringan dan dalam
sintesis fosfolipid. Nikel juga merupakan nonspesifik aktifator enzim.

Tingginya kadar nikel dalam jaringan tubuh manusia dapat mengakibatkan


munculnya berbagai efek samping yaitu akumulasi Ni pada kelenjar pituitari yang
bisa mengakibatkan depresi sehingga mengurangi sekresi hormon prolaktin
dibawah normal. Akumulasi Ni pada pankreas bisa menghambat sekresi hormon
insulin.

Para nikolm keracunan yang paling umum adalah masih hadir dalam
lingkungan kerja, ada peningkatan jumlah kanker paru-paru pada pekerja yang
terpapar debu tempat kerja dan nikel sebagai asma. Beberapa senyawa dengan
nikel dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan hati yang dapat menyebabkan
kematian, dan pada wanita hamil dapat menyebabkan keguguran atau cacat pada
bayi pribumi. Keracunan nikel didiagnosis dengan penentuan konsentrasi nikel
dalam urin.

Ion nikel memiliki konfigurasi elektron yang memungkinkan sebagai ion


pusat suatu senyawa kompleks, seperti kompleks nikel (II) dimetil glioksima.
Pengomplekan nikel dengan dimetil glioksima perlu dikaji karena berperan
sebagai katalis dalam metabolisme tubuh. Kombinasi senyawa komples
[Ni(EDTA)]2- juga perlu dikaji sebab secara signifikan dapat dijadikan antikoagulan
untuk mencegah penggumpalan darah.

1. Senyawa Kompleks Nikel(II) dimetil glioksima

Dimetil glioksima adalah salah satu contoh pereaksi senyawa kompleks


yang membentuk garam kompleks dalam dengan ion nikel(II). Kedua muatan
positif pada ion nikel(II) diimbangi oleh dua proton yg dilepaskan oleh ligan.
Sedangkan atom-atom oksigen yg bermuatan negatif membentuk ikatan hidrogen
antar molekul dengan gugus OH yang berdekatan. Pada satu pihak, senyawa
komplek ini netral secara kelistrikan pada pihak lain tidak kemungkinan
terbentuknya ikatan hidrogen lebih lanjut. Lagipula, adakan ikatan d-d yang lemah
antar ion-ion logam pada molekul-molekul yg berdekatan. Itulah sebabnya
endapan nikel(II) dimetilglioksima yg berwarna merah sukar larut dalam air.
Endapan ini mudah disaring & dicuci, kemudian dikeringkan pada suhu 120oC-
150oC. Sedangkan faktor grafimetrinya cukup besar (0,2032) karena bobot
molekul senyawa ini tinggi (Rivai, 1995).

Dimetil glioksima merupakan zat pengendap organik yang sangat khas


dengan rumus bangun sebagai berikut:

Senyawa koordinasi Dimetil glioksima dengan paladium merupakan satu-satunya


senyawa yang sukar larut dalam larutan asam sedangkan senyawa koordinasinya
dengan nikel merupakan satu-satunya senyawa yang mengendap dalam larutan
yg bersifat basa lemah dengan demikian zat pengendap ini khusus dipakai untuk
penentuan paladium dan nikel.

Endapan nikel(II) dimetilglioksimat tersebut begitu gembur sehingga


hanya sejumlah kecil nikel dapat ditangani dengan memuaskan. Selain itu,
endapan ini juga cenderung bergerak pada penyaringan dan pencucian namun
demikian, endapan ini mudah dikeringkan pada suhu 110 oC dan mempunyai
susunan kimia yang sangat sesuai dengan rumusnya (Rivai, 1995).
2. Senyawa Kompleks [Ni(EDTA)]2-

Dalam dunia kedokteran darah sangat diperlukan untuk pemeriksaan


penyakit secara medis. Darah cepat membeku, oleh karena itu diperlukan suatu
zat yang dapat membuat darah tidak membeku untuk mempermudah
pemeriksaan secara labororium. Antikoagulan adalah zat yang mencegah
penggumpalan darah dengan cara mengikat kalsium atau dengan menghambat
pembentukan trombin yang diperlukan untuk mengkonversi fibrinogen menjadi
fibrin dalam proses pembekuan. EDTA memiliki keunggulan dibanding dengan
antikoagulan yang lain, yaitu tidak mempengaruhi sel-sel darah, sehingga ideal
untuk pengujian hematologi, seperti pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, KED,
hitung lekosit, hitung trombosit, retikulosit, apusan darah, dsb.
[Ni(EDTA)]2- biasanya digunakan dengan konsentrasi 1 - 1,5 mg/ml darah.
Penggunaannya harus tepat. Bila jumlah EDTA kurang, darah dapat mengalami
koagulasi.

