Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN II

PENENTUAN PERTUMBUHAN BIOMASSA (MLSS) PADA TANAH

OLEH :
Nama : M Ridho Ramadhan
NIM : 1808511026

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
I. LANDASAN TEORI
Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama terdiri dari
air yang telah dipergunakan dengan hampir 0,1% dari padanya berupa benda-benda padat
yang terdiri dari zat organik(Mahida,1984). Secara umum bahan pencemar limbah cair dapat
dikelompokkan dalam 8 jenis utama yaitu: (Kusnoputranoto,1993)
a. Limbah yang memerlukan oksigen
b. Agen agen penyebab penyakit
c. Bahan kimia anorganik dan mineral
d. Bahan kimia organik
e. Unsur nutrisi tumbuh-tumbuhan terutama nitrat dan fosfat
f. Sedimen atau endapan
g. Bahan radioaktif
h. Panas
karakteristik limbah cair diketahui dari berbagai parameter kualitas limbah cair tersebut
seperti :
a. Total Zat Padat (total solid)
Kandungan total zat padat dalam limbah cair didefinisikan sebagai seluruh bahan
yang tertinggal dari penguapan pada suhu 103°C sampai 105°C, sedangkan zat padat
yang menguap pada suhu tersebut tidak dinyatakan sebagai zat padat. Total zat padat
menurut ukurannya dapat dikelompokkan atas suspended Solid dan filterable solid.
Termasuk dalam suspended Solid adalah bila padatan dapat ditahan dengan diameter
minimum 1 mikron (14) Bagian dari suspended solid yang mengendap dalam mhoff cone
disebut settleabel solid yang merupakan taksiran volume lumpur yang dapat dihilangkan
melalui proses sedimentasi (Tarigan, 2003).
Volatil suspended Solid adalah jumlah padatan yang menguap dari total suspended
solid yang telah dipanaskan. Pengamatan VSS dapat digunakan untuk memperkirakan
jumlah sel bakteri yang tumbuh dan berkembang dalam sistem pengolahan limbah.
Sumber bakteri dapat diambil dari sedimen sungai atau lumpur selokan yang banyak
mengandung mikroorganisme (Sugiharto,1967).
Senyawa volatil adalah senyawa-senyawa kimia organik yang mempunyai molekul
yang kecil dan dapat destilasi dengan mudah dalam tekanan atmosfer. Pertumbuhan
Mikroorganisme dapat dilihat dengan menggunakan parameter volatil suspended solid
(VSS) atau materi volatil tersuspensi sebagai pendekatannya. Jika dalam suatu sistem
memiliki VSS yang rendah maka bisa disimpulkan bahwa mikroorganisme tersebut tidak
tumbuh dengan baik akibat kondisi lingkungan yang tidak optimal. (Tarigan,2003)
Tujuan dari proses aerasi adalah mengontakkan semaksimal mungkin permukaan
cairan dengan udara, agar atmosfer sesuatu zat atau komponen dari satu medium ke
medium lain berlangsung lebih efisien. Maka yang terpenting adalah terjadinya
turbulensi antara cairan dan udara. Untuk memperolehnya maka terdapat beberapa
prinsip dasar alat aerasi, yaitu:
1. Aerator air terjun
Sistem aerator air terjun yang umumnya digunakan adalah aerator spray, aerator
cascode, dan aerator multiple – tray.
2. Sistem aerator difusi udara
Pada sistem aerator difusi udara, udara dimasukkan ke dalam cairan yang akan di
air ASI dalam bentuk gelembung-gelembung yang naik melalui cairan tersebut.
Ukuran gelembung bervariasi dari yang besar hingga yang halus, tergantung pada alat
aerasi.
3. Aerator mekanik
Aerator mekanik dihasilkan dengan cara memecah permukaan air limbah secara
mekanik. Dengan timbulnya interface cairan udara yang besar, maka terjadi
perpindahan oksigen dari atmosfer ke dalam air (Mahida, 1994).
Adapun konsep perhitungan penentuan nilai VSS (volatile suspended solid) ditentukan
dengan rumus sebagai berikut:
( X−Y )
VSS (mg/L) ¿ x 1000.000
Volume Sampel (ml)
Keterangan :
VSS : volatile suspended solid
X : Berat pellet sel mikroorganisme dalam oven pada suhu 105°C
Y : Berat Pellet sel yang sudah di aerasi dan sudah diatur dengan suhu 600°C
(Tarigan,2003)

II. PROSEDUR PENENTUAN


2.1. Alat dan Bahan
A. Alat
- Oven - Jaring - Selang aerator
- Cawan porselen - Aerator - Gelas ukur
- Gelas Beaker - Tanur - Batang pengaduk
- Neraca analitik - Penjepit
- Desikator - Pipet tetes
B. Bahan
- Aquades - Sampel Tanah - Media Nutrisi
2.2. Cara Kerja
A. Persiapan Pertumbuhan Mikroorganisme
Sampel tanah di timbang pada neraca analitik sebanyak 3 gr lalu dimasukkan ke gelas
beker kemudian ditambahkan 200ml media nutrisi setelah itu aerator dipasangkan dan
ditutup dengan jarring kemudian diaerosi selama 24jam.
B. Analisis Volatil Suspended Solid
Disiapkan ± 6 Cawan Porselin lalu dimasukkan kedalam oven selama 30 menit
kemudian didinginkan pada desikator selama 10 menit lalu cawan porselin di timbang
pada neraca analitik dan di catat hasilnya setelah itu Dipipet memakai pipet volume
sebanyak 10ml campuran sampel lalu campuran sampel dimasukkan dalam cawn
porselin yang sudah ditimbang kemudian cawan porselin di oven selama kurang lebih 4
jam dengan suhu 105ºC setelah itu di timbang cawan porselin yang sudah di oven 4 jam
(x gram) kemudian cawan porselin ditanur dengan suhu 600ºC dengan furnace selama 2
jam lalu cawan porselin yang telah di tanur ditimbang lalu catat hasilnya (y gram).
Analisis VSS dilakukan sebanyak 3 kali dengan cara yang sama dalam kurun waktu
tertentu.

III. PEMBAHASAN HASIL


3.1. Data Pengaamatan
A. Persiapan pertumbuhan mikroorganisme
No
. Perlakuan Pengamatan
1. Disiapkan gelas piala ukuran 1000 ml -Larutan bening
kemudian diisi dengan 500 ml media nutrisi -Sedimen berwarna coklat gelap,
dan ditambahkan 3 gram tanah subur media yang awalnya bening
menjadi keruh
2. Selang aerator dimasukkan ke dalam -Muncul gelembung – gelembung
campuran diatas dan di aerasi selama 24 jam udara dalam gelas piala
3. Diamati perubahan yang terjadi dan lakukan -Larutan keruh
analisis volatile suspended solid (VSS)
B. Penentuan volatile Suspended Solid (VSS)
No
Perlakuan Pengamatan
.
1. Diambil 10 ml sampel, Dimasukkan ke -Larutan berwarna putih keruh
dalam cawan kemudian di oven 3 jam -Berat setelah dioven (X gram) I =
dengan suhu 105°C 21,41 gram, II = 14,12 gram, III =
15,40 gram
2. Sebanyak 10 ml sampel yang sudah di oven, -Seluruh larutan menguap
kemudian di tanur selama 2 jam dengan -Berat setelah dioven (Y gram) I =
suhu 600°C 12,15 gram, II = 11,03 gram, 11 =
11,31 gram
3.2. Hasil Pengamatan
Berat Berat
Data cawan X (g) Y (g) Data cawan X (g) Y (g)
kosong (g) kosong (g)
I : 12,49 20,89 12,49 I : 12,51 24,30 12,53
1A II : 26,16 29,44 26,16 1B II : 12,50 13,63 12,50
III: 12,49 14,14 12,50 III: 14,12 18,02 14,13
I : 14,15 22,72 14,15 I : 11,96 20,94 11,97
2A II : 10,91 14,60 10,97 2B II : 11,30 11,41 11,30
III: 25,12 30,10 25,12 III: 11,49 11,93 11,50
I : 10,95 19,88 10,97 I : 12,12 20,48 12,13
3A II : 14,02 15,04 11,03 3B II : 12,19 15,75 12,15
III: 26,19 30,95 26,19 III: 11,97 16,15 12,00
I : 26,12 33,39 26,19 I : 11,02 19,18 11,02
4A II : 12,51 15,82 12,52 4B II : 11,50 11,97 11,51
III: 12,52 17,65 12,53 III: 10,97 13,85 10,98
I : 25,09 34,11 25,09 I : 11,02 20,01 11,03
5A II : 11,03 12,40 11,03 5B II : 25,10 28,81 25,11
III: 11,00 14,09 11,09 III: 11,02 14,26 11,03
I : 11,50 20,64 11,50 I : 12,41 21,41 12,15
6A II : 11,50 15,79 11,50 6B II : 11,97 14,12 11,03
III: 12,14 17,14 12,15 III: 13,85 15,40 11,31
3.3. Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas tentang pengamatan volatil suspended solid (VSS)
adalah jumlah padatan yang menguap dari volatil suspended solid yang telah dipanaskan.
Pengamatan volatil suspended solid (VSS) dapat digunakan untuk memperkirakan
jumlah sel bakteri yang tumbuh dan berkembang dalam sistem pengolahan limbah.
Sumber bakteri dapat diambil dari sedimen sungai atau lumpur selokan yang banyak
mengandung mikroorganisme.
Sampel diambil dari berbagai tempat, dimana Data A merupakan sampel yang berisi
tanah tercemar sedangkan Data B merupakan sampel yang mengandung tanah subur.
Sampel masing-masing diambil 3 gram kemudian dimasukkan ke dalam gelas beker
yang Kemudian ditambahkan media nutrisi. Tujuan ditambahkannya media nutrisi
tersebut adalah sebagai media (sumber makanan) bagi mikroorganisme selama proses
aerasi , sehingga mikroba dapat tumbuh dengan berkembang dengan baik. Kemudian
campuran tersebut dikocok hingga konstan lalu didiamkan selama 24jam sambil diaerasi.
Tujuan diaerasi adalah untuk untuk mengkontraksikan semaksimal mungkin permukaan
cairan dengan udara, agar transfer suatu zat atau komponen dari satu media ke media lain
berlangsung lebih efisien, sehingga pertumbuhan bakteri (mikroba) dapat lebih optimal.
prinsip kerja dari aerator adalah untuk menambahkan oksigen terlarut di dalam air dan
memperbesar permukaan kontak antara air dan udara. Sehingga dapat mengoptimalkan
pertumbuhan mikroba pada sampel. Setelah itu diambil 10 ml larutan lalu dimasukkan
kedalam cawan yang sudah ditimbang terlebih dahulu, kemudian dioven selama 3 jam
dengan suhu 105°C. Setelah selesai di oven kemudian didinginkan dalam desikator lalu
ditimbang berat cawan sebanyak X (berat X). Selama aerasi berlangsung gelas beker
ditutup dengan jaring yang bertujuan agar tidak terjadi kontaminan dan sebagai tempat
sirkulasi oksigen selama proses aerasi. Setelah dioven, kemudian di tanur selama 2 jam.
Setelah ditanur kemudian didinginkan dalam desikator, lalu ditimbang kembali.
Percobaan pengukuran ini dilakukan 3 kali dengan selang waktu 2 hari. Untuk
pengukuran dari penimbangan cawan setelah dioven (berat X) didapatkan berat
pengukuran 1, pengukuran 2 dan pengukuran 3 secara berturut-turut adalah 21,41 gram,
14,12 gram dan dan 15,40 gram. Sedangkan pengukuran dan penimbangan cawan setelah
ditanur (berat Y) didapatkan berat pengukuran untuk Data 6B dari pengukuran 1,
pengukuran 2, pengukuran 3 secara berturut-turut 12,15 gram 11,03 gram dan 11, 31
gram
Dari nilai berat X dan berat Y yang didapat maka dihitung besar VSS, nilai VSS yang
didapat dari Data 6B pengukuran 1, pengukuran 2 dan pengukuran 3 secara berturut-turut
adalah 9,26 x 105 mg/l ; 3,09 x 105 mg/l dan 3,73 x 105 mg/l. Dari hasil yang didapat
maka dapat disimpulkan pada hasil pertama nilai VSS tinggi kemudian di hari keempat
menurun dan kemudian naik di hari ketujuh dibanding dengan Data lain nilai VSS dari
Data tanah subur di hari pengukuran 1 yang paling tinggi adalah data 6B di pengukuran 2
yang paling tinggi adalah data 3B dan di pengukuran 3 yang paling tinggi adalah data 3B
dengan besar VSS yaitu secara berturut-turut 9,26 x 10 5 mg/l ; 3,57 x 105 10 mg/l dan
4,15 x 105 mg/l. Nilai vSS pada tanah tercemar pada pengukuran 1 yang paling tinggi
adalah Data 4A yaitu 9,24 x 105 dan pada pengukuran 2 yang tertinggi yaitu pada Data
6A yaitu 4,29 x 105 dan pengukuran 3 yang paling tinggi pada Data 4A yaitu 5,12 x 10 5.
Semakin tinggi nilai VSS menandakan air tersebut tidak tercemar dan banyak
mengandung mikroorganisme namun sebaliknya semakin kecil nilai VSS maka
menandakan bahwa air tersebut sudah tercemar oleh senyawa senyawa kimia sehingga
tidak ada mikroorganisme yang dapat tumbuh di tanah tersebut.
Dari grafik yang didapatkan yaitu grafik nilai VSS terhadap waktu maka dapat
disimpulkan semakin lama aerasi maka nilai VSS yang didapat semakin kecil namun
pada saat tertentu terjadi kenaikan pada nilai VSS.

IV. KESIMPULAN
1. Pengamatan VSS digunakan untuk mengetahui banyaknya mikroba/organisme yang
berkembang dalam sampel.
2. Prinsip dari aerator adalah untuk menambahkan oksigen terlarut di dalam air dan
memperbesar permukaan kontak antara air dan udara. Sedangkan tujuan aerasi adalah
agar pertumbuhan mikroorganisme dalam media nutrisi bisa optimal.
3. Analisis VSS dilakukan dengan cara aerasi selama 24 jam, kemudian di oven selama 3
jam dan ditandur selama 2 jam.
4. Hasil VSS yang diperoleh dari kelompok secara berturut-turut yaitu 9,26 x 105 mg/l ;
3,09 x 105 mg/l dan 3,73 x 105 mg/l.
5. Semakin tinggi nilai VSS maka tanah tersebut tidak tercemar dan mengandung
banyak mikroorganisme, namun sebaliknya apabila VSS kecil maka air tersebut
dikatakan tercemar karena tidak dapat tidak terdapat mikroorganisme.
DAFTAR PUSTAKA

Alaerts dan Sri Sumestri, 1984, Metode Penelitian Air, Usaha Nasional, Surabaya.
Kusnoputranoto, 1993, Kesehatan Lingkungan, FKM UI, Jakarta.
Mahida, U. N., 1984, Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri, Rajawali, Jakarta.
Sugiharto, 1967, Pengetahuan Air Libah, UI Prss, Jakarta.
Tangan, M., 2003, Total Suspended Solid, Erlangga, Jakarta.
LAMPIRAN
I. Perhitungan
Data 6B
Diketahui : X1 = 21,41 g Y1 = 12,15 g
X2 = 14,12 g Y2 = 11,03 g
X3 = 15,46 g Y3 = 11,31 g
Volume Sampel = 10 ml
Ditanya : kadar VSS (mg/L)
Jawab :
Kadar VSS untuk sampel tanah subur
( X−Y )
MLVSS (mg/L) ¿ x 1000.000
Volume Sampel
(21,41 g−12,15 g)
¿ x 1000.000
10 ml
9,26 g
¿ x 1000.000
10 ml
¿ 9,26 x 10 5 mg/ L
Dengan Cara yang Sama Diperoleh :
Data A MLVSS Data B MLVSS
(Tanah Tercemar) (mg/L) (Tanah Subur) (mg/L)
8,4 x 106 8,77 x 10 5
1A 3,28 x 106 1B 1,33 x 105
1,64 x 10 5 3,89 x 105
8,57 x 10 5 8,97 x 10 5
2A 3,63 x 105 2B 1,1 x 105
4,98 x 105 4,3 x 105
8,91 x 105 8,35 x 105
3A 4,01 x 10 5 3B 3,57 x 105
4,76 x 105 4,15 x 105
9,24 x 105 8,16 x 10 5
4A 3,3 x 105 4B 4,6 x 105
5,12 x 105 2,87 x 10 5
9,02 x 105 8,98 x 105
5A 1,43 x 105 5B 3,7 x 105
3 x 105 3,23 x 105
9,14 x 105 9,26 x 10 5
6A 4,29 x 105 6B 3,09 x 105
4,99 x 105 3,73 x 105
II. Diagram Nilai VSS

Nilai VSS
10 9.26
9
MLVSS ( x10^5 mg/L)

8
7
6
5
3.73
4
3.09
3
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8

Waktu (hari)

Anda mungkin juga menyukai