Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS SENYAWA KIMIA

ANALISIS KATION GOLONGAN I DAN II

Disusun Oleh :

Nama : Fauzia Budi Mariska

NIM : 12312241038

Prodi : Pendidikan IPA A 2012

Kelompok : 2a

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2015
A. Judul
Analisis Kation Golongan I dan II
B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kation golongan I (Ag+) dan golongan II (Hg2+,
Cu2+, Sn2+).
C. Dasar Teori
Analisis kualitatif mengacu pada seperangkat prosedur laboratorium yang dapat
digunakan untuk memisahkan dan menguji adanya ion dalam larutan. Analisis ini berlaku
untuk kation dan anion, analisis ini dinamakan analisis kualitatif karena hanya
menentukan jenis ion yang ada dalam campuran. Dalam melakukan analisis kualitatif
menggunakan seperangkat prosedur yang dinamakan bagan analisis kualitatif.
Pendekatan yang digunakan untuk memisahkan kation ke dalam golongannya adalah
melalui pengendapan. Hasil akhir dari suatu analisa suatu sampel adalah penetapan ada atau
tidakin ya masing-masing ion dalam bagan analisis kualitatif (Petrucci, 1992: 352).
Dalam analisa kualitatif cara memisahkan ion logam tertentu harus mengikuti
prosedur kerja yang khas. Zat yang diselidiki harus disiapakan atau diubah dalam bentuk
suatu larutan. Untuk zat padat kita harus memilih zat pelarut yang cocok. Kation-kation
diklasifikasikan dalam 5 golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa
reagensia (Cokrosarjiwanto, 1977 : 14).
Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam lima
golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagnesia. Dengan memakai
apa yang disebut reagnesia golongan secara sistematik, dapat kita tetapkan ada tidaknya
golongan-golongan kation, dan dapat juga memisahkan golongan-golongan ini untuk
pemeriksaan lebih lanjut. Reagnesia golongan yang dapat dipakai untuk klasifikasi kation
yang palin umum adalah asam klorida, hydrogen sulfide, ammonium sulfide dan
ammonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan
reagnesia-reagnesia ini dnegan membentuk endapan atau tidak. Jadi boleh dikatakan
bahwa klasifikasi kation yang paling umum didasarkan atas perbedaa kelarutan dari
klorida, sulfide, dan karbonat dari kation tersebut (Svehla, 1985 : 2003).
Klasifikasi kation yang paling umum didasarkan pada perbedaan kelarutan dari
klorida, sulfida, dan karbonat kation tersebut. Kation diklasifikasikan dalam 5 golongan
berdasarkan sifat-sifat kation tersebut terhadap beberapa reagensia. (Vogel, 1990: 203-
204). Golongan-golongan kation memiliki ciri-ciri khas, yaitu:
- Golongan I: membentuk endapan dengan asam klorida encer, ion-ion yang termasuk
dalam golongan ini adalah timbal, raksa, dan perak.
- Golongan II: membentuk endapan dengan hydrogen sulfide dalam suasana asam
mineral encer. Ion-ion yang termasuk dalam golongan ini adalah merkurium (II),
tembaga, cadmium, bismuth, stibium, timah.
- Golongan III: membentuk endapan dengan ammonium sulfide dalam suasana netral.
Kation golongan ini antara lain nikel, besi, kromium, aluminium, seng, mangan, dan
kobalt.
- Golongan IV: membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya
ammonium klorida dalam suasana netral atau sedikit asam.
- Golongan V: disebut juga golongan sisa karena tidak bereaksi dengan reagensia-
reagensia golongan sebelumnya. Ion kation yang termasuk dalam golongan ini antara
lain magnesium, natrium, kalium. Ammonium, litium, dan hydrogen.

Berikut merupakan tabel pemisahan kation ke dalam golongan reaksi


pengendapannya dengan berbagai reagen:

(Sumber: Raymond Chang. 2005:155)

Suatu pereaksi menyebabkan sebagian kation mengendap dan sebagian larut,


maka setelah dilakukan penyaringan terhadap endapan terbentuk dua kelompok
campuran yang massa masing-masingnya kurang dari campuran sebelumnya. Reaksi
yang terjadi saat pengidentifikasian menyebabkan terbentuknya zat-zat baru yang
berbeda dari zat semula dan berbeda sifat fisiknya (Harjadi. 1990: 58).
Banyak reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan berperan penting dalam analisa
kualitatif. Endapan tersebut dapat berbentuk Kristal atau koloid dan dengan warna yang
berbeda-beda. Pemisahan endapan dapat dilakukan dengan penyaringan ataupun
sentrifugasi. Endapan tersebut terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang
bersangkutan. Kelarutan suatu endapan adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan
jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi seperti tekanan, suhu, konsentrasi
bahan lain dan jenis pelarut. Perubahan larutan dengan perubahan tekanan tidak
mempunyai arti penting dalam analisa kualitatif, karena semua pekarjaan dilakukan dalam
wadah terbuka pada tekanan atmosfer.kenaikan suhu umumnya dapat memperbesar
kelarutan endapan kecuali pada beberapa endapan, seperti kalsium sulfat, berlaku
sebaliknya. Perbedaan kelarutan karena suhu ini dapat digunakan sebagai dasar pemisahan
kation. Misalnya, pemisahan kation Ag, Hg(l), dan Pb dapat dilakukan dengan
mengendapkan ketiganya sebagai garam klorida, kemudian memisahkan Pb dari Ag dan
Hg(l) dengan memberikan air panas. Kenaikan suhu akan memperbesar kelarutan Pb
sehingga endapan tersebut larut sedangkan kedua kation lainnya tidak (Masterton,
1991).

D. Alat dan Bahan


Alat
1. Tabung reaksi
2. Pembakar spiritus
3. Penjepit tabung reaksi
4. Pipet tetes

Bahan
1. Larutan HCl 0,1 M
2. Larutan AgNO3 0,1 M
3. Larutan NH4OH 0,1 M
4. Larutan Na 2S2O3 0,1 M
5. Larutan Kalium Kromat 0,1 M
6. Larutan KI 0,1 M
7. Larutan HgCl2 0,1 M
8. Larutan NaOH 0,1 M
9. Larutan SnCl2 0,1 M
10. Larutan CuSO4 0,1 M
11. Larutan Kalium Ferrosianida 0,1 M
12. Larutan KSCN 0,1 M
13. Larutan SnCl2 0,1 M
14. Larutan KOH 0,1 M

E. Prosedur Kerja
1. Analisis ion Ag+
a.

Menuangkan 10 tetes larutan HCl ke dalam 10 tetes larutan AgNO3.

. Membagi campuran tersebut (endapan) menjadi dua bagian.

Menuangkan 10 tetes larutan NH4OH pada bagian pertama dan 10 tetes larutan
Na2S2O3 pada bagian kedua.

b.

Menuangkan 10 tetes larutan Na2S2O3 ke dalam 10 tetes larutan AgNO3.

. Membagi campuran tersebut (endapan) menjadi dua bagian.

Menuangkan 10 tetes larutan NH4OH pada bagian pertama dan 10 tetes larutan
Na2S2O3 pada bagian kedua.

c.

Menambahkan tetes demi tetes larutan amonia ke dalam 10 tetes larutan AgNO3
sampai endapan yang terbentuk larut kembali.
d.

Menuangkan 10 tetes larutan kalium kromat ke dalam 10 tetes larutan AgNO3.

. Membagi campuran tersebut (endapan) menjadi dua bagian.

Menuangkan 10 tetes larutan amonia pada bagian pertama dan 10 tetes larutan
asam nitrat pada bagian kedua.

e.

Menuangkan 10 tetes larutan KI ke dalam 10 tetes larutan AgNO3.

. Membagi campuran tersebut (endapan) menjadi dua bagian.

Menuangkan 10 tetes larutan amonia pada bagian pertama dan 10 tetes larutan
Na2S2O3 pada bagian kedua.

2. Analisis ion Hg2+


a.

Menuangkan 10 tetes larutan amonia ke dalam 10 tetes larutan HgCl2.

. Membagi campuran tersebut (endapan) menjadi dua bagian.

Menuangkan 10 tetes larutan asam pada bagian pertama dan 10 tetes larutan
NH4Cl pada bagian kedua.
b.
Menuangkan 10 tetes Na2CO3 ke dalam 10 tetes larutan HgCl2 dan mengamati
perubahan yang terjadi.
c.
Menuangkan 10 tetes NaOH ke dalam 10 tetes larutan HgCl2 dan mengamati
perubahan yang terjadi.
d.
Menuangkan 10 tetes kalium kromat ke dalam 10 tetes larutan HgCl2 dan
mengamati perubahan yang terjadi.
e.
Menuangkan 10 tetes KI ke dalam 10 tetes larutan HgCl2 . Kemudian
menambahkan larutan KI berlebihan.
f.

Menuangkan 10 tetes SnCl2 ke dalam 10 tetes larutan HgCl2 , mula-mula sedikit


hingga berlebih. Dan mengamati perubahan yang terjadi.

3. Analisis ion Cu2+


a.

Menuangkan 10 tetes larutan NaOH ke dalam 10 tetes larutan CuSO4.

. Memanaskan endapan dengan menggunakan pembakar spritus.

b.

Menuangkan 10 tetes larutan Na2CO3 ke dalam 10 tetes larutan CuSO4.

. Membagi campuran tersebut (endapan) menjadi dua bagian.

Menuangkan 10 tetes larutan asam mineral (HCl) pada bagian pertama dan 10
tetes larutan amonia pada bagian kedua.

c.

Menambahkan tetes demi tetes larutan amonia ke dalam 10 tetes larutan CuSO4
sampai berlebihan hingga terjadi endapan yang permanen.

d.

Menuangkan 10 tetes KSCN ke dalam 10 tetes larutan CuSO4 dan mengamati


perubahan yang terjadi.
4. Analisis ion Sn2+
a.

Menuangkan 10 tetes larutan HgCl2 ke dalam 10 tetes larutan SnCl2.

. Menambahkan 10 tetes larutan SnCl2 , kemudian menyelidiki perubahan


yang terjadi.
b.

Menuangkan 10 tetes larutan KOH ke dalam 10 tetes larutan SnCl2.

Menambahkan 10 tetes larutan KOH berlebihan, kemudian menyelidiki


perubahan yang terjadi.

F. Data Hasil Pengamatan


1. Analisis ion Ag +
No. Perlakuan Reaksi Yang Terjadi Hasil Pengamatan
a. AgNO3+ HCl AgNO3 (aq)+ HCl (aq) AgCl (s) + Larutan berwarna putih
HNO3 (aq) keruh,
AgCl+NH4OH AgCl(s)+NH4OH(aq) ����(�
�3 )2 + Larutan putih keruh,
����−+ �2 � terdapat endapan
AgCl+Na2S2O3 2AgCl(s)+Na2S2O3(aq) ����2 ��2 �
3 + Larutan berwarna putih

����𝑙
2� kekuningan, terdapat
endapan putih
b. AgNO3+Na2S2 AgNO3(aq)+Na2S2O3(aq) ����2 ��2 �
3 Larutan berwarna hitam
O3 +�
���
�3 kecoklatan, terdapat
endapan hitam
����2 ��2 �
3 ����2 ��2 �3 NH4OH Larutan
+ berwarna

