Disusun Oleh :
Nama : Fauzia Budi Mariska
NIM : 12312241038
Prodi : Pendidikan IPA A 2012
Kelompok
: 2a
A. Judul
Analisis Kation Golongan I dan II
B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kation golongan I (Ag+) dan golongan II (Hg2+,
Cu2+, Sn2+).
C. Dasar Teori
Analisis kualitatif mengacu pada seperangkat prosedur laboratorium yang dapat
digunakan untuk memisahkan dan menguji adanya ion dalam larutan. Analisis ini berlaku
untuk kation dan anion, analisis ini dinamakan analisis kualitatif karena hanya
menentukan jenis ion yang ada dalam campuran. Dalam melakukan analisis kualitatif
menggunakan seperangkat prosedur yang dinamakan bagan analisis kualitatif.
Pendekatan yang digunakan untuk memisahkan kation ke dalam golongannya adalah
melalui pengendapan. Hasil akhir dari suatu analisa suatu sampel adalah penetapan ada
atau tidakin ya masing-masing ion dalam bagan analisis kualitatif (Petrucci, 1992: 352).
Dalam analisa kualitatif cara memisahkan ion logam tertentu harus mengikuti
prosedur kerja yang khas. Zat yang diselidiki harus disiapakan atau diubah dalam bentuk
suatu larutan. Untuk zat padat kita harus memilih zat pelarut yang cocok. Kation-kation
diklasifikasikan dalam 5 golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa
reagensia (Cokrosarjiwanto, 1977 : 14).
Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam
lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagnesia. Dengan
memakai apa yang disebut reagnesia golongan secara sistematik, dapat kita tetapkan ada
tidaknya golongan-golongan kation, dan dapat juga memisahkan golongan-golongan ini
untuk pemeriksaan lebih lanjut. Reagnesia golongan yang dapat dipakai untuk klasifikasi
kation yang palin umum adalah asam klorida, hydrogen sulfide, ammonium sulfide dan
ammonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan
reagnesia-reagnesia ini dnegan membentuk endapan atau tidak. Jadi boleh dikatakan
bahwa klasifikasi kation yang paling umum didasarkan atas perbedaa kelarutan dari
klorida, sulfide, dan karbonat dari kation tersebut (Svehla, 1985 : 2003).
Klasifikasi kation yang paling umum didasarkan pada perbedaan kelarutan dari
klorida, sulfida, dan karbonat kation tersebut. Kation diklasifikasikan dalam 5 golongan
berdasarkan sifat-sifat kation tersebut terhadap beberapa reagensia. (Vogel, 1990: 203204). Golongan-golongan kation memiliki ciri-ciri khas, yaitu:
Golongan I: membentuk endapan dengan asam klorida encer, ion-ion yang termasuk
dalam golongan ini adalah timbal, raksa, dan perak.
Golongan II: membentuk endapan dengan hydrogen sulfide dalam suasana asam
mineral encer. Ion-ion yang termasuk dalam golongan ini adalah merkurium (II),
tembaga, cadmium, bismuth, stibium, timah.
Golongan III: membentuk endapan dengan ammonium sulfide dalam suasana netral.
Kation golongan ini antara lain nikel, besi, kromium, aluminium, seng, mangan, dan
kobalt.
Golongan V: disebut juga golongan sisa karena tidak bereaksi dengan reagensiareagensia golongan sebelumnya. Ion kation yang termasuk dalam golongan ini antara
lain magnesium, natrium, kalium. Ammonium, litium, dan hydrogen.
Berikut merupakan tabel pemisahan kation ke dalam golongan reaksi
E. Prosedur Kerja
1. Analisis ion Ag+
a.
Menuangkan 10 tetes larutan HCl ke dalam 10 tetes larutan AgNO3.
Menuangkan 10 tetes larutan NH4OH pada bagian pertama dan 10 tetes larutan
Na2S2O3 pada bagian kedua.
b.
d.
Menuangkan 10 tetes larutan amonia pada bagian pertama dan 10 tetes larutan
asam nitrat pada bagian kedua.
e.
Menuangkan 10 tetes larutan KI ke dalam 10 tetes larutan AgNO3.
Menuangkan 10 tetes larutan amonia pada bagian pertama dan 10 tetes larutan
Na2S2O3 pada bagian kedua.
e.
Menuangkan 10 tetes KI ke dalam 10 tetes larutan HgCl2 . Kemudian
menambahkan larutan KI berlebihan.
f.
