Anda di halaman 1dari 13

PERCOBAAN I

PEMISAHAN Zn DARI Ni DENGAN KROMATOGRAFI PENUKAR ANION


I. Tujuan
1. Memisahkan Zn dan Ni dengan menggunakan kromatografi penukar anion
2. Mengidentifikasi kandungan Zn dan Ni dengan cara titrasi dengan EDTA
II. Landasan Teori
IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry) yang
dipublikasikan pada tahun 1993 terkait pembaruan tata nama dan definisi
kromatografi, menyatakan bahwa "kromatografi adalah metode pemisahan
secara fisika yang mana komponen-komponen yang akan dipisahkan terbagi
antara dua fase, yang satu adalah fase diam sementara yang lain fase gerak
yang bergerak pada arah tertentu". kromatografi dibedakan menjadi
kromatografi absorpsi, kromatografi partisi, kromatografi penukar ion dan
kromatografi eksklusif ukuran macam-macam kromatografi tersebut
berdasarkan mekanisme pemisahannya (Rohman, 2020).
Penukar ion merupakan fasa diam yang digunakan pada kolom
kromatografi ion. Kromatografi ion menawarkan metode pemisahan dan
penentuan ion-ion organik dan anorganik pada suatu campuran. Kendala
pemisahan kromatografi kolom terbuka ini adalah memerlukan resin dalam
jumlah banyak dengan harga mahal. Polimer atau ko- polimer stiren memiliki
sifat aliran yang konstan di bawah suhu degradasi (Zainuddin et al., 2015).
kromatografi metode penukar ion memiliki beberapa keunggulan dari
metode lainnya diantaranya lebih sederhana, mampu memisahkan unsur
dengan konsentrasi rendah (trace element) serta limbah yang dihasilkan dalam
jumlah sedikit. Resin penukar ion telah digunakan untuk senyawa ionik, pada
kromatografi pertukaran ion. Resin penukar anion adalah polimer yang
berikatan dengan gugus fungsional yang mengandung ion-ion yang akan dapat
dipertukarkan. Resin adalah senyawa hidrokarbon terpolimerisasi sampai
tingkat yang tinggi yang mengandung ikatan ikatan hubung silang (Cross-
linking) serta gugusan yang mengandung ion-ion yang dapat dipertukarkan.
(Yanlinastuti et al., 2019).
Titrasi kompleksometri adalah topik penting dalam kuantitatif analisis
dan biasanya diterapkan pada penentuan logam ion. Kelas praktis analisis
kuantitatif tipikal melibatkan titrasi dengan zat pengkhelat
etilendiamintetraasetat asam (EDTA). Indikator yang digunakan dalam titrasi
kompleksometri Zn dengan EDTA biasanya adalah eriochrom black T atau
murexide. Eriochrome Black T akan berubah warna dari biru kehijauan menjadi
merah muda pada pH 9.2-10.0, sedangkan murexide akan berubah warna dari
merah menjadi biru pada pH 7.0-11.0. Pemilihan indikator yang tepat sangat
penting dalam titrasi kompleksometri untuk memastikan akurasi hasil titrasi
(Simoes et al.,2020).
Waktu retensi anion ditentukan dengan menjalankan anion sendiri di
bawah kondisi eluen yang sama. Pemisahan analit yang optimal dicapai dengan
menyesuaikan eluen, konsentrasi dan konsentrasi analitnya. Misalnya larutan
NaOH dan KHCO3 dicoba sebagai eluen. Basa yang lebih kuat, NaOH dalam
konsentrasi yang lebih tinggi diperlukan untuk memindahkan perhenat dari
kolom. Elusi gradien konsentrasi untuk mempromosikan anion pengikat yang
lemah lepas terlebih dahulu diikuti oleh anion yang tertahan lebih kuat (Chan et
al., 2020).
III. Prosedur Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
A. Alat
- Kolom Resin
- Ph Meter
- Erlenmeyer 250 mL
- Neraca Analitik
B. Bahan
- Resin Penukar Anion Basa Kuat
- Larutan HCl 2 M
- Larutan Zn (II)
- Larutan Ni (II)
- Larutan KOH
- Larutan EDTA 0,04 M
- Larutan Buffer Ph 10 dari NH4Cl dan NH3
- Larutan Indikator Bromopirogallol Merah
- Larutan Indikator Kalmasit
- Glass Wol
3.2 Skema Kerja
A. Persiapan Kolom
Kolom Resin (Buret)