+NH4OH 2- kehitaman keruh,
����(�
�3 )2
+
+ S2O3 + H2O
terdapat endapan hitam
����2 ��2 �
3 Ag2S2O3 + Na2S2O3  2Na+ + Larutan berwarna
+Na2S2O3 [Ag2(S2O3)2] 2- kehitaman keruh,
terdapat endapan hitam
c. AgNO3+NH4O AgNO3(aq)+ NH4OH (aq)Larutan berwarna putih
H ����(�
�3 )2 + ��
�3+ �
� keruh, terdapat endapan
putih
Setelah penambahan
ammonia berlebih
endapan larut kembali
warna larutan menjadi
bening.
d. �����
�3 + �����
�3 + �
�2 �����
4 ����2 �����
4 + Larutan berwarna
��2 �����
4 ���
�3 kuning bening, terdapat
endapan merah bata
����2 �����
4+ ����2 �����
4 + NH4OH Larutan berwarna putih
NH4OH (Ag(NH3)2)2CrO4 + 4 H2O kekuningan, terdapat
endapan putih keruh
Ag2CrO4 + Ag2CrO4 + HNO3 Larutan berwarna
HNO3 Ag2NO3+H2CrO4 kuning bening, terdapat
endapan merah bata
e. �����
�3 + 𝐾� �����
�3 + 𝐾���𝑔�+ �
���
3 Larutan berwarna putih
kekuningan, terdapat
endapan
AgI + NH4OH AgI + NH4OH  AgOH + NH4I Larutan berwarna putih
kekuningan, terdapat
endapan putih keruh
AgI + ��𝑔�+ �
��2 ��2 �3 → Ag2S2O3 + NaI Larutan berwarna putih

��2 ��2 �
3 kekuningan, terdapat
endapan putih

2. Analisis ion Hg 2+
No. Perlakuan Reaksi Yang Terjadi Hasil Pengamatan
a. HgCl2+ HgCl2 (aq)+ NH4OH (aq) Hg(OH)2 Larutan bening, terdapat
NH4OH + NH4Cl endapan putih
Hg(OH)2 + Hg(OH)2 + HCl  HgCl2 + H20 Larutan putih keruh,
HCl terdapat endapan putih
Hg(OH)2 Hg(OH)2 +NH4Cl) HgCl2 + Larutan putih, terdapat
+NH4Cl NH4OH endapan putih susu
b. HgCl2+ HgCl2+ Na2CO3  HgCO3 + HCl Laritan merah
Na2CO3 kecoklatan, terdapat
endapan merah bata
c. HgCl2+ NaOH HgCl2(aq)+2NaOH(aq)HgO(s)+2Na Larutan berwarna
Cl(aq)+H2O(l) kuning telur, terdapat
endapan warna kuning
telur
d. HgCl2+K2CrO HgCl2(aq)+K2CrO4(aq) Larutan berwarna
4 Hg2CrO4(s)+ 2KCl kuning, terdapat
endapan oranye
e. HgCl2+KI HgCl2(aq)+2KI(aq) HgI2 + 2KCl Larutan berwarna
oranye, terdapat
endapan
Setelah penambahan KI
berlebih larutan menjadi
bening
f. HgCl2+SnCl2 HgCl2 (aq)+ SnCl2 (aq) Hg + SnCl4 Larutan keruh, tidak
terdapat endapan.
Setelah penambahan
SnCl2 berlebih larutan
tetap keruh dan tidak
terdapat endapan.

3. Analisis ion Cu 2+
No. Perlakuan Reaksi Yang Terjadi Hasil Pengamatan
a. CuSO4+ CuSO4 (aq)+ 2NaOH (aq) Cu(OH)2 Larutan berwrna biru,
NaOH + Na2SO4 terdapat endapan warna
biru
Setelah dipanaskan Larrutan bening,
terdapat endapan coklat
kehitaman
b. CuSO4+ CuSO4 + Na2CO3  CuCO3 + Warna larutan biru,
Na2CO3 Na2SO4 terdapat endapan
CuCO3 + HCl CuCO3 + HCl  CuCl2 + HCO3 Warna larutan keruh
putih kebiruan
CuCO3 + CuCO3 + NH4OH  [CuNH3] + + Larutan berwarna biru
NH4OH HCO3 + OH- tua
c. CuSO4+ CuSO4 + NH4OH Cu(OH)2 + Larutan berwarna
NH4OH NH3SO4 kebiruan, terdapat
endapan putih.
Setelah penambahan
ammonia berlebih
endapat larut menjadi
biru bening.
d. CuSO4+KSCN CuSO4(aq)+KSCN(aq) Cu(SCN)2 + Larutan berwarna hijau
K2SO4 bening, tidak terdapat
endapan