Menuangkan 10 tetes SnCl2 ke dalam 10 tetes larutan HgCl2 , mula-mula sedikit
hingga berlebih. Dan mengamati perubahan yang terjadi.
Menuangkan 10 tetes larutan asam mineral (HCl) pada bagian pertama dan 10
tetes larutan amonia pada bagian kedua.
c.
Menambahkan tetes demi tetes larutan amonia ke dalam 10 tetes larutan CuSO4
sampai berlebihan hingga terjadi endapan yang permanen.
d.
Menuangkan 10 tetes KSCN ke dalam 10 tetes larutan CuSO4 dan mengamati
perubahan yang terjadi.
Perlakuan
AgNO3+ HCl
AgCl+NH4OH
(aq)+
HCl
(aq)
AgCl
Hasil Pengamatan
(s)
HNO3 (aq)
keruh,
AgCl(s)+NH4OH(aq) (3 )2 +
Larutan
+ 2
terdapat endapan
putih
keruh,
kekuningan,
terdapat
endapan putih
b.
AgNO3+Na2S2
AgNO3(aq)+Na2S2O3(aq) 2 2 3
O3
+ 3
kecoklatan,
terdapat
endapan hitam
2 2 3
+NH4OH
2 2 3
(3 )2
+
+
NH4OH Larutan
+ S2O32- + H2O
kehitaman
berwarna
keruh,
+Na2S2O3
[Ag2(S2O3)2] 2-
kehitaman
berwarna
keruh,
AgNO3+NH4O
AgNO3(aq)+
NH4OH
(3 )2 + 3 +
(aq)
putih
Setelah
penambahan
ammonia
berlebih
+ 3 + 2 4 2 4 + Larutan
2 4
berwarna
2 4 +
2 4 + NH4OH
NH4OH
(Ag(NH3)2)2CrO4 + 4 H2O
kekuningan,
terdapat
+ Ag2CrO4
HNO3 Larutan
Ag2NO3+H2CrO4
HNO3
berwarna
e.
3 +
3 + + 3
terdapat
endapan
AgI + NH4OH
terdapat
+ + 2 2 3 Ag2S2O3 + NaI
2 2 3
terdapat
endapan putih
2. Analisis ion Hg 2+
No.
a.
Perlakuan
HgCl2+
HgCl2
NH4OH
+ NH4Cl
Hg(OH)2
(aq)+
NH4OH
(aq)
Hasil Pengamatan
HCl
Larutan
putih
keruh,
Hg(OH)2
Hg(OH)2
+NH4Cl
NH4OH
+NH4Cl)
HgCl2
b.
HgCl2+
Na2CO3
Laritan
merah
kecoklatan,
terdapat
HgCl2+ NaOH
HgCl2(aq)+2NaOH(aq)HgO(s)+2Na
Larutan
Cl(aq)+H2O(l)
berwarna
HgCl2+K2CrO
HgCl2(aq)+K2CrO4(aq)
Larutan
berwarna
Hg2CrO4(s)+ 2KCl
kuning,
terdapat
endapan oranye
e.
HgCl2+KI
Larutan
berwarna
oranye,
terdapat
endapan
Setelah penambahan KI
berlebih larutan menjadi
bening
f.
HgCl2+SnCl2
Larutan
keruh,
tidak
terdapat endapan.
Setelah
penambahan
Perlakuan
CuSO4+
CuSO4
(aq)+
NaOH
+ Na2SO4
2NaOH
(aq)
Hasil Pengamatan
Setelah dipanaskan
Larrutan
bening,
CuSO4+
Na2CO3
Na2SO4
larutan
terdapat endapan
biru,
CuCO3 + HCl
Warna
larutan
keruh
putih kebiruan
CuCO3
c.
NH4OH
HCO3 + OH-
CuSO4+
NH4OH
NH3SO4
tua
berwarna
kebiruan,
terdapat
endapan putih.
Setelah
penambahan
ammonia
berlebih
CuSO4+KSCN
4. Analisis ion Sn 2+
No.
Perlakuan
1.
