Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
B. Tujuan Percobaan
Menentukan kapasitas dari penukar ion dan memisahkan campuran Ni 2+
dan Fe2+ dengan resin penukar ion.
C. Landasan Teori
Kimia analitik adalah ilmu kimia yang mengidentifikasi dan memisahkan
zat menjadi komponen-komponennya dan penentuannya lebih lanjut.
Dengan analisis instrument sebenarnya, pemisahan diusahakan seminimal
mungkin, sebagai gantinya digunakan teknik masking, pengendalian pH dan
lain sebagainya. Tetapi meskipun demikian pemurnian dan isolasi suatu
zat, teknik-teknik pemisahan, seperti yang ditunjukkan oleh kemajuan dalam
bidang kimia, tergantung pada berbagai sifat fisika dan kimia molekul-
molekul sampel. Pemilihan teknik yang digunakan tergantung pada banyak
sedikitnya sampel, selektivitas metode, tingkat resolusinya dan kepraktisan
prosedurnya (Khopkar, 2014: 135).
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan
perbedaan kecepatan komponen dalam medium tertentu. Istilah kromatografi
berasal dari gabungan kata “chroma” (warna) dan ”graphern” (melukiskan).
Prinsip pemisahan kromatografi yaitu adanya distribusi komponen-komponen
dalam fase diam dan fase gerak berdasarkan perbedaan sifat fisik komponen yang
akan dipisahkan. Kromatografi dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan
kuantitatif. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu
fase diam (stationer) dan fase bergerak (mobile) (Ardianingsih, 2009: 102).
Dalam semua teknik kromatografi, zat-zat terlarut yang dipisahkan
bermigrasi sepanjang kolom (atau seperti dalam kromatografi kertas atau lapis
tipis) dan tentu saja dasar pemisahan terletak dalam laju perpindahan sebuah zat
terlarut sebagai hasil dari dua faktor, yang satu cenderung menggerakkan zat
terlarut itu, dan yang lain menahannya. Dalam proses asli Tsweet, kecenderungan
zat-zat terlarut untuk menyerap pada fasa padat menahan pergerakan mereka,
sementara kelarutannya dalam fasa cair bergerak cenderung menggerakkan
mereka. Perbedaan yang kecil antara dua zat terlarut dalam kekuatan adsorpsi dan
dalam interaksinya dengan pelarut yang bergerak menjadi dasar pemisahan bila
molekul-molekul zat terlarut itu berulang kali menyebar diantara dua fasa itu
keseluruh panjang kolom (Day, 2002: 487).
Kromatografi dapat dibedakan atas berbagai macam tergantung pada
pengelompokannya. Berdasarkan pada mekanisme pemisahannya, kromatografi
dibedakan menjadi: (a) kromatografi adsorbs; (b) kromatografi partisi; (c)
kromatografi pasangan ion; (d) kromatografi penukar ion; (e) kromatografi
eksklusi ukuran; dan (f) kromatografi afinitas. Berdasarkan alat yang digunakan,
kromatografi dapat dibagi atas: (a) kromatografi kertas; (b) kromatografi lapis
tipis, yang keduanya disebut kromatografi planar; (c) kromatografi cair kinerja
tinggi (KCKT);dan (d) kromatografi gas (KG) (Gandjar, 2007: 323-324).
Kromatografi penukar ion adalah suatu teknik pemisahan yang disebabkan
karena terjadinya pertukaran ion yang sejenis antara zat yang berada dalam fasa
mobil dengan zat yang tidak larut dalam larutan yang terikat pada fasa statsioner
(matrix). Sifat dari penukar ion ini sangat sensitif terhadap kepadatan muatan,
distribusi muatan dan ukuran dari komponen yang akan dipisahkan. Materi
penukar ion adalah suatu padatan yang mengandung gugus yang bermuatan dan
terikat secara kimia, yang dapat mengikat ion secara reversibel atau secara
elektrostatik. Resin penukar ion sintetik ini mempunyai berat molekul yang
cukup tinggi dan merupakan bahan polimer yang mempunyai sejumlah besar
gugus fungsi yang ionik. Jika suatu resin penukaran ion ditempatkan dalam
larutan yang mengandung ion lain, maka akan terjadi penukaran antara ion yang
diikat pada matriks dengan ion yang berada dalam larutan (Sudding, 2012: 55).
Kromatografi penukar ion sangat cocok untuk pemisahan ion-ion
anorganik, baik itu kation-kation maupun anion-anion. Pemisahan teriadi karena
pertukaran ion-ion dalam fasa diam. Kromatografi penukar ion juga terbukti
berguna untuk pemisahan asam-asam amino. Fasa diam dalam kromatografi
penukar ion berupa manik-manik terbuat dari polimer polistirena yang terhubung
silang dengan senyawa divinil benzene. Polimer dengan rantai hubung silang
disebut resin, yang mempunyai gugus fenil bebas yang mudah mengalami reaksi
adisi oleh gugus fungsi ionik (misalnya gugus sulfonat) (Soebagio, 2002: 93-94).
