Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH

ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM LIMFA

Disusun oleh :
KELOMPOK 9

ISMAYANI SAFITRI (C1211


AINUN HIDAYAH (C1211
AINUN MAQFIRA (C1211
GRESYIA WINONA SUMBUNG (C1211
ADE RAHMAWATI (C1211
HERIANI (C1211
I DESAK GEDE (C1211

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan puji syukur kita panjatkan kepada Allah Yang maha Esa, karena
berkat dan rahmat-Nya lah, kami dapat menyelesaikan makalah untuk mata kuliah
Keperawatan Sistem Gastrointestinal dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada
Klien Dengan Gangguan Sistem Limfa” ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula
kami mengirimkan shalawat kepada Nabi besar Muhammad SAW, yang telah
mengantar kan kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan makalah ini.

Makassar, 10 September 2018

Kelompok 9
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem limfatik merupakan suatu jalur tambahan tempat cairan dapat
mengalir dari ruang interstisial ke dalam darah. Hal yang terpenting, sistem
limfatik dapat mengakut protein dan zat-zat berpartikel besar keluar dari
jaringan, yang tidak dapat dipindahkan dengan proses absorpsi langsung ke
dalam kapiler darah. Pengembalian protein ke dalam darah dari ruang
interstitial ini merupakan fungsi yang penting dan tanpa adanya fungsi
tersebut, kita akan meninggal dalam waktu 24 jam. Pada dasarnya seluruh
pembuluh limfe dari bagian bawah tubuh pada akhirnya akan bermuara ke
duktus torasikus, yang selanjutnya bermuara ke dalam sistem darah vena pada
pertemuan antara vena jugularis interna kiri dan vena subklavia kiri.
Cairan limfe berasal dari cairan interstisial yang mengalir ke dalam sistem
limfatik. Oleh karena itu, cairan limfe yang memasuki pembuluh limfe
terminal mempunyai komposisi yang hampir sama dengan komposisi cairan
intertisial. Sistem juga merupakan salah satu jalur utama untuk absorbsi zat
nutrisi dari saluran cerna, terutama untuk absorpsi hampir semua lemak tubuh.
Stelah menyantap makanan berlemak, cairan limfe di dalam duktus torasikus
kadang kadang mengadung 1-2% lemak.
Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur patogen
( misalnya bakteri, virus, fungi, protozoa, dan parasit ) yang dapat
menyebabkan infeksi pada manusia. Infeksi yang terjadi pada orang normal
umumnya singkat dan jarang meninggalkan kerusakan permanen. Hal ini
disebabkan tubuh manusia memiliki suatu ruang sistem yang disebut sistem
imun yang dilindungi tubuh.
Salah satu organ yang berfungsi sebagai sistem pertahanan tubuh yaitu
limpa. Limpa merupakan organ terbesar dalam tubuh. Fungsi pertahanan yang
dilakukan limpa adalah melalui pembersihan darah yang difasilitasi makrofag
yang terdapat pada sinusoid. Selain itu, limpa juga merupakan tempat pertama
terjadinya respon imun humoral terhadap patogen yang menular melalui
darah. Apabila terjadi kelainan pada limpa akan menyebabkan gangguan pada
sistem pertahanan tubuh salah satunya dapat timbul suatu penyakit.
1.2 Rumusan Masalah
1. Gangguan apa saja yang terjadi pada sistem limfatik ?
2. Bagaimana mekanisme terjadinya penyakit pada sistem limfatik ?
3. Apa saja asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan
gangguan sistem limfatik ?

1.3 Tujuan Pembelajaran


1. Mengetahui dan memahami gangguan apa saja yang terjadi pada sistem
limpatik
2. Mengetahui mekanisme terjadinya penyakit pada sistem limfatik
3. Mengetahui asuhan keperawatan yang akan diberikan pada pasien dengan
gangguan sistem limfatik
BAB II

PEMBAHASAN
1.1 Sistem Limfa
Sistem Limfatik merupakan suatu jalur tambahan tempat dimana cairan
dapat mengalir dari ruang interstisial kedalam darah. Sistem limfatik dapat
mengangkut protein dan zat-zat yang berpartikel besar keluar dari ruang
jaringan, yang tidak dapat dipindahkan dengan proses absorbsi langsung
kedalam kapiler darah.
Hampir diseluruh jaringan tubuh mempunyai saluran limfe yang
mengalirkan cairan secara langsung dari ruang interstisial kecuali bagian
permukaan kulit, sitem saraf pusat, endomysium otot, dan tulang tetapi
jaringan tersebut mempunyai pembuluh interstisial kecil yang disebut saluran
paralimpatik yang dapat dialiri oleh cairan interstisial yang pada akhirnya
cairan ini mengalir kedalam pembuluh limfe atau pada otak, mengalir pada
cairan cerebrospinal dan kemudian langsung kembali kedalam darah.
Seluruh pembuluh limfe dari bagian bawah tubuh pada akhirnya akan
bermuara ke ductus torasikus, yang selanjutnya bermuara kedalam sistem darah
vena pada pertemuan antara vena jugularis interna kiri dan subklavia kiri
[CITATION Guy07 \p 199 \l 1033 ].
Pembuluh limfatik membawa getah bening ke dan melalui kelenjar getah
bening, kelompok struktur berukuran kacang yang terletak terutama di leher,
aksila, dada, perut, panggul, dan selangkangan. Kelenjar getah bening
mengandung limfosit dan makrofag, sel pertahanan imun khusus, yang
menjebak, menghancurkan, dan menghilangkan mikroorganisme menular,
puing-puing seluler, dan sel kanker. Amandel, kelenjar thymus, dan limpa
adalah struktur limfatik aksesori.
Sebagian besar cairan limfatik bersirkulasi dengan bantuan kontraksi otot
skeletal dan dikembalikan ke sirkulasi vena melalui salah satu dari dua saluran.
Duktus toraks, terletak di rongga perut posterior, mengumpulkan getah bening
dari seluruh area tubuh kecuali yang bersirkulasi di atas diafragma kanan dan
menyimpan cairan ke vena subklavia kiri. Saluran limfatik kanan
mengembalikan getah bening dari sisi kanan kepala, leher, dada, dan lengan
kanan dan mengosongkannya ke vena subklavia kanan. [CITATION Int \p
448 \l 1057 ]
1.2 Gangguan Sistem Limfa
A. Limfoma
1) Definisi Limfoma
Limfoma adalah neoplasma ganas atau tumor yang berada
dijaringan limfoid primer (timus dan sumsum tulang) atau jaringan
sekunder (nodus limpa, tonsil, dan jaringan limfoid usus) yang bersifat
padat atau solid yang dapat menyebar secara sistemik [CITATION
Bla145 \p 956 \l 1033 ]. Limfoma di klasifikasikan menjadi 2 kategori
besar, yaitu penyakit Hodgkin (Hodgkin disease-HD) dan limfoma non-
Hodgkin (LNH) atau non-Hodgkin lymphomas (NHL) [CITATION
Bak061 \p 192 \l 1033 ].
Limfoma adalah istilah yang digunakan untuk berbagai macam tipe
kanker darah dalam sistem limfatik yang menyebabkan terjadinya
pembesaran kelenjar getah bening. Limfoma disebabkan oleh limfosit B
atau T yaitu sel darah putih yang dalam keadaan normal menjaga daya
tahan tubuh untuk menangkal infeksi bakteri, jamur, parasite dan virus
menjadi abnormal dengan membelah lebih cepat dari sel biasa atau
hidup lebih lama dari biasanya [CITATION Kem15 \p 1 \l 1033 ].
Jadi dapat disimpulkan bahwa limfoma merupakan neoplasma
ganas sebagai akibat dari berproliferasinya limfosit B atau T (yaitu
leukosit yang melindungi tubuh dari berbagai bakteri, jamur, parasite
dan virus) yang berada dijaringan limfoid primer atau jaringan
sekunder.
2) Klasifikasi Limfoma
a. Penyakit Hodgkin (Hodgkin disease-HD)

