Anda di halaman 1dari 14

KROMATOGRAFI PENUKAR ION

1. PENDAHULUAN

Kromatografi penukar ion digunakan sebagai alat pemisahan setelah dikembangkannya resina
polistirena pada tahun 1940. Kromatografi penukar ion dilakukan dengan fasa diam yang
mempunyai fungsi bermuatan. Kebanyakan mekanisme penukaran ion sederhana :

a. X- + R+Y- = Y- + R+X- (Penukar Anion)


b. X+ + R-Y- = Y- + R+X+ (Penukar Kation)
Dimana X : ion cuplikan
Y : ion fasa gerak
R : bagian ionik pada resina

Seperti ditunjukkan diatas, pada kromatografi penukar anion ion cuplukan X- bersaing dengan
ion fasa gerak Y- , Terhadap bagian ionik pada penukar ion R. Samahalnya dengan penukar
kation, kation cuplik X+ bersaing dengan ion fasa gerak Y+. Pemisahan penukaran ion
sederhana didasarkan pada perbedaan kekuatan interaksi ion terlarut dengan resina. Jika
senyawa terlarut berinteraksi lemah dengan adanyaion fasa gerak,ion terlarut keluar awal
pada kromatografi. Sedangkan senyawa terlarut yang berinteraksi kuat dengan resina, berarti
lebih kuat terikat dan keluar belakangan.

Asam maupun basa dapat dipisahkan dengan penukaran ion. Pada persamaan dibawah ini
terlihat disosiasi asam lemah HA dalam bentuk H+ dan A-

a. HA = H+ + A- A+
b. B + H+ = BH+

Derajat disosiasi dipengaruhi oleh pH larutan. Dengan menurunkan pH kesetimbangan


disosiasi dapat ditekan ke kiri. Hal ini menunjukkan kada A- yang berguna untuk interaksi
dengan resinaa penukar anion, dan menurunkan harga k’ untuk HA.

Pada basa, penurunan pH menyebabkan kesetimbangan bergeser ke arah kanan, berarti


menaikkan kadar ion BH+ yang digunakan untuk interaksi penukar ion dan menaikkan harga
k’ untuk basa B.

1
Berbagai ligan dapat mempunyai pengaruh pada muatan ion dan interaksi ion-resina,
misalnya :

Fe3+ + 4Cl- FeCl2

Adanya ion klorida sangat mempengaruhi kadar ion besi (III) penyebab pembentuk
kompleks FeCl4 . pembentukan kompleks semacam itu sangat berguna dan banyak logam
berat dapat dipisahkan sebagai kompleks anion dengan kromatografi penukar ion

Kompleks ionik dari molekul netral kerap kali dapat digunkan untuk pemisahakn penukaran
ion. Gula dengan adanya ion borat membentuk ion gula borat,

Gula + BO3- Gula.BO3-

Campuran kompleks dari gula netral telah dapat dipisahkan dengan resina penukar ion.
Penukar ion bersifat asam atau basa dapat juga untuk memisahkan

a. HA + R+OH- R+A- + H2O


b. B + R-H+ R-BH+

Teknik ini berguna untuk memisahkan asam dan basa lemah dalam sistem tak berair, pada
persamaan reaksi a diatas dapat dilihat bahwa asam lemah HA melakukan interaksi dengan
penukar ion R+OH- membentuk garam anion resina R+A- ditambah air. Reaksi ini merupakan
reaksi asam basa reversible. Begitupun dengan reaksi yang b.

Fasa diam penukar ion dapat jugatermasuk raksi penukar ligan

RM-L + X RM-X + L

Dimana RM: pasangan ion resina-logam

L : ligan fasa gerak

X : cuplikan (ligan)

Dalam hal ini, resina modifikasi dengan ion logam RM, yang terikat logam fasa gerak L,
dengan adantya cuplikan C membentuk kompleks baru RMX. Karena senyawa kompleks
baru ini lebih stabil, ligan fasa gerak digantikan oleh bagian ion logam resina. Macam
interaksi ini telah digunakan untuk pemisahan asam amino dan senyawa amina lainya. Dalam
penggunaannya, resin penukar kation direaksikan dengan logam berat, seperti tembaga atau

2
nikel, untuk membentuk resin modifikasi logam. Berbagai asam amino kemudian bersaing
dengan ligan fasa gerak misalnya ion amonium, membentuk senyawa kompleks baru dengan
atom logam terikat pada resin. Selektivitas interaksi logam-asam amino menghasilkan retensi
berbeda-beda untuk berbagai senyawa itu.

