PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Klasifikasi Limfoma
Limfoma (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan dari
sistem limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit sehingga
muncul istilah limfoma malignum (maligna = ganas). Dalam kondisi normal, sel
limfosit merupakan salah satu sistem pertahanan tubuh. Sementara sel limfosit yang
tidak normal (limfoma) bisa berkumpul di kelenjar getah bening dan menyebabkan
pembengkakan. Sel limfosit ternyata tak cuma beredar di dalam pembuluh limfe, sel
ini juga beredar ke seluruh tubuh di dalam pembuluh darah karena itulah limfoma
bisa juga timbul di luar kelenjar getah bening. Dalam hal ini, yang tersering adalah
di limpa dan sumsum tulang. Selain itu, bisa juga timbul di organ lain seperti perut,
hati, dan otak.
Pengertian tentang limfoma maligna antara lain menurut Danielle, (1999)
bahwa limfoma adalah malignansi yang timbul dari sistem limfatik. Pengertian lain
tentang limfoma maligna menurut Susan Martin Tucker, (1998) adalah suatu
kelompok neoplasma yang berasal dari jaringan limfoid. Sedangkan menurut
Suzanne C. Smeltzer, ( 2001), mengemukakan bahwa limfoma maligna adalah
keganasan sel yang berasal dari sel limfoid. Pengertian lain tentang limfoma
maligna menurut Doenges, (1999) adalah kanker kelenjar limfoid.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa limfoma maligna
adalah suatu jaringan tumor padat yang berasal dari sel limfoid dan bersifat ganas.
Berdasarkan gambaran histopatologisnya, limfoma dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu :
a. Limfoma Hodgkin (LH)
Limfoma jenis ini memiliki dua tipe. yaitu tipe klasik dan tipe nodular
predominan limfosit, di mana limfoma hodgkin tipe klasik memiliki empat
subtipe menurut Rye, antara lain : Nodular Sclerosis, Lymphocyte
Predominance, Lymphocyte Depletion, Mixed Cellularity
b. Limfoma Non-Hodgkin (LNH)
Formulasi Kerja (Working Formulation) membagi limfoma non-hodgkin
menjadi tiga kelompok utama, antara lain :
- Limfoma Derajat Rendah
Kelompok ini meliputi tiga tumor, yaitu limfoma limfositik kecil, limfoma
folikuler dengan sel belah kecil, dan limfoma folikuler campuran sel belah
besar dan kecil
- Limfoma Derajat Menengah
Ada empat tumor dalam kategori ini, yaitu limfoma folikuler sel besar,
limfoma difus sel belah kecil, limfoma difus campuran sel besar dan kecil,
dan limfoma difus sel besar
- Limfoma Derajat Tinggi
Terdapat tiga tumor dalam kelompok ini, yaitu limfoma imunoblastik sel
besar, limfoma limfoblastik, dan limfoma sel tidak belah kecil.
Perbedaan antara LH dengan LNH ditandai dengan adanya sel Reed-Sternberg
yang bercampur dengan infiltrat sel radang yang bervariasi. Sel Reed-Sternberg
adalah suatu sel besar berdiameter 15-45 mm, sering berinti ganda (binucleated),
berlobus dua (bilobed), atau berinti banyak (multinucleated) dengan sitoplasma
amfofilik yang sangat banyak. Tampak jelas di dalam inti sel adanya anak inti yang
besar seperti inklusi dan seperti “Mata burung hantu” (owl-eyes), yang biasanya
dikelilingi suatu halo yang bening.
Sistem limfatik adalah suatu jalur tambahan dimana cairan dapat mengalir dari ruang
interstisial kembali ke aliran darah (guyton,1997). Melalui sistem ini, zat-zat dengan molekul
besar seperti protein dan lemak yang tidak dapat diserap secara langsung dari slauran cerna dapat
diangkut. Saluran limfe dari sistem limfatik ini juga sangat permeable terhadap pathogen-
patogen seperti bakteri, virus, parasit dan sel kanker sehingga melalui jalur ini pathogen tersebut
akan di keluarkan dalam bentuk hancur karena salah satu fungsi dari sistem ini adalah sebagai
sistem pertahanan tubuh.
Yang termasuk dalam sistem limfatik adalah pembuluh limfatik serta jaringan dan organ
limfatik.
a.pembuluh limfatik
Pembuluh Limfe mulai dari yang kecil yaitu kapiler limfe, yang ada pada semua jaringan
kecuali CNS, bone marrow dan jaringan yang tidak ada pembuluh darahnya seperti cartilago,
epidermis, dan cornea. Kelompok pembuluh limfe superficial ada di dalam dermis dan
hipodermis, sedangkan yang profunda ada di saluran tulang, otot, viscera, dan struktur dalam
lainnya.
Kapiler limfatik
Kapiler limfatik adalah pembuluh limfatik terkecil yang berfungsi sebagai penerima
cairan limfe untuk pertama kalinya. Didalam tubuh, ada suatu pemuluh kapiler limfatik
yang berfungsi untuk penyerapan lemak, pembuluh kapiler ini disebut lacteal
c. trunkus limfatikus
ada lima trunkus imfatikus besar yang ada di tubuh .
-lumbar trunk, berfungsi sebagai saluran dari cairan limfe yang berasal dari organ pelvic,
ovarium, testis, ginjal, kelenjar adrenal, ekstremitas bawah, pelvic dan dinding
abdominal.
-intestinal trunk,sebagai saluran limfe yang berasal dari organ –organ pencernaan yaitu
lambung, pancreas, limpa dan hati
-bronchomediastinal trunk, mengumpulkan cairan limfe yang berasal dari organ-organ
yang berada di toraks dan dinding thoraks
-jugularis trunk, saluran drainase untuk kepala dan leher
-Subclavian trunk, saluran limfe dari ekstremitas atas, dinding toraks yang superpisial,
dan dari kelenjar mamae
d. .ductus limfaticus, trunkus-trunkus yang ada kemudian terhubung dengan vena besar
yang berada di daerah thoraks atau bergabung pada pempuluh limfatik yang lebih besar
yang disebut ductus limfatikus
-sisterna chyle : suatu ductus yang terletak di bagian union dari lumbar trunk dan
mediastinal trunk berbentuk gelembung yang kaya akan lemak,
-thoracic duct : Ductus ini berjalan naik disepanjang vertebra dan verfungsi untuk
mengosongkan cairan limfe ke pembuluh vena. Ductus ini mendrainase sekitar tiga
perempat dari sistem limfaik tubuh. Trunkus yang aliran limfenya menuju ductus ini
adalah Truncus jugularis kiri dan trunkus subclavian kiri
Organ limfatik dibagi dibagi menjadi dua yaaitu organ limfatik primer dan skunder.organ
limfatik ini saling bekerjasama untuk membentk suatu pertahanan tubuh .
-organ limfatik primer, yang termasuk dalam kelomok ini adalah sum-sum tulang dan
timus. Sum-sum tulang adalah tempat hematopoeisis, terutama yang terkai dengan sisem
limfatik adalah limfosit B dan limfosit T. limfosit B diproduksi dan dimatangkan di sum-
sum tulang, sedangkan limfosit T diproduksi di sum-sum tulang dan dimatangkan di
tymus.
a.sum-sum tulang b.tymus
-organ limfatik sekunder, yang termasuk disini adalah limpa, kelenjar getah
bening , tonsil dan adenoids, apendiks dan peyer’s patches.
a.limpa b.limphonodus
C. Etiologi Limfoma
Penyebab dari penyakit limfoma maligna masih belum diketahui dengan pasti. Ada
4 kemungkinan penyebabnya, yaitu : faktor keturunan, kelainan sistem kekebalan, infeksi
virus (HIV) atau bakteria (Helicobacter Pilori), virus human T-cell leukemia/lymphoma
(HTLV), Epstein-Barr virus (EBV), dan toksin lingkungan (herbisida, pengawet dan
pewarna kimia).
Dari keempat faktor diatas, terdapat faktor predisposisi yang memicu munculnya
limfoma pada seseorang, yaitu sebagai berikut :
1. Usia. Penyakit limfoma maligna banyak ditemukan pada usia dewasa muda
yaitu antara 18 – 35 tahun dan pada orang diatas 50 tahun
2. Jenis kelamin. Penyakit limfoma maligna lebih banyak diderita oleh pria
dibandingkan wanita
3. Gaya hidup yang tidak sehat. Risiko Limfoma Maligna meningkat pada orang
yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak hewani, merokok, dan yang terkena
paparan UV
4. Pekerjaan. Beberapa pekerjaan yang sering dihubugkan dengan resiko tinggi
terkena limfoma maligna adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal
ini disebabkan adanya paparan herbisida dan pelarut organik.
D. Stadium Limfoma
Penyebaran Limfoma dapat dikelompokkan dalam 4 stadium. Stadium I dan II
sering dikelompokkan bersama sebagai stadium awal penyakit, sementara stadium III dan
IV dikelompokkan bersama sebagai stadium lanjut.
1. Stadium I : Penyebaran Limfoma hanya terdapat pada satu kelompok
yaitu kelenjar getah bening
2. Stadium II : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok
kelenjar getah bening, tetapi hanya pada satu sisi diafragma, serta
pada seluruh dada atau perut
3. Stadium III : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok
kelenjar getah bening, serta pada dada dan perut
4. Stadium IV : Penyebaran Limfoma selain pada kelenjar getah bening
setidaknya pada satu organ lain juga seperti sumsum tulang, hati,
paru-paru, atau otak
E. Tanda dan Gejala Limfoma
Tanda dan gejala dari limfoma dapat dibedakan berdasarkan klasifikasi dari
limfoma. Adapun tanda dan gejala :
1. Limfodenopati superficial. Sebagian besar pasien datang dengan pembesaran kelenjar getah
bening asimetris yang tidak nyeri dan mudah digerakkan (pada leher, ketiak atau pangkal
paha)
2. Demam
3. Sering keringat malam
4. Penurunan nafsu makan
5. Kehilangan berat badan lebih dari 10 % selama 6 bulan (anorexia)
6. Kelemahan, keletihan
7. Anemia, infeksi, dan pendarahan dapat dijumpai pada kasus yang mengenai sumsum tulang
secara difus
F. Patofisiologi dan Patogenesis Limfoma
Ada empat kelompok gen yang menjadi sasaran kerusakan genetik pada sel-sel tubuh
manusia, termasuk sel-sel limfoid, yang dapat menginduksi terjadinya keganasan. Gen-gen
tersebut adalah proto-onkogen, gen supresor tumor, gen yang mengatur apoptosis, gen yang
berperan dalam perbaikan DNA.
Proto-onkogen merupakan gen seluler normal yang mempengaruhi pertumbuhan dan
diferensiasi, gen ini dapat bermutai menjadi onkogen yang produknya dapat menyebabkan
transformasi neoplastik, sedangkan gen supresor tumor adalah gen yang dapat menekan
proliferasi sel (antionkogen). Normalnya, kedua gen ini bekerja secara sinergis sehingga proses
terjadinya keganasan dapat dicegah. Namun, jika terjadi aktivasi proto-onkogen menjadi onkogen
serta terjadi inaktivasi gen supresor tumor, maka suatu sel akan terus melakukan proliferasi tanpa
henti.
Gen lain yang berperan dalam terjadinya kanker yaitu gen yang mengatur apoptosis dan
gen yang mengatur perbaikan DNA jika terjadi kerusakan. Gen yang mengatur apoptosis
membuat suatu sel mengalami kematian yang terprogram, sehingga sel tidak dapat melakukan
fungsinya lagi termasuk fungsi regenerasi. Jika gen ini mengalami inaktivasi, maka sel-sel yang
sudah tua dan seharusnya sudah mati menjadi tetap hidup dan tetap bisa melaksanakan fungsi
regenerasinya, sehingga proliferasi sel menjadi berlebihan. Selain itu, gagalnya gen yang
mengatur perbaikan DNA dalam memperbaiki kerusakan DNA akan menginduksi terjadinya
mutasi sel normal menjadi sel kanker.
Diagnosa Keperawatan
1. Hyperthermia b.d tak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi
2. Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan komponen selular untuk pengiriman
oksigen/nutrisi ke sel
3. Intoleran aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan
kebutuhan
4. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d tidak mampu
dalam memasukkan, mencerna, mengabsorpsi makanan karena factor biologi
5. Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan informasi
Perencanaan dan Intervensi Keperawatan
1. Hyperthermia b.d tak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap inflamasi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan suhu
tubuh klien turun / dalam keadaan normal dengan kriteria hasil :
2. Berikan kompres hangat pada dahi, aksila, perut dan lipatan paha
R : kompres dapat menurunkan suhu tubuh klien
3. Anjurkan dan berikan minum yang banyak kepada klien (sesuai dengan
kebutuhan cairan tubuh klien)\
R : dengan banyak minum diharapkan dapat membantu menjaga keseimbangan
cairan dalam tubuh klien
1. Awasi tanda vital, warna kulit, membrane mukosa, dan dasar kuku
R : memberikan informasi tentang derajat keadekuatan perfusi jaringan dan untuk
intervensi selanjutnya
4. Kolaborasi dalam pemberian darah merah lengkap sesuai dengan indikasi dan
awasi secara ketat untuk komplikasi transfuse
R : meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen dan juga untuk mengurangi resiko
pendarahan
2. Berikan KIE mengenai proses penyakitnya kepada klien dan keluarga klien
R : klien dan keluarga klien dapat mengetahui proses penyakit yang diderita oleh
klien
Faktor Kelainan system Infeksi virus dan Toksin
keturunan kekebalan bakteri lingkungan
Infeksi
Kurang terpajan
Mutasi sel limfosit informasi
(sejenis leukosit)
Proses Inflamasi