4. Analisis ion Sn 2+
No. Perlakuan Reaksi Yang Terjadi Hasil Pengamatan
1. SnCl2+ HgCl2 SnCl2 (aq)+ HgCl2 (aq) Hg(Cl2)2 + Larutan berwarna putih
Sn2+ keruh, tidak terdapat
endapan. Setelah ditetesi
10 tetes larutan SnCl2
lagi larutan tetap tidak
terjadi perubahan
2. SnCl2+KOH SnCl2(aq)+2KOH(aq) Sn(OH)2 (s) + Larutan berwarna putih
K2Cl2 keruh. Setelah
ditambahkan KOH
berlebih larutan menjadi
keruh ada endapan
namun lama kelamaan
larutan menjadi bening
kembali.
G. Pembahasan
Percobaan yang berjudul “Analisis Kation Golongan I dan II” yang dilakukan
pada Hari Rabu, 11 November 2015 di Laboratorium Kimia Analisis, FMIPA, UNY ini
bertujuan untuk mengidentifikasi kation golongan I (Ag+) dan golongan II (Hg2+, Cu2+,
Sn2+). Pada percobaan ini praktikan menggunakan beberapa alat antara lain tabung reaksi
dengan jumlah 8 buah, pembakar spiritus, penjepit tabung reaksi dan pipet tetes. Sedangkan
bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah beberapa larutan dengan konsentrasi
masing-masing 0,1 M. larutan tersebut antara lain larutan HCl, larutan AgNO3, larutan
NH4OH, larutan Na2S2O3, larutan Kalium Kromat, larutan KI, larutan HgCl2, larutan
NaOH, larutan SnCl2, larutan CuSO4, larutan Kalium Ferrosianida, larutan KSCN, larutan
SnCl2 dan larutan KOH. Dalam percobaan ini praktikan hanya melakukan
analisis kation pada golongan I yaitu pada ion Ag+ dan pada golongan II pada ion Hg2+,
Cu2+, Sn2+, hal tersebut disebabkan karena keterbatasan reagen yang disediakan oleh
laboran.
Analisa kation, merupakan suatu bagian dari analisis ion yang dibagi menjadi
analisis kation dan anion, untuk tujuan analisis kualitatif sistematik kation. Kation di
klasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap reagensia.
Dengan memakai apa yang disebut reagensia golongan secara sistematik, dapat kita
tetapkan ada tidaknya golongan-golongan kation dan dapat juga memisahkan golongan-
golongan ini untuk pemeriksaan secara selektif.
Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum
adalah asam klorida, hidrogen sulfida, ammonium sulfida dan ammonium karbonat.
klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia
ini dengan membentuk endapan atau tidak. Jadi, klasifikasi kation yang paling umum di
dasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida dan karbonat dari kation tersebut.
Berikut merupakan pembahasan dari masing-masing analisis kation yang telah
praktikan, adalah sebagai berikut:
1. Analisis ion Ag+
Analisis ion Ag+ yang dilakukan praktikan meliputi 5 percobaan yang berbeda.
Percobaan pertama yang praktikan lakukan adalah dengan cara menuangkan 10 tetes
larutan HCl ke dalam 10 tetes larutan AgNO3. Kemudian membagi campuran tersebut
(endapan) menjadi dua bagian, kemudian menuangkan 10 tetes larutan NH4OH pada
bagian pertama dan 10 tetes larutan Na2S2O3 pada bagian kedua. Berdasarkan
percobaan tersebut praktikan mendapatkan hasil bahwa ketikan kedua reagen tersebut
direaksikan akan menghasilkan larutan berwarna putih keruh yang mengindikasikan
terdapat endapan, sebab larutan yang berubah warna menjdai keruh pasti akan
mengendap. Berikut merupakan reaksi yang terjadi:
AgNO3 (aq)+ HCl (aq) AgCl (s) + HNO3 (aq)
Berdasarkan literatur, reaksi antara asam klorida encer dengan larutan perak
nitrat akan membentuk endapan putih perak klorida (Svehla, 1990: 217). Warna putih
keruh yang timbul dari hasil percobaan merupakan perak klorida yang timbul akibat
reaksi antara perak nitrak dengan larutan asam klorida encer.
Hasil reaksi dari perak nitrat dan asam klorida encer yang berupa endapan
putih tersebut kemudian dibagi menjadi 2 bagian. Dimana bagian pertama akan
direaksikan dengan larutan NH4OH dan bagian kedua akan direaksikan dengan larutan
Na2S2O3.
Berdasarkan hasil percobaan, dapat dilihat bahwa ketika endapan putih
direaksikan dengan NH4OH maka larutan berwarna keruh dan terdapat endapan putih,
sedangkan pada pada bagian kedua ketika endapan putih direaksikan dengan larutan
Na2S2O3 maka akan terbentuk larutan berwarna putih kekuningan dengan sedikit
endapan. Berikut reaksi yang terjadi :
AgCl(s)+NH4OH(aq) ����(�
�3 )2 +���� + �

2�

2AgCl(s)+Na2S2O3(aq) ����2 ��2 �3 + 2�


����𝑙
Menurut Svehla (1990: 218) larutan ammonia encer akan melarutkan endapan
dan terbentuk ion kompleks diaminargentat, sedangkan natrium tiosulfat melarutkan
endapan dengan membentuk kompleks ditiosulfatoargentat
Percobaan kedua yang praktikan lakukan adalah dengan cara menuangkan 10 tetes
larutan Na2S2O3 ke dalam 10 tetes larutan AgNO3. Kemudian membagi campuran
tersebut (endapan) menjadi dua bagian, dan menuangkan 10 tetes larutan NH4OH pada
bagian pertama serta 10 tetes larutan Na2S2O3 pada bagian kedua. Berdasarkan
percobaan kedua tersebut, praktikan mendapatkan hasil bahwa ketika larutan Na2S2O3
ditambahkan ke dalam larutan AgNO3 akan menghasilkan larutan berwarna hitam
kecoklatan dengan endapan berwarna hitam. Berikut merupakan reaksi yang terjadi :
AgNO3(aq)+Na2S2O3(aq) ����2 ��2 �3 + �
���
�3

Setelah mendapatkan endapan dari melarutkan kedua reagen, praktikan


melakukan pembagian endapan tersebut. ketika endapan ditambah dengan larutan
NH4OH maka larutan tidak mengalami perubahan yaitu larutan berwarna kehitaman
keruh, terdapat endapan hitam, sedangkan ketika endapan ditambahkan dengan larutan
Na2S2O3 juga tidak terjadi perubahan, dimana Llarutan berwarna kehitaman keruh,
terdapat endapan hitam. Berikut merupakan reaksi yang terjadi:
2-
����2 ��2 �3 + NH4OH ����(�
�3 )2
+
+ S2O3 + H2O

Ag2S2O3 + Na2S2O3  2Na+ + [Ag2(S2O3)2] 2-


Percobaan yang ketiga adalah dengan menambahkan tetes demi tetes larutan
amonia ke dalam 10 tetes larutan AgNO3 sampai endapan yang terbentuk larut
kembali. Berdasarkan percobaan yang telah praktikan lakukan tersebut ketika larutan
amonia dimasukkan ke dalam larutan AgNO3 dengan volume yang sama larutan
berwarna putih keruh, terdapat endapan putih. Kemudian setelah penambahan
ammonia berlebih endapan larut kembali warna larutan menjadi bening. Berikut reaksi
yang terjadi :
�����
�3 +�
�4 �� → ����2 �+ �
�4�
�3

����2 �+ �
�4 �� → 2����(�
�3 )2
+
+��
�3+ �
� −

Endapan putih yang dihasilkan dari reaksi antara amonia dengan larutan
AgNO3 merupakan endapan perak oksida ����2 �. Kemudian ketika endapan
ditambahkan dengan larutan ammonia berlebih akan menjadi ion positif.
Percobaan keempat adalah dengan menuangkan 10 tetes larutan kalium kromat ke dalam
10 tetes larutan AgNO3. Kemudian membagi campuran tersebut (endapan) menjadi dua
bagian, selanjutnya menuangkan 10 tetes larutan amonia pada bagian pertama dan 10
tetes larutan asam nitrat pada bagian kedua. Berdasarkan hasil percobaan yang telah
praktikan lakukan ketika larutan kalium kromat ditambahkan ke dalam larutan AgNO3
akan membuentuk larutan berwarna kuning bening, terdapat endapan merah bata.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
�����
�3 +�
�2 �����
4 ����2 �����
4 + ���
�3

Setelah mendapatkan endapan dari reaksi kedua larutan tersebut, praktikan


membagi larutan dan menamgakan larutan yang berbeda. Pada bagian pertama,
praktikan menambahkan larutan NH4OH dan mendapatkan hasil bahwa larutan
berwarna putih kekuningan, terdapat endapan putih keruh, sedangkan pada bagian kedua
praktikan menambahkan larutan HNO3 ke dalam endapan, dan mendapatkan hasil
bahwa larutan berwarna kuning bening, terdapat endapan merah bata. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
����2 �����
4 + NH4OH (Ag(NH3 )2 )2CrO4 + 4 H2O

Ag2CrO4 + HNO3 Ag2NO3+H2CrO4


Berdasarkan literatur, larutan kalium kromat dalam larutan netral dengan
larutan perak nitrat akan membentuk endapan berwarna merah perak kromat. Hal
terseut sesuai dengan hasil percobaan praktikan, dimana terdapat endapan berwarna
merah bata, kemudian endapan direaksikan dengan larutan asam dan basa dimana
pada larutan asam endapan tetap berwarna merah bata.
Percobaan kelima yang praktikan lakukan adalah dengan menuangkan 10 tetes
larutan KI ke dalam 10 tetes larutan AgNO3, kemudian membagi campuran tersebut
(endapan) menjadi dua bagian, selanjutnya menuangkan 10 tetes larutan amonia pada
bagian pertama dan 10 tetes larutan Na2S2O3 pada bagian kedua. Berdasarkan hasil
percobaan yang telah praktikan lakukan ketika larutan �����
�3 direaksikan dengan

larutan 𝐾�, akan mendapatkan hasil larutan berwarna putih kekuningan, terdapat
endapan. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
�����
�3 + 𝐾���𝑔�+ �
���
3

Berdasarkan literatur, reaksi antara kalium iodida dengan perak nitrat


membentuk endapan kuning perak iodide. Sehingga pada percobaan yang praktikan
lakukan endapan yang dihasilkan tersebut merupakan perak iodide.
Kemudian setelah mendapatkan endapan tersebut, praktikan membagi dua endapan
dengan melakukan penambahan larutan yang berbeda. Pada bagian pertama
ditambahkan dengan larutan NH4OH akan menghasilkan larutan berwarna putih
kekuningan, terdapat endapan putih keruh, sedangkan pada bagian kedua dengan
penambahan larutan HNO3 mendapatkan hasil bahwa larutan berwarna putih
kekuningan, terdapat endapan putih. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
AgI + NH4OH  AgOH + NH4I
��𝑔�+ �
��2 ��2 �3 → Ag2S2O3 + NaI
Kation-kation golongan I adalah kation-kation yang akan mengendap bila
ditambahkan dengan asam klorida(HCl). Yaitu Ag⁺, Pb²⁺, dan Hg²⁺ yang akan
mengendap sebagai campuran AgCl, HgCl , dan PbCl. Pengendapan ion-ion golongan
I harus pada temperatur kamar atau lebih rendah karena PbCl terlalu mudah larut
dalam air panas. Juga harus dijaga agar asam klorida tidak terlalu banyak
ditambahkan. Dalam larutan HCl pekat, AgCl dan PbCl melarut, karena Ag⁺ dan Pb²⁺
membentuk kompleksi dapat larut. (Keenan,1984:20).
Kation golongan I memiliki cirri khas yaitu membentuk endapan dengan asam
klorida encer. Ion golongan ini adalah Pb, Ag, Hg. Dalam suasana asam, klorida dan
kation dari golongan lain larut. Penggunaan asam klorida berlebih untuk
pengendapkan kation golongan I memiliki dua keuntungan yaitu memperoleh endapan
klorida semaksimal mungkin dan menghindari terbenuknya endapan BIOCI dan SbOCI.
Kelebihan asam klorida yang terlalu banyak dapat menyebabkan AgCl dan PbCl 2 larut
kembali dalam bentuk kompleks sedangkan klorida raksa (I), Hg, Cl2 , tetap stabil.
Kation golongan I membentuk klorida, yang tidak larut. Namun timbal klorida
sedikit larut dalam air, dan karena itu timbal tidak pernah mengendap dengan
sempurna bila ditambahkan dengan HCl encer kepada suatu cuplikan ion timbal yang
tersisa itu, diendapkan secara kuantitatif dengan H2S dalam suasana asam bersama-
sama golongan II.(Petrucci,R.H.1992:58)
2. Analisis Ion Hg+
Analisis Ion Hg+ yang dilakukan oleh praktikan masih sama dengan analisis
sebelumnya. Dalam analisis ini, praktikan melakukan 6 percobaan. Percobaan pertama
yang praktikan lakukan adalah dengan menuangkan 10 tetes larutan amonia ke dalam
10 tetes larutan HgCl2. Kemudian membagi campuran tersebut (endapan) menjadi dua
bagian. Selanjutnya menuangkan 10 tetes larutan asam pada bagian pertama dan 10
tetes larutan NH4Cl pada bagian kedua. Berdasarkan hasil percobaan yang telah
praktikan lakukan, praktikan mendapatkan hasil bahwa reaksi antara larutan HgCl2
dengan larutan NH4OH menghasilkan larutan yang berwarna bening dan terdapat
endapan putih. Seperti reaksi berikut :
HgCl2 (aq)+ NH4OH (aq) Hg(OH)2 + NH4Cl
Setelah mendapatkan endapan dari reaksi kedua larutan tersebut, praktikan
membagi dua endapan tersebut dan menamhakan dengan larutan yang berbeda. Pada
bagian pertama praktikan menambahkan dengan larutan HCl, dan mendapatkan hasil
bahwa larutan putih keruh, terdapat endapan putih, sedangkan pada bagian kedua
praktikan menambahkan dengan larutan NH4Cl, dan mendapatkan hasil larutan putih,
terdapat endapan putih susu. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Hg(OH)2 + HCl  HgCl2 + H2O
Hg(OH)2 +NH4Cl) HgCl2 + NH4OH
Berdasarkan literatur, larutan ammonia apabila direaksikan dengan ion
merkurium akan membentuk endapan putih. Sesuai dengan percobaan yang telah
praktikan lakukan yaitu menghasilkan endapan warna putih.
Percobaan yang kedua ialah dengan menuangkan 10 tetes Na2CO3 ke dalam 10
tetes larutan HgCl2. Berdasarkan percobaan yang telah praktikan lakukan ketika
larutan Na2CO3 direaksikan dengan larutan HgCl2 mendapatkan hasil bahwa larutan
berwarna merah kecoklatan,dan terdapat endapan merah bata. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut:
HgCl2+ Na2CO3  HgCO3 + HCl
Percobaan ketiga yang praktikan lakukan adalah dengan menuangkan 10 tetes
NaOH ke dalam 10 tetes larutan HgCl2. Berdasarkan percobaan yang telah praktikan
lakukan ketika larutan NaOH direaksikan dengan larutan HgCl2 mendapatkan hasil
larutan berwarna kuning telur, terdapat endapan warna kuning telur. Reaksi sebagai
berikut :
HgCl2(aq)+2NaOH(aq)HgO(s)+2NaCl(aq)+H2O(l)
Berdasarkan literatur, natrium hidroksida bila ditambahkan dalam jumlah sedikit
akan membentuk endapan merah-kecoklatan dengan komposisi yang berbeda- beda, jika
ditambahkan dalam jumlah yang stoikiometris endapan akan berubah menjadi kuning
ketika terbentuk merkurium (II) oksida.
Percoban yang keempat adalah dengan menuangkan 10 tetes kalium kromat ke
dalam 10 tetes larutan HgCl2. Berdasarkan percobaan yang telah praktikan lakukan
ketika kalium kromat direaksikan dengan larutan HgCl2 mendapatkan hasil larutan
berwarna kuning, terdapat endapan oranye. Reaksi sebagai berikut :

HgCl2(aq)+K2CrO4(aq) Hg2CrO4(s)+ 2KCl

Percobaan kelima yang praktikan lakukan adalah dengan menuangkan 10 tetes


KI ke dalam 10 tetes larutan HgCl2 . Kemudian menambahkan larutan KI berlebihan.
Berdasarkan percobaan yang telah praktikan lakukan ketika larutan KI direaksikan
dengan larutan HgCl2 akan menghasilkan larutan berwarna oranye, dan terdapat
endapan. Kemudian setelah itu praktikan menambahkan larutan KKI secara berlebihan
hingga larutan menjadi bening. Reaksi adalah sebagai berikut:
HgCl2(aq)+2KI(aq) HgI2 + 2KCl

Berdasarkan literatur, Kalium iodide bila ditambahkan perlahan-lahan kepada


larutan yang mengandung ion merkurium akan menghasilkan endapan merah
merkurium (II) iodide, sedangkan jika jika ditambahkan kalium iodide secara berlebihan
akan menghasilkan ion tetraiodomerkurat (II) .
Percobaan keenam yang praktikan lakukan adalah dengan menuangkan 10
tetes SnCl2 ke dalam 10 tetes larutan HgCl2, kemudian menambahkan larutan SnCl2 ke
dalam larutan secara berlebihan. Berdasarkan percobaan yang telah praktikan lakukan
ketika larutan SnCl2 direaksikan dengan larutan HgCl2 mendapatkan hasil bahwa
larutan keruh, dan tidak terdapat endapan. Kemudian praktikan menambahkan larutan
SnCl2 secara berlebihan dan mndapatkan hasil bahwa larutan tetap keruh dan tidak
terdapat endapan. Reaksi adalah sebagai berikut:
HgCl2 (aq)+ SnCl2 (aq) Hg + SnCl4

Berdasarkan literatur, penambahan timah (II) klorida dalam jumlah sedang


akan membentuk endapan putih dan seperti sutera, merkurium (I) klorida. Jika dilakukan
penambahan timah (II) klorid berlebih maka akan menghasilkan endapan hitam
merkurium (Svehla, 1990: 224). Namun, hasil percobaan yang telah praktikan lakukan
tidak mendapatkan hasil berupa endapan dari reaksi kedua larutan, hal tersebut
dapat terjadi karena kemungkinan larutan yang dipakai telah terlalu lama.
3. Analisis ion Cu2+
Analisis ion Cu2+ pada percobaan ini praktikan melakukan empat percobaan
yang berbeda. Percobaan pertama yang praktikan lakukan adalah dengan menuangkan
10 tetes larutan NaOH ke dalam 10 tetes larutan CuSO4. Kemudian setelah mendapatkan
hasilnya, praktikan melakukan pemanasan pada endapan yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah praktikan lakukan ketikan larutan NaOH
direaksikan dengan larutan CuSO4 mendapatkan hasil bahwa larutan berwarna biru, dan
terdapat endapan warna biru. Kemudian endapan warna biru tersebut dipanaskan
menggunakan pembakar spritus beberapa saat, dan endapan warna biru berubah menjadi
coklat kehitaman dan larutan berwarna bening. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut:
CuSO4 (aq)+ 2NaOH (aq) Cu(OH)2 + Na2SO4