Pembekuan darah (koagulasi) adalah proses dimana pembuluh darah


pecah perbaikan setelah cedera. Memperbaiki cedera benar-benar dimulai
bahkan sebelum pembekuan tidak, melalui pembuluh darah kejang, atau
kontraksi otot dinding kapal, yang mengurangi kehilangan darah. Pembekuan itu
sendiri adalah kaskade kompleks reaksi yang melibatkan trombosit, enzim, dan
protein struktural. Trombosit adalah sel tidak utuh, tapi paket agak kecil dari
membran sitoplasma-dibatasi. Ada sekitar satu juta trombosit dalam setetes
darah. Kerusakan pada lapisan pembuluh darah (lapisan endotel) mengekspos
bahan yang menyebabkan trombosit untuk menempel pada sel-sel endotel,
trombosit tambahan kemudian menempel ini. Ini rilis trombosit menggabungkan
faktor-faktor yang mempromosikan akumulasi fibrin, protein beredar. Bekuan
darah adalah meshwork trombosit dan sel darah dijalin bersama oleh fibrin.

Koagulasi dapat mulai dengan salah satu dari dua jalur, yang disebut jalur
ekstrinsik dan intrinsik, baik yang feed ke jalur umum yang melengkapi proses.
Jalur ekstrinsik dimulai dengan faktor substansi jaringan yang disebut (jaringan
tromboplastin) yang dirilis oleh pembuluh darah yang rusak dan jaringan
sekitarnya. Setelah bentuk gumpalan, kontraksi dari trombosit menarik tepi luka
dekat bersama-sama, dan sel endotel segar kemudian tumbuh di atasnya,
memperbaiki pembuluh darah yang rusak. Seiring waktu, fibrin terdegradasi oleh
plasmin. Enzim ini terbentuk dari plasminogen beredar oleh jaringan plasminogen
activator (t-PA). Sintetis t-PA digunakan untuk melarutkan bekuan darah pada
stroke, infark miokard, emboli paru, dan kondisi lainnya.

Senyawa kompleks yang bisa dijadikan sebagai katalis harus memiliki sifat
yang stabil. Salah satu senyawa kompleks yang sangat stabil adalah senyawa
kompleks yang membentuk khelat. Salah satu senyawa kompleks yang memiliki
tingkat kestabilan cukup tinggi adalah senyawa kompleks Nikel(II)-EDTA yang
memiliki Kstab = 18.62 (Underwood, 2002). Sintesis dan karakterisasi senyawa
kompleks nikel(II)-EDTA yang dapat dimanfaatkan sebagai katalis.

Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi reaksi kimia pada
suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri.
Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk.
Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi
pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi.
Katalis menyediakan suatu jalur pilihan denganenergi aktivasi yang lebih rendah.
Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi.

Tahapan dalam sintesis senyawa kompleks Ni-EDTA adalah penentuan


panjang gelombang maksimum, pengaruh pH pada pembentukan senyawa
kompleks dan penentuan rumus senyawa kompleks dengan metode variasi
kontinu. Katalis senyawa kompleks Ni-EDTA disintesis melalui reaksi larutan
NiCl2·6H2O dengan larutan H4EDTA (titriplex II). NiCl2·6H2O dilarutkan ke dalam air
membentuk larutan berwarna hijau. Warna hijau yang muncul ini akibat dari
kompleks heksaakuonikelat (II) atau [Ni(H 2O)6]2+ seperti yang dilaporkan oleh
Svehla (1990). Kemudian larutan tersebut dicampur dengan larutan H 4EDTA yang
jernih hingga terbentuk larutan berwarna biru. Pembentukan warna ini
merupakan indikasi telah terbentuk senyawa kompleks Ni-EDTA. Senyawa
kompleks Ni-EDTA terbentuk akibat substitusi ligan H 2O oleh ligan
EDTA.Fenomena ini juga didukung oleh pengamatan dengan spektrofotometer
UV-VIS yang menunjukkan adanya perubahan panjang gelombang maksimum
senyawa [Ni(H2O)6]2+sebesar 658 nm menjadi senyawa kompleks Ni-EDTA yang
mempunyai panjang gelombang maksimum 584 nm. Pergeseran kearah panjang
gelombang yang lebih pendek seperti yang terlihat pada Gambar 4.1, dipengaruhi
oleh adanya ligan EDTA yang merupakan ligan dengan medan kuat (Effendi, 2007).
Penggantian ligan dengan medan lemah ke ligan dengan medan kuat memberikan
energi ke atom pusat yang digunakan untuk promosi elektron sehingga sinar yang
diserap panjang gelombangnya semakin pendek seperti yang dinyatakan oleh
Sukardjo (1992).