Di tahun 1935, Adam dan Holmes membuat resin sintetik pertama dengan
hasil kondensasi asam sulfonat fenol dengan formaldehid.Semua resin-resin ini
memiliki gugusan reaktif –OH, -COOH, -HSO3 sebagai pusat-pusat pertukaran.
Gugusan fungsional asam (atau basa) suau resin penukar diempati dengan ion-ion
dengan muatan berlawanan. Ion yang labil adalah H+ pada penukar kation. Resin
dengan gugus sulfonat atau amina kuarterner adalah terionisasi kuat, tidak larut,
dan sangat reaktif (Khopkar, 2010: 114).
Penggunaan resin penukar anion yang merupakan suatu cara pemisahan
berdasarkan dari muatan yang dimiliki oleh molekul zat terlarut. Resin penukar
anion terdiri dari matriks yang bermuatan positif dan ion lawannya adalah
negative. Contoh aplikasi penukar anion adalah pembebasan ion klor dalam air.
Air yang mengandung ion klor jika dilewatkan dalam resin penukar anion maka
ion klor akan bertukar dengan ion penukar yang terikat pada gugus fungsi resin.
Setelah air melewati resin maka ion klor terikat dalam resin dan air yang
dihasilkan dari proses tersebut adalah air bebas ion klor (Antara, 2008: 88).
Resin penukar ion mempunyai kapasitas yang dinyatakan oleh bilangan
yang menunjukkan banyaknya ion yang dapat dipertukarkan untuk setiap 1 (satu)
gram resin atau tiap mililiter. Dengan berjalannya waktu penggunaan resin
penukar ion, kemampuan tukar resin penukar ion semakin menurun dan semakin
lama tidak mampu lagi mempertukarkan ion-ion dalam suatu larutan dari resin
penukar ion, sehingga perlu dilakukan regenerasi. Kapasitas resin penukar anion
didefinisikan sebagai banyaknya anion yang dapat diturunkan oleh setiap 1 gram
resin (Widodo, 2014: 39).
Resin penukar kation asam kuat mengandung gugus fungsi asam teradisi
pada cincin aromatik resin. Penukar kation pada asam kuat mempunyai gugus
asam sulfonat (-SO3H), yang bersifat sangat asam kuat seperti asam sulfat.
Penukar kation asarn lemah gugus fungsi karboksilat yang hanya terionisasi
sebagian. Resin penukar kation biasanya tersedia dalam bentuk ion hidrogen, tapi
bentuk ini mudah diubah ke dalam bentuk ion natrium. Ion natrium ini kemudian
mengalami pertukaran dengan kation lainnya. Pada prinsipnya resin penukar
kation dalam bentuk H+ kemudian dikocok dengan larutan NaCl. Pengocokan
beberapa lama, hingga tercapai suatu kesetimbangan. Penggunaan resin penukar
kation asam lemah lebih dibatasi dalam rentangan pH, yaitu pada pH 5 sampai
dengan 14. Sebaliknya resin penukar kation asam kuat dapat digunakan pada pH 1
sampai dengan 14. Pada harga pH rendah, penukar kation asam lemah akan terikat
kuat pada proton untuk terjadinya pertukaran. Demikian juga penukar kation
asam lemah tidak akan dapat sempurna melepaskan kation dari basa sangat
lemah (Soebagio, 2002: 95).