Berdasarkan literatur, natrium hidroksida dalam larutan dingin akan


membentuk endapan biru tembaga (II) hidroksida. Endapan tak larut dalam reagensia
berlebihan. Bila dipanaskan, endapan akan diubah menjadi tembaga (II) oksida hitam
oleh dehidratasi:
Cu(OH)2 → CuO+ H2O
(Svehla, 1990:231)
Percobaan kedua yang praktikan lakukan ialah dengan menuangkan 10 tetes
larutan Na2CO3 ke dalam 10 tetes larutan CuSO4. Kemudian membagi campuran
tersebut (endapan) menjadi dua bagian. Selanjutnya menuangkan 10 tetes larutan asam
mineral (HCl) pada bagian pertama dan 10 tetes larutan amonia pada bagian kedua.
Berdasarkan percobaan yang telah praktikan lakukan ketika larutan Na2CO3 direaksikn
dengan larutan CuSO4 mendapatkan hasil larutan berwarna biru dan terdapat endapan.
Reaksi sebagai berikut:
CuSO4 + Na2CO3  CuCO3 + Na2SO4
Kemudian endapan berwarna biru tersebut dibagi dua dan direaksikan dengan
larutan yang berbeda. Pada bagian pertama endapan direaksikan dengan larutan asam
yaitu HCl dan mendapatkan hasil bahwa larutan berwarna keruh putih kebiruan,
sedangkan pada bagian kedua endapan direaaksikan dengan larutan NH4OH dan
mendapatkan hasil bahwa larutan berwarna biru tua. Reaksi sebagai berikut:
CuCO3 + HCl  CuCl2 + HCO3
CuCO3 + NH4OH  [CuNH3] + + HCO3 + OH-
Percobaan ketiga yang praktikan lakukan adalah dengan menambahkan tetes
demi tetes larutan amonia ke dalam 10 tetes larutan CuSO4 sampai berlebihan hingga
terjadi endapan yang permanen berdasarkan percobaan yang telah praktikan lakukan
ketika larutan ammonia direaksikan dengan larutan CuSO4 mendapatkan hasil larutan
berwarna kebiruan, dan terdapat endapan putih. Kemudian praktikan menamhakan
larutan ammonia secara berlenihan dan mnedapatkan hasil bahwa endapan larut menjadi
biru bening. Reaksi adalah sebagai berikut:
CuSO4 + NH4OH Cu(OH)2 + NH3SO4
Berdasarkan literature, larutan ammonia bila ditambahkan dalam jumlah
sedikit akan membentuk endapan biru suatu garam basa (tembaga sulfat basa).
Percobaan keempat yang praktikan lakukan adalah dengan menuangkan 10
tetes KSCN ke dalam 10 tetes larutan CuSO4. Berdasarkan percobaan yang telah
praktikan lakukan ketikan larutan KSCN direaksikan dengan larutan CuSO4
mendapatkan hasil bahwa larutan berwarna hijau bening, dan tidak terdapat endapan.
Reaksi sebagai berikut:
CuSO4(aq)+KSCN(aq) Cu(SCN)2 + K2SO4

Berdasarkan literatur, kalium tiosianat dengan ion tembaga (II) akan membentuk
endapan hitam tembaga (II) tiosianat, Cu(SCN)2. Endapan terurai perlahan-lahan,
membentuk tembaga (I) tiosianat putih dan terbentuk tiosianogen yang terurai cepat
dalam larutan air.
4. Analisis ion Sn2+
Analisis ion Sn2+ yang praktikan lakukan ialah dengan dua percobaan. Percobaan
pertama yang praktikan lakukan ialah dengan menuangkan 10 tetes larutan HgCl2 ke
dalam 10 tetes larutan SnCl2. Kemudian menambahkan kembali 10 tetes larutan
SnCl2. Berdasarkan percobaan yang telah praktikan lakukan ketika larutan HgCl2
direaksikan dengan larutan SnCl2 mendapatkan hasil larutan berwarna putih keruh, dan
tidak terdapat endapan. Setelah ditetesi 10 tetes larutan SnCl2 lagi larutan tetap tidak
terjadi perubahan. Reaksi adalah sebagai berikut:
SnCl2 (aq)+ HgCl2 (aq) Hg(Cl2)2 + Sn2+

Berdasarkan literatur, larutan merkurium (II) klorida akan membentuk endapan


putih merkurium (I) klorida terbentuk jika sejumlah besar reagensia ditambahkan
degan cepat. Tetapi jika ion timah (II) terdapat berlebihan, endapan berubah menjadi
abu-abu, terutama dengan pemanasan, karena tereduksi lebih lanjut menjadi logam
merkurium. Namun, pada percobaan yang praktikan lakukan tidak muncul endapan
merkurium (I) walaupun ditambah larutan secara berlebihan tetap tidak timbul
endapan. Hal tersebut dapat dikarenakan larutan yang praktikan pakai sudah lama.
Percobaan kedua yang praktikan lakukan adalah dengan menuangkan 10 tetes
larutan KOH ke dalam 10 tetes larutan SnCl2. Kemudian menambahkan kembali 10
tetes larutan KOH berlebihan. Berdasarkan percobaan yang telah praktikan lakukan
ketika larutan KOH direaksikan dengan larutan SnCl2 mendapatkan hasil bahwa
larutan berwarna putih keruh. Kemudian setelah ditambahkan KOH berlebih larutan
menjadi keruh ada endapan namun lama kelamaan larutan menjadi bening kembali.
Reaksi sebagai berikut :
SnCl2(aq)+2KOH(aq) Sn(OH)2 (s) + K2Cl2
Berdasarkan literatur, larutan natrium hidroksida akan dengan larutan tembaga
(II) sulfat akan membentuk endapan putih timah (II) hidroksida, yang larut dalam
alkali berlebihan. Dengan larutan ammonia, diendapkan timah (II) hidroksida putihm]
yang tak larut dalam ammonia berlebihan.
Kation golongan II bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan
dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion golongan ini adalah Hg,
Bi, Cu, cd, As, Sb, Sn. Kation golongan II dibagi dalam dua sub-golongan yaitu sub
golongan tembaga dan sub golongan arsenik. Dasar dari pembagian ini adalah kelarutan
endapan sulfida dalam ammonium polisulfida. Sementara sulfida dari sub
golongan tembaga tidak larut dalam regensia ini, sulfida dari sub grup arsenik melarut
dengan membentuk garam tio. Golongtan II sering disebut juga sebagai asam hidrogen
sulfida atau glongan tembaga timah. Klorida, nitrat, dan sulfat sangat mudah larut dalam
air. Sedangkan sulfida, hidroksida dan karbonatnya tak larut.
Reaksi kation untuk golongan II adalah hidrogen sulfida yang hasilnya adalah
endapan-endapan berbagaoi warna. Kation-kation golongan II dibagi atas dua sub
golongan, yaitu sub golongan tembaga dan arsinik. Sub golongan temabaga terdiri dari
hydrargium (II), plumbum (II), bismut (III), cuprum (III), dan subgolongan arsenik
meliputi, arsen (V), arsen (III), stiblum (III), starnum (II), dan stannum (IV)
(Petrucci,R.H.1992:60). Keempat ion yang pertama merupakan sub golongan 2A dan
keenam yang terakhir sub golongan 2B. Sementara sulfida dari kation dalam golongan
2A tak dapat larut dalam amonium polisulfida. Sulfida dari kation dalam golongan 2B
justru dapat larut. Kation golongan III tidak bereaksi dengan asam klorida encer
ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun, kation
ini membentuk endapan dengan amonium sulfida dalam suasana netral atau amoniak.
Kation-kation golongan ini adalah Cobalt (II), Nikel (II), Besi (II), Besi (III),
Aluminium, Zink, dan Mangan (II). Kation golongan IV tidak bereaksi dengan reagensia
golongan I, II, dan III. Kation-kation ini membentuk endapan dengan amonium karbonat
dengan adanya amonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Kationkation
golongan ini adalah Kalsium, Strontium, dan Barium. Kation- kation golongan V
merupakan kation-kation yang umum tidak bereaksi dengan reagensia golongan
sebulumnya. Yang termasuk anggota golongan ini adalah ion-ion Magnesium, Natrium,
Kalium, Amonium, Litium, dan Hidrogen. (Vogel,1985:203-
204)

H. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah praktikan lakukan dapat diambil kesimpulan
yaitu :
1. Analisis kation golongan I yaitu Ag+ dapat diidentifikasi menggunakan larutan
AgNO3 dengan penambahan larutan HCl, Na2S2O3, NH4OH, ��2 �����
4 , dan KI.

2. Analisis kation golongan II yaitu Hg2+ dapat diidentifikasi menggunakan larutan


HgCl2 dengan penambahan larutan NH4OH, Na2CO3, NaOH, K 2 CrO4 , KI, dan
SnCl2.
3. Analisis kation golongan II yaitu Cu2+ dapat diidentifikasi menggunakan larutan
CuSO4 dengan penambahan larutan NaOH, Na2CO3, NH4OH, dan KSCN.
4. Analisi kation golongan II yaitu Sn2+ dapat diidentifikasi menggunakan larutan
SnCl2 dengan penambahan larutan KOH dan HgCl2

I. Daftar Pustaka
Chang Raymond. 2005. Kimia Dasar Edisi Ketiga Konsep-Konsep Inti Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.

Cokrosarjiwanto. 1997. Kimia Analitik Kualitatif I. Yogyakarta : UNY Press.

Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : PT Gramedia.

Keenan, dkk. 1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.

Maryati, dkk. 2015. Diktat Petunjuk Praktikum Analisis Senyawa Kimia. Yogyakarta:
FMIPA UNY
Masterlon, W.L. 1990. Analisa Kualitatif. Di akses dari http ://www.Chemistry.co.id.Pdf.
Petrucci, Ralph H. 1992. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta: Erlangga.
Svehla, G. 1990. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
Edisi Kelima Bagian I. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka
Vogel. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro Edisi
Kelima . Jakarta: PT. Kalman Pusaka.

J. Jawaban Pertanyaan
1. Cara mengetahui bahwa dalam larutan mengandung ion Ag+ adalah dengan
mengidentifikasi larutan menggunakan penambahan larutan HCl, Na2S2O3, NH4OH,
��2 �����
4 , dan KI. Pada penambahan larutan HCl encer akan membentuk endapan

berwarna putih, endapan putih tersebut adalah endapan perak dan timbel.
2. Ion Cu (II) dapat membentuk kompleks dengan berbagai ligan.
Kompleks Cu (II) yang terjadi dengan ligan Cl- yaitu : Cu2+ + Cl- → CuCl2
Kompleks Cu (II) yang terjadi dengan CN- yaitu : Cu2+ + CN- → Cu(CN2)
Kompleks Cu (II) yang terjadi dengan SCN- yaitu : Cu2+ + SCN- → Cu(SCN)2
3. Perbedaan ion Sn (II) dan Sn (IV) adalah timah dalam bentuk senyawaannya
memiliki tingkat oksidasi +2 dan +4, tingkat oksidasi +4 lebih stabil dari pada +2.
Cara mengubah ion Sn(II) menjadi Sn(IV) dan sebaliknya adalah Timah (II) dapat
diubah menjadi timah (IV) dengan cara dioksidasi karena timah (II) merupakan
pereduksi yang kuat. Timah (IV) dapat diubah menjadi timah (II) dengan cara direduksi.
4. Apabila logam Pb, Ag, Cu, dan Zn direaksikan dengan HCl, maka akan membentuk
endapan putih.
5. Apabila anion klorida ditambahkan dalam larutan yang masing-masing mengandung
kation Ag+, maka akan terbentuk endapan putih.
6. Jika anion hidroksida ditambahkan dalam larutan yang mengandung kation Ag+ akan
membentuk endapan coklat AgO, jika dengan Hg+ akan membentuk endapan hitam
Hg2O, dan jika dengan Pb+ akan membentuk endapan putih Pb(OH)2.
7. Jika gas hydrogen sulfide dialirkan dalam larutan yang masing-masing mengandung
ion Hg2+, Bi3+, Cu2+, AsO43-, Sb3+, dan Sn2+ akan membentuk endapan hitam bismuth
sulfida Bi2S2, pada ion Cu2+ akan membentuk hitam tembaga (II) sulfida CuS, pada
ion AsO43- akan membentuk endapan kuning arsenik (III) sulfida As2S3 , pada ion
Sb3+ akan membentuk endapan merah-jingga stibium pentasulfida Sb2S5, dan pada
ion Sn2+ akan membentuk endapan coklat timah (II) sulfida SnCl2.
8. Perbedaan antara ion Hg+ dan ion Hg2+ adalah apabila ion Hg+ bereaksi dengan gas
H2S akan membentuk endapan putih, sedangkan apabila ion Hg2+ bereaksi dengan gas
H2S akan membentuk endapan hitam
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai