Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN II

DEBU JATUHAN DAN AIR HUJAN

OLEH :
Nama : M Ridho Ramadhan
NIM : 1808511026

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
DEBU JATUHAN DAN AIR HUJAN

I. TUJUAN
1. Mengetahui tujuan penentuan analisis debu jatuhan
2. Mengetahui tujuan penentuan analisis air hujan
3. Mengetahui laju debu jatuhan pada tempat sampling debu jatuhan
4. Mengetahui kadar partikulat debu pada tempat sampling debu jatuhan
5. Mengidentifikasi ion-ion yang terkandung dalam air hujan
II. LANDASAN TEORI
Air yang jatuh dari langit sampai tanah disebut hujan, tetapi apabila jatuhan nya tidak
dapat mencapai tanah karena menguap lagi maka jatuhan tersebut uirga. Untuk dapat menjadi
hujan diperlukan titik-titik kondensasi, amoniak, debu, dan asam belerang. Titik-titik
kondensasi ini merupakan sifat dapat mengambil uap dari udara. Satuan hujan selalu
dinyatakan dalam satuan milimeter atau inchi namun untuk di Indonesia satuan yang umum
digunakan adalah satuan milimeter (mm). Hujan adalah bagian dari ekosistem tetapi di
Indonesia seringkali disamakan dengan pengertian prespirasi karena hujan saljunya dapat
diabaikan. Prespirasi merupakan air endapan atau jatuhan di permukaan bumi yang terjadi
karena proses hujan yang menghasilkan curah hujan baik yang berukuran kurang-kurang dari
0,5 mm maupun lebih besar dari 0,5 mm atau proses salju yang menghasilkan curah salju.
(Arya, 2004)
Polutan utama perkuat keasamaan air hujan adalah SO4, NO, NO2, dan CO2. Ada dua
senyawa yang mempengaruhi keasamaan air hujan yaitu sulfat dan nitrat sebagai asam.
Secara alami hujan asam dapat terjadi akibat semburan dari gunung api dan dari proses
biologis di tanah. Akan tetapi mayoritas hujan asam disebabkan oleh aktivitas manusia
seperti industri, pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor dan pabrik pengolahan
pertanian. Gas-gas yang dihasilkan oleh proses ini dapat terbawa angin hingga ratusan
kilometer di atmosfer sebelum berubah menjadi hujan asam terdeposit ke tanah. (Rompas,
1998)
Hujan secara alami bersifat asam (pH sekitar dibawah 6) karena CO 2 di udara yang
larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai atom lemah titik sejenis asam dalam hujan ini
sangat bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh
tumbuhan dan binatang. Namun seiring berjalannya waktu dengan banyak industri yang
berdiri terjadi penurunan PH air hujan banyak mengandung zat/senyawa yang dapat
mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan. (fardiaz, 1992)
Pencemaran udara ya itu masuknya atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke
dalam atmosfer bumi yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan
pada kesehatan manusia secara umum serta menurunnya kualitas lingkungan. partikulat debu
melayang (suspended particular materil (SPM) adalah campuran yang rumit dari berbagai
senyawa organik dan anorganik yang tersebar di udara dengan di atmosfer yang yang sangat
kecil. mulai dari kurang dari 1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron. Partikulat debu
adalah butiran kecil zat padat dan tetes-tetes air. Partikulat ini banyak terdapat dalam lapisan
atmosfer dan merupakan bahan pencemar udara yang berbahaya. Sejumlah partikel yang
umum ditemukan diatmosfer adalah aerosol. (Mulia, 2005)
Partikulat debu dapat dihasilkan dari debu tanah kering yang membawa terbawa oleh
angin atau berasal dari muntahan gunung berapi. Pembakaran yang tidak sempurna dan bahan
bakar yang mengandung senyawa karbon akan bercampur dengan gas organik. partikulat
debu melayang (SPM) juga dihasilkan dari pembakaran batubara yang tidak sempurna
sehingga terbentuk aerosol kompleks dari karbon. (Braid,1995)
Dibandingkan dengan pembakaran batubara, pembakaran minyak dan gas umumnya
menghasilkan SPM lebih sedikit. Kepadatan kendaraan bermotor dapat menambah asap
hitam pada total emisi partikulat debu titik demikian juga pembakaran sampah domestik dan
Sampah komersial merupakan sumber SPM yang penting. Berbagai proses industri seperti
proses penggilingan dan penyemprotan dalam dapat menyebabkan Abu terbang di udara
seperti halnya jika dihasilkan oleh emisi kendaraan bermotor. Menurut Departemen
Kesehatan RI (2003) debu ialah partikel-partikel kecil yang dihasilkan oleh proses mekanis.
Jadi pada dasarnya pengertian Debu adalah partikel yang berukuran kecil sebagai dari proses
alami maupun mekanik. Kehadiran satu atau lebih substansi titik kimia atau biologi di
atmosfer dalam jumlah yang banyak yang dapat menyebabkan kesehatan makhluk hidup,
mengganggu estetika, dan kenyamanan atau merusak properti merupakan kan kan kan yang
mendorong dari pencemaran udara. (Chandra, 2006)
Adapun konsep perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut:
¿
a. Laju debbu jatuhan (g/m3 minggu-1) ¿ Massa Debu ¿ tal Luas Penampang /waktu( minggu)

A−B
b. Berat Padatan Tersuspnsi (mg/kg debu) ¿ x 1.000.000
Massa DebuTotal
A−B
c. Berat Padatan Terlarut (mg/kg debu) ¿ x 1.000.000
Massa DebuTotal
Keterangan : A = Massa Erlenmeyer x ( Kertas Saring + sampel)
B = Massa Erlenmeyer / Kertas Saring Kosong
Massa debu Total = Massa Bottol + corong + Sampel
III. PROSEDUR PENENTUAN
2.1. Alat dan Bahan
A. Alat
- Botol gelas 2 - Neraca analitik - Desikator
- Corong 2 - Oven - Penjepit
- Gelas beaker - Pipet tetes - Erlenmeyer
- Gelas ukur - Tabung reaksi - Kaca arloji
B. Bahan
- Sampel air hujan - Na2S - Aquadest
- Sampel debu jatuhan - Kertas Saring - Larutan BaCl2
- Larutan AgNO3 - Kertas pH
2.2. Cara Kerja
A. Pemeriksaan Debu Jatuhan secara Kuantitatif

Botol gelas dan corong Disiapkan, dibersihkan kemudian dikeringkan


dalam oven pada suhu 105oC, Setelah kering dimasukkan ke dalam
desikator dan ditimbang sampai berat konstan. Catat hasil
penimbangan.
Kedua alat ini disusun
seperti tampak pada Gambar
di samping

Rangkaian alat penampung ini diletakkan pada ketinggian sekitar 1,5 meter pada tempat
terbuka tetapi tidak terkena air hujan saat turun hujan. Biarkan selama 4 minggu,
kemudian timbang kembali botol yang telah berisi sampel debu jatuhan.

Keringkan selembar kertas saring, erlenmeyer atau gelas piala dan ditimbang sampai
berat konstan. Tuangkan akuades secukupnya ke dalam botol dan digoyang-goyang agar
semua partikel debu yang tertampung dapat terbawa oleh akuades.
Akuades yang berisi dengan partikel debu disaring dengan kertas saring yang sudah
diketahui berat konstannya dan filtratnya ditampung dalam erlenmeyer atau gelas piala
(diketahui berat konstannya). Keringkan kertas saring dan Erlenmeyer atau gelas piala
dalam oven dengan suhu 105oC sampai berat konstan.

Tentukan berat padatan terlarut dan


B. Analisis Air Hujan
IV. Rangkaian peralatan sama seperti percobaan A (debu jatuhan). Rangkaian alat ini
diletakkan pada ketinggian 1,5 meter dari permukaan tanah dan di tempat terbuka (agar
pada saat turun hujan dapat menampung air hujan). Biarkan selama 4 minggu. Catat
kapan dan berapa lama hujan turun.

Setelah selesai waktu sampling dan air hujan tertampung dilakukan pengujian
keasaman air (pH) menggunakan pH meter

Untuk menentukan kandungan ion-ion diambil tabung reaksi dan dimasukkan ±1 mL


sampel air hujan kemudian ditambahkan dengan 2 tetes larutan AgNO3, bila timbul
endapan berwarna putih berarti sampel tersebut mengandung ion klor.

Tabung reaksi yang lain dimasukkan dengan ±1 mL sampel air hujan kemudian
ditambahkan dengan 2 tetes larutan BaCl2, bila timbul endapan warna putih berarti
sampel mengandung ion sulfat.

Ke dalam tabung reaksi lainya yang sudah diisi dengan ±1 mL sampel air hujan
kemudian ditambahkan dengan 2 tetes larutan Na2S, bila terjadi endapan hitam berarti
sampel tersebut mengandung timbal (Pb).

PEMBAHASAN HASIL
3.1. Data Pengaamatan
A. Debu Jatuh
No Tempat Sampling A B C D E F
Titik A 132,3 133,6 54,98 55,02
1. 0,49 0,50
6 2
Titik B 139,5 139,5 57,17 27,26
2. 0,48 0,49
0 7
Titik C 139,7 141,2 58,68 58,81
3. 0,48 0,49
5 3
Titik D 139,7 139,8 56,44 56,54
4. 0,48 0,51
8 0
Titik E 139,0 139,0 61,99 62,02
5. 0,48 0,51
0 1
Titik F 138,3 139,1 51,75 51,82
6. 0,49 0,50
9 8
A = Botol kosong + Corong (g)
B = Berat botol + Corong + Sampel (g)
C = Berat kertas saring (g)
D = Berat kertas saring + Sampel (oven) (g)
E = Berat erlenmeyer kosong (g)
F = Berat erlenmeyer + Sampel (oven) (g)
3.2. Air Hujan
No
Tempat Sampling pH Cl SO4 Pb
.
1. Titik A Netral - - -
2. Titik B Netral - - -
3. Titik C Netral - - -
4. Titik D Netral - - -
5. Titik E Netral - - -
6. Titik F Netral - - -
3.3. Perhitungan
Massa Debu Tot=( Massa botol+debu+ Corong )− ( Massa botol+Corong )
¿ 139,18 gram−138,39 gram ¿ 0,79 gram
Massa DebuTotal
Laju Debu Jatuhan=
( 0,2125 )2
3,14 . minggu
4
0,79 gram gram
¿ 456,403
( 0,2125 ) 2

3,14 . minggu 4 minggu
4
A−B
B erat Padatan Terlarut= X 1.000 .00 0
Massa Debu Total

( 0,50−0,49 ) gram mg
¿ X 1.000 .000 =12.658,228 Debu
0,79 gram kg
A−B
Berat Padatan Tersuspensi= x 1.000.000
Massa DebuTotal
(51,82−51,75 ) gram mg
¿ X 1.000 .000=88687,595 Debu
0,79 gram kg
3.4. Pembahasan
Pada praktikum menentukan laju debu jatuhan, berat padatan tersuspensi dan berat
padatan terlarut serta mengidentifikasi adanya ion-ion pada air hujan pada beberapa titik
yang sudah ditentukan untuk menentukan laju debu jatuhan dengan waktu selama 5
minggu dan untuk sampel air hujan diambil di beberapa titik tertentu untuk
mengidentifikasi adanya ion Cl, Pb, SO4 dan nilai pH-nya.
Pada percobaan pertama yaitu debu jatuhan, sampel yang diperoleh terlebih dahulu
dibalas dengan aquades agar seluruh debu yang berada di dalam corong dan botol larut.
botol dan corong yang sebelumnya sudah ditimbang berat kosongnya media pengamatan
sampel debu diletakkan pada ketinggian 1,5 m pada tempat terbuka namun tidak terkena
hujan. Ketinggian tersebut berkaitan dengan konsentrasi debu, dimana pada umumnya
semakin tinggi ketinggian sampling maka konsentrasi debu makin berkurang.
Selanjutnya debu yang ada pada kertas saring dikeringkan ke dalam oven. Begitu juga
dengan debu yang terlarut di dalam Erlenmeyer. setelah diperoleh debu dari pengeringan
maka diperoleh total debu yang selanjutnya dilakukan laju debu jatuhan di tempat
sampling yang berbeda-beda pada sampling Titik A, Titik B, Titik C, Titik D, Titik E,
Titik F diperoleh nilai laju debu jatuhan secara berturut-turut adalah 129,3955; 36,348;
793,491; 11,127; 5, 266; 456,403 g/m2 minggu-1. Maka dapat dikatakan semakin berat
massa debu jatuhan maka semakin banyak polutan yang terdapat di daerah tersebut
sehingga kemungkinan tempat tersebut mulai tercemar. Hal ini dapat dipengaruhi oleh
sumber-sumber debu yang berada di sekitar tempat camping berasal dari udara, tanah,
aktivitas manusia yang tertiup angin sehingga laju debu jatuhan sangat dipengaruhi oleh
keadaan lingkungan sekitar, dimana semakin padat dan banyaknya aktivitas pada suatu
lingkungan tertentu maka menyebabkan laju debunya akan semakin tinggi begitu pula
sebaliknya.
Kemudian pengukuran pada Debu di udara bertujuan untuk mengetahui banyaknya
kadar debu pada suatu lingkungan tertentu. pengukuran kadar partikulat debu dengan
mengukur berat padatan terlarut dan berat padatan tersuspensi. Hal ini perlu dilakukan
karena untuk membuat kebijakan yang tepat untuk menciptakan lingkungan yang sehat.
Maka untuk mengetahui kualitas suatu udara ambien dapat dilakukan pemantauan
kualitas lingkungan udara dengan pengambilan sampel partikulat debu di titik yang
berbeda berdasarkan hasil perhitungan didapatkan berat padatan tersuspensi pada tempat
sempling. Titik A, Titik B, Titik C, Titik D, Titik E, Titik F secara berturut-turut yaitu
31746,0317; 1285714,286; 87837,838; 5000,0000; 3000,0000; 88607,595 mg/kg Debu.
dan pula dilakukan perhitungan pada berat padatan tersuspensi sebesar 7936,5079;
142857,143; 6756,575; 1500,000; 3000,0000; 12658,228 mg/kg debu
Pada percobaan ke-2 yaitu analisis air hujan dengan tempat sampling dilakukan di
Titik A selama 4 minggu pada analisis air hujan dilakukan pengukuran pH air hujan dan
uji kandungan ion-ion Cl, SO4, dan Pb2+ pada air hujan. Pengukuran pH air hujan
dilakukan menggunakan indikator alami yaitu bunga kembang sepatu, diperoleh hasil
bahwa air hujan pada tempat sampling yang berada yaitu di Titik A, B, C, D, E, dan F
memiliki nilai pH netral atau pH 7. Karena tidak terjadi perubahan warna ketika air
sampel ditambahkan ekstrak bunga kembang sepatu. PH air merupakan parameter yang
penting karena dapat mengetahui kemampuan air untuk membentuk kerak (suasana basa)
atau menyebabkan korosi (asam) sehingga dapat dikatakan bahwa air hujan yang turun di
keenam titik sampel tidak berbahaya bagi lingkungan karena pH-nya Netral.
Pada uji kandungan ion-ion Cl-, SO42-, dan Pb2+ pada air hujan an pertama penentuan
ion klor pada sampel ditambah larutan AgNO3 pada penentuan ion sulfat dengan
menambahkan BaCl2 jika sampel terbentuk endapan putih maka positif mengandung
sulfat pada penentuan timbal (Pb) sampel ditambah Na2S apabila terjadi endapan hitam
maka positif mengandung Pb namun pada ke-6 titik sampel air hujan ini menunjukkan
hasil negatif dengan reaksi sebagai berikut:
𝐶𝑙− + 𝐴𝑔𝑁𝑂3 ↛ 𝐴𝑔𝐶𝑙 ↓ (𝑃𝑢𝑡𝑖ℎ) + 𝑁𝑂3 −
( 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑎𝑑𝑎 𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑡𝑖ℎ)
𝑆𝑂42− + 𝐵𝑎𝐶𝑙2 ↛ 𝐵𝑎𝑆𝑂4 ↓ (𝑃𝑢𝑡𝑖ℎ) + 2𝐶𝑙− ( 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑎𝑑𝑎 𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑡𝑖ℎ)
𝑃𝑏2+ + 𝑁𝑎2𝑆 ↛ 𝑃𝑏 𝑆 ↓ (𝐻𝑖𝑡𝑎𝑚) + 2𝑁𝑎+ ( 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑎𝑑𝑎 𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑛 ℎ𝑖𝑡𝑎𝑚)

V. SIMPULAN
1. Penentuan analisis debu jatuhan bertujuan untuk pemantauan kualitas lingkungan udara
ambien pada suatu lingkungan tertentu.
2. Analisis air hujan bertujuan untuk uji kualitatif adanya ion-ion penyebab hujan asam
seperti ion sulfat, klor, dan timbal (Pb).
3. Laju debu jatuhan pada ke 6 titik sampling yang berbeda-beda yaitu Titik A, Titik B, Titik
C, Titik D, Titik E, Titik F diperoleh nilai laju debu jatuhan secara berturut-turut adalah
129,3955; 36,348; 793,491; 11,127; 5, 266; 456,403 g/m2 minggu-1.
4. Kadar partikulat debu tersuspensi pada ke 6 tempat sempling yaitu Titik A, Titik B, Titik
C, Titik D, Titik E, Titik F secara berturut-turut yaitu 31746,0317; 1285714,286;
87837,838; 5000,0000; 3000,0000; 88607,595 mg/kg Debu. dan pula dilakukan
perhitungan pada berat padatan tersuspensi sebesar 7936,5079; 142857,143; 6756,575;
1500,000; 3000,0000; 12658,228 mg/kg debu.
5. penentuan air hujan yang mengandung ion-ion seperti Pb, SO 42-, dan Pb2+ pada ada ke 6
titik sampling menunjukkan hasil negatif menandakan tidak ada kandungan ion-ion
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Asya, W. W. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi, Yogyakarta.


Baird, C. 1995. Enviromental Chemistry. W. H. Freeman and Company. New York.
Chandra, G. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit buku kedokteran EGC.
Jakarta.
Fardizar, S. 1992. Polussi Udara dan Air. Kanisius. Yogyakarta.
Muira, R. M. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Graha Ilmu. Jakarta.
Rempos, R. M. 1998. Kimia Lingkungan I. Tarsito, Bandung.
LAMPIRAN
I. PERTANYAAN DAN JAWABAN
1) Ion Ion apa saja yang menyebabkan air hujan asam ?
Jawab :
Ion sulfat , Nitrat alumunium , Klorida
2) Berapa pH air Hujan yang tidak tercemar ? Mengapa?
Jawab :
pH air hujan yang tidak tercemar atau normal yaitu 5,6 dan bersifat asam. Halini karea
karbon dioksida ( CO 2 ) di udara yang kuat dengan air hujan memiliki bentuk sebagai
asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini bermanfaat karena membantu melarutkan mineral
dalam tanah yang dibutuhkan leh tumbuhan dan binatang.
3) Darimana sumber ion-ion Cl−¿¿, SO2−¿
4
¿
, dan Pb2+¿ ¿ ?
Jawab:
 Ion Cl−¿¿ ( Klorida ) sebagian besar diperoleh dari hasil penguapan air, larut atau dari
angin yang membawa klorida dengan kadar tinggi. Selain itu juga berasal dari aktivitas
industry kimia yang mengandung klorida.
 Ion SO2−¿
4
¿
berasal dari hadirnya padatan atau aktivitas biologis alam, Dimana senyawa

pembentuk sulfat di atmosfer diantaranya SO, SO 2, dan SO3. Proses pembentukannya

dipengaruhi oleh hadirnya polutan lain seperti gas O2, NO ,dan NO 2yang berperan
dalam reaksi reduksi oksidasi.
 Ion Pb2+¿ ¿ berasal dari pembakaran hutan, Penggunaan kendaraan bermotor yang
berbahan bakar seperti premium, pertalite dan pertamax serta solar hingga hasil dari
pembakaran tidak sempurna tersebut menghasilkan ion Pb2+¿ ¿
A. Analisis Debu Jatuhan
No PROSEDUR PENGAMATAN
1 Ambil botol gelas dan corong, dibersihkan kemudian dikeringkan Berat Botol + Corong =
dalam oven pada suhu 105oC Setelah kering dimasukkan ke
138,39r
dalam desikator dan ditimbang sampai berat konstan

2 Letakkan rangkaian alat penampung ini pada ketinggian sekitar Berat botol + Corong +
1,5 meter pada tempat terbuka tetapi tidak terkena air hujan saat
Sampel = 139,18gr
turun hujan. Biarkan selama 4 minggu, kemudian timbang
kembali botol yang telah berisi sampel debu jatuhan. Nyatakan
berat debu yang terkumpul dalam gram per meter persegi per
bulan (dengan menggunakan luas corong sebagai luas penampang
tampungan.
3 Keringkan selembar kertas saring, erlenmeyer atau gelas piala Kertas Saring=0,49gr
dan ditimbang sampai berat konstan. Tuangkan akuades
Erlenmeyer=51,75gr
secukupnya ke dalam botol dan digoyang-goyang agar semua
partikel debu yang tertampung dapat terbawa oleh akuades Pertikulat debu tercampuran
dengan aquadest
4 Saring akuades yang berisi dengan partikel debu dengan kertas Berat Kertas saring +Sampel
saring yang sudah diketahui berat konstannya dan filtratnya
= 0,50gr
ditampung dalam erlemeyer atau gelas piala (diketahui berat
konstannya). Keringkan kertas saring dan Erlenmeyer atau gelas Berat
piala dalam oven dengan suhu 105oC sampai berat konstan.
Erlenmeyer+Sampel=51,82
Tentukan berat padatan terlarut dan tersuspensi menggunakan Berat Padatan Terlarut =
rumus
Berat padatan terlarut (mg/L) mg
12.658,228 Debu
(A – B) kg
= x 1000.000 Berat Padatan Tersuspensi =
Volume sampel (mL)
mg
88687,595 Debu
kg

B. Analisis Air Hujan


No PROSEDUR PENGAMATAN
1 Masing-masing kelompok menyiapkan rangkaian peralatan sama Air Hujan Berwarna Bening
seperti percobana A (debu jatuhan). Rangkaian alat ini diletakkan
pada ketinggian 1,5 meter dari permukaan tanah dan di tempat
terbuka (agar pada saat turun hujan dapat menampung air hujan).
Biarkan selama 4 minggu. Catat kapan dan berapa lama hujan
turun.

2 Setelah selesai waktu sampling dan air hujan tertampung PH = netral


dilakukan pengujian keasaman air (pH) menggunakan pH meter.
3 Pengujian kandungan ion-ion yang terdapat dalam air hujan Air Hujan Tidak
dilakukan dengan menetaskan pereaksi kimia ke dalam tabung
Mengandung ion Cl−¿¿,
reaksi yang berisi sampel air hujan seperti :
Cl- larutan AgNO3 SO2−¿
4
¿
, dan Pb2+¿ ¿
-
SO4 larutan BaCl2
Pb2+ larutan NaS Ketiga sampel tidak
mengalami perubahan
warna yang saat
ditambahkan dengan
AgNo3 , BaCl 2 , Na2S
4 Ukur keasaman air hujan dengan pH meter PH= netral

Anda mungkin juga menyukai