SnCl2+ HgCl2
(aq)+
HgCl2
(aq)
Hasil Pengamatan
Sn2+
keruh,
tidak
terdapat
SnCl2+KOH
SnCl2(aq)+2KOH(aq) Sn(OH)2
K2Cl2
(s)
Setelah
ditambahkan
KOH
ada
endapan
G. Pembahasan
Percobaan yang berjudul Analisis Kation Golongan I dan II yang dilakukan
pada Hari Rabu, 11 November 2015 di Laboratorium Kimia Analisis, FMIPA, UNY ini
bertujuan untuk mengidentifikasi kation golongan I (Ag+) dan golongan II (Hg2+, Cu2+,
Sn2+). Pada percobaan ini praktikan menggunakan beberapa alat antara lain tabung reaksi
dengan jumlah 8 buah, pembakar spiritus, penjepit tabung reaksi dan pipet tetes.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah beberapa larutan dengan
konsentrasi masing-masing 0,1 M. larutan tersebut antara lain larutan HCl, larutan
AgNO3, larutan NH4OH, larutan Na2S2O3, larutan Kalium Kromat, larutan KI, larutan
HgCl2, larutan NaOH, larutan SnCl2, larutan CuSO4, larutan Kalium Ferrosianida, larutan
KSCN, larutan SnCl2 dan larutan KOH. Dalam percobaan ini praktikan hanya melakukan
analisis kation pada golongan I yaitu pada ion Ag+ dan pada golongan II pada ion Hg2+,
Cu2+, Sn2+, hal tersebut disebabkan karena keterbatasan reagen yang disediakan oleh
laboran.
Analisa kation, merupakan suatu bagian dari analisis ion yang dibagi menjadi
analisis kation dan anion, untuk tujuan analisis kualitatif sistematik kation. Kation di
klasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap reagensia.
Dengan memakai apa yang disebut reagensia golongan secara sistematik, dapat kita
tetapkan ada tidaknya golongan-golongan kation dan dapat juga memisahkan golongangolongan ini untuk pemeriksaan secara selektif.
Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum
adalah asam klorida, hidrogen sulfida, ammonium sulfida dan ammonium karbonat.
klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia
ini dengan membentuk endapan atau tidak. Jadi, klasifikasi kation yang paling umum di
dasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida dan karbonat dari kation tersebut.
Berikut merupakan pembahasan dari masing-masing analisis kation yang telah
praktikan, adalah sebagai berikut:
1. Analisis ion Ag+
Analisis ion Ag+ yang dilakukan praktikan meliputi 5 percobaan yang berbeda.
Percobaan pertama yang praktikan lakukan adalah dengan cara menuangkan 10 tetes
larutan HCl ke dalam 10 tetes larutan AgNO3. Kemudian membagi campuran tersebut
(endapan) menjadi dua bagian, kemudian menuangkan 10 tetes larutan NH4OH pada
bagian pertama
percobaan tersebut praktikan mendapatkan hasil bahwa ketikan kedua reagen tersebut
percobaan kedua tersebut, praktikan mendapatkan hasil bahwa ketika larutan Na2S2O3
ditambahkan ke dalam larutan AgNO3 akan menghasilkan larutan berwarna hitam
kecoklatan dengan endapan berwarna hitam. Berikut merupakan reaksi yang terjadi :
AgNO3(aq)+Na2S2O3(aq) 2 2 3 + 3
Setelah mendapatkan endapan dari melarutkan kedua reagen, praktikan
melakukan pembagian endapan tersebut. ketika endapan ditambah dengan larutan
NH4OH maka larutan tidak mengalami perubahan yaitu larutan berwarna kehitaman
keruh, terdapat endapan hitam, sedangkan ketika endapan ditambahkan dengan larutan
Na2S2O3 juga tidak terjadi perubahan, dimana Llarutan berwarna kehitaman keruh,
terdapat endapan hitam. Berikut merupakan reaksi yang terjadi:
2 2 3 + NH4OH (3 )2
+ S2O32- + H2O
Ag2S2O3 + Na2S2O3 2Na+ + [Ag2(S2O3)2] 2Percobaan yang ketiga adalah dengan menambahkan tetes demi tetes larutan
amonia ke dalam 10 tetes larutan AgNO3 sampai endapan yang terbentuk larut
kembali. Berdasarkan percobaan yang telah praktikan lakukan tersebut ketika larutan
amonia dimasukkan ke dalam larutan AgNO3 dengan volume yang sama larutan
berwarna putih keruh, terdapat endapan putih. Kemudian setelah penambahan
ammonia berlebih endapan larut kembali warna larutan menjadi bening. Berikut reaksi
yang terjadi :
3 + 4 2 + 4 3
2 + 4 2(3 )2
+ 3 +
Endapan putih yang dihasilkan dari reaksi antara amonia dengan larutan
AgNO3 merupakan endapan perak oksida 2 . Kemudian ketika endapan
ditambahkan dengan larutan ammonia berlebih akan menjadi ion positif.