Gambar 1. HL stadium 2A pasien mempunyai


pembesaran pada kelenjar getah bening didaerah
servikal
 Definisi
Penyakit Hodgkin adalah (Hodgkin diasease) ialah kondisi
ganas yang ditandai dengan proliferasi sel-sel raksasa,
multinuclear yang abnormal yang disebut sebagai sel Reed
Sternberg yang terletak di kelenjar getah bening [ CITATION
Lew14 \l 1033 ]. Reed Sternberg cells merupakan suatu sel
tumor raksasa yang khas dengan morfologi unik dan batas sel
yang tidak jelas. Sel ini merupakan tanda patologis dan
merupakan kriteria diagnostic yang penting dari penyakit
Hodgkin [CITATION Bru131 \p 957 \l 1033 ].
Penyakit ini lebih sering terjadi pada saat usia 15-35 tahun
dan diatas 50 tahun karena penyakit ini termasuk dalam
kategori bimodal age-specific incidence[CITATION Lew14 \p
669 \l 1033 ]. Penyakit ini merupakan, jenis penyakit yang
memiliki kemungkinan untuk disembuhkan dan biasanya
menyerang kelenjar getah bening yang terletak di leher dan
dikepala [CITATION Kem15 \p 1 \l 1033 ].

Gambar 2. Reed Sternberg cells

 Etiologi
Meskipun penyebab limfoma Hodgkin masih belum diketahui
jelas, tetapi bukti tidak langsung mengindikasikan virus
merupakan penyebab dari penyakit ini.
- Epstein-Barr virus (EBV) merupakan virus yang
dipercaya menjadi penyebab penyakit Hodgkin. Hasil
dokumentasi menunjukkan bahwa EBV sering menyerang
pada klien yang telah menerima transplantasi organ serta
klien dengan penyakit defisiensi imun.
- Beberapa penelitian menunjukkan bahwa predisposisi
genetic dapat menyebabkan penyakit Hodgkin.
[CITATION Bla145 \p 957 \l 1033 ]
- Insiden penyakit Hodkin meningkat diantara pasien yang
terinfeksi HIV [CITATION Lew14 \p 669 \l 1033 ].

 Manifestasi klinis

Gambar 3. Manifestasi klinik penyakit Hodgkin


- Manifestasi yang sering timbul pada penyakit ini ialah
pembesaran pada daerah servikal, supraklavikula, aksial,
dan regio mediastinal. Pembesaran nodus limfe biasanya
berawal tanpa nyeri pada salah satu sisi leher yang
menjadi sangat besar dan apabila diraba terasa kenyal.
Selanjutnya, nodus limfe didaerah lain, biasanya didaerah
sebelahnya juga membesar dengan cara yang sama.
- Demam (suhu >38C). Demam tidak teratur biasanya ada;
suhu naik selama beberapa hari, kemudian turun sampai
normal atau subnormal beberapa hari; jika demam tinggi
terus menerus mengindikasikan ancaman kematian.
Penyebab: gambaran terkait keterlibatan neoplastic nodul
internal atau viseral.
- Ikterus (kuning).
Penyebab: obstruksi ductus bilier akibat kerusakan hati
menyebabkan bilirubin mengumpul didalam darah dan
perubahan warna kulit.
- Hepatosplenomegali
Penyebab: penyebaran penyakit dari nodus limfe ke organ
lain.
- Gagal ginjal
Penyebab: obstruksi uretra oleh pembesaran nodus limfe.
- Anemia progresif disertai letih, lemah, anoreksia.
Penyebab: jangka hidup eritrosit pendek; eritropoesis tidak
seimbang dengan kerusakan eritrosis.
- Gejala paru-paru, meliputi batuk non produktif, stridor,
dipsnea, nyeri dada, sianosis, dan efusi pleura.
Penyebab: pembesaran nodus limfe mediastinum,
keterlibatan parenkim paru, dan invasi pleura.
- Nyeri yang dipicu alcohol pada tulang, yang mengenai
nodus limfe, atau disekitar mediastinum terjadi segera
setelah minum alcohol dan berlangsung selama 30-60
menit.
- Nyeri tulang, kompresi vertebral
Penyebab: penyebaran penyakit dari nodus limfe ke tulang
- Paraplegia
Penyebab: kompresi pada medulla spinalis akibat dari
keterlibatan ektradural
- Nyeri saraf
Penyebab: kompresi pada cabang saraf pleksus brakial,
lumbal, atau sacral.
- Pruritus yang merupakan gejala sistemik yang dapat
menjadi signifikan jika hal ini berulang, yang
penyebabnya tidak diketahui.
- Nodus yang membesar tidak menyakitkan kecuali mereka
memberikan tekanan pada saraf yang berdekatan.
- Keterlibatan pericardium dapat terjadi dari invasi langsung
nodus limfe mediastinum. Keterlibatan ini dapat
menyebabkan gesekan pericardial, efusi pericardial, dan
pembengkakan vena leher. Edema pada wajah, leher,
dengan lengan kanan sekuder akibat kompresi vena cava
superior atau gagal ginjal sekunder akibat obstruksi uretra.
- Jika tumor menginfiltrasi spina dan menekan medula
spinalis terjadi gejala penekanan medula spinalis. Rentang
gejala dimulai dari nyeri pinggang dengan kelemahan
motoric dan kehilangan sensorik sampai kehilangan fungsi
motoric, retensi urin, konstipasi, dan gejala lain kompresi
medulla spinalis pada akhir penyakit.
- Terjadi penurunan berat badan (terjadi penurunan >10%
berat badan didalam 6 bulan). Kondisi ini belum jelas
penyebabnya.
- Kelelahan
- Menggigil
- Takikardi
- Berkeringat dimalam hari hingga basah kuyup.
[CITATION Bla145 \p 957-958 \l 1033 ].
 Klasifikasi Stadium
Penyakit Hodgkin dibagi dalam kategori atau stadium
menurut gambaran mikroskopik keterlibatan nodus limfe, luas
dan beratnya gangguan, dan prognosis. Hal ini penting untuk
memudahkan dan menentukan pananganan terkait stadium
yang dialami [ CITATION Pri121 \l 1033 ].
Gambar 4. Stadium pada penyakit Hodgkin sumber Lewis 2014

Stadium I Keterlibatan area nodus limfe tunggal atau struktur


limfoid (misalnya limpa, timus, dan cincin
Waldeyer). Maksudnya, penyakit terbatas dalam satu
nodus dan struktur disekitarnya.
Stadium II Keterlibatan dua atau lebih area nodus limfe pada sisi
diafragma yang sama (misalnya mediastinum adalah
tempat tunggal, nodus limfe hilar adalah lateral).
Maksudnya penyakit melibatkan lebih dari dari satu
nodus atau kelompok nodus tetapi masih terbatas
pada satu diafragma saja.
Stadium Keterlibatan area nodus limfe atau struktur pada
III kedua sisi diafragma. Penyakit ada dikedua sisi diatas
dan dibawah diafragma dan bisa hanya melibatkan
limfa, satu tempat diluar sistem limfatik atau
keduanya.
III1 dengan atau tanpa keterlibatan nodus splenik atau
limfa, hilar, seliak, atau nodus portal
III2 dengan keterlibatan nodus para-aortic, iliak, atau
mesentrika
Stadium Keterlibatan tempat ekstranodus diluar yang
IV dirancang sebagai E
Penandaan yang dapat diaplikasikan untuk stadium penyakit
A = Tanpa gejala
B = Dengan gejala (demam, keringat basah, penurunan berat
badan)
X = Penyakit banyak sekali, >1/3 mediastinum, <10 cm dimensi
maksimal massa nodus
E = Keterlibatan tempat ekstranodus tunggal, berdekatan atau
berdampingan terhadap tempat nodus yang di ketahui.
CS = Stadium klinis
PS = Stadium patologis
Tabel 1. Klasifikasi stadium Cotswold untuk penyakit Hodgkin
 Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium
Pemeriksaan darah: anemi, eosinophilia, peningkatan laju
endap darah, pada flow cytometry dapat terdeteksi limfosit
abnormal atau limfositosis dalam sirkulasi.
Pada pemeriksaan faal hati terdapat gangguan faal hati
yang tidak sejalan dengan keterlibatan limfoma pada hati.
Untuk memeriksa adanya peningkatan alkali fosfatase dan
adanya icterus kolestatis yang merupakan gejala
paraneoplastic tanpa keterlibatan hati. Dapat terjadi
obstruksi biliaris ekstrahepatik karena pembesaran
kelenjar getah benang portahepatis.
Pemeriksaan faal ginjal untuk mengetahui adanya
peningkatan kreatinin dan ureum yang biasanya
diakibatkan oleh obstruksi ureter.
- Biopsi sumsum tulang
Dilakukan pada stadium lanjut untuk keperluan staging.
- Radiologis
Pemeriksaan foto toraks untuk melihat limfodenopati pilar
dan mediastinal, efusi pleura atau lesi parenkim paru.
- Pemeriksaan CT Scan Toraks
Untuk mendeteksi abnormalitas parenkim paru dan
mediastinal
- CT Scan Abdomen
Memberikan jawaban limfodenopati retro peritoneal,
mesenteric, portal, hepatosplenomegaly atau lesi di ginjal.
[CITATION Sud091 \p 1262-1263 \l 1033 ]
 Penatalaksanaan
Pengobatan limfoma Hodgkin adalah radioterapi ditambah
kemoterapi, tergantung dari staging (Clinical stage = CS) dan
faktor risiko.
Radioterapi meliputi Extended Field Radiotherapy (EFRT),
Involved Field Radiotherapy (IFRT) dan radioterapi (RT) pada
limfoma Residual atau Bulky Disease.
Faktor Resiko untuk terapi menurut German Hodgkin’s
Lymphoma Study Group (GHSG) meliputi:
- Massa mediastinal yang besar
- Ekstranodal
- Peningkatan laju endap darah, 50 untuk tanpa gejala atau
30 untuk dengan gejala (B)
- Tiga atau lebih regio yang terkena
Terapi lain untuk penyakit Hodgkin yang masih diteliti yaitu:
Imunoterapi dengan antibody monoclonal anti CD 20,
imunotoksin anti CD 25, bispesifik monoclonal antibody CD
16/CD 30 bispesifik antibody dan radio immunoconjugates.
[CITATION Sud091 \p 1264 \l 1033 ]
b. Limfoma non-Hodgkin (LNH) atau non-Hodgkin lymphomas
(NHL).
 Definisi
LNH merupakan neoplasma ganas berasal dari sel limfoid
yang tergolong heterogen di dalam seluler, gambaran
morfologi, dan gambaran klinis. LNH pada umumnya pria
lebih sering terkena dari pada wanita, dan insidennya lebih
tinggi pada kulit putih dibanding ras lainnya. LNH dapat
terjadi pada semua jenis usia, tetapi yang lebih sering terjadi
pada usia 50 dan 60 tahun. [ CITATION Joy14 \l 1057 ].
Limfoma non-hodgkin adalah suatu kelompok penyakit
heterogen yang dapat di definisikan sebagai keganasan
jaringan limfoid selain penyakit hodgkin. LNH ini tidak
diketahui penyebabnya tetapi kemungkinan virus, dan ada
hubungannya dengan keadaan imunosupresi (misalnya AIDS
dan terapi imunosepresi untuk transplantasi organ). Pada
penderita AIDS semakin lama hidup semakin tinggi resikonya
menderita limfoma. [CITATION Bru13 \p 959 \l 1057 ]
 Etologi
Seperti limfoma Hodgkin, penyebab limfoma non-Hodgkin
juga biasanya tidak diketahui. Kemungkinan penyebab LNH
atau peningkatan risiko adalah hasil dari translokasi
kromosom, infeksi, faktor lingkungan, gangguan autoimun dan
keadaan imunodefisiensi. Beberapa virus dan bakteri terlibat
dalam fatogenesis LNH diantaranya EBV, HTLV-1, human
herpes virus 8, dan Helikobacter pylori.
Faktor lingkungan terkait dengan penyebab LNH termasuk
bahan kimia misalnya pestisida, herbisida, pelarut, bahan kimia
organik. LNH juga umumnya terjadi pada individu yang terjadi
penurunan pada kekebalan tubuhnya dan yang menggunakan
obat-obatan imunosupresif atau menerima kemoterapi atau
terapi radiasi. [CITATION Bla145 \p 960-961 \l 1033 ]
 Manifestasi Klinik
- Limfadenopati superfisial. Sebagian besar pasien datang
dengan pembesaran kelenjar getah bening asimetris yang
tidak nyeri pada satu atau lebih region kelenjar getah
bening perifer.
- Gangguan orofaring. Pada 5-10% pasien, terdapat
penyakit distruktur limfoid orofaringeal (cincin Waldeyer)
yang menyebabkan timbulnya keluhan “sakit
tenggorokan” atau napas berbunyi atau tersumbat.
- Anemia, neutropenia dengan infeksi, atau trombositopenia
dengan purpura mungkin merupakan gambaran pada
penderita penyakit sumsum tulang difus. Sitopenia juga
dapat disebabkan oleh autoimun.
- Gejala pada organ lain seperti kulit, otak, testis, dan tiroid
dapat di jumpai.
- Penyakit abdomen. Hati dan limpa seringkali membesar
dan kelenjar getah bening retroperitoeal atau mesentrika
sering terkena. [ CITATION Hof12 \l 1057 ]

Gejala LNH lainnya yaitu terjadi pembesaran nodus limfe


yang umumnya tidak nyeri di daerah leher, aksila, perut, dan
inguinal. Gejala lain termasuk demam, keringat pada malam
hari, kelelahan yang berlebihan, gangguan pencernaan, sakit
perut, kehilangan nafsu makan, nyeri tulang dan penurunan
berat badan. Beberapa klien mengalami nyeri punggung,
asites, pembengkakan tungkai, dan sekitar 1/3 klien
mengalami hepatomegali atau spenomegali. [CITATION
Bla145 \p 961-962 \l 1033 ]

 Klasifikasi Stadium
Stadium I Keterlibatan area nodus limfe tunggal atau struktur
limfoid (misalnya limpa, timus, dan cincin
Waldeyer). Maksudnya, penyakit terbatas dalam
satu nodus dan struktur disekitarnya.
Stadium II Keterlibatan dua atau lebih area nodus limfe pada
sisi diafragma yang sama (misalnya mediastinum
adalah tempat tunggal, nodus limfe hilar adalah
lateral). Maksudnya penyakit melibatkan lebih dari
dari satu nodus atau kelompok nodus tetapi masih
Gambar 5. Stadium pada penyakit Non Hodgkin sumber Lewis
2014 terbatas pada satu diafragma saja.
Stadium Keterlibatan area nodus limfe atau struktur pada
III kedua sisi diafragma. Penyakit ada dikedua sisi
diatas dan dibawah diafragma dan bisa hanya
melibatkan limfa, satu tempat diluar sistem limfatik
atau keduanya.
III1 dengan atau tanpa keterlibatan nodus splenik
atau limfa, hilar, seliak, atau nodus portal
III2 dengan keterlibatan nodus para-aortic, iliak,
atau mesentrika
Stadium Keterlibatan tempat ekstranodus diluar yang
IV dirancang sebagai E
Tabel 2. Klasifikasi stadium Cotswold untuk penyakit Non-
Hodgkin
 Pemeriksaan Diagnostik
a) Laboratorium :
- Rutin
o Hematologi :
- darah periver lengkap (DPL)
- gambaran dara tepi (GDT)
o Urinalasis :
- urin lengkap
o Kimia klinik :
- SGOT, SGPT, LDH, protein total, albumin, asam
urat
- Alkali fosfatase
- Gula darah puasa dan 2 jam pp
- Elektrolit : Na , K, Cl, Ca, P
o Khusus
- Gamma GT
- Kolinesterse (CHE)
- LDH / fraksi
- Serum protein elektro foresis (SPE)
- Imuno elektroforese (IEP)
- Tes coombs
- B2 Mikroroglobulin
b) Biopsi
o Biopsi KGB dilakukan hanya satu kelenjar yang
paling represntatif, superfisial, dan perifer. Jika
terdapat kelenjar perifer / superfisial yang
refresentatif, maka tidak perlu biopsi intra abdominal
atau intra torakal. Spesimen kelenjar diperiksa:
- Rutin
- Histopatologi: RIL-WHO dan working
formulation
- Khusus
- Imunoglobulin prmukaan
- Histo/ sitokimia
o Diagnosis ditegakkan berdasarkan histopatologi dan
sitologi FNAB dilakukan atas indikasi tertentu
o Tidak diperlukan penetuan stadium laporatomi
c) Haspirasi sumsum tulang (BMP) dan biopsi sumsum
tulang dari dua sisi spina iliaka dengan hasil spesimen
panjang 2 cm.
d) Radiologi
- Rutin:
Foto toraks PA dan lateral
CT scan seluruh abdomen (atas dan bawah)
[CITATION Sud091 \p 1255 \l 1033 ]
3) Patofisiologi Limfoma
4) Asuhan Keperawatan Limfoma

No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1. Resiko infeksi dengan 1) Kontrol resiko : proses 1) Kontrol infeksi
faktor resiko prosedur infeksi  Lakukan tindakan
invasif dan lekopenia Kriteria Hasil : -tindakan pencegahan
 Mengidentifikasi faktor yang bersifat universal
resiko infeksi  Tingkatkan intake nutr
 Mengetahui yan tepat
konsekuensi terkait  Dorong intake cairan y
infeksi sesuai
 Mengedentifikasi tanda  Berikan imunisasi yan
dan gejala infeksi sesuai
 Mengembangkan  Dorong untuk beristrah
strategi efektif untuk  Ajarkan pasien dan
mengontrol infeksi anggota keluarga
 Monitor perubahan mengenai bagaimana
status kesehatan menghindari infeksi
2) Keparahan infeksi 2) Manajemen imunisasi atau
Kriteria Hasil : vaksinasi
 Demam tidak ada  Identifikasi teknik
 Ketidak stabilan suhu pemberian imunisasi y
tidak ada tepat, termasuk pembe
 Nyeri tidak ada yang simultan
 Hilang nafsu makan  Identifikasi kontra
tidak ada indikasi pemberian
 Peningkatan jumlah sel imunisasi ( reksi
daraah putih tidak ada anafilaksis dari imunis
sebelumnya dan sakit
yang sedang atau bera
dengan atau tampa
demam)
 Jadwalkan imunisasi
sesuai tenggang waktu
yang ada
3) Perlindungan infeksi
 Monitor adanya tanda
gejala infeksi sistemik
lokal
 Monitor kerentanan
infeksi
 Pertahankan asepsis un
pasien beresiko
 Tingkatkan asupan nu
dengan cukup
 Ajarkan pasien dan
keluarga bagaimana ca
menghindari infeksi
 Lapor dugaan infeksi p
personel pengendali
infeksi
2. Ketidakseimbangan nutrisi 1) Status nutrisi 1) Manajemen nutrisi
kurang dari tubuh b.d Kriteria Hasil :  Tentukan status gizi
ketidakmampuan makan  Asupan makanan pasien dan kemampua
meningkat pasien untuk memenuh
 Asupan cairan kebutuhan gizi.
meningkat  Monitor kalori dan asu
 Energi meningkat makanan
2) Status menelan  Anjurkan pasien untuk
Kriteria Hasil : memantau kalori dan
 Penerimaan pada intake makananBerika
makanan membaik arahan jika diperlukan
 Tersedak tidak ada 2) Manajemen gangguan ma
 Muntah tidak ada  monitor intake atau
 Nyaman saat menelan asupan dan asupan cai
secara tepat
 monitor berat badan kl
sesuai secara rutin
 sediakan program latih
dibawah observasi jika
diperlukan
 kolaborasi dengan tim
kesehatan lain untu
mengembangkan renca
perawatan dengan
melibatkan klien dan
orang terdekatnya den
tepat

3. Hipertermi b.d penyakit Termolregulasi 1) Perawatan demam


Kriteria Hasil :  Pantau suhu dan tanda
 Berkeringat saat panas tanda vital lainnya
 Tingkat pernafasan  Monitor asupan dan
 Peningkatan suhu kulit keluaran, sadari perub
tidak ada kehilangan cairan yang
 Hipertemi tidak ada dirasakan

 Sakit kepala tidak ada  Berikan obat atau caira

 Dehidrasi tidak ada IV


 Tutupi pasien dengan
selimut atau pakaian
ringan, tergantung pad
fasee demam
 Lembabkan bibir dan
mukosa hidung yang
kering
 Pantau komplikasi-
komplikasi yang
berhubungan dengan
demam serta tanda dan
gejala kondisi penyeba
demam
2) Pengaturan suhu
 Monitor dan laporkan
adanya tanda dan geja
dari hipotermia dan
hipetermia
 Tingkatkan intake cair
nutri dan adekuat
 Instruksikan pasien
bagaimana mencegah
keluarnya panas dan
serangan panas
 Berikan medikasi yang
tepat untuk mencegah
mengkontrol menggig
 Sesuaikan suhu
lingkungan untuk
kebutuhan pasien
3) Perlindungan infeksi
 Monitor adanya tanda
gejala infeksi sistemik
lokal
 Monitor kerentanan
infeksi
 Pertahankan asepsis un
pasien beresiko
 Tingkatkan asupan nu
dengan cukup
 Ajarkan pasien dan
keluarga bagaimana ca
menghindari infeksi
 Lapor dugaan infeksi p
personel pengendali
infeksi
4. Nyeri akut b.d cedera 1) Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
biologis Kriteria Hasil :  Lakukan pengkajian
 Nyeri yang dilaporkan komprehensif yang
tidak ada meliputi lokasi,
 Panjangnya episode karakteristik, onset/du
nyeri ringan frekuensi, kualitas,
 Ekspresi nyeri wajah intensitas atau beratny
tidak ada nyeri dan faktor pence
 Mengeluarkan keringat  Tentukan akibat dari
tidak ada pengalaman nyeri
 Tidak Kehilangan terhadap kualitas hidu
Nafsu makan pasien ( misalnya, tidu

 Mual tidak ada nafsu makan, pengerti


perasaan, hubungan,
performa kerja, dan
tanggung jawab peran)
 Kendalikan faktor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan
misalnya, suhu ruanga
pencahayaan, suara
bising)
 Kurangi atau eliminasi
faktor-faktor yang dap
mencetuskan atau
meningkatkan nyeri
(misalnya : ketakutan,
kelelahan, dan kurang
pengetahuan)
 Pilih dan implementas
tindakan yang beragam
(misalnya, farmakolog
nonfarmakologi,
interpesonal) untuk
memfasilitasi penurun
nyeri, sesuai dengan
kebutuhan
 Dukung istirahat/tidur
yang adekuat untuk
membantu penurunan
nyeri
 Beritahu dokter jika
tindakan tidak berhasil
atau jika keluhan pasie
saat ini berubah signif
dari pengalaman nyeri
sebelumnya
5. Ansietas b.d ancaman Tingkat kecemasan 1) Pengurangan kecemasan
kematian Kriteria Hasil :  Identifikasi pada saat
 Dapat berisitrahat terjadi perubahan tingk
 Perasaan gelisah tidak kecemasan
ada  Dorong verbalisasi
 Distress tidak ada perasaan, persepsi, dan
 Peningkatan frekuensi ketakutan
nadi tidak ada  Dukung penggunaan
 Pusing tidak ada mekanisme koping yan

 Perubahan pola makan sesuai

tidak  Atur penggunaan obat


obatan untuk mengura
kecemasan secara tepa
 Instruksikan klien untu
menggunakan tekhnik
relaksasi
 Kaji untuk tanda verba
dan non verbal kecema
2) Peningkatan koping
 Bantu pasien untuk
menyelesaikan masala
dengan cara konstrukti
 Berikan penilaian dan
diskusikan respon
alternatif terhadap situ
yang ada
 Instruksikan pasien un
menggunakan tekhnik
relaksasi sesuai kebutu
 Evaluasi kemampuan
pasien dalam membua
keputusan
3) Terapi relaksasi
 Evaluasi dan
dekumentasikan respo
terhadap terapi relaksa
Tentukan apakah ada
intervensi relakssi dim
lalu yang sudah
memberikan manfaat
 Tunjukan dan praktikk
teknik relaksasi pada k
 Dorong kontrol sendir
ketika dilakukan
 Gunakan relaksasi seb
strategi tambahan deng
penggunaan obat-obat
nyeri atau sejalan deng
terapi lainya dengan
tepatnya
6. Mual b.d program Kontrol mual & muntah Manajemen mual
pengobatan Kriteria Hasil :  Identifikasi faktor-fakt
 Mengenali onset mual yang dapat menyebabk
 Menggunakan langkah- atau berkontribusi
langkah pencegahan terhadap mual (misaln
 Menghindari faktor- obat-obatan dan prose
faktor penyebab bila  Identifikasi strategi ya
mungkin telah berhasil dilakuka
 Melaporkan mual yang dalam upaya menguran
terkontrol mual
 Kurangi atau hilangka
faktor-faktor yang ber
personal yang memicu
meningkatkan mual
(kecemasan, takut,
kelelahan)
 Tingkatkan istirahat da
tidur yang cukup untuk
memfasilitasi
pengurangan mual

7. Ketidakefektifan pola Status pernafasan Manajemen jalan nafas


napas b.d keletihan otot Kriteria Hasil :  Monitor status pernafa
pernapasan  Frekuensi pernafasan dan oksigenasasi,
normal sebagaimana mestinya
 Irama pernafasan  Identifikasi kebutuhan
normal aktual/potensial pasien
 Kepatenan jalan nafas untuk memasukkan ala
 Suara nafas tambahan membuka jalan nafas
tidak ada  Auskultasi suara nafas
catat area yang
ventilasinya menurun
tidak ada dan adanya
suara tambahan
 Posisikan pasien untuk
meringankan sesak na

B. Limfangitis
1) Definisi Limfangitis
Limfangitis merupakan suatu keadaan dimana terjadi inflamasi
pada pembuluh limfe yang mengenai area tubuh yang terinfeksi, dapat
ditandai dengan adanya garis merah disepanjang pembuluh yang
terkena, nyeri, hangat, dan bengkak serta dapat juga terjadi demam dan
kedinginan [CITATION LeM16 \p 1319 \l 1033 ].
2) Etiologi
Limfangitis merupakan peradangan akut pada pembuluh limfa,
yang disebabkan oleh Streptococcus Hemoliticus (Brunner & Suddarth
hal. 922 ). Ketika peradangan akut pada pembuluh limfa
mempengaruhi kelenjar getah bening dekat limfatik makan kondisi
tersebut dinamakan limfadenitis [CITATION Int \p 451 \l 1057 ].
3) Manifestasi klinik
a. Adanya tanda khas yaitu adanya garis merah sepanjang tungkai atau
lengan mulai dari luka infeksi berjalan disepanjang aliran pembuluh
limfa.
b. Pembesaran nodus limfa (yang sering terjadi di selangkangan,
aksila atau leher), yang ditandai dengan merah dan nyeri jika
ditekan yang dapat (limfadenitis akut) mengalami nekrotik dan
membentuk abses (limfadenitis supurativa).
4) Patofisiologi
PATOOOO
5) Asuhan Keperawatan Limfangitis
No Diagnosa
NOC NIC
. Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
cedera biologis Kriteria Hasil :  Lakukan pengkajian
 Nyeri yang komprehensif yang meliputi
dilaporkan tidak ada lokasi, karakteristik,
 Panjangnya episode onset/durasi, frekuensi,
nyeri ringan kualitas, intensitas atau
 Ekspresi nyeri wajah beratnya nyeri dan faktor
tidak ada pencetus
 Mengeluarkan  Tentukan akibat dari
keringat tidak ada pengalaman nyeri terhadap
 Tidak Kehilangan kualitas hidup pasien
Nafsu makan ( misalnya, tidur, nafsu

 Mual tidak ada makan, pengertian, perasaan,


hubungan, performa kerja,
dan tanggung jawab peran)
 Kendalikan faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi
respon pasien terhadap
ketidaknyamanan misalnya,
suhu ruangan,
pencahayaansuara bising)
 Pilih dan implementasikan
tindakan yang beragam
(misalnya, farmakologi,
nonfarmakologi,
interpesonal) untuk
memfasilitasi penurunan
nyeri, sesuai dengan
kebutuhan
 Dukung istirahat/tidur yang
adekuat untuk membantu
penurunan nyeri
 Beritahu dokter jika tindakan
tidak berhasil atau jika
keluhan pasien saat ini
berubah signifikan dari
pengalaman nyeri
sebelumnya
2. Hipertermi b.d Termoregulasi Perawatan demam
penyakit Kriteria Hasil :  Monitor warna kulit dan suhu
 Berkeringat saat  Pantau suhu dan tanda-tanda
panas tidak terganggu lainnya
 Melaporkan  Tingkatkan sirkulasi udara
kenyamanan suhu  Lembabkan bibir dan mukosa
 Peningkatan suhu hidung yang kering
kulit tidak ada  Dorong konsumsi cairan
 Hipertermia ringan
sakit kepala tidak ada

3. Kerusakan integritas
kulit b.d
Imunodefisiensi
C. Limfedema

Gambar 6. Edema sekunder karena obstruksi limfatik. Normal


sirkulasi limfatik (kanan) berlanjut ke arah depan pembuluh
limfatik dengan katup yang kompeten. Volume getah bening di
pembuluh limfatik yang sakit atau rusak (kiri) meningkat dalam
daerah limfatik dan interstisial tubuh. (Foto dari Rubin, R.,
&Strayer, D. S. [2008]. Patologi Rubin: Klinikopatologi dasar
obat. [Edisi ke-5]. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.)

1) Definisi Limfedema
Limfedema merupakan terakumulasinya cairan limfatik yang
mengakibatkan pembengkakan jaringan yang terjadi sebagai akibat
peningkatan kualitas limfa karena adanya gangguan sirkulasi getah
bening (obstruksi limfa)[CITATION Int \p 448 \l 1057 ]. Obstruksi
pada limfedema disebabkan oleh adanya parasit (filaria) yang banyak
terdapat didaerah tropis dan juga bisa disebabkan karena terjadinya
limfangitis kronis. Limfadema diklasifikasikan sebagai primer
(malformasi kongenital) atau sekunder (obstruksi yang didapat).
[CITATION Bru131 \p 922 \l 1033 ].

2) Etiologi
a. Limfedema primer biasanya didapat secara kongenital, namun
manifestasinya biasanya tidak muncul sampai masa remaja atau
awal masa dewasa. Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita
dibanding dengan pria.
b. Limfedema sekunder dapat terjadi sebagai akibat:
- komplikasi gangguan lain, seperti flebitis dan infeksi
streptokokus, luka bakar, atau gigitan serangga yang berulang
- sebagai konsekuensi dari perawatan, seperti pengangkatan
beberapa kelenjar getah bening pada saat mastektomi atau
radiasi untuk kanker.
- Lymphedema mempengaruhi lebih dari seperempat wanita
yang telah menerima pengobatan untuk kanker payudara.
- Di seluruh dunia, yang paling umum penyebab lymphedema
adalah cacing parasit; nyamuk mengirimkan parasit,
menghasilkan kondisi yang dikenal sebagai elephantiasis.
[CITATION Int \p 449 \l 1057 ]

3) Manifestasi klinik
a. Daerah disekitar kulit yang terkena membengkak.
Keparahan tingkat limfedema, dinilai dengan:

Klasifikasi dari Limfedema

Grade I (Ringan) Diameter daerah yang terkena adalah 2


cm dan tidak lebih dari 4 cm, lebih
besar dari anggota badan yang tidak
terpengaruh; klien tidak menunjukkan
gejala.

Grade II (Sedang) Diameter daerah yang terkena adalah 4


cm dan tidak lebih dari 8 cm lebih
besar dari yang tidak terpengaruh;
klien mengalami gejala seperti berat
anggota tubuh, rasa sakit, dan gerakan
terbatas.
Grade III (Berat) Diameter daerah yang terkena adalah 8
cm dan tidak lebih besar daripada
anggota tubuh yang tidak terpengaruh,
melibatkan seluruh anggota tubuh, atau
disertai dengan infeksi atau selulitis
(peradangan jaringan ikat di atau dekat
dengan kulit).

b. Pitting terbukti pada tahap awal, tetapi jaringan tetap lunak


c. Kulit juga tampak menebal, kasar, dan berubah warna;
d. Perembesan cairan dari kulit, dapat terjadi dikarenakan nutrisi
jaringan terganggu dari stagnas cairan limfatik,
Tabel 3. Klasifikasi dari Limfedema
e. Bisul dan infeksi dapat berkembang di daerah edema. Area tersebut
bisa tampak merah dan terasa hangat dan menyakitkan.
4) Patofisiologi
patoooooo
5) Penatalaksanaan
- Tirah baring ketat dengan tungkai yang sedikit ditinggikan, dapat
membantu memobilisasi cairan
- Latihan pasif dan aktif dapat membantu pengaliran cairan limfa ke
aliran darah.
- Alat kompresi eksternal akan memompa cairan ke proksimal dari
kaki ke pinggang
- Apabila pasien dirawat jalan, ia harus mengenakan stoking elastik
yang ukurannya sesuai.
- Disaat awal terapi, furosenid (Lasix) diberikan secara intermiten
untuk menghindari kelebihan cairan yang terjadi akibat mobilisasi
CES
- Dapat juga digunakan diuretik secara paliatif untuk limfadema
disertai peninggian tungkai dan pemakaian stoking penekan.
Namun penggunaan diuretik ini masih kontroversial.
- Diperlukan pemberian antibiotic jika terjadi limfangitis atau
selulitis.
- Pasien diajarkan cara untuk mengetahui adanya tanda infeksi
dengan cara inspeksi kulit.
- Apabila edema menjadi parah dan tidak terkontrol dengan terapi
medis, mobilitas terganggu atau apabila terdapat infeksi menetap
maka perlu dilakukan penanganan bedah. Pembedahan yang
dilakukan meliputi insisi jaringan subkutan dan fasia, dengan
cangkok kulit untuk menutup defek. Dapat juga dilakukan relokasi
pembedahan pembuluh limfa superfisial ke sistem limfa dalam,
dengan cara mengubur flap dermal sehingga terbentuk saluran
untuk pengaliran limfa [CITATION Tempatpenampung1 \p 922 \l
1033 ].

6) Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
.
1. Hambatan mobilitas Toleransi terhadap aktivitas Terapi Aktivitas
fisik b.d intolensi Kriteria Hasil :  Monitor respon emosi, fisik,
aktivitas  Warna kulit tidak sosial, dan spritual terhadap
terganggu aktivitas
 Kekuatan tubuh bagian  Bantu klien untuk
bawah tidak terganggu meningkatkan motivasi diri
 Kemudahan dalam dan penguatan
melakukan aktivitas  Sarankan metode-metode
hidup harian tidak untuk meningkatkan
terganggu aktivitas fisik yang tepat
 Berkolaborasi dengan ahli
terapis fisik, okupasi dan
terapis rekreasional dalam
dalam perencanaan dan
pemantauan program
aktivitas, jika memang
diperlukan

2. Risiko Infeksi dengan Kontrol resiko : proses Kontrol infeksi


faktor risiko supresi infeksi  Lakukan tindakan-tindakan
respon inflamasi Kriteria Hasil : pencegahan yang bersifat
 Mengidentifikasi faktor universal
resiko infeksi  Tingkatkan intake nutrisi
 Mengidentifikasi tanda yang tepat
dan gejala infeksi  Dorong intake cairan yang
 Mengembangkan strategi sesuai
efektif untuk mengontrol  Ajarkan pasien dan keluarga
infeksi mengenai tanda dan gejala
 Monitor perubahan status infeksi dan kapan harus
kesehatan melaporkannya kepada
pemberi layanan kesehatan
 Berikan imunisasi yang
sesuai
3. Kelebihan volume Keparahan cairan berlebihan Manajemen Hipervolemia
cairan b.d gangguan Kriteria Hasil :  Timbang berat badan tiap
mekanisme regulasi  Edema tangan tidak ada hari dengan waktu yang
 Edema kaki tidak ada tetap/sama (misalanya.,
setelah buang air kecil,
sebelum sarapan) dan
monitor kecenderungannya.
 monitor data laboratorium
tentang penyebab yang
mendasari terjadinya
hypervolemia
 monitor intake dan output
 tentukan perubahan berat
badan pasien sebelum dan
sesudah setiap sesi dialysis
 tingkatkan integritas kulit
(misalnya mencegah
gesekan, hindari
kelembapan yang
berlebihan, berikan nutrisi
yang adekuat) pada pasien
yang mengalami imobilisasi
dengan edema dependent,
sesuai kebutuhan
 instruksikan pasien dan
keluarga penggunaan
catatan asupan dan output,
sesuai kebutuhan.
 Instruksikan pasien dan
keluarga mengenai
intervensi yang
direncanakan untuk
menangani hipervolemia
4. Ketidakefektifan Pergerakan Peningkatan latihan
perfusi jaringan perifer Kriteria Hasil :  Gali pengalaman individu
b.d gaya hidup kurang  Kinerja pengaturan tubuh terkait latihan
gerak tidak terganggu  Gali hambatan untuk
 Bergerak dengan mudah melakukan latihan
 Dukung individu untuk
memulai dan melanjutkan
latihan
 Dampingi individu pada
saat mengembangkan
program latihan untuk
memenuhi kebutuhannya
 Lakukan latihan Bersama
individu, jika diperlukan
 Libatkan keluarga/orang
yang memberi perawatan
dalam merencanakan dan
meningkatkan program
latihan
 Instruksikan individu terkait
dengan tipe aktifitas fisik
yang sesuai dengan derajat
kesehatannya,
kolaborasikan dengan
dokter atau ahli terapi fisik
Terapi latihan: Ambulasi
 Beri pasien pakaian yang
tidak mengekang
 Bantu pasien menggunakan
alas kaki yang memfasilitasi
pasien untuk berjalan dan
mencegah stress
 Konsultasikan pada ahli
terapi fisik mengenai
rencana ambulasi, sesuai
kebutuhan
 Bantu pasien untuk
perpindahan, sesuai
kebutuhan
 Terapkan/sediakan alat
bantu (tongkat, walker, atau
kursi roda) untuk ambulasi,
jika pasien tidak stabil.
BAB III

PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Sistem limfatik merupakan suatu jalur tambahan tempat cairan dapat
mengalir dari ruang interstisial ke dalam darah. Hampir diseluruh jaringan
tubuh mempunyai saluran limfe yang mengalirkan cairan secara langsung dari
ruang interstisial kecuali bagian permukaan kulit, sitem saraf pusat,
endomysium otot, dan tulang tetapi jaringan tersebut mempunyai pembuluh
interstisial kecil yang disebut saluran paralimpatik. Sistem limfatik dapat
mengangkut protein dan zat-zat yang berpartikel besar keluar dari ruang
jaringan, yang tidak dapat dipindahkan dengan proses absorbsi langsung
kedalam kapiler darah.
Salah satu organ yang berfungsi sebagai sistem pertahanan tubuh yaitu
limpa. Limpa merupakan tempat pertama terjadinya respon imun humoral
terhadap patogen yang menular melalui darah. Apabila terjadi kelainan pada
limpa akan menyebabkan gangguan pada sistem limfa seperti limfoma
Hodgkin dan non Hodgkin, limfangitis dan limfedema.

1.2 Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran agar kita dapat
mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan gangguan yang
terjadipada sistem limfa . Makalah ini masih meiliki beberapa kekurangan
karena masih banyak hal-hal yang perlu ditambahkan lagi dalam makalah ini.
Maka dari itu kelompok sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang
dapat membangun, agar makalah kami kedepannya dapat lebih baik. Aamiin.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai