Anda di halaman 1dari 14

A.

 PENGERTIAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME


Secara etimologi, kolonialisme barasal dari kata colunus (colonia) yang
berarti menguasai. Jadi makna kolonialisme adalah suatu usaha yang
dilakukan oleh suatu bangsa untuk menguasai bangsa yang lain di luar dari
wilayahnya sendiri. Ada banyak tujuan bangsa-bangsa barat melakukan
kolonialisme, yaitu ingin mencari dominasi kekuatan baik itu dari segi
ekonomi, sumber daya alam, sumber daya mansia, maupun politik. Terlebih
lagi, suatu anggapan yang telah sangat berkembang yang menganggap
bahwa bangsa yang melakukan kolonisasi lebih baik dari bangsa yang
dikolonikan.

Sedangkan imperialism secara etimologi berasal dari kata “imperare” yang


berarti memerintah. Oleh karena itu, pengertian dari imperialism yaitu suatu
usaha yang dilakukan oleh suatu bangsa untuk memerintah bangsa lain di
luar dari wilayahnya sendiri. Imperialism dijalankan dengan penuh paksaan
demi mencapai tujuan bangsa yang melakukannya.

Maka, antara kolonialisme dan imperialism memiliki hubungan yang sangat


erat. Bangsa-bangsa Barat datang ke Indonesia ingin melakukan
kolonialisme dan imperialism hanya demi mencapai tujuan dari bangsa itu
sendiri, tanpa mementingkan penduduk pribumi.

Secara umum, kolonialisme dan imperialism yang dilakukan bangsa Barat di


Indonesia didasari oleh beberapa hal, yaitu mencari kekayaan sebanyak-
banyaknya (gold), menyebarkan paham atau agama mereka (gospel), dan
mencari kejayaan dan kedaulatan (glory). Dengan dasar tersebutlah,
bangsa-bangsa Barat melakukan kegiatan kolonialisme dan imperialism nya
di seluruh penjuru dunia.
B. PROSES MASUKNYA KOLONIALISME DAN IMPERIALISME DI
INDONESIA
Revolusi industry yang terjadi di Eropa mendorong bangsa-bangsa Eropa
untuk melakukan penjelajahan samudera dengan tujuan mendapatkan
bangsa jajahan. Pada awal kedatangannya, bangsa Eropa berkenalan
dengan penduduk pribumi dengan memperkenalkan diri sebagai pedagang
yang ingin melakukan perdagangan di Indonesai secara bersama-sama
dengan pedagang pribumi. Akan tetapi, lama-kelamaan, para pedagang
Eropa berhasil menguasai praktik perdagangan di Indonesia dan melakukan
eksploitasi secara besar-besaran di Indonesia.
Artikel Penunjang : Pengertian dan Faktor Pencetus Pergerakan Nasionalisme
di Indonesia 
1. Latar Belakang Kedatangan Bangsa Barat di Indonesia
Bangsa barat datang dan masuk ke Indonesia memiliki beberapa latar
belakang yang mendorong keinginan untuk merebut, menguasai, dan
memerintah bangsa Indonesia. Diantaranya adalah terjadinya Perang Salib
pada tahun 1070-1291. Perang ini melibatkan bangsa Eropa yang berlatar
belakang beragama Kristen berhadapan dengan kekhalifahan turki Utsmani
yang beragama Islam. Akibat dari perang ini, pasukan dari Eropa mengalami
kekalahan, sehingga  kota Konstantinopel (Byzantium) berhasil direbut oleh
pasukan muslim yang mengakibatkan Sultan Mahmud II yang menguasa
Turki Utsmani pada saat itu menutup pelabuhan Konstantinopel bagi bangsa
Eropa. Hal itu mengakibatkan orang-orang Eropa kesulitan untuk
mendapatkan hasil alam berupa rempah-rempah.

Berdasarkan hal itu, maka bangsa-bangsa Eropa melakukan perjalanan


untuk ke seluruh penjuru dunia untuk menemukan daerah penghasil
rempah-rempah. Indonesia yang notabene merupakan daerah penghasil
rempah-rempah, tidak luput dari invasi mereka. Mereka juga membawa misi
lain yaitu gold, gospel, and glory di dalam perjalannya. Ditambah dengan
adanya semangat reqonguesta yang berarti semangat pembalasan terhadap
kaum muslim dimanapun berada. Semangat-semangat tersebut yang
menjadikan bangsa Eropa berani melakukan kolonialisme dan imperialism di
Indonesia.

