Anda di halaman 1dari 7

Laporan Praktikum Kimia Analitik

Percobaan 7
Kromatografi Penukar Ion

Nama : Ahmad Yasin


NIM : 10515058
Tanggal Percobaan : 21 Maret
Tanggal Pengumpulan : 29 Maret 2017
Asisten : Wynna

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2017
PERCOBAAN 7: Kromatografi Penukar Ion

1. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari melakukan kromatografi penukar ion adalah
- Menentukan mol ion H+ yang tergantikan oleh ion K + melalui kromatografi penukar
ion dengan titrasi asam-basa

2. Prinsip Kerja
Resin penukar ion merupakan suatu jembatan polimer yagn memiliki gugus fungsi
ionik. Apabila gugus fungsi onik adalah gugus sulfanat maka termasuk resin penukar
kation sedangkan apabila gugus fungsi ionik adalah amonuim maka merupakan resin
penukar anion. Gugus fungsi ionik diikatkan secara kovalen pada jaringan polimer dan
terasosiasi dengan suatu ion beralawanan atau kontra ion. Kontra ion ini menetralkan
muatan dari gugus resin tetapi dapat dipertukarkan dengan ion-ion dari larutan yang
terdapat pada lingkungan ion. Jika suatu kolom kromatografi diisi dengan resin penukar
ion bergugus fungsi sulfanat, maka kontra ion H+ dapat dipertukarkan dengan kation
lain (A+ ) yang terdapat dalam larutan. Efektif tidaknya pertukaran ini akan bergantung
pada kesetimbangan pertukaran yagn terjadi. Kesetimbangannya sebagai berikut

3. Alat dan Bahan


Alat: Bahan:
- Kolom kromatografi - larutan 0,1 M dan 6 M HCl
- Gelasa kimia - larutan baku NaOH 0,1 M
- Gelas ukur - Phenolphtalein
- Botol semprot - Resin penukar ion
- Klem
- Statif
- Erlenmeye
4. Cara Kerja

Kolom resin yang telah disediakan dicuci dengan 50 mL air bebas mineral. Selanjutnya
dituangkan perlahan-lahan 20 mL larutan KCl 0,1 M ke dalam kolom. Kemudian elusi
dilakukan dengan menggunakan air bebas mineral, eluen ditampung ke dalam labu
erlenmeyer. Eluen dititrasi dengan menggunakan larutan NaOH.

5. Data Pengamatan
Volume titrasi 29,1 mL
[NaOH] = 0,1064 M

6. Pengolahan Data

Mol K+ = 20 mL x 0,1 M = 2 mmol


7. Pembahasan
Kromatografi Pertukaran ion merupakan suatu proses pemisahan suatu komponen di
dalam larutan campuran melalui proses substitusi kation atau anion dengan kation atau
yang lain terjadi pada permukaan fase stasioner. Fase stasioner adalah suatu matriks
yang kuat (rigid), yang permukaannya mempunyai muatan, dapat berupa muatan positif
maupun negatif. Mekanisme pemisahan berdasarkan pada daya tarik elektrostatik.

Resin penukar ion mempunyai kapasitas terbata untuk menyimpan ion dalam larutannya
yang disebut kapasitas penukaran. Kapasitas penukaran akan menunjukkan kualitas ion
lawan dimana suatu penukar ion dapat menerima substansi secara ekivalen per gram
penukar.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses pertukaran ion adalah


a. Pengaruh nilai pH
Penukar ion penguraian gugus ion organik tidak memperhatikan pH, namun ada
pula proses penukaran ion yang dipengaruhi oleh kekuatan asam basanya. Gugus
OH pada fenolik ataupun asam karboksilat tidak akan terurai pada pH rendah.
Sehingga kapasitas penukaran ion akan optimum pada pH larutan alkali.
b. Kecepatan aliran
Kecepatan aliran mempengaruhi proses pertukaran ion. Semakin cepata debit
aliran yang diterapkan dalam proses pertukaran ion, semakin sedikit konsentrasi
ion yang dapat dipertukarkan. Hal ini disebabkan waktu tinggal kontak antar
larutan dengan resin semakin pendek. Konsentrasi ion terlarut semakin besar
maka semakin lama kecepatan berlangsungnya penukaran ion.
c. Suhu
Secara praktis suhu tidak terlalu berpengaruh pada larutan encer. Akan tetapi
operasi suhu diperlukan apabila larutan yang digunakan terlalu kental pada suhu
ruang.

Selain faktor-faktor diatas yang dapat mempengaruhi kualitas kapasitas pertukaran ion
adalah selektivitas ion dan harga ionnya. Sifat-sifat penting ini diharapkan dari
penukaran ion adalah pengambilan kapasitas yang besar, kecepatan pertukaran yang
besar, ketahanan terhadapa suhu, ketahanan terhadap ion yang telah terbebani dapat
dilakukan dengan mudah, karena pertukaran ion merupakan suatu proses reversibel.

Jenis elusi pada kromatografi penukar ion ion merupakan elusi gravitasi karena
memanfaatkan gravitasi untuk memisahkan atau mempertukan komponen dalam larutan
yang dialirkan. Terdapat dua jenis kromatografi penukar ion, yaitu kromatografi
penukar kation dan kromatografi penukar anion. Kromatografi pertukaran kation terjadi
apabila molekul yang diinginkan bermuatan positif, sedangkan kolom yang digunakan
bermuatan negatif. Kolom yang digunakan adalah suatu matriks yang mengandung
gugus karboksil (-CH2-CH2-CH2SO3- dan O-CH3COO-). Selain dapat juga berupa
suatu gugus fungsi ioniknya yaitu sulfonat, maka resin dapat berlaku sebagai kation.
Sedangkan kromatografi pertukaran anion, terjadi apabila molekul yang diinginkan
bermuatan negatif dan kolom yang digunakan bermuatan positif. Kolom yang
digunakan dapat berupa matriks yang mengandung gugus N+ (CH2)3, -N + (C2H5)H
dan dapat juga menggunakan gugus fungsi ionik berupa ammonium kuartener, sehingga
resin dapat bertindak sebagai anion.

Metode kromatografi penukar ion yang dilakukan pada percobaan ini, tentu saja
memiliki keunggulan dan kelemamahan. Adapun Keunggulan dari kromatografi
penukar ion ini adalah waktu pengerjaannya yang relatif singkat, hasil yang diperoleh
reproducible, dan dapat langsung memperoleh hasil pemisahan analit terionisasi dan
tidak terionisasi. Selain itu, metode ini dapat menghasilkan bentuk puncak yang tajam
pada kromatogram. Adapun kelemahan kromatografi resin penukar ion ini adalah
larutan ionik seringkali bersifat korosif sehingga mengakibatkan kolom tidak bertahan
lama. Selain itu, metode penukar ion ini fasa geraknya tidak boleh dibiarkan semalaman
tetapi harus diganti dengan air dan apabila fasa geraknya telah habis dan belum
ditambahkan ke dalam kolom maka akan mengakibatkan resin menjadi kering dan rusak
sehingga tidak dapat digunakan kembali.

Pada saat dilakukan kromatografi dilakukan pengelusian dan penambah air ke dalam
kolom. Air yang digunakan tersebut bukan merupakan air suling biasa, namun air yang
sudah didemineralisasi atau sering disebut aqua DM. Aqua DM merupakan air yang
sudah dihilangkan mineral-mineral dan ion-ion yang ada di dalamnya. Hal ini bertujuan
supaya tidak ada ion-ion mineral dalam air yang masuk, karena apabila terdapat ion-ion
yang masuk kemungkinan akan dipertukarkan ke resin dan menyebabkan kesalahan
pengukuran. Kesalahan pengukuran dapat menjadi positif error disebabkan H+ yang
ditukar menjadi lebih banyak akibat adanya kation lain dalam larutan.

Melalui percobaan yang dilakukan mol ion H+ yang tersubstitusi oleh ion K+ lebih
besar. Hal ini mengindikasikasikan bahwa adanya faktor lain yang mempengaruhi
bertambahnya ion H+ yang diperoleh sperti kolom yang digunakan masih mengandung
sisa-sisa K+ pada percobaan sebelumnya. Artinya tidak semua ion K + tersubstitusi ketika
ditambahkan HCl 6 M. Secara teoretis seharusnya mol ion H+ sama dengan mol ion K+.

Adapun aplikasi dari pemisahan dengan metode kromatografi penukar ion ini antara lain
digunakan pada perusahaan pembuatan emas untuk memisahkan emas dari ion-ion
pengotor lain, juga dapat diaplikasikan untuk membuat air demineralisasi atau aqua
DM. Kromatografi penukar ion ini bisa juga digunakan untuk menghilangkan
kesadahan air dan juga proses desalinisasi air laut.

Sebelum melakukan percobaan, resin dilakukan regenerasi terlebih dahulu. Regenerasi


adalah penambahan zat ke dalam resin untuk mendorong dan menggantikan ion-ion
yang tersisa di dalam resin. Regenerasi ini bertujuan untuk mengaktifkan kembali gugus
fungsional resin penukar ion. Selain itu, regenerasi juga dilakukan untuk membersihkan
kolom dari ion-ion kalium yang tersisa dari percobaan sebelumnya. Kolom diregenerasi
dengan cara menuangkan HCl pekat ke dalam kolom agar kolom yang mayoritas telah
tergantikan oleh ion kalium pada percobaan sebelumnya, terisi lagi oleh ion H+ dari
asam klorida pekat. Pada saat regenerasi digunakan larutan HCl pekat agar ion H+
tersedia dalam jumlah banyak dan dapat menggantikan ion kalium dalam resin. Ion K+
berukuran lebih besar daripada ion H+ sehingga untuk mendorong ion-ion K+ dalam
kolom dibutuhkan ion H+ dalam jumlah yang banyak oleh karena itulah digunakan
larutan HCl pekat. Apabila digunakan larutan HCl encer, maka sebelum ion H+ dapat
mendorong ion K + , ion H+ sudah terlebih dahulu keluar dari kolom.
7. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah jumlah mol ion H+ yang
tersubstitusi oleh ion K+ sebanyak 3,096 mmol.

8. Daftar Pustaka
Khopkar. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.
Shevla, G. 1985. Vogel Analisis Anorgami Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta :
PT. Kalman Media Pustaka

Anda mungkin juga menyukai