Percobaan keempat adalah dengan menuangkan 10 tetes larutan kalium kromat ke
dalam 10 tetes larutan AgNO3. Kemudian membagi campuran tersebut (endapan)
menjadi dua bagian, selanjutnya menuangkan 10 tetes larutan amonia pada bagian
pertama
dan 10 tetes larutan asam nitrat pada bagian kedua. Berdasarkan hasil
percobaan yang telah praktikan lakukan ketika larutan kalium kromat ditambahkan ke
dalam larutan AgNO3 akan membuentuk larutan berwarna kuning bening, terdapat
endapan merah bata. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
3 + 2 4 2 4 + 3
Setelah mendapatkan endapan dari reaksi kedua larutan tersebut, praktikan
membagi larutan dan menamgakan larutan yang berbeda. Pada bagian pertama,
praktikan menambahkan larutan NH4OH dan mendapatkan hasil bahwa larutan
berwarna putih kekuningan, terdapat endapan putih keruh, sedangkan pada bagian
kedua praktikan menambahkan larutan HNO3 ke dalam endapan, dan mendapatkan
hasil bahwa larutan berwarna kuning bening, terdapat endapan merah bata. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut :
2 4 + NH4OH (Ag(NH3)2)2CrO4 + 4 H2O
Ag2CrO4 + HNO3 Ag2NO3+H2CrO4
kekuningan, terdapat endapan putih keruh, sedangkan pada bagian kedua dengan
penambahan larutan HNO3 mendapatkan hasil bahwa larutan berwarna putih
kekuningan, terdapat endapan putih. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
AgI + NH4OH AgOH + NH4I
+ 2 2 3 Ag2S2O3 + NaI
Kation-kation golongan I adalah kation-kation yang akan mengendap bila
ditambahkan dengan asam klorida(HCl). Yaitu Ag, Pb, dan Hg yang akan
mengendap sebagai campuran AgCl, HgCl , dan PbCl. Pengendapan ion-ion golongan
I harus pada temperatur kamar atau lebih rendah karena PbCl terlalu mudah larut
dalam air panas. Juga harus dijaga agar asam klorida tidak terlalu banyak
ditambahkan. Dalam larutan HCl pekat, AgCl dan PbCl melarut, karena Ag dan Pb
membentuk kompleksi dapat larut. (Keenan,1984:20).
Kation golongan I memiliki cirri khas yaitu membentuk endapan dengan asam
klorida encer. Ion golongan ini adalah Pb, Ag, Hg. Dalam suasana asam, klorida dan
kation dari golongan lain larut. Penggunaan asam klorida berlebih untuk
larutan Na2CO3 direaksikan dengan larutan HgCl2 mendapatkan hasil bahwa larutan
berwarna merah kecoklatan,dan terdapat endapan merah bata. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut:
HgCl2+ Na2CO3 HgCO3 + HCl
Percobaan ketiga yang praktikan lakukan adalah dengan menuangkan 10 tetes
NaOH ke dalam 10 tetes larutan HgCl2. Berdasarkan percobaan yang telah praktikan
lakukan ketika larutan NaOH direaksikan dengan larutan HgCl2 mendapatkan hasil
larutan berwarna kuning telur, terdapat endapan warna kuning telur. Reaksi sebagai
berikut :
HgCl2(aq)+2NaOH(aq)HgO(s)+2NaCl(aq)+H2O(l)
Berdasarkan literatur, natrium hidroksida bila ditambahkan dalam jumlah
sedikit akan membentuk endapan merah-kecoklatan dengan komposisi yang berbedabeda, jika ditambahkan dalam jumlah yang stoikiometris endapan akan berubah
menjadi kuning ketika terbentuk merkurium (II) oksida.
Percoban yang keempat adalah dengan menuangkan 10 tetes kalium kromat ke
dalam 10 tetes larutan HgCl2. Berdasarkan percobaan yang telah praktikan lakukan
ketika kalium kromat direaksikan dengan larutan HgCl2 mendapatkan hasil larutan
berwarna kuning, terdapat endapan oranye. Reaksi sebagai berikut :
HgCl2(aq)+K2CrO4(aq) Hg2CrO4(s)+ 2KCl
Percobaan kelima yang praktikan lakukan adalah dengan menuangkan 10 tetes
KI ke dalam 10 tetes larutan HgCl2 . Kemudian menambahkan larutan KI berlebihan.
Berdasarkan percobaan yang telah praktikan lakukan ketika larutan KI direaksikan
dengan larutan HgCl2 akan menghasilkan larutan berwarna oranye, dan terdapat
endapan. Kemudian setelah itu praktikan menambahkan larutan KKI secara berlebihan
hingga larutan menjadi bening. Reaksi adalah sebagai berikut:
HgCl2(aq)+2KI(aq) HgI2 + 2KCl
Berdasarkan literatur, Kalium iodide bila ditambahkan perlahan-lahan kepada
larutan yang mengandung ion merkurium akan menghasilkan endapan merah
merkurium (II) iodide, sedangkan jika jika ditambahkan kalium iodide secara
berlebihan akan menghasilkan ion tetraiodomerkurat (II) .
Percobaan keenam yang praktikan lakukan adalah dengan menuangkan 10
tetes SnCl2 ke dalam 10 tetes larutan HgCl2, kemudian menambahkan larutan SnCl2 ke
dalam larutan secara berlebihan. Berdasarkan percobaan yang telah praktikan lakukan
ketika larutan SnCl2 direaksikan dengan larutan HgCl2 mendapatkan hasil bahwa
larutan keruh, dan tidak terdapat endapan. Kemudian praktikan menambahkan larutan
SnCl2 secara berlebihan dan mndapatkan hasil bahwa larutan tetap keruh dan tidak
terdapat endapan. Reaksi adalah sebagai berikut:
HgCl2 (aq)+ SnCl2 (aq) Hg + SnCl4
Berdasarkan literatur, penambahan timah (II) klorida dalam jumlah sedang
akan membentuk endapan putih dan seperti sutera, merkurium (I) klorida. Jika
dilakukan penambahan timah (II) klorid berlebih maka akan menghasilkan endapan
hitam merkurium (Svehla, 1990: 224). Namun, hasil percobaan yang telah praktikan
lakukan tidak mendapatkan hasil berupa endapan dari reaksi kedua larutan, hal
tersebut dapat terjadi karena kemungkinan larutan yang dipakai telah terlalu lama.
3. Analisis ion Cu2+
Analisis ion Cu2+ pada percobaan ini praktikan melakukan empat percobaan
yang berbeda. Percobaan pertama yang praktikan lakukan adalah dengan menuangkan
10 tetes larutan NaOH ke dalam 10 tetes larutan CuSO4. Kemudian setelah
mendapatkan hasilnya, praktikan melakukan pemanasan pada endapan yang
dihasilkan. Berdasarkan hasil percobaan yang telah praktikan lakukan ketikan larutan
NaOH direaksikan dengan larutan CuSO4 mendapatkan hasil bahwa larutan berwarna
biru, dan terdapat endapan warna biru. Kemudian endapan warna biru tersebut
dipanaskan menggunakan pembakar spritus beberapa saat, dan endapan warna biru
berubah menjadi coklat kehitaman dan larutan berwarna bening. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut:
CuSO4 (aq)+ 2NaOH (aq) Cu(OH)2 + Na2SO4
Berdasarkan literatur, natrium hidroksida dalam larutan dingin akan
membentuk endapan biru tembaga (II) hidroksida. Endapan tak larut dalam reagensia
berlebihan. Bila dipanaskan, endapan akan diubah menjadi tembaga (II) oksida hitam
oleh dehidratasi:
Cu(OH)2
CuO+ H2O
(Svehla, 1990:231)
Percobaan kedua yang praktikan lakukan ialah dengan menuangkan 10 tetes
larutan Na2CO3 ke dalam 10 tetes larutan CuSO4. Kemudian membagi campuran
tersebut (endapan) menjadi dua bagian. Selanjutnya menuangkan 10 tetes larutan asam
mineral (HCl) pada bagian pertama dan 10 tetes larutan amonia pada bagian kedua.
Berdasarkan percobaan yang telah praktikan lakukan ketika larutan Na2CO3 direaksikn
dengan larutan CuSO4 mendapatkan hasil larutan berwarna biru dan terdapat endapan.
