Anda di halaman 1dari 5

KROMATOGRAFI PERTUKARAN ION

Kromatografi pertukaran ion adalah jenis kromatografi yang melibatkan reaksi


kimia dalam pemisahannya. Dengan demikian, kesetimbangan yang terjadi di
permukaan berbeda dengan kesetimbangan kromatografi lainnya. Komponen
ionik akan tertahan secara selektif karena berikatan dengan penukar ion yang ada
pada fase diam. Kromatografi ini mempunyai keterbatasan karena berkaitan
dengan perhitungan kimia.

1. Resin Penukar Ion

Fase diam yang digunakan biasanya berupa resin yang merupakan matriks tiga
dimensi yang dirancang khusus untuk membawa beberapa gugus penukar ion-
ion. Penukar ion ini berupa gugus fungsi yang dapat terionkan. Dengan
demikian, ada pada fase diam sebuah situs ionik dengan muatan tertentu dan
tidak larut selama elusi dan akan dinetralkan dengan spesies bermuatan
berlawanan yang dapat larut pada waktu elusi untuk ditukarkan dengan
partikel dengan muatan sama dari senyawa yang dibawa oleh fase gerak.
Dengan demikian, kesetimbangan ionik akan terjaga selama elusi.

Resin dibuat dengan polimerisasi beberapa monomer seperti stirena dan


divinil benzena. Variasi monomer digunakan untuk mengendalikan kerapatan
dan kekerasan material, ukuran pori serta kekuatan “swelling” dari resin.
Swelling adalah kemampuan resin untuk menerima molekul eluen sehingga
strukturnya lebih mudah dilalui oleh molekul senyawa yang dipisahkan.
Kemampuan swelling ini sangat menentukan porositas resin dan kemudahan
resin dilewati oleh eluen dan sekaligus menjalankan fungsi pemisahannya. Hal
ini akan sangat bergantung pada rancangan polimerisasi resin pada awalnya.

GAMBARRR

Ada resin yang berfungsi sebagai penukar ion positif atau penukar ion negatif.
Penukar kation dibuat dengan menambahkan gugus fungsi asam, misalnya
dengan cara sulfonasi sehingga gugus sulfonat akan terikat di beberapa cincin
aromatik. Asam sulfonat sangat kuat dan dapat mendisosiasikan protonnya
walaupun proton-proton ini akan berada di sekitar resin sampai ada ion positif
lewat dan menukarnya. Sedangkan penukar kation asam lemah dibuat dengan
menambahkan asam karboksilat pada matriks poliakrilik.

Kapasitas pertukaran ion (exchange capacity) setara dengan jumlah ekuivalen


proton yang dapat dipertukarkan tipa satuan volume resin. Jika kapasitas resin
telah tercapai biasanya dilakukan daur ulang dengan mencuci resin dengan
asam sehingga komponen yang tertahan dalam resin dapat dikeluarkan
kembali sehingga kapasitas dapat dikembalikan.

Penukar anion dibuat dengan memasukkan gugus fungsi basa sehingga resin
dapat menukar anion. Penukar ion kuat dibuat dengan amina tersier sehingga
menghasilkan gugus amonium kuartener kuat. Amina sekunder menghasilkan
penukar anion lebih lemah. Tabel 1 memuat beberapa resin penukar ion yang
digunakan dalam kromatografi penukar ion.
Tipe Nature Kapasitas Nama Trivial
(meq./mL)
Kation kuat Polistirena 1.9 Dowex 50
tersulfonasi Amberlite IR 20
Kation lemah Asam akrilat 4.2 Amberlite IRC
condensed 50
Anion kuat Polistirena 1.2 Dowex 1
dengan Amberlite IRA
CH2NMe3Cl 400
Anion lemah Polistirena 2.0 Dowex 3
dengan amina Amberlite IR 45
sekunder

2. Sifat-Sifat Resin
Salah satu sifat resin yang menguntungkan adalah mudah menyerap air karena
karakternya higroskopis. Dengan masuknya air dalam jumlah tertentu,
menyebabkan elusi dapat terjadi. Beberapa sifat lain dari resin adalah:

1. Ukuran partikel, yang menentukan permeabilitas resin sehingga


mempengaruhi kecepatan pertukaran ion.
2. Derajat cross-linking atau derajat hubung silang dari monomer pada saat
resin dibuat, yang menentukan porositas dan kekerasan serta kemampuan
menyerap air (swelling).
3. Tipe gugus fungsi, yang menentukan jenis pertukaran ion.
4. Kekuatan gugus fungsi, yang menentukan koefisien distribusi tiap
senyawa analit.
5. Jumlah gugus fungsi, yang menentukan kapasitas resin.

3. Beberapa Prinsip Pertukaran Ion

Pertukaran ion yang terjadi di resin selama elusi dapat dilukiskan dengan
persamaan reaksi biasa. Jika R adalah matriks resin maka reaksinya dapat
dituliskan sebagai:

HR + Na+ NaR + H+
2HR + Ca2+ CaR2 + 2H+
RCl + OH- ROH + Cl-

[𝑁𝑎𝑅][𝐻 + ]
Konstanta kesetimbangan (koefisien selektivitas) akan menjadi 𝐾 = [𝐻𝑅][𝑁𝑎+ ]

yang sangat dipengaruhi oleh keadaan resin dan banyak faktor lain. Secara
empiris ada beberapa hal yang perlu diperhitungkan dalam menentukan
koefisien selektivitas, yakni:
 Koefisien selektivitas akan mendekati harga 1 jika derajat hubung silang/
cross link menurun
 Ion kecil dan terhidrasi menyebabkan afinitas resin besar
 Jika muatan ion semakin besar maka afinitas resin semakin besar pula
 Afinitas dari ion organik dengan massa molekul besasr biasanya juga
besar, mungkin karena bertambahnya gaya-gaya van der Waals.

Ada beberapa cara memprediksi afinitas ion-ion dalam urutan sebagai berikut:

Li+ < H+ < Na+ < NH4+ < K+ < Rb+ < Cs+ < Ag+ < Tl+

Be2+ < Mn2+ < Mg2+ < Zn2+ < Co2+ < Cd2+ < Ni2+ < Ca2+ < Sr2+ < Pb2+ < Ba2+

Na+ < Ba2+ < La3+ < Th4+

OH- < F- < CH3CO2- < HCO2- < H2PO4-+ < HCO3- < Cl- < NO2- < HSO3- <
CN- < Br- < NO3- < HSO4- <I-

Karena pertukaran ion melibatkan reaksi kimia biasa maka pH akan


berpengaruh pada pola pemisahannya. Urutan ini dapat berubah jika pH
diikutsertakan dalam sistem karena pH secara langsung akan mengubah
afinitas terhadap fase gerak dan fase diam. Urutan di atas dapat berubah
menjadi kebalikannya. Disosiasi dari asam dan basa lemah, hidrolisis garam
serta ion-ion logam akan dikendalikan oleh pH dari suasana mediumnya.
Dengan demikian, kita dapat mengatur kondisi pemisahan dengan mengubah-
ubah pH dari sistem atau menggunakan larutan penyangga untuk
mempertahankan pH.

Pada pemisahan logam seperti tampak pada gambar menunjukkan bahwa pH


mengubah keterpisahan dan juga bentuk kromatogram. Dengan demikian,
untuk kerja pemisahan baik senyawa-senyawa anorganik maupun organik
dapat dioptimasi dengan menggunakan parameter pH fase gerak.

GAMBAR

4. Teknik dan Pengembangan Kromatografi Pertukaran Ion

Pemilihan resin didasarkan pada kegunaannya. Ada beberapa jenis resin


termasuk kapasitas resin dan juga porositas resin serta jenis aplikasi yang
diharapkan. Resin yang sudah dibuat seimbangan dengan pelarut diisikan ke
kolom dan elusi dilakukan. Deteksi pemisahan sering kali agak susah
dilakukan karena eluat akan dipenuhi ion yang ditukarkan. Cara yang
ditempuh adalah dengan pembacaan secara kontinu dengan serapan
ultraviolet, perubahan indeks refraksi, pH, dan sifat-sifat polarografi.
Beberapa cara konvensional masih sering dilakukan dengan beberapa cara,
namun cara yang umum adalah dengan menampung fraksi-fraksi yang
diperkirakan member informasi mengenai solute yang dipisahkan, lalu
dilakukan analisis tersendiri.

5. Aplikasi Umum

Adapun aplikasi dari koromatografi pertukaran ion biasanya pemisahan ion-


ion renik dalam sampel, misalnya untuk tujuan pemurnian air minum. Karena
resin fase diam mempunyai kapasitas maka pemisahan tidak dapat dilakukan
terus-menerus dalam waktu lama karena permukaan dan situs penukar ion
akan habis. Industri larutan standar atau obat-obatan sering memanfaatkan
prinsip kromatografi pertukaran ion.

Dalam bidang penelitian kimia dan biokimia, kromatografi pertukaran ion


sering dilakukan untuk pemisaahan asam amino atau enzim-enzim. Tujuan
pemurnian juga sering menggunakan metode ini. Pemisahan logam-logam
juga menggunakan metode kromatografi pertukaran ion. Namun, logam-logam
yang dipisahkan harus terbatas jumlahnya dan tidak terlalu besar.

Anda mungkin juga menyukai