Artikel Penunjang : Pergerakan dan Perkembangan Nasionalisme Di


Indonesia 
2. Bangsa Eropa yang Melakukan Kolonialisme dan Imperialisme
Tercatat, ada 3 bangsa besar yang terlebih dahulu melakukan kegiatan
kolonialisme dan imperialism di Indonesia. Ketiga bangsa itu ialah Portugis,
Spanyol, Inggris dan Belanda.

Bangsa portugis memulai melakukan penjajahan dengan diadakannya


perjalanan seorang Portugis yang bernama Bartholomeu Diaz (1450-
1500), dia berhasil mengarungi samudra hingga ke Benua Afrika (Tanjung
Harapan) pada tahun 1486.Setelah itu, ada juga Vasco da Gama (1469-1524)
yang berhasil mendarat di Calkuta India pada 22 Mei 1498. Lalu, juga
ada Alfonso d’ Albuquerque (1453-1515) yang berhasil mendarat di Malaka
dan merebutnya pada tahun 1511.
Selain bangsa portugis, juga ada bangsa Spanyol yang juga melakukan
perjalanan ke seluruh penjuru dunia dengan tujuan yang sama.     Bangsa
Spanyol memulai kolonialisme dari seorang Christopher Columbus (1451-
1506), dia bersamadengan Amerigo Vespucci berhasil menemukan Benua
Amerika. Lalu, terdapatFerdinand Magelhaens (1519-1521) yang melakukan
ekspedisi hingga ke Kepulauan Filipina pada tahun 1920. Selanjtnya juga
ada Ferdinand Cortez yang berhasil masuk dan merebut serta menduduki
Mexico tahun 1519 dengan menaklukkan suku Indian yaitu Kerajaan Aztec
dan suku Maya di Yucatan. Yang terakhir, ada Pizzaro yang berhasil
menaklukkan kerajaan Indian di Peru yaitu suku Inca pada tahun 1530.

Setelah bangsa Spanyol, diikuti dengan bangsa Inggris. Bangsa Inggris


melakukan invasi ditandai dengan kedatangan beberapa tokoh penjajah
berkebangsaan Inggris. Mereka ialah Sir Francis Drake (1577-1580) yang
melakukan pelayaran keliling dunia hingga memborong rempah-rempah
di Indonesia tepatnya di daerahTernate. Lalu, ada Pilgrim Fathers yang
melakukan pelayaran pada tahun 1607 hingga mendarat di Amerika
Utara. Setelahnya, ada Sir James Lancester yangberhasil mendarat di Aceh
dan Penang pada tahun 1591, dilanjutkan dengan invasi pada tahun 1602 ke
Banten.

Lalu juga ada Sir Henry Middleton, pada tahun 1604 berhasil mendarat di
Ternate, Tidore, Ambon dan Banda. William Dampier yang pada tahun 1688
berhasil mendarat di Australia kemudian melanjutkan pelayaran dengan
menelusuri pantai ke arah Utara. James Cook pada tahun 1770 berhasil
mendarat di Pantai Timur Australia sehingga diklaim sebagai penemu Benua
Australia.

Terakhir, bangsa Eropa yang masuk ke Indonesia ialah bangsa Belanda yang
ditandai dengan Barentz, pada tahun 1594 mencari daerah Timur (Asia)
melalui jalur lain yaitu ke Utara. Cornelis de Houtman, pada tahun 1596
berhasil mendarat di Banten. Dan Jacob van Neck yang berhasil mendarat di
Banten pada 28 November 1598 dan berhasil mendapatkan rempah-rempah
yang banyak.

Belanda juga membentuk kongsi dagang yang bernama Vereenigde Oost


IndischeCompagnie (VOC). VOC dibentuk oleh pemerintah Belanda dengan
tujuan untuk memonopoli perdagangan di Indonesia, serta untuk
menghindari perselisihan di antara pedagang dari Belanda sendiri. VOC
mendapatkan beberapa hak istimewa yang diberikan oleh pemerintah
Belanda. Hak-hak itu ialah :
 The right of trade monopoly (hak memonopoli dagang)
 The right to haves armed forces and build forts (hak untuk memiliki
kekuatan tentara sendiri dan mendirikan benteng-benteng)
 The right to make agreements with local aothorities or kings (hak
untuk membuat perjanjian kerjasama langsung dengan kekuasaan di
wilayah tersebut).
 The right to have its own currency (hak untuk memiliki mata uang
sendiri)

Ke-4 hak istimewa yang diberikan oleh pemerintah Belanda ini membuat
pedagang-pedagang Belanda di Indnoseia mulai melakukan monopoli serta
melakukan penjajahan terhadap pedagang atau penduduk pribumi.
Kehadiran daripada VOC yang terus menguat dan melakukan penguasaan di
Indonesia membuat bangsa Portugis takluk dan pergi dari Indonesia.