Gambar 4.1. Panjang Gelombang Maksimum Senyawa [Ni(H2O)6]2+ dan


Senyawa Kompleks Ni-EDTA

Berdasarkan teori warna (Underwood, 2002), suatu senyawa yang


berwarna akan menyerap energi pada panjang gelombang warna komplementer
senyawanya. Secara visual, larutan senyawa kompleks berwarna biru, hal ini
menunjukkan bahwa senyawa tersebut menyerap energi pada panjang
gelombang warna komplementer biru yaitu warna kuning (580–595 nm).

BAB III
Penutup

Logam berat dapat memberi efek kesehatan bagi manusia tergantung


pada bagian mana logam berat terikat dalam tubuh, tetapi logam berat juga
cukup berperan dalam kebutuhan tubuh manusia jika membentuk suatu senyawa
kompleks. Senyawa kompleks Kobalt dan Nikel bagian dari logam berat yang
memiliki peranan penting dalam tubuh. Kobalt (Co) berperan sebagai sumber
mikroorganisme yang dapat membentuk Vitamin B 12 dan Nikel (Ni) berperan
bagikesehatan tubuh sehingga tubuh dapat memproduksi sel darah
merah dan hemoglobin sintesis.

D a ft a r P u s t a k a

Atkins. 1997. Kimia Fisika Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Cotton F.A. Wilkinson G. 1988. Advanced Inorganic Chemistry. Fifth Edition.

John Willey and Sons Inc. New York.

Cotton F.A. Wilkinson G; and Paul L. Gauss. 1995. Inorganic Chemistry. Third

Edition. John Willey and Sons Inc. New York.

Day, M.C and J. Selbin. 1985. Theoritical Inorganic Chemistry. 2th Edition. East-West
Press. New Delhi.

Hapsari, A.W. 2004. Sintesis dan Karakterisasi Kompleks


Heksasulfathiazolkobalt(II)klorida.nHidrat (n = 1,2,3,4,5, atau 6) dan
Heksasulfaguanidinkobalt(II)klorida.nHidrat (n = 2,3,4,5, atau 6). Skripsi Jurusan
Kimia FMIPA UNS. Surakarta.

Miesslar, G. L. and D.A. Tarr. 1991. Inorganic Chemistry. Prentice Hall. New Jersey.
Mohamadou, Jubert, dan Barbier. 2006. “Novel cobalt(II) complexes with

pyridyl/ether or pyridyl/thioether ligands. The conversion of pyridyl/thioether


cobalt(II) complex to pyridyl/sul.nato cobalt(III) compound”. Inorganica Chimica
Acta. Volume 359, 273 – 282

Potterfield, W.W. 1984. Inorganic Chemistry. Addison-Weslet Publishing Company Inc.


Canada.

Ramlawati. 2005. Kimia Anorganik Fisik. Makassar: FMIPA UNM.

Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. UI Press. Jakarta.

Saptorini, E. 2003. Sintetis dan Karakterisasi Kompleks Cu(II) dengan Sulfadiazin dan
Sulfamerazin.Skripsi. Jurusan Kimia FMIPA. Surakarta

Siswandono dan Soekardjo. 1995. Kimia Medisinal. Airlangga University Press.


Surabaya.

Sunarya, Yayan. 2003. Ikatan Kimia. Bandung: JICA.

Wilson and Gisvold. 1982. Textbook of Organic Medicinal and Pharmaceutical


Company. Harper and Row Publishers Inc. London. Alih Bahasa: Fatah, Ahmad
Musthofa. 1989. Kimia Farmasi dan Medisinal Organik. Jilid I. Edisi Kedelapan.
IKIP Semarang Press. Semarang.

http://www.scribd.com/doc/51287797/44814870-Makalah-nikel diakses pada tanggal 9


Maret 2012

http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007/Syifa%20M%20(054730)

senyawa%20kompleks.html diakses pada tanggal 10 Maret 2012

http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/pub/detail/penetapan.html diakses

pada tanggal 13 Maret 2012

http://eprints.uny.ac.id/1803/ diakses pada tanggal 13 Maret 2012

http://obstetriginekologi.com/artikel/makalah+senyawa+kompleks.html diakses pada


tanggal 14 Maret 2012

http://www.downloadpdf.co.uk/pdf/makalah-senyawa-kompleks.html diakses pada


tanggal 16 Maret 2012
http://al-chemi.blogspot.com/2012/06/kompleks-kobalt-co-dan-nikel-ni-
dalam.html

Anda mungkin juga menyukai