Oleh :
NIM :1808511026
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
TEKNIK PEMURNIAN PROTEIN METODE SDS-PAGE
I. Tujuan
1. Menentukan nilai Rf dan Berat Molekul (BM) dari sampel
2. Mengetahui fungsi penambahan akrilamid dan UGB pada percobaan
3. Mengetahui fungsi penambahan Amonium Persulfat (APS) pada percobaan
4. Mengetahui larutan yang digunakan pada pewarnaan pita protein
5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pada percobaan SDS-PAGE
6. Mengetahui prinsip dari elektroforesis
II. Dasar Teori
VI 35
VII 25
VI. Pembahasan
Pada percobaan Elektroforesis SDS hal yang pertama kali dilakukan yaitu preparasi
sampel dan bahan. Sampel yang digunakan yaitu enzim pepsin. Sampel pepsin masing-
masing ditimbang dengan timbangan analitik sebanyak 0,005 gr, 0,0075 gr, 0,01 gr, 0,0125
gr, dan 0,015 gr. Kemudian masing-masing sampel dibungkus dengan kertas alumunium
foil. Proses selanjutnya yaitu pembuatan separating gel (gel pemisah). Namun sebelum
pembuatan separating gel dilakukan preparasi bahan-bahan penyusunnya seperti APS.
Untuk APS (Amonium persulfat) ditimbang sebanyak 0,1 gram. APS digunakan sebagai
inisiator yang dapat mengaktifkan akrilamid agar bereaksi dengan gel poliakrilamid lain
membentuk rantai polimer yang panjang.
Separating gel yang akan dibuat berfungsi untuk memisahkan atau menseparasi
protein berdasarkan berat molekulnya. Pertama dimasukkan aquades 1700 µL, 30%
Akrilamid 200 µL, dan LGB 1300 µL ke dalam beaker glass. Penambahan akrilamid
berfungsi untuk menentukan pori-pori gel pada proses pemisahan gel sedang LGB sebagai
buffer. Setelah itu dimasukkan 10% APS 40 µL dan TEMED 35 µL secara bersamaan
dengan mikropipet supaya terjadi polimerisasi secara sempurna. Setelah itu diaduk supaya
homogen.
Sebelum separating gel dimasukkan ke dalam cetakan, terlebih dahulu kaca loading
dibersihkan dengan cara dibilas menggunakan aquades sampai bersih kemudian di lap
searah menggunakan tisu,hal ini bertujuan agar kaca tidak tergores sehingga mempengarui
proses analisis yang dilakukan. Setelah itu kaca loading dipasang pada alat elektroforesis,
separating gel yang telah dibuat dimasukkan kedalam cetakan dengan menggunakan
mikropipet sampai pada batas yang ditentukan yakni sekitar ¾ bagian dan ¼ bagian
sisanya digunakan untuk stacking gel. Setelah itu gel dibiarkan terpolimerisasi dalam suhu
ruang selama 15 menit. Kemudian dituangkan sedikit aquades untuk membuat permukaan
separating gel datar/gel yang dibentuk tidak bergerigi yang dapat menyebabkan adanya
sekat diantara separating gel dengan stacking gel yang dapat mengganggu proses
pemisahan molekul. Aquades yang ditambahkan kemudian diserap dengan menggunakan
tisu agar tidak mempengaruhi gel yang terbentuk.
Selanjutnya dibuat stacking gel (gel pengumpul). Cara pembuatan stacking gel hampir
sama dengan pembuatan separating gel, yang membedakan yaitu banyaknya atau jumlah
yang ditambahkan. Selain itu pada stacking gel digunakan UGP (Upper gel buffer) sebagai
buffer pada gel. Langkah pembuatanya yaitu pertama dimasukkan aquades 1475 µL, 30%
Akrilamid 400 µL, dan UGB 625 µL ke dalam beaker glass. Penambahan akrilamid
berfungsi untuk menentukan pori-pori gel pada proses pemisahan gel sedangkan UGB
sebagai buffer. Setelah itu dimasukkan 10% APS 20 µL dan TEMED 4 µL secara
bersamaan dengan mikropipet supaya terjadi polimerisasi secara sempurna. Setelah itu
diaduk supaya homogen.
Stacking gel dimasukkan keatas gel pemisah dan disisipkan gigi sisir yang berfungsi
untuk mencetak sumuran yang akan digunakan sebagai tempat meneteskan sampel. Gigi
sisir dibiarkan sampai gel terpolimerisasi pada suhu ruang selama 15 menit. Setelah
terbentuk sumuran selanjutnya gigi sisir diambil dari gel. Gel yang telah terbentuk
kemudian dipindahkan ke dalam tank elektroforesis dan siapkan digunakan untuk proses
selanjutnya.
Sementara itu, sampel pepsin yang masing-masing telah ditimbang sebanyak 0,005
gr, 0,0075 gr, 0,01 gr, 0,0125 gr, dan 0,015 gr yang dibungkus alumunium foil masing-
masing dimasukkan ke dalam tabung eppendorf lalu ditambahkan masing-masing sampel
buffer sebanyak 0,5 µL yang didalamnya mengandung SDS yang akan memberikan
muatan negatif pada sampel yang dianalisis serta β-mercaptoetanol yang dapat mereduksi
ikatan disulfida pada protein. Kemudian sampel dipanaskan diatas kompor listrik sehingga
sampel dapat terdenaturasi sempurna pada suhu 90˚C selama 5 menit. Selanjutnya sampel
diangkat dan didinginkan untuk selanjutnya dilakukan proses analisis. Sampel yang telah
tersedia kemudian dimasukkan ke dalam sumuran sebanyak 0,01 µL. Kemudian alat
elektrolisis dipasang dan dimasukkan buffer tank ke dalam tank elektrolisis sampai pada
batas sumuran. Buffer ini digunakan sebagai penghantar listrik yang akan membantu
memisahkan sampel saat alat dinyalakan.
Pada proses pewarnaan, gel yang telah dielektroforesis dipindahkan dari tank kedalam
wadah plastik. Pewarnaan (staining) pita protein dilakukan dengan jalan merendam gel
hasil elektroforesis (setelah dilepas dari rangkaian plat) dalam larutan Coomasie brilliant
blue (CBB) lalu gel yang terdapat dalam wadah plastik dishaker selama 15 menit,
penggoyangan perlu dilakukan untuk megoptimalkan reaksi staining yang dilakukan oleh
CBB. kemudian dilakukan destaining untuk menghilangkan kelebihan warna dengan jalan
merendam gel dalam larutan destaining (aquabides, metanol, asam asetat glasial dan
Coomasie brilliant blue) dan dishaker selama 10 menit. Selain itu, perendaman dengan
larutan destaining bertujuan untuk menghilangkan CBB yang tersisa dan memperjelas
band protein yang terbentuk serta untuk menghilangkan CBB yang tidak berada pada band
protein. Setelah itu dilakukan pencucian lagi dengan aquades serta dimasukkan potongan
kertas saring untuk menyerap warna yang akan dibilas hingga gel menjadi jernih dengan
pita terpisah jelas satu sama lainnya. Pembilasan berfungsi untuk menghilangkan sisa
larutan destaining dan menghentikan pewarnaan yang dilakukan oleh larutan destaining.
Kemudian dilakukan penghitungan Rf (Retention factor) pada sampel yang telah terpisah
yang kemudian digunakan untuk mencari berat molekul dari sampel.
Dari hasil percobaan elektroforesis yang dilakukan pada sampel enzim pepsin
didapatkan pita-pita dimana dari pita yang terbentuk dihitung panjang atau RF (Retention
Factor) yang akhirnya didapatkan BM sampel. Pada percobaan tersebut digunakan marker
yaitu protein yang mengandung beberapa komponen enzim. Sementara itu sumuran/well
yang terbentuk ada 10 dimana pada sumuran pertama diisi dengan protein marker. Sampel
enzim pepsin yang diinjeksikan ada 5 dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Pepsin
dengan konsentrasi 0,005 µL dimasukkan ke sumuran no.2, pepsin dengan konsentrasi
0,0075 µL dimasukkan ke sumuran no.8, pepsin dengan konsentrasi 0,01 µL dimasukkan
ke sumuran no.9, pepsin dengan konsentrasi 0,0125 µL dimasukkan ke sumuran no.10,
dan pepsin dengan konsentrasi 0,015 µL dimasukkan ke sumuran no.3. pada sumuran
4,5,6, dan & 7 tidak digunakan karena ada gelembung-gelembung.
Setelah dilakukan running, pita yang terbentuk selama percobaan yaitu ada 5. Pada
marker I dengan BM 225 KDa, panjang pita yaitu 2,3 cm, log BM 2,352, dan RF 0,479.
Pada marker II dengan BM 150 KDa, panjang pita yaitu 2,6 cm, log BM 2,176, dan RF
0,542. Pada marker III dengan BM 100 KDa, panjang pita yaitu 2,9 cm, log BM 2, dan RF
0,604. Pada marker IV dengan BM 75 KDa, panjang pita yaitu 3,5 cm, log BM 1,875, dan
RF 0,729. Pada marker V dengan BM 50 KDa, panjang pita yaitu 4,1 cm, log BM 1,698,
dan RF 0,854. Pada marker VI dan VII tidak terbentuk pita sehingga tidak dapat diketahui
nilai RF. Dari hasil percobaan didapatkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sampel maka
pita yang terbentuk akan semakin tebal. RF yang didapatkan merupakan retention factor
yaitu faktor retensi atau hambatan yang berarti pemisahan protein pada gel. Prinsipnya
yaitu penghambatan terhadap laju migrasi dari protein‐protein tersebut sehingga
pemisahan karena perbedaan berat molekul mengakibatkan terbentuknya pita‐pita pada
jarak migrasi yang berbeda satu sama lain dan jarak tersebut di konversi menjadi nilai RF.
Dari marker I-V menunjukkan bahwa semakin besar nilai RF maka akan berbanding
terbalik dengan berat molekul yang semakin kecil.
Dari hasil percobaan didapatkan panjang pita sampel 3,2 cm dengan panjang
separating gel 4,8 cm. Sehingga dari data tersebut didapatkan nilai Rf sampel l sebesar
0,667. Dari RF dan log BM selanjutnya dibuat kurva sehingga didapatkan persamaan y =
-1,6552x + 3,0822 dimana x = RF sampel dan y = log BM. Dari persamaan tersebut
didapatkan y atau log BM yang kemudian dicari BM sampel dengan antilog y sehingga
didapatkan BM sampel sebesar 95,060 KDa.
Apabila diperhatikan posisi pita dari sampel dan pita-pita dari marker pada gel, akan
terlihat bahwa pita sampel membentuk garis lurus dengan marker. Hal ini menunjukkan
bahwa sampel tersebut memiliki berat molekul yang sama karena sampel yang digunakan
sama, yaitu enzim pepsin. Molekul dengan berat yang sama akan bergerak menempuh
jarak yang sama sehingga membentuk garis lurus (Suranto, 2006).
Pita-pita bisa terbentuk atau nampak disebabkan karena adanya sejumlah partikel
sampel yang tersangkut pada titik-titik tertentu dalam gel akibat adanya muatan listrik pada
sampel yang bergerak menuju katoda. Partikel yang memiliki berat molekul sama akan
terakumulasi di titik yang sama, sehingga membentuk beberapa pita dengan panjang
berbeda yang terpisah berdasarkan berat molekulnya (Hames, 2004).
Dari hasil percobaan, sampel membentuk garis lurus. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa sampel-sampel tersebut memiliki berat molekul yang sama karena sampel yang
digunakan sama, yaitu enzim pepsin. Molekul dengan berat yang sama akan bergerak
menempuh jarak yang sama sehingga membentuk garis lurus (Bollag, 2009).
Sebenarnya Elektroforesis protein dan enzim itu hampir sama prinsipnya. Namun
yang membedakan antara elektroforesis enzim dan protein yaitu pada Elektroforesis
protein mengandung beberapa jenis asam amino yang memiliki berat molekul yang
berbeda-beda yang akan terpisah ketika proses running pada gel poliakrilamid. Sedangkan
pada elektroforesis enzim hanya memiliki satu komponen spesifik yang tidak bisa dipisah
lagi (Alberts, 2009).
Berat molekul yang didapatkan dari percobaan dengan literatur berbeda jauh dimana
pada hasil percobaan dengan BM 95,060 KDa. Sedangkan menurut Fatchiyah (2011),
berat molekul enzim pepsin yaitu 34,5 KDa. BM tersebut sangat berbeda yang disebabkan
oleh beberapa faktor. Selain itu sampel metode elektroforesis yang digunakan adalah
enzim sedangkan metode elektroforesis yang digunakan adalah elektroforesis protein.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada percobaan Elektroforesis kali ini yaitu ukuran
dan bentuk molekul, konsentrasi gel, pH, suhu, dan voltage.
VII. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil dengan panjang
pita sampel 3,2 cm dan panjang separating gel 4,8 cm dimana RF yang didapatkan
yaitu 0,667. BM dari enzim pepsin yaitu 95,060 KDa.
2. Penambahan akrilamid berfungsi untuk menentukan pori-pori gel pada proses
pemisahan gel sedangkan UGB sebagai buffer.
3. Amonium Persulfat (APS) digunakan sebagai inisiator yang dapat mengaktifkan
akrilamid agar bereaksi dengan gel poliakrilamid lain membentuk rantai polimer yang
panjang.
4. Pewarnaan (staining) pita protein dilakukan dengan jalan merendam gel hasil
elektroforesis (setelah dilepas dari rangkaian plat) dalam larutan Coomasie brilliant
blue (CBB).
5. Faktor-faktor yang berpengaruh pada percobaan Elektroforesis kali ini yaitu ukuran
dan bentuk molekul, konsentrasi gel, pH, suhu, dan voltage dimana faktor-faktor
tersebut akan berpengaruh terhadap pergerakan protein selama elektroforesis.
6. Prinsip dari elektroforesis yaitu memisahkan protein berdasarkan berat molekul
dengan menggunakan matriks penyangga akrilamid. Protein terseparasi dalam medan
listrik dilanjutkan dengan pewarnaan, penghilangan warna dan pembilasan gel.
Pembacaan berat molekul dapat dilakukan dengan melihat pita yang terbentuk oleh
marker
DAFTAR PUSTAKA
Alberts B, Johnson A., Lewis J, Raff M, Roberts K, Walter P. 2009. Molecular Biology of
The Cell, 4th Edition. Garland Scince. USA
Azira, T., Amin. I., and Che Man, Y. B., 2012. Differentiation of bovine and porcine gelatins
in processed products via Sodium Dodecyl Sulphate-Polyacrylamide Gel
Electrophoresis (SDS-PAGE) and principal component analysis (PCA) techniques.
International Food Research Journal 19 (3): 1175-1180.
Bollag, D.M. and Edelstein, S.J. 2009. Protein Methods. A John Wiley and Sons Inc. New
York
Fatchiyah, A., dkk. 2011. Biologi Molekuler: Prinsip Dasar Analisis. Penerbit Erlangga.
Jakarta
Hames, B.D & Rickwood. 2004. A Practical Approach: Gel elektrophoresis protein. Robert E
Krieger Publishing Company. Huntington
Hemes, B.D.1998. Gel Electrophoresis of proteins. Oxford university press. New York
Hermanto. S., sumarlin. L. O., Fatimah.W., 2013. Differentiation of Bovine and Porcine
Gelatin Based on Spectroscopic and Electrophoretic Analysis. Journal food
pharmaceutical sciences. 68-73.
Wang, I.C.. 1979. Fermentation and Enzymes Technology. New York: John Wiley and Sons
Westermeier, 2004. Electrophoresis in Practice: A Guide to Theory and Practice. John Wiley
& Sons inc. New-Jersey
Wilson K, Walker J. 2000. Principles and Techniques of Practical Biochemistry Fifth Edition.
Cambridge University Press. United Kingdom
Wu, Y., S. Kaveti, et al. (2006). Extensive deuterium back-exchange in certain immobilized
pepsin columns used for H/D exchange mass spectrometry. Anal Chem 78: 1719-23.
LAMPIRAN
I. Perhitungan
Panjang separating gel = 4,8 cm
Panjang pita sampel = 3,2 cm
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑖𝑡𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 3,2
RF(sampel)= 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑝𝑎𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑔𝑒𝑙 = = 0,667
4,8
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑖𝑡𝑎 𝐼 2,3
RF(1)= 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑝𝑎𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑔𝑒𝑙 = = 0,479
4,8
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑖𝑡𝑎 𝐼𝐼 2,6
RF(II)= 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑝𝑎𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑔𝑒𝑙 = = 0,542
4,8
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑖𝑡𝑎 𝐼𝐼𝐼 2,9
RF(III)= 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑝𝑎𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑔𝑒𝑙 = = 0,604
4,8
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑖𝑡𝑎 𝐼𝑉 3,5
RF(1V)= 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑝𝑎𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑔𝑒𝑙 = = 0,729
4,8
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑖𝑡𝑎 𝑉 4,1
RF(V)= = = 0,854
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑝𝑎𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑔𝑒𝑙 4,8
Kurva log BM
Kurva log BM
2,5
2 y = -1,6552x + 3,0822
R² = 0,9551
Log BM
1,5
1 Log BM
Linear (Log BM)
0,5
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
RF
RF(sampel) = x
y = -1,6552x + 3,0822
y = -1,6552(0,677) + 3,00822 y = -1,104 + 3,0822
y = 1,978
y = log BM
BM = anti log y
BM = anti log 1,97788
BM = 95,060 KDa
II. Jawaban Pertanyaan
1. Jelaskan reaksi pembentukan polimer poliakrilamid dan sebutkan fungsi bis-
akrilamid, TEMED, amonium persulfat dan merkaptoetanol.
Jawab:
Gel poliakrilamida adalah gel yang secara kimia terbentuk dari polimerisasi akrilamid
yang berikatan secara cross-link dengan N,N'-methylenebisacryl-amide. Reaksinya
adalah polimerisasi radikal bebas dengan bantuan ammonium persulfat (APS) sebagai
inisiator dan N,N,N',N'-tetramethylenediamine (TEMED) sebagai katalis. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut.
Karena gel poliakrilamid dapat memisahkan DNA dengan resolusi tinggi dan hasilnya
sangat murni, maka sangat baik digunakan untuk analisa molekuler lanjut. Para
peneliti mencoba menemukan suatu formula atau komposisi gel akrilamid untuk
memperoleh kualitas yang baik dan uji efisiensi lainnya, antara lain penambahan
polietilen glikol, gliserol, variasi konsentrasi akrilamid, dan suhu elektroforesis
a. Bis-akrilamida, berfungsi sebagai cross‐linking agent yang membentuk kisi‐kisi
bersama polimer akrilamida. Kisi‐kisi tersebut berfungsi sebagai saringan
molekul protein. Perbandingan antara akrilamida dengan bis akrilamida dapat
diatur sesuai dengan berat molekul protein yang dipisahkan . Semakin rendah
berat molekul protein yang dipisahkan, maka semakin tinggi konsentrasi
akrilamida yang digunakan agar kisi‐kisi yang terbentuk semakin rapat Amonium
Persulfat (APS) digunakan sebagai inisiator yang dapat mengaktifkan akrilamid
agar bereaksi dengan gel poliakrilamid lain membentuk rantai polimer yang
panjang.
b. TEMED (N,N,N’,N’ tetrametilendiamin), berfungsi sebagai katalisator reaksi
polimerisasi akrilamid menjadi gel poliakrilamid sehingga dapat digunakan
dalam pemisahan protein.
c. Amonium persulfat (APS), berfungsi sebagai inisiator yang mengaktifkan
akrilamida agar bereaksi dengan molekul akrilamida yang lainnya membentuk
rantai polimer yang panjang.
d. Merkaptoetanol berfungsi untuk memutus ikatan disulfida yang ditemukan antara
kompleks protein, yang membantu mengubah sifat protein lebih lanjut.