Reaksi sebagai berikut:
CuSO4 + Na2CO3 CuCO3 + Na2SO4
Kemudian endapan berwarna biru tersebut dibagi dua dan direaksikan dengan
larutan yang berbeda. Pada bagian pertama endapan direaksikan dengan larutan asam
yaitu HCl dan mendapatkan hasil bahwa larutan berwarna keruh putih kebiruan,
sedangkan pada bagian kedua endapan direaaksikan dengan larutan NH4OH dan
mendapatkan hasil bahwa larutan berwarna biru tua. Reaksi sebagai berikut:
CuCO3 + HCl CuCl2 + HCO3
CuCO3 + NH4OH [CuNH3] + + HCO3 + OHPercobaan ketiga yang praktikan lakukan adalah dengan menambahkan tetes
demi tetes larutan amonia ke dalam 10 tetes larutan CuSO4 sampai berlebihan hingga
terjadi endapan yang permanen berdasarkan percobaan yang telah praktikan lakukan
ketika larutan ammonia direaksikan dengan larutan CuSO4 mendapatkan hasil larutan
berwarna kebiruan, dan terdapat endapan putih. Kemudian praktikan menamhakan
larutan ammonia secara berlenihan dan mnedapatkan hasil bahwa endapan larut
menjadi biru bening. Reaksi adalah sebagai berikut:
CuSO4 + NH4OH Cu(OH)2 + NH3SO4
Berdasarkan literature, larutan ammonia bila ditambahkan dalam jumlah
sedikit akan membentuk endapan biru suatu garam basa (tembaga sulfat basa).
Percobaan keempat yang praktikan lakukan adalah dengan menuangkan 10
tetes KSCN ke dalam 10 tetes larutan CuSO4. Berdasarkan percobaan yang telah
praktikan lakukan ketikan larutan KSCN direaksikan dengan larutan CuSO4
mendapatkan hasil bahwa larutan berwarna hijau bening, dan tidak terdapat endapan.
Reaksi sebagai berikut:
CuSO4(aq)+KSCN(aq) Cu(SCN)2 + K2SO4
Berdasarkan literatur, kalium tiosianat dengan ion tembaga (II) akan
membentuk endapan hitam tembaga (II) tiosianat, Cu(SCN)2. Endapan terurai
perlahan-lahan, membentuk tembaga (I) tiosianat putih dan terbentuk tiosianogen yang
terurai cepat dalam larutan air.
golongan tembaga tidak larut dalam regensia ini, sulfida dari sub grup arsenik melarut
dengan membentuk garam tio. Golongtan II sering disebut juga sebagai asam hidrogen
sulfida atau glongan tembaga timah. Klorida, nitrat, dan sulfat sangat mudah larut
dalam air. Sedangkan sulfida, hidroksida dan karbonatnya tak larut.
Reaksi kation untuk golongan II adalah hidrogen sulfida yang hasilnya adalah
endapan-endapan berbagaoi warna. Kation-kation golongan II dibagi atas dua sub
golongan, yaitu sub golongan tembaga dan arsinik. Sub golongan temabaga terdiri dari
hydrargium (II), plumbum (II), bismut (III), cuprum (III), dan subgolongan arsenik
meliputi, arsen (V), arsen (III), stiblum (III), starnum (II), dan stannum (IV)
(Petrucci,R.H.1992:60). Keempat ion yang pertama merupakan sub golongan 2A dan
keenam yang terakhir sub golongan 2B. Sementara sulfida dari kation dalam golongan
2A tak dapat larut dalam amonium polisulfida. Sulfida dari kation dalam golongan 2B
justru dapat larut. Kation golongan III tidak bereaksi dengan asam klorida encer
ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun, kation
ini membentuk endapan dengan amonium sulfida dalam suasana netral atau amoniak.
Kation-kation golongan ini adalah Cobalt (II), Nikel (II), Besi (II), Besi (III),
Aluminium, Zink, dan Mangan (II). Kation golongan IV tidak bereaksi dengan
reagensia golongan I, II, dan III. Kation-kation ini membentuk endapan dengan
amonium karbonat dengan adanya amonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit
asam. Kationkation golongan ini adalah Kalsium, Strontium, dan Barium. Kationkation golongan V merupakan kation-kation yang umum tidak bereaksi dengan
reagensia golongan sebulumnya. Yang termasuk anggota golongan ini adalah ion-ion
Magnesium, Natrium, Kalium, Amonium, Litium, dan Hidrogen. (Vogel,1985:203204)
H. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah praktikan lakukan dapat diambil kesimpulan
yaitu :
1. Analisis kation golongan I yaitu Ag+ dapat diidentifikasi menggunakan larutan
AgNO3 dengan penambahan larutan HCl, Na2S2O3, NH4OH, 2 4 , dan KI.
2. Analisis kation golongan II yaitu Hg2+ dapat diidentifikasi menggunakan larutan
HgCl2 dengan penambahan larutan NH4OH, Na2CO3, NaOH, K 2 CrO4 , KI, dan
SnCl2.
I. Daftar Pustaka
Chang Raymond. 2005. Kimia Dasar Edisi Ketiga Konsep-Konsep Inti Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Cokrosarjiwanto. 1997. Kimia Analitik Kualitatif I. Yogyakarta : UNY Press.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : PT Gramedia.
Keenan, dkk. 1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.
Maryati, dkk. 2015. Diktat Petunjuk Praktikum Analisis Senyawa Kimia. Yogyakarta:
FMIPA UNY
Masterlon, W.L. 1990. Analisa Kualitatif. Di akses dari http ://www.Chemistry.co.id.Pdf.
Petrucci, Ralph H. 1992. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta: Erlangga.
Svehla, G. 1990. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
Edisi Kelima Bagian I. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka
Vogel. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro Edisi
Kelima . Jakarta: PT. Kalman Pusaka.
J. Jawaban Pertanyaan
1. Cara mengetahui bahwa dalam larutan mengandung ion Ag+ adalah dengan
mengidentifikasi larutan menggunakan penambahan larutan HCl, Na2S2O3, NH4OH,
2 4 , dan KI. Pada penambahan larutan HCl encer akan membentuk endapan
berwarna putih, endapan putih tersebut adalah endapan perak dan timbel.
2. Ion Cu (II) dapat membentuk kompleks dengan berbagai ligan.
Kompleks Cu (II) yang terjadi dengan ligan Cl- yaitu : Cu2+ + Cl- CuCl2
Kompleks Cu (II) yang terjadi dengan CN- yaitu : Cu2+ + CN- Cu(CN2)
Kompleks Cu (II) yang terjadi dengan SCN- yaitu : Cu2+ + SCN- Cu(SCN)2
3. Perbedaan ion Sn (II) dan Sn (IV) adalah timah dalam bentuk senyawaannya
memiliki tingkat oksidasi +2 dan +4, tingkat oksidasi +4 lebih stabil dari pada +2.
Cara mengubah ion Sn(II) menjadi Sn(IV) dan sebaliknya adalah Timah (II) dapat
diubah menjadi timah (IV) dengan cara dioksidasi karena timah (II) merupakan
pereduksi yang kuat. Timah (IV) dapat diubah menjadi timah (II) dengan cara
direduksi.
4. Apabila logam Pb, Ag, Cu, dan Zn direaksikan dengan HCl, maka akan membentuk
endapan putih.
5. Apabila anion klorida ditambahkan dalam larutan yang masing-masing mengandung
kation Ag+, maka akan terbentuk endapan putih.
6. Jika anion hidroksida ditambahkan dalam larutan yang mengandung kation Ag+ akan
membentuk endapan coklat AgO, jika dengan Hg+ akan membentuk endapan hitam
Hg2O, dan jika dengan Pb+ akan membentuk endapan putih Pb(OH)2.
7. Jika gas hydrogen sulfide dialirkan dalam larutan yang masing-masing mengandung
ion Hg2+, Bi3+, Cu2+, AsO43-, Sb3+, dan Sn2+ akan membentuk endapan hitam bismuth
sulfida Bi2S2, pada ion Cu2+ akan membentuk hitam tembaga (II) sulfida CuS, pada
ion AsO43- akan membentuk endapan kuning arsenik (III) sulfida As2S3 , pada ion
Sb3+ akan membentuk endapan merah-jingga stibium pentasulfida Sb2S5, dan pada
ion Sn2+ akan membentuk endapan coklat timah (II) sulfida SnCl2.
8. Perbedaan antara ion Hg+ dan ion Hg2+ adalah apabila ion Hg+ bereaksi dengan gas
H2S akan membentuk endapan putih, sedangkan apabila ion Hg2+ bereaksi dengan gas
H2S akan membentuk endapan hitam
LAMPIRAN