Penukar ion juga meliputi pemisahan berdasarkan mekanisme partisif

X(org) ⇌ X (H2O – R)

Bentuk retensi ini tidak disebabkan oleh reaksi penukaran ion, dan dapat dimasukkan dalam
partisi. Dalam hal ini, sistem partisi terjadi antara air yang tidak bergerak pada resin penukar
ion yang telah mengembang dan fasa gerak air yang mengandung pelarut organik, misalnya
etanol, membentuk medium berbeda yang dapat digunakan untuk proses partisi. Campuran
gula telah dapat dipisahkan dengan cara ini.

Kombinasi berbagai macam mekanisme retensi kerap kali dapat terjadi pada pemisahan
penukaran ion. Adanya kemungkinan lebih dari satu macam interaksi dari yang telah
dibicarakan di awall, dengan tambahan kemungkinan serapan matriks, membuat kesulitan
meramalkan keselektivan pemisahan dengan bahan penukar ion.

2. FASA DIAM
Ada banyak macam penukar ion, tetapi penukar ion polistirena berikatan silang paling luas
penggunaanya. Gambar 65a menggambarkan struktur resin kation polistirena berikatan silang
dengan divinilbenzena membentuk matriks yang tidak larut. Dalam hal ini, cincin aromatik
telah tersulfonasi untuk membentuk penukar kation asam sulfonat kuat. Gambar 65b
menggambarkan struktur resin penukar anion dengan matriks polistirena berikatan silang
yang sama. Tetapi dengan gugus tetraalkilamonium. Resin polistirena kering cenderung
mengembang jika dimasukkan dalam pelarut. Air menetrasi ke dalam resin dan hidrasi gugus
ionik. Ion ini dianggap dilarutkan dalam air hidrasi, membentuk larutan sangat pekat dalam
resin. Tekanan osmosa cenderung menekan air ke dalam resin dan padatan itu mengembang,
jadi volumenya bertambah. Jumlah air yang diambil resin tergantung pada ion penukar dari
resin dan menurun denganbertambahnya jumlah ikatan silang. Resin penukar ion juga
mengembang dalam pelarut organik, tetapi pengembangannya lebih kecil daripada dalam air.

3
Macam lain dari bahan untuk kromatografi penukar ion, meliputi penukar polidekstran
berikatan silang (digunakan untuk pemisahan molekul besar seperti protein) dan turunan
selulosa. Ada beberapa penukar anorganik, misalnya zirkonium fosfat, tetapi bahan ini tidak
digunakan secara luas. Bentuk baru penukar ion anorganik merupakan bahan fasa terikat.
Struktur dari fasa diam ini ditunjukkan pada Gambar 66. Pada bahan ini gugus penukar ion
terikat secara kimia pada padatan pendukung dari silikon.

4
Padatan pendukung penukaran ion mempunyai beberapa geometri partikel berbeda, seperti
ditunjukkan pada Gambar 67. Kebanyakan bahan yang digunakan untuk untuk pemisahan
penukaran ion merupakan resin mikroretikular, seperti ditunjukkan pada Gambar 67a.
Partikel berbentuk bola dari polistirena berikatan silang dengan divinilbenzena mengandung
mikropori diseluruh strukturnya. Pori-pori resin mikroretikular diperoleh dengan
mengembangkan bahan tersebut dalam fasa gerak sebelum digunakan. Macam penukar ion
ini digunakan secara luas untuk pemisahan molekul kecil dan struktur ikatan silang dan
kapasitasnya berubah relatif besar. Gambar 67b menggambarkan resina mikroretikular dari
polistirena berpori.

Resina ini juga mengandung pori kaku yang mempunyai diameter sampai beberapa ribu Å.
Pori yang besar ini mudah dimasuki molekul besar ke bagian dalam partikel itu untuk
interaksi kromatografi. Penukar ion makroretikular juga berguna untuk pemisahan dalam
pelarut bukan air seperti interaksi asam-basa.

Bahan berpori pelikulat dan superfisial merupakan bentuk baru. Partikel penukar ion
pelikular (Gb. 67c) mempunyai bagian padat inert dengan lapisan tipis bahan penukar ion
pada permukaannya. Penukar ion berpori superfisial (Gb.67d) serupa dengan bahan pelikular
juga mempunyai padatan pendukung inert. Permukaan berpori dalam partikel ini dibentuk
dari partikel padat yang sangat kecil, yang dilapisi dengan lapisan tipis penukar ion yang

5
terikat secara mekanik atau secara kimia. Partikel berpori pelikular dan superfisial hanya
mempunyai jumlah bahan penukar ion relatif sedikit, yang terdapat pada permukaan saja.
Oleh karena itu, bahan ini mempunyai kapasitas penukaran rendah. Padatan pendukung
penukaran ion menunjukkan kemampuan lebih tinggi daripada partikel resina berpori total
pada jumlah sama, terutama pada kecepatan alir tinggi. Pada bahan ini keseimbangan
senyawa terlarut antara fasa diam dan fasa gerak terjadi lebih cepat. Padatan pendukung
penukar ion ini bersifat kaku, mengembang hanya sedikit jika dimasukkan dalam cairan. Oleh
karena itu, partikel ini terutama lebih baik untuk pemisahan elusi bergradien yang meliputi
perubahan yang besar pada susunan fasa gerak. Keseimbangan terlihat masih lebih cepat
dengan partikel berpori superfisial karena digunakan penukar ion lebih tipis. Perpindahan
massa pada penukar ion biasanya dibatasi oleh pengaruh fasa diam yang mempunyai
kekentalan tinggi.

Ada beberapa substituent ionik yang digunakan pada penukar ion ditunjukkan pada Tabel 1.
Penukar ion bersifat asam kuat mengandung gugus asam sulfonat, sedangkan substituent
asam fosfat digunakan sebagai penukar ion bersifat asam agak kuat. Penukar kation bersifat
asam lemah menggunakan gugus fungsi asam karboksilat. Penukar ion bersifat basa kuat
menggunakan gugus tetraalkilamonium untuk interaksi ionic, sedangkan penukar ion berfisat
basa lemah mengandung gugus tertieramina. Untuk tujuan tertentu digunakan penukar ion
dengan suatu kombinasi gugus fungsi.

Seperti telah dikemukakan di awal, divinilbenzena digunakan sebagai ikatan silang pada
resina penukar ion polisterina. Persentase divinilbenzena yang tinggi menaikkan kekuatan
partikel resina sebagai hasil tambahan ikatan silang, tetapi menurunkan kecenderungan
mengembang dalam fasa gerak, menaikkan selektivitas dan juga menurunkan permeabilitas
partikel. Resina konvensional biasanya mengandung 4-12% divinilbenzena, dan paling
dikenal adalah resina 8% ikatan silang. Jika digunakan tekanan tinggi (5000 psi) atau elusi
bergradien lebih baik menggunakan resina penukaran ion dengan ikatan silang berderajat
tinggi, misalnya 8-12% divinilbenzena.

Tabel 20

Beberapa gugus fungsi dalam resina penukar ion.

Macam Struktur matriks Gugus Batas


pH

6
Asam kuat Polistirena berikatan silang -SO3H 0 – 14
Asam agak keras Polistirena berikatan silang -PO (OH)2 4 – 14
Asam lemah Polimer asam akrilat -COOH 6 – 14
Resina khelat Polistirena berikatan silang CH2COONa 6 – 14
-CH2 – N
CH2COONa
Basa kuat Polistirena berikatan silang -CH2N(CH3)3Cl 0 – 14
(tipe 1)

CH2CH2OH
- CH2N(CH3)2Cl
(tipe 2)
Basa lemah Polistirena berikatan silang -CH2NH(CH3)2OH 0–7
dan
- CH2NH2(CH2)OH
Dua gugus Polimer formaldehidafenol gugus fenol dan
-SO2Na atau
-CH2SO3Na

Kapasitas bahan penukar ion ditentukan oleh kadar gugus ionic terukur dalam strukturnya.
Kapasitas penukaran ion merupakan fungsi pH:

(a) RcH Rc+ + H+


(b) ROH Ra+ + OH-

dimana Rc adalah penukar ion dan Ra adalah penukar anion. Dari persamaan diatas terlihat
bahwa ionisasi resina penukar kation RcH menghasilkan ion resina Rc- dan H+, yang
dipengaruhi oleh pH. Pada pH rendah, ionisasi dari resina asam dihambat dan kapasitas
penukarannya berkurang. Pada ionisasi penukar ion bersifat basa akan dihambar pada pH
tinggi, menyebabkan pengurangan kapasitas penukaran dari resina itu. Pengaruh pH pada
kapasitas penukaran ion yang lebih kuantitatif ditunjukkan pada gambar 68.

7
Pada kurva penukar kation bersifat asam kuat mnunjukkan mempunyai kapasitas penggunaan
di atas pH 2. Penukar anion bersifat basa kuat digunakan di bawah pH 10. Pada penukar
kation bersifat asam lemah mempunyai kapasitas perubahan hanya di atas pH 8.

Sedangkan penukar anion bersifat basa lemah digunakan di bawah pH 6. Alur ini
menunjukkan bahwa daerah pH yang digunakan oleh penukar ion kuat lebih besar daripada
daerah penggunaan penukar ion bersifat asam atau basa lemah. Pengaruh ini merupakan
alasan utama penggunaan bahan bersifat asam atau basa kuat pada kromatografi penukar ion.
Tetapi penukar ion lemah mempunyai penggunaan istimewa, misalnya resina lemah kerap
kali digunakan untuk pemisahan protein dan peptida untuk menghindai denaturasi bahan ini.

Kapasitas penukaran dari berbagai penukar ion juga tergantung pada macam partikel dan
geometrinya. Resina berpori konvensional biasanya mempunyai kapasitas 1-10 miliekuvalen
per gram sedangkan partikel berpori pelikular atau superfisial mempunyai kapasitas 5-50

8
mikroekuivalen per gram, karena hanya mempunyai lapisan tipis penukar ion pada
permukaan partikel.

3. FASA GERAK

Kebanyakan pemisahan kromatografi penukar ion dilakukan dalam media air sebab sifat
ionisasi dari air. Dalam beberapa hal digunakan pelarut campuran seperti air-alkohol dan juga
pelarut organik. Kromatografi penukar ion dengan fasa gerak media air, retensi puncak
dipengaruhi oleh kadar garam total atau kekuatan ionik oleh pH fasa gerak. Kenaikan kadar
garam dalam fasa gerak menurunkan refrensi senyawa cuplikan. Hal ini disebabkan oleh
penurunan kemampuan ion cuplikan bersaing dengan ion fasa gerak untuk gugus penukar
ion pada resina.

Macam ion dalam fasa gerak dapat berpengaruh nyata pada refrensi molekul cuplikan,
sebagai akibat dari perbedaan kemampuan ion fasa gerak berinteraksi dengan resina penukar
ion. Urutan retensi dari berbagai anion untuk resina penukar anion polistirena berikatan
silang konvensional adalah sebagai berikut :

Sitrat>sulfat>oksalat>yodida>nitrat>kromat>bromida>sianida>klorida>format>asetat>hidro
ksida>fluorida

Urutan retensi ini bervariasi jika yang digunakan berbeda, tetapi urutan di atas merupakan
petunjuk kualitatif dari kemampuan berbagai anion untuk berinteraksi dengan penukar anion
kuat. Dalam urutan ini sitrat terikat sangat kuat dengan resina, sedangkan ion fluorida terikat
paling lemah. Molekul cuplikan biasanya lebih cepat terelusi dengan ion sitrat daripada
dengan ion fluorida. Urutan retensi serupa untuk resina penukar kation:

Ba++ > Pb++ > Sr++ > Ca++ > Ni++ > Cd++ > Cu++ > Co++ > Zn++ > Mg++ > UO2++ > Te+ > Ag+ >
Cs+ > Rb+ > K+ > NH4+ > Na+ > H+ > Li+