E. Prosedur Kerja
1. Kapasitas resin penukar kation
a. Bagian bawah buret disumbat dengan kapas kemudian buret dicuci dengan
aquades
b. 0,516 gram resin kation ditimbang dengan menggunakan neraca analitik
c. Resin kation yang telah ditimbang dilarutkan dengan aquades dalam gelas
kimia 10 ml dan dimasukkan kedalam buret dan bagian atas resin disumbat
dengan kapas
d. Aquades ditambahkan kedalam buret hingga resin terendam dengan tinggi 1
cm diatas permukaan kapas
e. 250 ml Na2SO4 0,25 M diukur dan dimasukkan kedalam corong pisah 250 ml
f. Larutan Na2SO4 0,25 M yang ada dalam corong pisah dialirkan kedalam buret
sampai diperoleh efluen sebanyak 50 ml
g. Efluen dengan volume 50 ml ditampung dalam tiga gelas kimia 250 ml
h. Efluen yang diperoleh dimasukkan kedalam tiga Erlenmeyer yang berbeda
kemudian ditambahkan 5 tetes indikator pp
i. Efluen dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 M
j. Langkah (h) dilakukan sebanyak tiga kali
2. Pemisahan ion Ni2+ dan Fe3+
a. Bagian bawah buret disumbat dengan kapas kemudian buret dicuci dengan
aquades
b. 3,009 gram resin anion ditimbang dengan menggunakan neraca analitik
c. Resin anion yang telah ditimbang, dilarutkan dengan aquades dalam gelas
kimia 250 ml kemudian dimasukkan kedalam buret dan bagian atas resin
disumbat dengan kapas
k. Aquades ditambahkan kedalam buret hingga resin terendam dengan tinggi 1
cm diatas permukaan kapas
d. 250 ml HCl pekat diukur kemudian dimasukkan kedalam corong pisah 250 ml
e. HCl pekat dialirkan kedalam buret dengan kecepatan 10 tetes permenit
f. 2 ml larutan campuran Ni2+ dan Fe3+ diukur kemudian dimasukkan kedalam
buret
g. 25 ml HCl 0,5 M dikur dan dimasukkan kedalam corong pisah 250 ml
h. HCl 0,5 M dialirkan kedalam buret dengan kecepatan 10 tetes permenit
sampai diperoleh efluen I
i. Efluen I ditambahkan 10 tetes dimetil glioksin
j. 25 ml HCl 0,5 M dikur dan dimasukkan kedalam corong pisah 250 ml
k. HCl 0,5 M dialirkan kedalam buret dengan kecepatan 10 tetes permenit
sampai diperoleh efluen II
l. Efluen II ditambahkan dengan 10 tetes KSCN
F. Hasil Pengamatan
1. Kapasitas Resin Penukar Kation
0,516 gram resin kation Dimasukkan kolom 0,516 gram + aquades
250 mL Na2SO4 0,25 M Diisi corong pisah larutan Na2SO4 diteteskan
Efluen ditampung 50 mL 5 tetes indikator PP larutan bening
Larutan bening (efluen) dititrasi NaOH
larutan berwarna merah muda
NO. Titrasi Volume (mL)
1. Efluen I 19,10
2. Efluen II 38,30
3. Efluen III 13,00
Volume rata-rata 23,46
2. Pemisahan Ion Ni2+ dan Fe3+
3,009 gram resin anion + 100 mL aquades dekantir
volume ± 20 mL
Resin (jernih) dimasukkan kolom resin + aquades
250 mL HCl pekat diteteskan corong pisah HCl pekat dalam Erlenmeyer (bening)
2 mL larutan (Ni2+ dan Fe3+) diteteskan corong pisah (25 mL HCL 0,5 M)
kecepatan 10 tetes
permenit (efluen I berwarna hijau)
Efluen I (hijau) + 10 tetes dimetil glukogen larutan berwarna hijau
2 mL larutan (Ni2+ dan Fe3+) diteteskan corong pisah (25 mL HCL 0,5 M kecepatan 10 tetes permenit
(efluen II berwarna putih)
Efluen II (putih) + 10 tetes dimetil glukogen larutan berwarna merah bata
G. Analisis Data
Diketahui:
Konsentrasi rata-rata NaOH = 0,10 N
Vrata-rata NaOH = 23,46 mL
Berat resin = 0,516 gram
Ditanyakan:
Kapasitas resin kation =…?
Penyelesaian:
V Na 2 SO 4 250 mL
Faktor pengenceran ( Fp)= = =5
V efluen 50 mL
a = 0,10 N = 0,10 grek/L = 0,10 mgrek/mL
a .V
C=Fp ×
W
mgrek
0,10 ×23,46 mL
mL
¿5×
0,516 gram
mgrek
¿ 5 × 4,5465
gram
¿ 22,7325 mgrek / gram
H. Pembahasan
I. Penutup
1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa kapasitas resin penukar
kation sebesar 22,7325 mgrek/gram
2. Saran
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya, sebaiknya harus memperhatikan
proses titrasi agar menjaga larutan tidak tumpah dan memperhatikan volume yang
digunakan untuk menitrasi.
Daftar Pustaka
Antara, I K.G, dkk.2008. Kajian Kapasitas Dan Efektivitas Resin Penukar Anion
Untuk Mengikat Klor Dan Aplikasinya Pada Air. Jurnal Kimia. Vol. 2,
No. 2
Day Dan Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Widodo, Ghaib., Sigit dan Kris Tri Basuki. 2014. Penentuan Massa Resin
Terkhelat dan pH Larutan Optimal pada Pemungutan Uranium dalam
Efluen Proses. Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah. Vol. 17, No. 1.