Fase diam yang digunakan biasanya berupa resin yang merupakan matriks tiga
dimensi yang dirancang khusus untuk membawa beberapa gugus penukar ion-
ion. Penukar ion ini berupa gugus fungsi yang dapat terionkan. Dengan
demikian, ada pada fase diam sebuah situs ionik dengan muatan tertentu dan
tidak larut selama elusi dan akan dinetralkan dengan spesies bermuatan
berlawanan yang dapat larut pada waktu elusi untuk ditukarkan dengan
partikel dengan muatan sama dari senyawa yang dibawa oleh fase gerak.
Dengan demikian, kesetimbangan ionik akan terjaga selama elusi.
GAMBARRR
Ada resin yang berfungsi sebagai penukar ion positif atau penukar ion negatif.
Penukar kation dibuat dengan menambahkan gugus fungsi asam, misalnya
dengan cara sulfonasi sehingga gugus sulfonat akan terikat di beberapa cincin
aromatik. Asam sulfonat sangat kuat dan dapat mendisosiasikan protonnya
walaupun proton-proton ini akan berada di sekitar resin sampai ada ion positif
lewat dan menukarnya. Sedangkan penukar kation asam lemah dibuat dengan
menambahkan asam karboksilat pada matriks poliakrilik.
Penukar anion dibuat dengan memasukkan gugus fungsi basa sehingga resin
dapat menukar anion. Penukar ion kuat dibuat dengan amina tersier sehingga
menghasilkan gugus amonium kuartener kuat. Amina sekunder menghasilkan
penukar anion lebih lemah. Tabel 1 memuat beberapa resin penukar ion yang
digunakan dalam kromatografi penukar ion.
Tipe Nature Kapasitas Nama Trivial
(meq./mL)
Kation kuat Polistirena 1.9 Dowex 50
tersulfonasi Amberlite IR 20
Kation lemah Asam akrilat 4.2 Amberlite IRC
condensed 50
Anion kuat Polistirena 1.2 Dowex 1
dengan Amberlite IRA
CH2NMe3Cl 400
Anion lemah Polistirena 2.0 Dowex 3
dengan amina Amberlite IR 45
sekunder
2. Sifat-Sifat Resin
Salah satu sifat resin yang menguntungkan adalah mudah menyerap air karena
karakternya higroskopis. Dengan masuknya air dalam jumlah tertentu,
menyebabkan elusi dapat terjadi. Beberapa sifat lain dari resin adalah:
Pertukaran ion yang terjadi di resin selama elusi dapat dilukiskan dengan
persamaan reaksi biasa. Jika R adalah matriks resin maka reaksinya dapat
dituliskan sebagai:
HR + Na+ NaR + H+
2HR + Ca2+ CaR2 + 2H+
RCl + OH- ROH + Cl-
[𝑁𝑎𝑅][𝐻 + ]
Konstanta kesetimbangan (koefisien selektivitas) akan menjadi 𝐾 = [𝐻𝑅][𝑁𝑎+ ]
yang sangat dipengaruhi oleh keadaan resin dan banyak faktor lain. Secara
empiris ada beberapa hal yang perlu diperhitungkan dalam menentukan
koefisien selektivitas, yakni:
Koefisien selektivitas akan mendekati harga 1 jika derajat hubung silang/
cross link menurun
Ion kecil dan terhidrasi menyebabkan afinitas resin besar
Jika muatan ion semakin besar maka afinitas resin semakin besar pula
Afinitas dari ion organik dengan massa molekul besasr biasanya juga
besar, mungkin karena bertambahnya gaya-gaya van der Waals.
Ada beberapa cara memprediksi afinitas ion-ion dalam urutan sebagai berikut:
Li+ < H+ < Na+ < NH4+ < K+ < Rb+ < Cs+ < Ag+ < Tl+
Be2+ < Mn2+ < Mg2+ < Zn2+ < Co2+ < Cd2+ < Ni2+ < Ca2+ < Sr2+ < Pb2+ < Ba2+
OH- < F- < CH3CO2- < HCO2- < H2PO4-+ < HCO3- < Cl- < NO2- < HSO3- <
CN- < Br- < NO3- < HSO4- <I-
GAMBAR
5. Aplikasi Umum