Anda di halaman 1dari 25

Identifikasi Senyawa Kimia dan Jenis Biopigmen pada Mikroalga Chlorella

vulgaris Serta Uji Antioksidan Menggunakan Metode DPPH

Proposal

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Mengikuti Ujian


Proposal Outline Pada Jurusan Kimia

Oleh:
Wisna Taniyo
NIM: 442 416 034

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
2019
Daftar Isi
HALAMAN SAMPUL.........................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................3

1.3 Tujuan..............................................................................................................3

1.4 Manfaat............................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................4

2.1 Pengertian Mikroalga......................................................................................4

2.2 Mikroalaga Chlorella vulgaris........................................................................4

2.2.1 Taksonomi Mikroalga Chlorella vulgaris....................................................5

2.2.2 Kandungan Mikroalga Chlorella vulgaris....................................................5

2.2.3 Pertumbuhan Mikroalga Chlorella vulgaris.................................................6

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroalga Chlorella vulgaris.....7

2.4 Antioksidan......................................................................................................10

2.5 Uji Aktifitas Antioksidan................................................................................11

2.6 Fitokimia..........................................................................................................11

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................12

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian...........................................................................12

3.2 Alat dan Bahan................................................................................................12

3.2.1 Alat...............................................................................................................12

3.2.2 Bahan...........................................................................................................12

3.3 Metode Penelitian............................................................................................12

iii
3.3.1 Prosedur Kultivasi........................................................................................12

3.3.2 Pembuatan Kurva Pertumbuhan...................................................................13

3.3.3 Pemanenan dan Pengeringan........................................................................13

3.3.4 Ekstraksi Biopigmen....................................................................................13

3.3.5 Uji Fitokimia................................................................................................14

3.3.6 Kromotografi Lapis Tipis.............................................................................14

3.3.7 Karakterisasi Fraksi Aseton..........................................................................15

3.3.8 Uji Antioksidan............................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Danau limboto merupakan sebuah danau yang terletak di Kecamatan Limboto,


Gorontalo, Provinsi Gorontalo, Indonesia. Danau ini berpotensi menjadi danau
yang memiliki eutorofik atau tingkat kesuburan yang sangat tinggi, hal ini dapat
berpengaruh terhadap produktivitas perairan. Salah satu diantaranya dapat
meningkatkan unsur hara (nitrogen dan fosfor) yang berasal dari sisa metabolisme
ikan. Muatan unsur hara yang berlebihan dapat merangsang pertumbuhan
fitoplankton dengan cepat sehingga dapat mempengaruhi kelimpahan dan
fluktuasi fitoplankton yang terdapat diperairan danau tersebut. Fitoplankton
adalah organisme baik hewan maupun tumbuhan yang hidup melayang atau
mengabang di perairan. Fitoplankton sering digunakan sebagai klarifikasi status
tingkat kesuburan perairan yang merupakan parameter indikator (Pasisingi et al.,
2017).

Biopigmen merupakan pewarna alami yang dihasilkan dari organisme hidup.


Selain dapat diperoleh dari sayuran, buah-buahan, hewan dan mineral, biopigmen
juga dapat diperoleh dari mikroalga. Biopigmen pada mikroalga digunakan dalam
fotosintesis. Biopigmen fotosintesis yang utama pada mikroalga terdiri dari dua
bagian yaitu klorofil dan karatenoid. Salah satu jenis mikroalga yang didominasi
oleh klorofil dan karatenoid yaitu Chlorella vulgaris. Pemanfaatan biopigmen
mikroalga Chlorella vulgalir hingga saat ini telah diterapan pada bidang kosmetik
dan pada bidang pangan. Pada bidang kosmetik biopigmen digunakan sebagai
pewarna alami krim wajah, sabun dan bedak. Sedangkan pada bidang pangan,
biopigmen digunakan sebagai nutrisi tambahan (Dineshkumar et al, 2017).
Mikroalga pada umumnya merupakan tumbuhan renik berukuran mikroskopik
(diameter antara 3-30 µm) yang termasuk dalam kelas alga dan hidup sebagai
koloni maupun sel tunggal di seluruh perairan tawar. Morfologi mikroalga
berbentuk uniseluler atau multiseluler tetapi belum ada pembagian fungsi organ
yang jelas pada sel-sel komponennya. Hal itulah yang membedakan mikroalga
dari tumbuhan tingkat tinggi. Dalam siklus makanan diperairan, mikroalga
berperan sebagai produsen utama (Aung et al (2013) dalam Fithriani, Amini,
Melanie, & Susilowati, 2015).

Chlorella vulgaris adalah mikrolaga yang termaksuk ke dalam golongan alga


hijau (Chloropyta). Chlorella vulgaris banyak mengandung unsur hara yang
tinggi dan mampu hidup dengan baik pada lingkungannya. Pada umumnya alga
hijau memiliki biopigmen yang digunakan untuk berfotosintesis yaitu klorofil,
dimana pigmen klorofil berfungsi sebagai senyawa penangkal radikal bebas.
Pewarna alami yang dihasilkan dari organisme hidup disebut sebagai biopigmen.
Selain berperan sebagai biopigmen, klorofil diketahui dapat berpotensi sebagai
antioksidan.

Antioksidan adalah senyawa yang dapat mencegah atau memperlambat reaksi


oksidasi yang disebabkan oleh radikal bebas. Proses oksidasi makromolekul
dengan cara menghambat tahap inisisasi dan proparasi pada reaksi rantai oksidatif
sehingga dapat merendam dampak negatif oksidasi. Dalam mencegah dampak
negatif oksidasi dapat dikelompokan menjadi dua antioksidan yaitu antioksidan
pemutus rantai dan antioksidan pencegah. Tubuh kita memerlukan suatu substansi
penting yaitu antioksidan yang dapat membantu melindungi tubuh dari serangan
radikal bebas dengan merendam dampak negatif senyawa ini. Untuk menguji
adanya aktivitas antioksidan dapat menggunakan metode DPPH
(diphenilpycrylhydrazil) (Suryohudoyo (2000) dalam Sartika, 2010).

2
Menurut (Pasisingi et al., 2017) telah melakukan penelitian tentang komposisi
dan kelimpahan fitoplankton dengan melihat kondisi limnologi danau limboto
melalui parameter fisika-kimia sehingga dapat ditemukan 6 filum fitoplankton
yaitu Cholorophyta (10 spesies), Bacilorophyta (6 spesies), Cyanophyta (3
spesies), Dinophyta (1 spesies), Euglenophyta (8 spesies), dan Cryritophyta (3
spesies).

Berdasarkan penjelasan diatas, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan


penelitian mengenai “Identifikasi Senyawa Kimia dan Jenis Biopigmen pada
Mikroalga Chlorella vulgaris Serta Uji Antioksidan Menggunakan Metode
DPPH”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini antara
lain:

1. Senyawa kimia apa saja yang terkandung pada mikroalga Chlorella vulgaris?
2. Bagaimana potensi antioksidan dari mikroalga jenis Chlorella vulgaris yang
terdapat di Danau Limboto?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penelitian ini antara


lain:

1. Mengetahui senyawa kimia yang terkandung pada mikroalga Chlorella


vulgaris yang terdapat di Danau Limboto.

3
2. Mengetahui potensi antioksidan yang terkandung pada mikroalga Chlorella
vulgaris yang terdapat di Danau Limboto.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi mengenai


potensi mikroalga Chlorella vulgaris dan memberikan wawasan untuk penelitian
selanjutnya.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Mikroalga

Mikroalga pada umumnya merupakan tumbuhan renik yang berukuran


mikroskopi (diameter antara 3-30 μm) yang termasuk dalam kelas alga dan hidup
sebagai koloni maupun sel tunggal di seluruh perairan tawar maupun laut, yang
lazim disebut fitoplankton. Morfologi mikroalga berbentuk uniseluer atau
multiseluler tetapi belum ada pembagian fungsi organ yang jelas pada sel-sel
komponennya. Hal itulah yang dapat membedakan mikroalga dari tumbuhan
tingkat tinggi.

Mikroalga merupakan tumbuhan thalus yang berklorofil dan mempunyai


pigmen tumbuhan yang dapat menyerap cahaya matahari melalui proses
fotosintesis. Budidaya mikroalga sangat menarik karena tingkat pertumbuhannya
yang tinggi, mampu menyesuaikan pada kondisi lingkungan yang bervariasi.
Kandungan alami mikroalga terdiri dari zat gizi dan beberapa senyawa aktif
seperti β-karoten, provitamin, mineral, pigmen dan asam lemak. Mikroalga
memiliki kandungan protein yang tinggi, sehingga mikroalga juga dikenal sebagai
single cell protein (Arumayanti, 2018).

5
2.2 Mikroalga Chlorella vulgaris

Chlorella vulgaris merupakan mikroalga yang termasuk kedalam kelompok


Chlorophyta (alga hijau). Pada umumnya alga hijau memiliki biopigmen yang
digunakan untuk berfotosintesis yaitu klorofil, disamping adanya biopigmen
karatenoid. Bentuk dari sel Chlorella vulgaris bulat, bulat loncong dengan garis
tengah sel antara 2-8 µm. Chlorella vulgaris berkembang biak dengan cara
membela diri dan pembentukan spora. Chlorella vulgaris bersifat fotoautrotrof,
yaitu dapat membentuk makananya sendiri melalui fotosintesis. Mikroalga
Chlorella vulgaris adalah jenis tumbuhan yang belum mempunyai akar, daun, dan
batang sebenarnya, tetapi sudah memiliki klorofil sehingga bersifat autotrof.
Tubuhnya terdiri dari uniseluler dan ada pula yang multiseluler. Uniseluler
sebagai fitoplankton sedang yang multiseluler dapat hidup sebagai nektron,
perifiton atau bentos. Habitat mikroalga yaitu air atau tempat basah, sebagai epifit
atau sebagai endofit. Chlorella vulgaris hidup secara berkoloni dalam jumlah
besar. Lingkungan tempat hidupnya secara umum akan didapatkan di mana-mana,
terutama pada tempat lembab dan berair. Bahkan beberapa jenis bersimbiosis
dengan jamur membentuk lumut kerak atau hidup diantara jaringan hydra.

2.2.1 Taksonomi Chlorella vulgaris

Berdasarkan taksonominya, Chlorella vulgaris memiliki klasifikasi diantaranya:

Kindom : Plantae

Divisio : Chlorophyta

Kelas : Chlorophyceae

Ordo : Chlorococcales

6
Famili : Oocystaceae

Geneus : Chlorella

Spesies : Chlorella vulgaris (Faiz, 2011 dalam Septesa, 2017)

Sumber : (Hadiyanto, 2012)

Gambar 1. Chlorella vulgaris

2.2.2 Kandungan Mikroalga Chlorella vulgaris

Chlorella vulgaris mempunyai kandungan senyawa metabolit sekunder


seperti flavonoid, saponin, fenolik, steroid dan triterpenoid yang bisa menurunkan
kadar gula darah bagi penderita diabetes. Flavonoid berperan penting dalam

7
kerusakan jaringan pangkreas yang diakibatkan oleh alkilasi DNA akibat induksi
aloksan sebagai akibat yang dapat memperbaiki morfologi pangkreas mencit.
Saponin mempunyai aktivitas antikangker dan hipolipidemik. Aktivitas
hipolipidemik dari saponin akan menurunkan kadar lipid dalam tubuh sehingga
insulin berfungsi normal sebab peningkatan lipid dalam tubuh menyebabkan kerja
insulin terhambat sehingga terjadi diabetes.

2.2.3 Pertumbuhan Mikroalga Chlorella vulgaris

Chlorella vulgaris memiliki waktu generasi yang sangat cepat. Oleh karena
iti dalam waktu yang sangat singkat, memperbanyak sel akan terjadi secara cepat,
sehingga jika terjadinya cahaya dan sumber energi yang cukup. Adapun fase
pertumbuhan pada mikroalga Chlorella vulgaris yang dapat diketahui dengan
melakukan pengamatan terhadap beberpa parameter pertumbuhan seperti
besarnya ukuran sel dan jumlah sel. Pada pertumbuhan mikroalga pada sistem
kultivasi terbagi menjadi empat tahapan yaitu:

a) Fase Adaptasi (lag phase)


Fase adaptasi merupakan suatu tahap setelah pemberian inokolum kedalam
media kultur dimana terjadi penundaan pertumbuhan yang dikarenakan
Chlorella vulgaris membutuhkan pembelahan sehingga tidak terjadi
pertambahan sel. Fase ini adalah fase penyesuaian suatu masa ketika sel yang
kekurangan metabolisme dan enzim akibat dari keadaan tidak menguntungkan
pembiakan terdahulu, menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.
b) Fase Eksponensial
Fase eksponensial ini sel-sel yang dapat membela dengan cepat dan terjadi
pertambahan dalam jumlah sel. Hal ini tergantung pada apabila zat makanan
dalam pembenihan lebih maka hasil metabolisme yang beracun akan tertimbun
dan menghambat pertumbuhan. Kultur ini dapat bertambah dengan cepat yang
konstan.

8
c) Fase stasioner
Pada fase ini laju pertumbuhan berbanding lurus dengan laju kematian
sehingga pengurangan maupun penambahan mikroalga relatif sama. Oleh
karena itu kepadatan kultur menjadi tetap.
d) Fase kematian
Pada fase ini laju kematian lebih cepat dibandingkan dengan lahu
pertumbuhan sehingga terjadi penurunan jumlah sel pada bak kulturisasi .
penurunan kepadatan mikroalga ditandai dengan perubahan kondisi optimum
yang dipengaruhi oleh intensitas cahaya, suhu, jumlah hara yang ada dan
beberapa kondisi lingkungan yang lain. Keempat fase tersebut dapat
ditunjukkan dengan kurva pertumbuhan mikroalga chlorella vulgaris pada
Gambar 2.

9
Gambar 2. Kurva Pertumbuhan Chlorella vulgaris (Aditia, 2010).

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroalga Chlorella vulgaris

Organisme autotrofik seperti Chlorella vulgaris membutuhkan cahaya, CO2,


H2O, nutrient dan trace elemen untuk pertumbuhannya. Adapun faktor yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan mikroalga Chlorella vulgaris antara lain:

2.3.1 Jenis Medium

Agar Chlorella vulgaris bisa hidup, maka medium membiakannya harus


mempunyai nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan. Jika asupan nutrisi dari
medium tidak cukup, maka laju pertumbuhan akan terhambat. Oleh karena itu
komposisi dari medium yang diberikan harus tepat. Medium yang diperlukan
untuk perkembangan Chlorella vulgaris relatif lebih sederhana dan membutuhkan
jenis nutrisi yang lebih sedikit dibandingkan dengan medium untuk jenis alga
lainnya.

Ada beberpa medium yang digunakan untuk membiakkan Chlorella


vulgaris antara lain: Pupuk Komersial, Detmer, Benneck, dan Walne. Adapun
komposisi nutrisi dari masing-masing medium tersebut dapat dilihat pada tabel 1.

Nutrisi Benneck Detmer Pupuk Komersial Walne


MgSO4 100 mg/L 550 mg/L - -
KH2PO4 200 mg/L 250 mg/L - -
NaNO3 500 mg/L - - 100
mg/L

10
FeCl3 3 – 5 mg/L - - 1,3
mg/L
KCl - 250 mg/L 40mg/L -
Cu(NO3)2 - 1000 mg/L - -
CO(NH2)2 - - 800mg/L -
Na2EDTA - - - 45 mg/L
H3BO3 - - - 33,6
mg/L
TSP - - 15 mg/L -
NaH2PO4 - - - 20 mg/L
MnCl2 - - - 0,36mg/
L

Tabel 1. Komposis Nutrisi Medium Pembiakkan Chlorella vulgaris (Aditia,


2010).

2.3.2 Pencahayaan

. Cahya merupakan faktor yang dapat mempengaruhi mikroalga sebagai


sumber energi untuk pertumbuhan dan untuk fotosintesis. Selain cahaya matahari,
bisa juga digunakan cahaya dari lampu TL (tube lamp). Proses pencahayaan
terdiri dari pencahayaan kontinyu, gelap terang, dan pencahayaan dengan
kenaikan intensitas cahaya. Berikut proses pencahayaan dengan intensitas
tertentu:

1) Pencahayaan Kontinyu
Pencahayaan kontinyu merupakan pencahayaan dengan intensitas tetap,
chlorella vulgaris yang diiluminasi dengan cahaya tampak (370-900 mm)
secara terus menerus hingga mencapai fase stasionernya. Menurut
penelitian yang telah dilakukan, perlakuan ini dapat memberikan hasil laju

11
pertumbuhan yang tinggi jika dibandungkan dengan pencahaayan gelap-
terang.
2) Pencahayaan Gelap-Terang
Pencahayaan gelap-terag merupakan pencahayaan dengan mengatur
kondisi gelap selama 16 jam dan kondisi terang selama 8 jam. Chlorella
vulgaris diiluminasi dengan cahaya tampak (370-900 mm) dengan
mengatur seperti keadaan alami. Menurut penelitian yang telah dilakukan,
perlakuan ini memberikan efisiensi cahaya yang paling besar
dibandingkan dengan pencahayaan kontinyu, namun laju pertumbuhannya
masih sedikit dibawah pencahayaan kontinyu.
3) Penyahayaan Alterasi
Alterasi merupakan perubahan perlakuan cahaya kontinyu dengan
memberikan intensitas cahaya yang semakin tinggi seiring dengan
pertambahan jumlah sel dari Chlorella vulgaris. Perlakuan pencahayaan
alterasi didasari pada semakin banyak jumlah sel biomassa dari chlorella
vulgaris, maka kultur akan semakin pekat sehingga cahaya yang diberikan
tidak lagi diterima secara merata oleh semua sel.

2.3.3 Derajat Keasaman (pH)

pH akan mempengaruhi kerja suatu enzim pH media berkisar antara 7.0-


8.0 cukup baik digunakan dalam kultur alga. Chlorella vulgaris tahan
terhadap lingkungan yang asam dengan pH mencapai 2. Untuk mencegah
terjadinya perubahan pH dalam media kultur alga, perlu ditambahkan
EDTA ke dalam media. EDTA berfungsi sebagai buffer sehingga pH
media akan tetap stabil.

2.3.4 Pengkulturan

12
Pada tahan pengkulutan ini sangat penting dalam pembiakan Chlorella
vulgaris, pada tahap ini mikroalga dikenalkan pada medium baru agar
lebih terbiasa hingga dapat melewati fasa lag-nya. Setelah itu Chlorella
vulgaris siap untuk dibiakkan pada fase log. Tahap ini bertujuan untuk
mengetahui apakah medium yang digunakan sesuai.

2.3.5 Kontaminasi

Pada tahap ini sedikit kontaminasi yang ada akan mempengaruhi


pertumbuhan Chlorella vulgaris. Kontaminasi dapat berebut makanan
dengan chlorella itu sendiri dan yang lebih berbahaya jika kontaminan
yang ada menjadi predator bagi mikroalga itu sendiri. Oleh karena itu,
seluruh kegiatan kultivasi Chlorella vulgaris harus dilakukan secara steril
untuk mencegah adanya kontaminan.

2.4 Antioksidan
Antioksidan merupakan substansi nutrisi maupun non-nutrisi yang
terkandung dalam bahan pangan sebagai senyawa pemberi elektron atau reduktor
yang mampu mencegah terjadinya kerusakan oksidatif dalam tubuh. Ada dua
kelompok antioksidan dalam mencegah dampak negatif oksidasi yaitu antioksidan
pencegah dan antioksidan pemutus rantai. Antioksidan pencegah merupakan
antioksidan yang mencegah pembentukan radikal OH- yaitu bekerja pada tahap
inisiasi, misalnya antioksidan pencegah pada katalase, glutation peroksidase, dan
superoksida dismutase. Sedangkan pada antioksidan pemutus rantai adalah
antioksidan yang bekerja mencegah reaksi rantai berlanjut dan bekerja pada tahap
propagasi, misalnya antioksidan pemutus rantai pada vitamin C, vitamin E, β-
karoren, qlutation dan sistein (Sartika, 2010).

13
Komponen kimia yang berperan sebagai antioksidan yaitu senyawa
golongan polifenolik dan fenolik. Senyawa ini banyak terdapat di alam, terutama
pada tumbuhan, dan memiliki kemampuan untuk menangkap radikal bebas
(Ramle et al, 2008 dalam Laili, 2016). Senyawa fenol merupakan senyawa yang
memiliki cincin aromatik yang mengandung satu atau dua gugus hidroksi, dan
mudah larut dalam air karena berikatan dengan glikosida. Senyawa fenolik sangat
berperan penting terhadap aktivitas antioksidan . besarnya kandungan senyawa
golongan fenolnya maka semakin besar pula aktivitas antioksidannya
(Rahmawati, 2016).

2.5 Uji Aktivitas Antioksidan


Salah satu metode yang digunakan dalam menguji aktivitas antioksidan
yaitu mengunakan DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil). DPPH merupakan
radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan sering digunakan untuk uji
aktivitas antioksidan beberapa senyawa atau ekstrak bahan alam. Pengukuran
antioksidan dengan metode DPPH merupakan metode pengukuran antioksidan
yang sederhana, cepat dan tidak membutuhkan banyak reagen. Hasil pengukuran
dengan mengunakan metode DPPH menunjukkan adanya kemampuan antioksidan
sampel secara umum, tidak berdasarkan pada jenis radikal yang dihambat
(Rahmawati, 2016)
2.6. Fitokimia
Fitokimia merupakan bahan atau senyawa kimia yang dihasilkan leh
tumbuhan. Dalam penggunaan terutama dalam bidang kimia bahan alam,
fitokimia diartikan sebagai metabolit sekunder yang khusus dihasilkan oleh
tumbuhan. Dengan demikian dapat didefinisikan bahwa fitokimia adalah senyawa
kimia non nutrisi yang memiliki fungsi proteksi atau pertahanan yang diproduksi
didalam sel tumbuhan (Nugroho, 2017)

14
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia, jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo (UNG).
Penelitian ini dilakukan selama ± 3 bulan.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam peneltian ini berupa neraca analitik,
hemasitometer, kuvet, pH meter, botol kultur, botol vial, aerator, selang, batu
aeratol, kain satin, termometer, alat gelas, pengaduk magnet, corong pisah, kertas
saring, batang pengaduk, pipa kapiler, plat KLT, silika gel GF 254 dan lampu TL
(tube lamp), dan spektrofotometer UV/VIS.

3.2.2 Bahan

15
3.2.2.1 Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mikroalga Chlorella


vulgaris yang terdapat di Danau Limboto.

3.2.2.2 Bahan Kimia

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa media BBM
(Bassal Bold Medium), aseton, n- heksana, metanol, NaOH, etanol, pereaksi
Meyer, pereaksi Dragendroff, NaCl, DPPH, asam askorbat, kertas tisue, kertas
label, plastik bening, aluminium foil, dan aquades.

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen yang


dilakukan di Laboratorium, dengan tahapan sebagai berikut:

3.3.1 Proses Kultivasi


Proses kultivasi pada Chlorella vulgaris dapat dilakukan dalam media
bassal bold medium (BBM). Sebanyak 10 ml sampel mikroalga chlorella vulgaris
diinokulasikan ke dalam masing-masing 100 ml BBM dalam erlenmeyer 250 ml
yang ditempatkan pada meja yang telah dilengkapi dengan pencahayaan yang
menggunakan lampu TL (Tube Lamp). Suhu yang digunakan pada proses
kultivasi adalah pada suhu ruang serta dapat memberikan cahaya 2000-3000 lux
dari lampu TL. Kultur ini bertujuan untuk mendapatkan biomassa pada umur
panen yang dibutuhkan. Penentuan umur panen dilakukan berdasarkan pola
pertumbuhan yang dibuat. Hasil dari kultivasi dilakukan analisis klorofil, protein,
karbohidrat, total lipid dan ekstraksi senyawa antioksidan (Rosahdi, Susanti, &
Suhendar, 2015).
3.3.2 Pembuatan Kurva Pertumbuhan

16
Pada pembuatan kurva pertumbuhan dapat dilakukan dengan menghitung
kerapantan optis dari mikroalga Chlorella vulgaris selama proses kultivasi
berlangsung dengan menggunakan spektofotometer UV-VIS. Hasil data yang
didapatkan selama proses kultivasi akan dibuat kurva pertumbuhan.
3.3.3 Pemanenan Dan Pengeringan
Pemanenan Chlorella vulgaris dilakukan pada hari ke 7-8 saat kepadatan
sel sudah cukup tinggi. Mikroalga dipanen dengan cara flokulasi menggunakan
NaOH. Setelah penambahan NaOH, dilakukan pengadukan cepat selama 1 menit
secara manual menggunakan batang pengaduk kemudian didiamkan selama satu
malam. Kemudian dilakukan proses penyaringan biomassa dengan menggunakan
kain santin. Setelah semua endapan kultur disaring, kemudian endapan kultur
dibilas dengan aquadest hingga didapatkan pH yang netral. Tujuan pembilasan
menggunakan aquadest yaitu untuk menghilangkan pengotor serta residu kimia.
Pada proses pengeringan dilakukan didalam ruangan dengan suhu ruang.
Dari hasil pemanenan yang didapatkan kemudian dipindahkan ke atas plastik agar
pada saat biomassa sudah keringan tidak banyak biomassa kering yang menempel
pada kain satin. Proses pengeringan biomassa hanya dengan bantuan hembusan
angin. Pengeringan berlangsung selama 2-3 hari.
3.3.4 Ekstraksi Biopigmen
Metode yang dilakukan adalah dengan cara ekstraksi melalui proses
maserasi. Biopigmen diekstraksi dengan menambahkan aseton sebagai pelarut.
Sebanyak 0,5 gram sampel kering dilarutkan dengan 100 mL aseton dan diaduk
selama satu malam. Selanjutnya ekstrak disaring menggunakan kertas saring,
residu diekstraksi kembali dengan menggunakan pelarut yang sama yaitu aseton
sampai seluruh pigmen terangkat yang ditandai dengan warna thallus yang
memudar/memucat. Kemudian filtrat dipartisi dengan n-heksan dan ditambahkan
garam dapur untuk memeperjelas pemisahan antara ekstrak dan pelarut.
Kemudian fitrat digunakan untuk KLT, dan penentuan jenis biopigmen
dilakaukan dengan spektrofotometer UV-VIS serta uji aktivitas daya antioksian
dengan menggunakan DDPH (Rosahdi et al., 2015).
3.3.5 Uji Fitokimia

17
Pada pembuatan larutan uji untuk skrining fitokimia (steroid, triterpenoid,
alkaloid, saponin, tanin, dan glikosida) dapat dilakukan dengan melarutkan
ekstrak mikroalga Chlorella vulgaris dalam etanol dengan perbandingan 1:10.
Uji steroid dan triterpenoid dapat dilakukan dengan reaksi Lieberman-
Burchard. Terbentuknya cincin biru kehijauan pada perbatasan larutan
menunjukkan adanya steroid, sedangkan bila muncul cincin kecoklatan atau
violet pada perbatasan larutan menunjukkan adanya triterpenoid.
Uji alkaloid dilakukan dengan mereaksikan larutan dengan pereaksi
mayer. Apa bila terbentuk endapan jingga pada reaksi dengan pereaksi
Dragondroff serta endapan kuning pada reaksi dengan pereaksi meyer
menunjukkan adanya alkaloid.
Uji saponin dilakukan dengan mengamati pembentukkan busa setelah
pengocokan. Busa 1-10 cm yang stabil selama tidak kurang dari 10 menit, dan
tidak hilang pada penambahan 1 tetes HCl 2 N menunjukkan adanya saponin.
Uji tanin dilakukan dengan mereaksikan 3 ml larutan uji dengan 5 tetes
NaCl 1% dan 3 tetes larutan gelatin. Jika terbentuk endapan maka larutan ekstrak
positif menunjukkan adanya tanin Robinson (1991) dalam Diini, dkk., 2015).
Uji glikosida dilakukan dengan Uji Liebermann-Burchard. Terbentuknya
warna biru atau hijau menunjukkan adanya glikosida
Uji flafonoid terhadap ekstrak etanol mikroalga dilakukan dengan uji
Taubeck. Larutan berfluoresensi kuning di bawah UV 366 nm, intensif
menunjukkan adanya flafonoid Anon (1989) dalam (Fithriani et al., 2015)
3.3.6 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Pada uji KLT filtrat yang telah didapat dari hasil ekstraksi selanjutnya
dipekatkan dengan menggunakan waterbath sampai volumenya berkurang.
Kemudian ditotolkan menggunakan pipa kapiler di atas plat KLT silika gel GF
254 dengan menggunakan eluen aseton : n-heksana (4:6). Proses akan dihentikan
ketika eluen sudah tidak bergerak lagi melalui plat silika gel.
3.3.7 Karakterisi Fraksi Aseton untuk Pembacaan Pola Spekta
Untuk pembacaan pola spektra pada fraksi aseton dilakukan pada panjang
gelombang 300-800 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS. Tujuan

18
dari pembacaan pola spektra ini untuk menentukan jenis biopigmen utama yang
terdapat pada fraksi aseton dengan membandingkan hasil pola spektra dari fraksi
aseton dengan pola spektra dari literatur. Kemudian ditentukan dari panjang
gelombang maksimum yang diperoleh dari pola spektra.
3.3.8 Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH
a) Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Untuk menentukan panjang gelombang maksimum digunakan larutan DPPH
0,5 mM sebanyak 5 ml dimasukkan dalam kuvet sampai penuh. Kemudian dicari
λmaks larutan dan dicatat hasil pengukuran λmaks yang digunakan pada tahap
selanjutnya.
b) Penentuan Waktu Kestabilan Pengukuran Antioksidan
Pada waktu penentuan waktu kestabilan antioksidan digunakan larutan ekstrak
100 ppm sebanyak 2,25 ml. Kemudian ditambahkan larutan DPPH 0,5 mM
sebanyak 0,75 ml, selanjutnya dicari waktu kestabilan tanpa inkubasi pada suhu
37 0C pada rentang waktu 10-60 menit dengan interval 10 menit. Kemudian
sampel diukur pada λmaks yang telah diketahui pada tahap sebelumnya.
c) Pengukuran Potensi Antioksidan Pada Sampel
Untuk sampel ekstrak dilarutkan kedalam pelarutnya dengan konsentrasi
5, 10, 15, 20 dan 25 ppm. Kemudian masing-masing konsentrasi dipipet 2,25 ml
dan ditambahkan 0,75 ml DPPH 0,5 mM. Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37 0C
pada waktu kestabilan yang diperoleh pada tahap sebelumnya. Kemudian diukur
absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang
519,0 nm. Masing-masing ekstrak dihitung nilai persen (%) aktivitas
antioksidannya yang diperoleh dari data absorbansinya ditiap konsentrasi.

Ao−Ac
% aktivitas antioksidan= x 100 %
Ao
Dihitung nilai IC50 dengan memperoleh persamaan regresi linier. Kontrol yang
digunakan berupa larutan DPPH 0,5 mM dalam asam askorbat (Vitamin C)
sebagai pembanding (Rio dkk, 2015).

19
DAFTAR PUSTAKA

Aditia, D. R. (2010). Pengaruh N2o Terhadap Pertumbuhan Mikroalga Chlorella


Vulgaris Buitenzorg.

Arumayanti, R. (2018). Kajian Pertumbuhan Mikroalga Spirulina Sp.,


Nannochloropsis Sp. Dan Chlorella Sp. Pada Media Limbah Cair Industri

20
Karet Remah Sebagai Sumber Protein. (September), 160–164.

Dineshkumar, R., Kumaravel, R. and Samathkumar, P., 2017.Cultivation of


Efficient Marine Microalgae and Their Biochemical Composition and Its
Antibacterial Activity against Human Pathogens. Journal of Aquaculture &
Marine Biology, 5(4).

Fithriani, D., Amini, S., Melanie, S., & Susilowati, R. (2015). Uji Fitokimia,
Kandungan Total Fenol Dan Aktivitas Antioksidan Mikroalga Spirulina Sp.,
Chlorella Sp., Dan Nannochloropsis Sp. Jurnal Pascapanen Dan
Bioteknologi Kelautan Dan Perikanan, 10(2), 101.
Https://Doi.Org/10.15578/Jpbkp.V10i2.270

Nugroho, A. (2017). Buku Ajar: Teknologi Bahan Alam. 155.

Pasisingi, N., Kasim, F., Hasiru, D. J., Tammu, T., Djaina, W., Fikrih, R., …
Supu, C. (2017). Komposisi Dan Kelimpahan Fitoplankton Di Danau
Limboto Dan Danau Perintis Nuralim.

Rahmawati, L. M. (2016). Uji Aktivitas Antioksidan Dan Identifikasi Senyawa


Steroid Isolat Hasil Kltp Fraksi Petroleum Eter Mikroalga Chlorella Sp.
Menggunakan Uv-Vis. (June).

Rio Kristian, Sapto Raharjo, Sulastriana. 2015. Uji Akrivitas Antioksidan


Mikroalga Air Tawar. Jurnal Medula, 3(1).

Rosahdi, T. D., Susanti, Y., & Suhendar, D. (2015). Uji Aktivitas Daya
Antioksidan Biopigmen Pada Fraksi Aseton Dari Mikroalga Chlorella
Vulgaris. Jurnal Istek, Ix(1), 1–16.

Sartika, D. (2010). Aktivitas Antioksidan Lipid Mengandung Pigmen Dan


Komposisi Kimia Dari Chlorella Vulgaris Pada Umur Panen Yang Berbeda.
(45), 39. Retrieved From Https://Www.Nber.Org/Papers/W15827.Pdf

Septesa, M. S. Y. (2017). Pengaruh Pemberian Mikroalga Chlorella Vulgaris


Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada Mencit Yang Diinduksi
Aloksan. Universitas Nusantara Pgri Kediri, 01, 1–7. Retrieved From
Http://Www.Albayan.Ae

21
22

Anda mungkin juga menyukai