Diisi kolom dengan 50-100 mesh resin penukar anion basa


kuat
Dicuci dengan 50 mL 6 M NH3
Dicuci kolom dengan 100 mL H2O
Dicuci kolom dengan 100 mL 2M HCl
Dihindari larutan turun hingga dibawah permukaan resin
(jaga hinga atas resin)

Hasil

B. Elusi Sampel

Sampel Zn (II) dan Ni (II)

Dipindahkan 10 mL sampel ke dalam kolom


Dibiarkan sampel turun ke dalam kolom
Dikumpulkan eluat dalam 250 mL erlenmeyer
Dicuci dinding dalam dari kolom dengan 3-4 mL HCl 2M
Dibiarkan larutan hingga dipermukaan resin (tetapi tidak
dibawahnya)
Ditambahkan 50 mL 2M HCl ke dalam kolom untuk mengelusi
Nikel
Ditampung eluat dengan menggunakan erlenmeyer 250 mL
yang merupakan larutan yang mengandung Ni(II)
Ditambahkan 100 mL H2O ke dalam kolom setelah
eluatpertama habis keluar kolom dengan kecepatan 3-4 mL
permenit (bila perlu dilakukan penambahan 50 mL H2O lagi)
Ditampung eluat tidak berwarna yang keluar dengan 250 mL
erlenmeyer

Hasil
IV. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dlaksanakan pada tanggal 29
februari 2023, mengenai pemisahan Zn dari Ni dengan kromatografi penukar
anion dapat diketahui bahwa kromatografi merupakan Teknik pemisahan fisik
suatu campuran zat-zat kimia (analit) berdasarkan distribusi msing-masing
komponen campuran yang terpisah pada fasa diam dan dibawah pengaruh fase
gerak. Prinsip pengujian kromatografi berdasarkan atas distribusi diferensial
komponen sampel diantara 2 fase, yaitu fase diam dan fase gerak (mobile
phase), dimana fase gerak mengakibatkan terjadinya migrasi diferensial
komponen-komponen didalam sampe. Persyartan utama kromatografi adalah
terdapat fase diam dan fase gerak, fase diam tidak bereaksi dengan fase gerak.
Kromatografi penukar ion merupakan Teknik pemisahan campuran ion-
ion atau molekul yang dapat di ionkan. Ion-ion bersaing dengan ion-ion fase
gerak untuk merebutkan tempat berikatan pada fase diam. Resin penukar ion
digunakan pada pemisahan campuran senyawa ionik pada kromatografi
penukar ion. Resin penukar anion adalah polimer yang berikatan dengan gugus
fungsional yang mengandung ion yang dapat dipertukarkan. Pada proses kolom
penukar anion sangat dipengaruhi oleh komponen media pelarut dan jenis
larutan. Kapasitas penukar ion adalah kamampuan resin dalam
mempertukarkan ion sebanding dengan jumlah gugus aktif yang terikat pada
resin. Semakin banyak jumlah (besar) gugus yang terikat maka semakin besar
nilai kapasitas pertukaran anion yang dihasilkan (Yaniinastuti et al, 2019).
Reaksi ion change adalah proses pertukaran ion antara fase solid dan
fase cairan yang berada dipermukaan padatan. Contoh aplikasi ion exchange
untuk mengatasi permasalahan limbah cair agroindustri. Dalam ion exchange,
terjadi pertukaran suatu ion dalam ion exchange, kemudian ion tersebut
ditahan semenara dan dilepaskan kembali menuju regerasi. Kromatogarafi
terdapat 2 jenis, yaitu kromatogarafi penukar kation dan penukar anion.
Adapun reaksi ion exchange, yaitu:

Ca2+ + Na2Z CaZ + 2Na+

Kolom resin pada kromatografi penukar ion merupakan kolom (tabung)


yang berisikan campuran resin penukar kation dan resin penukar anion yang
berfungsi sebagai media terakhir untuk memurnikan senyawa. Kolom yang
digunakan biasanya berupa matriks dekstran yang mengandung gugus
karboksil. Adapun jenis kolom resin yaitu kation asam kuat dan asam lemah,
resin anion basa kuat dan basa lemah. Secara umum, pertukaran ion
merupakan proses fisik kimia dimana resin menerima ion positif atau negatif
tertentu dari laurtan dan melepaskan ion lain kedalam larutan tersebut dalam
jumlah ekivalen yang sama.
4.1 Pesiapan Kolom
Kolom yang digunakan pada percobaan merupakan kolom resin anion
basa kuat. Kolom resin ini digunakan untuk mengubah garam menjadi basa
kuat. Kolom resin berbentuk bulat dan biasanya berdiameter 0,1-0,3 mm yang
memiliki rentang ukuran 50-100 mesh. Resin penukar ion pada umumnya
berbentuk butiran gel yang terdiri dari jaringan polimer., gugus fungsuonal
ionik dan pelarut. Resin pengkelat merupakan gugus fungsionalnya berupa
ligen pengkelat yang membetuk ikatan-ikatan ganda dengan ion logam
pembentuk kompleks, resin ter sebut memiliki definitas yang lebih tinggi yang
biasanya digunakan untuk logam-logam transisi. Digunakan resin ukuran 50-
100 mesh dikarenakan ukuran tersebut memberikan nilai sifst fisik yang baik
pada kolom sehingga resin dapat tertampung dengan baik oleh kolom matriks,
apabila menggunakan kurang/lebih dari ukuran tersebut dimungkinkan resi
tersebut kurang efektif dan akan turun atau tidak teryampung secara maksimal
olehh kolom (buret). Fungsi penambahan NH3 untuk mengaktifkan resin pada
suasana asam, dimana sempel Zn dan Ni akan lebih mudah terpisah oleh resin
sehingga resin akan mengikat ion positif atau negatif. Sedangkan fungsi HCl
sebagai pemberi suasana asam agar Zn dan Ni dapat terpisah sekaligus sebagai
regenerasi resin kation.
Cara merangkai kolom pada kromatografi penukar ion yaitu dipasang
statif dan klem dan dimasukkan kapas pada bagian luar buret agar tidak licin.
Kemudian, kolom diberi glass wall pada bagian dalam ujung buret sebagai
penahan resin agar tidak loss. Kemudian buret dipasang kestatif dan klem
diukur buret 7 cm untik memasukan resin dan resin dimasukan kedalam buret,
lalu dituangkan HCl dan NH3. Adapun gambar rangkaian alat kolom resin
sebagai berikt:

Gambar 1. Rangkaian Alat Kolom Resin


HCl juga berfungsi untuk resin kation mengandung OH- dan apabila HCl
ditambahkan akan memberi ion Cl- untuk dipertukarkan dengan ion OH- secara
ekivalen. Fungsi penambahan glass wall sebagai penahan resn agar tidak jatuh
sehingga resin dapat tertampung dalam kolom. Sekaligus sebagai penyaring,
glass wall bisa digantikan dengan kapas yang mempunyai daya tampung yang
cukup baik juga.
4.2 Elusi Sampel
Istilah-istilah dalam kromatografi penukar ion antara lain, yaitu influent
yaitu larutan yang melalui kolom, sedangkan effluent larutan yang keluar
kolom. Elusi adalah proses menyingkirkan analit dari adsorben dengan
mengalirkan suatu pelarut, sedangkan eluan bagian pembawa dari fasa gerak.
Proses pencucian dinding dalam tabung (kolom) untuk mempertukarkan ion
OH- dengan Cl- dari HCl sehingga saat larutan sampel dimasukkan dapat terjadi
pertukaran anion antara kompleks Zn dengan Cl-. Penambahan HCl
menyebabkan terjadi pertukaran ion.
Pada percobaan senyawa kompleks Ni akan terelusikan dan Zn
mengelusi. Ion Cl- mengalami pertukaran anion dengan kompleks ZnCl3- dan
ZnCl4- dan Zn2+ akan membentuk senyawa kompleks klorozinkat (II) karena sifat
kedua kompleks tersebut jauh lebih stabil dibandingkan Cl -. Sementara Ni yang
membentuk senyawa kompleks akan terelusikan keluar dari kolom dan sampel
yang keluar mengandung ion Ni2+. Adapun persamaan reaksi pembentukan
kompleks pada Zn sebagai berikut:
Zn2+ + 3HCl ZnCl3- + 3H+

Zn2+ + 4HCl ZnCl4- + 4H+

Adapun reaksi pertukaran ion yang terjadi antara kompleks Zn dengan resin
pada kolom penukar ion sebagai berikut:

RN(CH3)3 + Cl- + (ZnCl3)- RN(CH3)3+ (ZnCl3)- + Cl-

RH(CH3)3 + Cl- + (ZnCl4)2- RN(CH3)3 + (ZnCl4)2- + Cl-

Penambahan HCl berlebih bertujuan karena larutan HCl dapat mempengaruhi


kekuatan pembentukan kompleks anion anatara Cl - dengan Zn2+ dimana variasi
konsentrasi HCl mmepengaruhi kekuatan pembentukan kompleks. Pada
percobaan, fase diamnya yaitu resin kolom penukar ion sedangkan fase gerak
yaitu larutan Zn dan Ni. Resin pada kolom menjadi fase diam karena beupa
padatan yang merupakan lapisan cairan yang teradsorpsi pada permukaan
kolom. Sedangkan fase gerak merupakan Ni karena mengangkut sampel dan
melewati fase diam (terelusikan). Aliran kolom harus 3-4 ml/menit karena
waktu tersebut merupakan waktu kontinu untuk ion-ion dapat bereaksi atau
terpisahkan dengan sempurna (mencapai kesetimbangan)/optimal.
Ion Zn2+ yang terikat pada resin kation dapat dipisahkan dengan
menambahkan aquades kedalam penukar ion. H2O merupakan ligan yang lebih
kuat dibandingan dengan ligan kompleks ZnCl 3- dan ZnCl2-, sehingga adanya
penambahan aquades akan terjadi pertkaran antara kompleks anion ZnCl 3- dan
ZnCl2- dengan H2O yang netral sehingga membentuk kompleks bebas dan dapat
terelusikan keluar dari kolom penukar ion. Persamaan reaksi yang terjadi
adalah:

RN(CH3)3 + (ZnCl3)- + H2O RN(CH3)3 + (H2O) + (ZnCl3)-

RN(CH3)3 + (ZnCl4)2- + H2O RN(CH3)3 + (H2O) + (ZnCl4)2-

Menurut Yunita et al., (2017), pemisahan ion timbal (II) dapat dilakukan dengan
menggunakan resin anion basa kuat dengan metode kromatografi penukar ion
(SIR) dengan O2 EHPA dimana resin akan berikatan dengan timbal (II) sehingga
membentuk senyawa komleks. Senyawa O2 EHPA (Octylphenyl-N,N-
diisobutylcarbamoylmethylphosphine oxide) adalah senyawa kompleksan yang
terdiri dari atom-atom yang memiliki elektron bebas yang dapat berikatan
dengan ion logam seperti ion timbal (II). Senyawa O 2 EHPA juga digunakan
sebagai agen ekstraksi dalam proses pemisahan logam-logam dari campuran
logam. Dalam metode kromatografi penukar ion, larutan yang mengandung ion
timbal (II) akan mengalir melalui kolom resin anion basa kuat yang telah
diaktifkan. Ion timbal (II) akan berikatan dengan resin anion basa kuat dan
membentuk senyawa kompleks. Kemudian, larutan yang mengandung senyawa
kompleks akan dipisahkan dari larutan lainnya melalui proses elusi
menggunakan larutan yang lebih kuat seperti asam nitrat (HNO 3) atau asam
klorida (HCl).Pembentukan timbal (II) ksrena peda resin anion bersifat anion
basa kuat ysng bermuatan positif berikatan dengan counter ion D2 EHPA yang
mengambil ion logam (II) dan antara NO3- dari Pb(NO3)2 menuju kefase larutan
(terelusikan). Hal ini telah sesuai dengan literatur, dimana anion basa kuat
berikatan dengan anion bermuatan negative sehingga Zn menbentuk senyawa
kompleks sedangkan Ni dapat terelusikan, sehingga percobaan telah sesuai
dengan penelitian-penelitian yang telah ada.
4.3 Analisis Ni dan Zn dengan titrasi EDTA
Tabel 1. Hasil Pengamatan Analisis Ni Dengan Titrasi EDTA
Perlakuan Hasil Pengamatan
5ml Ni (II) + KOH + 1Tetes + Larutan Berubah menjadi warna biru
Buffer Ph 9
+ indikator meruksit 13 tetes Berwarna hijau
+ dititrasi dengan EDTA 10 ml Tetap warna hijau
V = 20ml (V titran)
Adapun pada percobaan ini, titrasi EDTA penting dilakukan untuk
membuktikan adanya atas kebenaran hasil pemisahan ion Ni + dan Zn2+ yang
telah dipisahkan. Larutan titrasi EDTA merupakan suatu asam amino
polikarboksilat yang larut dalam air. EDTA berperan sebagai ligan heksadentat
dan zat pengkelat, yaitu kemampuan menjadi sequester ion logam. EDTA
memiliki rumus C10H16N2O8 dengan struktur sebagai berikut:
O

OH O

OH

N
N

OH
O OH

Gambar 2. Struktur EDTA


Pada titrasi ini menggunakan KOH dan larutan buffer. Fungsi
penambahan buffer pH 10 yaitu untuk menjaga pH nikel hasil pemisahan
karena titrasi yang dilakukan pada pH dasar. Selaain itu, titrasi EDTA sama
dengan titrasi kompleksiometri yang harus dalam suasana basa. Selain itu juga,
penambahan KOH untuk membuat larutan basa dan buffer untuk menjaga pH
larutan agar tetap basa (suasana basa), karena saat proses titrasi EDTA akan
mengasilkan ion H+ dan pH akan berangsur turun, maka pada situasi ini buffer
dibutuhkan. Bisa digunakan pH selain 10, namun pH 10 dinilai lebih baik
dalam mempertahankan pH larutan agar tetap berada dalam suasana basa.
Warna ungu yang terbentuk merupakan larutan Ni (II) dalam suasana basa.
- Analisis Zn dengan EDTA
Pada percobaan ini sama dengan percobaan sebelumnya, dimana
larutan Zn(II) dititrasi dengan titrasi EDTA yang akan membentuk senyawa
kompleks menjadi Zn(EDTA). Namun, pada percobaan tidak dilakukan
dikarenakan bahan yang tidak tersedia. Dalam percobaan titrasi EDTA, EDTA
(asam etilendiaminatetraasetat) digunakan sebagai kompleksan yang dapat
membentuk senyawa kompleks dengan ion logam. Pada titrasi, EDTA
ditambahkan secara perlahan ke dalam larutan ion logam sampai titik akhir
titrasi tercapai. Pada titik ini, semua ion logam telah bereaksi dengan EDTA dan
membentuk senyawa kompleks yang stabil. Adapun fungsi penambahan dari
indikator kalmasit berfungsi untuk menentukan titik akhir titrasi. Indikator ini
akan bereaksi dengan ion logam yang tersisa dan mengubah warna larutan
menjadi merah muda. Titik akhir titrasi dicapai ketika warna larutan berubah
dari biru menjadi merah muda. Sedangkan pada Ni (II) terelusikan karena tidak
dapat bertukar ion Cl-. Indikator lain dapat digunakan, namun hasil yang
diperoleh dikhawatirkan tidak akurasi. Larutan buffer agar menjaga pH larutan
sehingga dapat membentuk kompleks. Hal ini penting karena pH larutan dapat
mempengaruhi pembentukan senyawa kompleks antara ion logam dan EDTA.
Adapun struktur yang dapat diketahui dari hasil percobaan adalah struktur Ni
(EDTA) dan Zn (EDTA), yaitu sebagai berikut:
O

O O

O N
Ni2+
O O O N
O O
O Zn O
O
O O
O
N N
O

Gambar 1. Kompleks Zn(EDTA) Gambar 2. Kompleks Ni (EDTA)

Pada saat Zn(II) dititrasi dengan larutan EDTA, terjadi reaksi


kompleksasi antara ion logam seng (Zn²⁺) dan ligand EDTA
(etilendiaminatetraasetat). Ini terjadi karena EDTA memiliki 4 gugus karboksilat
dan 2 gugus amina, sehingga dapat membentuk ikatan koordinasi dengan ion
logam yang memiliki koordinasi oktahedral seperti Zn²⁺. Reaksi kompleksasi ini
terjadi karena adanya interaksi antara elektron bebas pada gugus amina dan
karboksilat pada EDTA dengan ion logam Zn²⁺ yang memiliki pasangan elektron
yang tidak berikatan. Dalam proses ini, EDTA berperan sebagai ligand yang
membentuk ikatan koordinasi dengan ion logam Zn²⁺ untuk membentuk
kompleks Zn(II) EDTA. Pada titik ekivalen, semua ion Zn²⁺ telah bereaksi dengan
EDTA dan tidak ada lagi ion Zn²⁺ yang tersisa di dalam sampel.
Oleh karena itu, pada saat Zn(II) dititrasi dengan larutan EDTA, terjadi
kompleksasi karena adanya interaksi antara ion logam Zn²⁺ dan ligand EDTA
yang membentuk kompleks Zn(II) EDTA.
V. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemisahan Zn dan Ni dapat dilakukan denhgan kromatografi penukar
anion dimana pemisahan disebabkan prepitasi senyawa dalam sampel.
Dimana terjadinya sisi resin bermuatan negatif (anion) menarik ion
positif (kation) dalam sampel.
2. Identifikasi kadar Zn dan Ni dilakukan dengan titrasi kompleksiometri
secara langsung dengan menggunakan larutan baku standar EDTA.
5.2 Saran
Adapun saran pada praktkum ini yaitu sebaiknya bahan yang
dipersiapkan disediakan di laboratorium dan menggunakan larutan buffer yang
sesuai agar hasil yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Chan, W. N., J. P. Warren, S. P. Krieger, B. L. Vestal dan R. G. Harrison. 2020. “Separation


and Preconcentration Of Perrhenate From Ionic Solutions By Ion Exchange
Chromatography”. Journal Of Chromatography A. Vol. 1631(1) : 1-6.
Rohman, A. 2020. Analisis Farmasi Dengan Kromatografi Cair. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Simōes, G. B., P. V. E. S. Badolato, M. D. Ignàcio dan E. C. Cerqueira. 2020.
"Determination of Zinc Oxide in Pharmaceutical Preparations by EDTA Titration: A
Practical Class for a Quantitative Analysis Course". Journal of Chemical Education.
Vol. 97(2) : 522-527.
Yanlinastuti, Noviarty, I. Haryati, S. Fatimah, Boybul dan A. B. Ginting. 2019. "Optimasi
Parameter Pemisahan Zn dalam Promatografi Penukar Anion". Jurnal Urania. Vol.
25(2) : 71-140.
Zainuddin, A., A. Anggraeni, T. Sofyatin dan H. H. Bahti. 2015. “Pembuatan Resin Penukar
Ion Polistiren Sulfonat”. Chimica Et Natura Acta. Vol. 3(1) : 30-33.
A. Pertanyaan Pasca Praktikum

1. Jelaskan prinsip pemisahan Zn dan Ni dalam resin penukar anion?


Jawab:
Dikarenakan zat yang dipisahkan yaitu berupa kation, maka digunakan jenis
penukar anion yang mana bersifat berikut. Prinsip pemisahan Zn dan Ni
yaitu resin yang dikolom penukar ion terlebih dahulu dicuci dengan beberapa
larutan seperti amonia, HCl dan akuades. Proses pencucian ini bertujuan
untuk regenerasi resin yang ada di dalam kolom penukar ion untuk
mengatasi kejenuhan.

2. Gambarkan struktur kompleks Zn dan Ni yang terbentuk.


Jawab:
O

O O

O O O N
O O Ni2+
O Zn O O N

O O
N N O
O

Gambar 1. Kompleks Zn(EDTA) Gambar 2. Kompleks Ni (EDTA)

3. Mengapa titrasi EDTA dilakukan pada pH 10?


Jawab:
Karena pada pH 10 ion dapat bereaksi dengan EDTA sehingga
menghasilkan senyawa kompleks Ni-EDTA
B. Dokumentasi

Gambar 1. Dimasukkan Gambar 2. Gambar 3. Hasil setelah


Ni 5 mL ke dalam Ditambahkakn 1 tetes ditambah KOH
erlenmeyer KOH

Gambar 4. Ditambahkan Gambar 5. Ditambahkan Gambar 6. Diambil 10


larutan buffer 10 mL 15 tetes indikator mL EDTA
meraksit

Gambar 7. Dititrasi Gambar 8. Hasil titrasi Gambar 9. Dimasukkan


dengan EDTA Zn 5 mL

Gambar 10. Gambar 11. Gambar 12. Dititrasi


Ditambahkan dengan Ditambahkan dengan dengan EDTA
larutan buffer 10 mL indikator EBT

Anda mungkin juga menyukai