Umumnya, perubahan retensi ion cuplikan dengan seri kation di atas tidak begitu besar
karena kurang berbeda dalam kemampuan kation bersaing dengan penukar kation daripada
untuk berbagai anion yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan dengan penukar
anion. Hal ini terutama disebabkan variasi yang kecil dalam ukuran dan muatan berbagai
kation. Pada Gambar 69 ditunjukkan pengaruh perubahan sifat kation (Na+ dan K+) dalam
eluen pada retensi cuplikan.

9
Perlu diperhatikan bahwa karena pada jenis pelikular kapasitas penukarannya kecil maka
kadar garam dalam fasa gerak harus lebih kecil dibandingkan dnegan penukar ion resina
berpori konvensional untuk mendapatkan retensi senyawa terlarut lebih baik.

Ada beberapa petunjuk umum untuk meramal kemampuan suatu penukar untuk membentuk
senyawa kompleks dengan senyawa terlarut atau dengan ion fasa gerak. Penukaran ion
cenderung lebih senang dengan:

 Ion dengan valensi (muatan) lebih tinggi


 Ion dengan volume ekuivalen lebih kecil
 Ion dengan kepolaran lebih besar
 Ion yang berinteraksi lebih kuat dengan gugus ion terikat atau dengan matriks
 Ion yang berinteraksi paling lemah dengan bahan-bahan lain dalam fasa gerak.

Karena retensi cuplikan dalam kromatografi penukar ion kerapkali tidak terbatas pada
penukaran ion secara sederhana, maka urutan retensi penukaran ion tidak dapat berubah.
Variasi terutama terlihat pada penukar ion berpori atau berpori superfisial.

Retensi puncak pada kromatografi penukar ion juga dipengaruhi oleh perubahan pH fasa
gerak. Kenaikan pH menurunkan retensi cuplikan pada kromatografi penukaran kation dan
menaikkan retensi pada kromatografi penukar anion. Pengaruh pH pada retensi dapat
diterangkan dengan pengaruh kadar ion hydrogen pada ion cuplikan yang digunakan.

10
a) >COOH COO- + H+ (Penukaran anion)
b) >NH + H+ NH2+ (Penukaran kation)

Pada persamaan di atas terlihat bahwa asam karboksilat bebas seimbangdengan ion
karboksilat dan proton. Pada pH lebih tinggi (kadar H+ lebih rendah) kadar ion karboksilat
menjadi tinggi, retensi ion cuplikan menjadi lebih besar sebab kemampuan bersaing naik
untuk bagian anionik dari resina. Pembentukan bentuk kation bermuatan dari suatu basa
lemah dipertinggi pada kadar ion hidrogen lebih tinggi. Penurunan pH menghasilkan
kenaikan retensi sebagai hasil kenaikan persaingan ion cuplikan untuk bagian penukar kation.

Seperti telah dibicarakan di muka, selektivitas pada kromatografi penukar ion sukar
dikendalikan sebab ada kecenderungan penukar ion melakukan lebih dari satu mekanisme
retensi. Pelarut yang digunakan dalam fasa gerak dapat juga mengadakan perubahan dalam
selektivitasnya. Seperti telah diketahui, fasa gerak media air umum digunakan dalam
kromatografi penukar ion, tetapi kadang-kadang ditambahkan sedikit pelarut organic seperti
etanol, tetrahidrofuran dan asetonitril ke dalam sistem air untuk menaikkan kelarutan
cuplikan, dan pelarut ini dapat mengubah selektivitas. Penambahan pelarut organik pada
dapar air kadang-kadang menurunkan kecenderungan cuplikan tertentu untuk membentuk
puncak berekor.

Elusi bergradien digunakan secara luas pada kromatografi penukar ion dengan fasa gerak
berair. Gradient garam dan pH digunakan untuk mengatur retensi dan selektivitas. Pada
gambar 70 pemisahan suatu senyawa yang menyerap sinar ultraviolet dalam urin dengan
kromatografi penukar ion kuat dilakukan dengan perubahan kaadar ion asetat dalam fasa
gerak untuk menghasilkan gradient. Gradient garam harus tidak dilakukan pada resina
berikatan silang kurang dari 8% divinilbenzena. Dengan demikian perubahan dimensi
partikel resina selama proses gradient dikurangi.

11
Gambar 70. Elusi gradient pada kromatografi penukar ion

Setiap kolom penukar ion harus diseimbangkan terlebih dahulu dengan fasa gerak sebelum
dapat digunakan untuk pemisahan. Fasa gerak segar dipompakan melalui kolom sehingga
eluen memepunyai pH sama dengan pH fasa gerak awal.

4. VARIABEL PEMISAHAN LAINNYA

Karena pengaruh suhu pada selektivitas pemisahan penukaran ion sukar diramal, perubahan
suhu biasanya tidak digunakan sebagai langkah utama untuk menaikkan pemisahan. Seperti
dalam kromatografi cairan lainnya, jumlah lempeng teori suatu kolom naik jika suhu
dinaikkan , karena perpindahan massa cuplikan menjadi lebih baik. Kenaikan suhu juga
menurunkan retensi. Jika kestabilan cuplikan memungkinkan, pemisahan penukar ion yang
menggunakan fasa gerak air dilakukan pada suhu 60° – 80°. Resina penukar anion
konvensional dalam bentuk hidroksida harus tidak lebih 50° , sebab ketidakstabilannya.
Tetapi dalam bentuk penukar anion berpori pelikular atau superfisial peka terhadap kenaikan
suhu dan hanya dapat digunakan pada suhu kamar. Penukar kation biasanya dapat digunakan
sampai 60° untuk jenis pori superfisial dan 80° untuk resina konvesional.

Berat cuolikan yang dimasukkan dalam kolom penukar ion tergantung pada kapasitas
penukaran. Biasanya jumlah cuplikan itu kurang 5% dari kapasitasnya untuk meyakinkan
bahwa efisien kolom tidak dirusak. Volume larutan cuplikan dapat relative besar, jika
cuplikan terikat kuat dalam kolom dari pelarut awal. Misalnya pada elsi gradient, cuplikan
sangat banyak dapat diinjeksikan ke dalam kolom jika fasa gerak awal menghasilkan harga k’
besar untuk semua penyusun cuplikan.

12
5. PENGGUNAAN

Penggunaan kromatografi penukar ion modern sekarang meliputi penggunaan yang luas,
terutama untuk senyawa organic dalam system biokimia. Penyelidikan mendalam telah
dilakukan pada asam nukleat, nukleosida dan nukleotida. Gambar 71 menunjukkan suatu
pemisahan campuran berbagai nukleotida dalam sari hati mencit, dengan menggunakan suatu
penukar ion berpori superfisial fasa terikat.

Banyak obat telah dianalisis dengan kromatografi penukar ion, meliputi benzimidazol
tersubstitusi , isomer piridina, dan berbagai formulasi obat. Gambar 72 menunjukan
pemisahan campuran sulfonamide dengan menggunakan penukar kation kuat berpori
superfisial.

Gambar 71. Nukleotida dalam sari hati mencit. Kondisi percobaan : kolom Permaphase –
AAX: cuplikan 5 ul; suhu 40°; fasa gerak bergradien linier, KH 2PO4 0,003 M
(pH 3,3) sampai 0,5 M pada 3%/menit; tekanan kolom 1000 psig: aliran 1
ml/menit; detector fotometer UV pada 254 nm; kepekaan detector 0,04.

Gambar 72. Pemisahan sulfonamide, (a) sulfaguanidina, (b) sulfadiazine, (c) sulfamerazina,
(d) sulfametazina, € sulfaoiridina, (f) sulfasoksazol, (g) sulfadimetoksina, (h)
sulfametizida, dan (i) sulfatiazol; fas gerak borak 0.01 M – NaNO 2 0.01 M;
kolom Zipax SAX (penukar anion kuat), 1200 psig; aliran 0,80 ml/menit.

13
DAFTAR PUSTAKA

Underwood, A. L. dan Day, R.A. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga

14

Anda mungkin juga menyukai