C. KEBIJAKAN PEMERINTAHAN KOLONIAL  YANG BERDAMPAK PADA


KEHIDUPAN RAKYAT INDONESIA
1. Masa Pemerintahan Herman Willem Daendels (1808-1811)
Sejak tahun 1906, Belanda diperintah oleh orang Perancis yang bernama
Napoleon Bonaparte. Otomatis, Bepanda merupakan sekutu dari Perancis. Di
Eropa, Inggris merupakan musuh besar bagi bangsa perancis. Oleh sebab
itu, raja Napoleon Bonaparte menunjuk seorang Gubernur Jenderal untuk
memerintah di Indonesia. Hal ini karena dengan dikuasainya wilayah
Indonesia, maka wilayah kekuasaan perancis akan bertambah kuat. untuk
itu, Raja Napoleon memberikan tugas kepada Herman Willem Daendels
untuk memperkuat dan menpertahankan kekuasaan di Indonesai dari
serangan Inggris, mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk biaya
perang melawan Inggris, dan memperbaiki kondisi keuangan pemerintah
yang telah kosong.
Dengan ditunjuknya Daendels, dia bergerak cepat dengan merekrut tentara,
mendirikan benteng-benteng pertahanan, mendirikan pabrik mesiu/senjata
di Semarang dan Surabaya, medirikan rumah sakit tentara, membuat jalan
dar Anyer sampai ke Panarukan yang total berjarak 1100 km, membangun
pelabuhan di Anyer dan Ujung Kulon, serta mengubah system pemerintahan
dari gaya kerajaan menjadi sitem pemerintaha yang berlaku di Eropa,
dimana Pulau Jawa dabgai menjadi sembilan wilayah yang disebut perfektur.
Setiap perfektur dipimpin oleh seorang residen, yang mana satu orang
residen membawahi beberapa orang bupati.

Di bawah kekuasaannya, Daendels bersikap sangat keras dan disiplin,


sehingga dia sangat dibenci baik itu oleh kaum pribumi maupun penguasa
yang berada di bawah pimpinannya. Ditambah dengan system kerja rodi
yang diterapkan pada para pekerja, membuat rencana perlawanan
terhadapnya mulai bermunculan di beberapa wilayah di Indonesia. Berita ini
terdengar oleh Daendels, sehingga ia membutuhkan banyak uang untuk
melakukan perlawanan. Dengan strateginya yang menjual tanah Negara
kepada pihak swasta asing (pembelian tanah disertai penguasaan rakyat
yang ada di atasnya), dia dipanggil kembali oleh raja napoleon Bonaparte
dan digantikan oleh Jan Willem Jansnsen.
2. Masa Pemerintahan Jan Willem Janssen (1811)
Setelah masa pemerintahan Herman Willem Daendels berakhir dan
diperintahkannya Jan Willem Janssen menjadi Gubernur Jenderal di
Indonesia, pengaruh Belanda dan Perancis perlahan-lahan mulai surut. Itu
dikarenakan pola pemerintahan pada mas ini kurang taktis dan sangat
lemah, sehingga Jan Willem Janssen menyerah kepada Inggris. Hal ini
bermula saat Inggris menyerang Indonesia, Jan Willem Janssen tidak dapat
berbuat banyak. Maka diapun menyetujui perjanjian yang dinamakan
“perjanjian Kapitulasi Tuntang” pada tahun 1811. Isi perjanjian ini
diantaranya militer Belanda yang ada di Asia Timur jatuh ke tangan militer
Inggris. Lalu, utang pemerintah Belanda juga tidak diakui oleh Inggris.
Ditambah dengan wilayah Pulau Jawa dan Madura serta semua pelabuhan
milik Belanda di wilayah kekuasaannya menjadi sepenuhnya hak milik
Inggris. Maka oleh sebab itu, Indonesia sepenuhnya jatuh ke tangan
penjajahan Inggris yang dipimpin oleh seorang Gubernur Jenderal bernama
Thomas Stamford Raffless.

3. Masa Pemerintahan Thomas Stamford Raffless


Terjadi perbedaan yang snagat mencolok diantara masa pemerintahan yang
dipimpin oleh Belanda dengan system pemerintahan yang dipimpin oleh
Inggris. Pada masa Thomas Stamford Raffless, dia menghapuskan beberapa
kebijakan yang dibuat oleh Daendel dalam segi ekonomi. Diantara
kebijakannya yaitu :
 Penghapusan system penyerahan sebagian hasil bumi pada masa
Belanda (contingenten) menjadi system sewa tanah (landrente).
 Penghapusan system kerja rodi
 Penghapusan system monopoli
 Penghapusan pajak dan system wajib menyerahkan sebagian hasil
bumi
Dari segi system pemerintahan, pada masa Thomas Stamford Rffless tidak
banyak mengalami perubahan dari masa Daendels. Pulau Jawa tetap dibagi
menjadi 16 keresidenan yang dipimpin oleh para bupati. Tetapi, pada masa
Thomas, telah dibentuk system pengadilan berdasarkan pengadilan di
Inggris di tiap keresidenan.

Namun, menyerahnya Napoleon Bonaparte kepada Inggris pada tahun 1814


membuat Belanda terlepas dari Perancis. Sebab itu, Belanda dan Inggris
membuat sebuah perjanjian berupa “Convention of London” yang isinya
penyerahan kembali daerah kekuasaan Belanda yang dulunya sempat
direbut oleh Inggris kepada Belanda, termausk salah satunya Indonesia.
Maka sejak tanggal 19 Agustus 1816, terjadi penyerahan kekuasaan Hindia
Belanda kepada pemerintah Belanda di Batavia, dimana pihak Inggris
diwakili oleh John Fendall dan Belanda oleh Mr.Ellout, van der Capellen, dan
Buyskeys. Dengan dtekennya perjanjian ini, maka secara resmi, wilayah
Indonesia jatuh kembali ke tangan Belanda.

4. Masa Pemerintahan Van Den Bosch


Setelah pemerintah Belanda menguasai Indonesia, maka ditunjuklah Van
Den Bosch sebagai Gubernur Jenderal di Indonesia oleh pemerintah Belanda.
Van Den Bosch membuat beberapa kebijakan yang snagat merugikan
Indonesia. Dia membuat system tanam paksa, yaitu kewajiban bagi setiap
peilik lahan untuk menanami tanaman yang laku di pasar internasional,
seperti teh, kina, lada, dan lain-lain. System tanam paksa yang dibuat
didasarkan oleh mengejar pemasukan pendapatan sebanyak-banyaknya
untuk menebus hutang dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Perintah
untuk tanam paksa ini termuat di dalam Staatblat (lembaran Negara) no.22
tahun 1834.

Namun di dalam pelaksanaannya, system tanam paksa mendapat kritikan


dari berbagai pihak, baik dari rakyar pribumi, maupun dari pihak Belanda
sendiri, yaitu antara pihak liberal dan humanis. Maka oleh sebab itu, system
tanam paksa perlahan-lahan mulai dihapuskan oleh pemerintah Belanda.
Secara resmi, system tanam paksa dihapus pada tahun 1870 berdasarkan
atas UU landreform (UU agraria).

Untuk mengganti system tanam paksa yang telah dihapus, Belanda


membuat sitem politik terbuka, yaitu memberi hak kepada para pribumi
untuk memiliki lahan, akan tetapi, para petani wajib menyewakannya
kepada pemerintah. Dan pemerintah akan menyewakannya kepada para
pengusaha swasta dalam jangka waktu minimal 75 tahun.

D. PERBEDAAN PENGARUH KOLONIALISME DAN IMPERIALISME DI


INDONESIA
Sesuai dengan penjelasan yang telah dikemukakaN di atas, maka kita dapat
megetahui bersama bahwasanya terdapat perbedaan-perbedaan yang
dibawa antara kolonialisme dan imperialism di antara bangsa-bangsa Eropa
itu sendiri. Perbedaan tersebut didasarkan karena kebijakan-kebijakan yang
diambil haruslah berdasarkan kebijakan pemerintah pusat di Negara asalnya.
Di sisi lain, kolonialisme dan imoerialisme di berbagai daerah juga
mengalami perbedaan dari berbagai sisi, hal ini karena perbedaan sumber
daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki oleh masing-maisng
wilayah, serta posisi strategis yang ditempati oleh wilayah tersebut. Di
Indonesia, Pulau Jawa merupakan pusat pemerintahan kolonialisme dan
imperialism yang dilangsungkan oleh bangsa-bangsa Eropa.

E. MUNCULNYA BERBAGAI PERLAWANAN TERHADAP KOLONIALISME


Banyak akibat yang ditimbulkan dari suatu politik kolonialisme dan
imperiaisme yang dilangsungkan oleh bangsa-bangsa Eropa di Indonesia.
Pada saat pertama kali memasuki Indonesia, bangsa-bangsa tersebut
memang memiliki hubungan baik dengan penduduk pribumi. Tetapi, seiring
berjalannya waktu, mereka memainkan praktik monopoli di daerah
jajahannya. Hal ini dilakukan semata-mata hanya untuk memperoleh
kekuasaan dan kekayaan yang sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu, mulai
muncullah berbagai perlawanan yang dibuat oleh rakyat Indonesia terhadap
penjajah. Hal itu dapat dibuktikan dengan :

Artikel Penunjang : Organisasi Pergerakan Nasional Indonesia  


1. Perlawanan terhadap Portugis
Perlawanan terhadap bangsa Portugis dimulai dengan diangkatnya senjata
oleh Malaka dan Demak pada tahun 1512. Malaka yang saat itu dipimpin
oleh Pate Kadir, melangsungkan perlawanan sengit kepada pemerintah
Portugis. Di samping itu, perlawanan juga dinampakkan oleh Demak yang
dipimpin oleh Pati Unus.
Perlawanan oleh rakyat Aceh juga dimulai pada tahun 1513 untuk
menyerang Portugis. Perlawanan rakyat Aceh lebib berorientasi pada
keagamaan. Hal ini ditunjukkan dengan dimulainya pelayaran ke Timur
tengah oleh kapal-kapal Aceh yang dilengkapi dengan meriam lengkap serta
ribuan prajurit. Aceh juga meminta bala bantuan kepada Kerjaan Turki untuk
membantu menumpaskan pengaruh Portugis.

Perlawanan oleh rakyat Tidore pada tahun 1529, meletuslah perlawanan dari
rakyar Tidore yang dibantu oleh Spanyol terhadap Portugis, hal ini bermula
saat Sultan Hairun (raja yang memerintah kerajaan Tiodre dikhinati olehg
Portugis lalu dihukum mati). Oleh karena itu, rakyat Tidore berjuang habis-
habisan untuk mengusir Portugis dari tanah Maluku.

2. Perlawanan Terhadap VOC


Oleh karena kebijakan-kebijakan kongsi dagang Belanda yang memonopoli
perdagangan di wilayah Indonesia, maka dimulailah berbagai perlawanan
terhadap VOC di berbagai wilayah. Perlawanan terhadap VOC dimulai dari
perlawanan rakyat Maluku. Lalu diikuti oleh perlawanan rakyat Makassar
(kerajaan Gowa), dan terakhir oleh pemberontakan Trunajaya yang dipimpin
oleh Pangeran Adipati Anom.

3. Perlawanan terhadap Kolonial Belanda


Rakyat Maluku kembali bergolak melihat tindakan sewenang-wenang yang
dilakukan pada saat pemerintahan Belanda menguasai Indonesia. System
wajib menyerahkan hasil bumi kepada pemerintah, membuat Pattimura
memimpin rakyat Saparua melakukan perlawanan terhadap pemerintah
Belanda. Mereka membakar kapal-kapal milik Belanda di pelabuhan. Namun,
perlawanan ini tidak berlangsung lama, karena Pattimura berhasil ditangkap
oleh Belanda dan dihukum gantung.
Di Sumatera Barat, pada tahun 1815-1837, kaum padri dan kaum adat
bersama-sama melakukan perlawanan terhadap bangsa Belanda.
Perlawanan dipimpin langsung oleh Tuanku Imam Bonjol yang dibantu oleh
Sentot Alibasyah. Namun, Imam Bonjol berhasil ditangkap dan diasingkan ke
Cianjur.
Selanjutnya, terdapat perang Diponegoro yang dipimpin oleh Pangeran
Diponegoro pada tahun 1825-1830. Pasukan Diponegoro melakukan taktik
gerilya, namun perlawanan ini berhasil ditumpaskan oleh Belanda dengan
menerapkan siasat Benteng Stelsel.

Terakhir, pada tahun 1849, perang Japarag ameletus di Bali. Perang ini
bermula saat kapal Belanda terjebak di Buleleng. Sesuai dengan hokum adat
setempat, kapal yang masuk ke daerah tersebut harus menjadi hak milik
kerajaan Buleleng. Namun, belanda menolak hal tersebut. Akhirnya
meletuslah pertempuran antara Belanda dengan Kerajaan Buleleng yang
dipimpin oleh Gusti Ketut Jelantik. Sayangnya, Belanda berhasil
memenangkan pertempuran.

Latar Belakang Kolonialisme dan Imperialisme


Kolonialisme dan Imperialisme sendiri sudah berkembang sejak abad ke-
15 oleh bangsa Eropa ke seluruh dunia dan akhirnya masuk ke
Indonesia. Hal itu dilatarbelakangi sejak terjadinya Perang
Salib dan Jatuhnya Konstatinopel ke Turki Usmani (Ottoman) pada
tahun 1453.
Akhirnya jalur perdagangan Asia – Eropa yang melewati laut tengah
ditutup, jadi mau tidak mau bangsa Eropa dengan bekal kemajuan
Teknologi Pelayaran mulai mencari jalur perdagangan yang baru.
 
Faktor Pendukung Munculnya Kolonialisme dan Imperialisme
Sebenarnya hal yang melatarbelakanginya munculnya Kolonialisme
dan Imperialisme selain beberapa hal yang disebutkan diatas juga ada
beberapa faktor pendukung lainnya, yaitu :
1. Adanya semangat penaklukan (reconquista) terhadap orang – orang
yang beragama islam.
2. Jatuhnya Kontantinople, ibu kota Imperium ke tangan Dinasti
Usmani Turki.
3. Adanya keinginan mengetahui lebih jauh mengenai rahasia alam
semesta, keadaan geografi, dan bangsa – bangsa yang tinggal di
belahan bumi lain.
4. Adanya keinginan untuk mendapatkan rempah – rempah.
5. Kisah penjelajahan Marcopolo ( 1254-1324), seorang pedagang dari
Venesia, Italia ke Cina yang dituang dalam buku Book of Various
Experience.
6. Ingin memperoleh keuntungan / kekayaan yang sebanyak –
banyaknya.
7. Adanya teori Copernicus dan Galileo Galilei.
8. Ambisi 3G ( Gold, Glory dan Gospel ).
 
Ekspedisi Malaka oleh Bangsa Portugis
Ekspedisi Malaka ini disebabkan oleh Faktor Politik bangsa Eropa yang
mulai mencari rempah-rempah di Indonesia yang saat itu sedang
mengalami perkembangan pesat meskipun dengan harga yang tinggi!.
Kemudian Raja Portugis mengutus Diogo Lopes de Sequira untuk
ekspedisi Malaka, ia tiba disana pada tahun 1509.
Pada awal tiba di Malaka semua berjalan baik dan disambut oleh Sultan
Mahmud Syah namun lama kelamaan beliau berbalik melawan Diogo
Lopes de Sequira.
 
Pelayaran Alfonso de Albuquerque
Alfonso de Albuquerque merupakan seorang tokoh penjelajah Samudra
dari Portugis dimana pada tahun 1511 iya melakukan pelayaran dari
daerah Goa (India) menuju Malaka. Tidak lama setelah kedatangan
Alfonso, ia disambut ‘meriah’ dengan peperangan melawan Sultan
Mahmud dan akhirnya Malaka berhasil dikuasai oleh Portugis.
Setelah menguasai Malaka, Alfonso memerintahkan Francisco
Serrao untuk mencari rempah-rempah di pulau tersebut sementara
Alfonso kembali ke India dengan barang rampasan yang besar di
kapalnya. Namun naas saat di laut lepas Pantai Sumatra, kapal yang
ditungganginya karam.
 
Akhir Ekspedisi Portugis
Pada tahun 1512 Francisco Serrau berhasil menemukan pulau rempah-
rempah yang beranama Pulau Hitu dan pada tahun 1522, Portugis
mengadakan persekutuan dengan Ternate dan membangun benteng di
sana.
Namun hubungan mereka tak berjalan lama karena penduduk Ternate
geram dengan Kristenisasi penduduk Islam di sana dan sikap Portugis
yang tidak sopan. Perlawan rakyat ternate dipimpin oleh Sultan
Hairun dengan mengepung Benteng Santo Palo milik Portugis namun
gagal. Akhirnya pada tahun 1575 orang-orang portugis diusir dari ternate
oleh Sultan Baabullahwalau memakan perang dengan cara mengepung
selama 5 tahun
Tentu saja dengan akhir seperti itu tidak serta merta
menjadikan Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia berhenti,
masih ada negara lain yang melakukan hal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai