Proposal
Oleh:
Wisna Taniyo
NIM: 442 416 034
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................................3
1.4 Manfaat............................................................................................................3
2.4 Antioksidan......................................................................................................10
2.6 Fitokimia..........................................................................................................11
3.2.1 Alat...............................................................................................................12
3.2.2 Bahan...........................................................................................................12
iii
3.3.1 Prosedur Kultivasi........................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
iv
BAB I
PENDAHULUAN
2
Menurut (Pasisingi et al., 2017) telah melakukan penelitian tentang komposisi
dan kelimpahan fitoplankton dengan melihat kondisi limnologi danau limboto
melalui parameter fisika-kimia sehingga dapat ditemukan 6 filum fitoplankton
yaitu Cholorophyta (10 spesies), Bacilorophyta (6 spesies), Cyanophyta (3
spesies), Dinophyta (1 spesies), Euglenophyta (8 spesies), dan Cryritophyta (3
spesies).
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini antara
lain:
1. Senyawa kimia apa saja yang terkandung pada mikroalga Chlorella vulgaris?
2. Bagaimana potensi antioksidan dari mikroalga jenis Chlorella vulgaris yang
terdapat di Danau Limboto?
3
2. Mengetahui potensi antioksidan yang terkandung pada mikroalga Chlorella
vulgaris yang terdapat di Danau Limboto.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2.2 Mikroalga Chlorella vulgaris
Kindom : Plantae
Divisio : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Chlorococcales
6
Famili : Oocystaceae
Geneus : Chlorella
7
kerusakan jaringan pangkreas yang diakibatkan oleh alkilasi DNA akibat induksi
aloksan sebagai akibat yang dapat memperbaiki morfologi pangkreas mencit.
Saponin mempunyai aktivitas antikangker dan hipolipidemik. Aktivitas
hipolipidemik dari saponin akan menurunkan kadar lipid dalam tubuh sehingga
insulin berfungsi normal sebab peningkatan lipid dalam tubuh menyebabkan kerja
insulin terhambat sehingga terjadi diabetes.
Chlorella vulgaris memiliki waktu generasi yang sangat cepat. Oleh karena
iti dalam waktu yang sangat singkat, memperbanyak sel akan terjadi secara cepat,
sehingga jika terjadinya cahaya dan sumber energi yang cukup. Adapun fase
pertumbuhan pada mikroalga Chlorella vulgaris yang dapat diketahui dengan
melakukan pengamatan terhadap beberpa parameter pertumbuhan seperti
besarnya ukuran sel dan jumlah sel. Pada pertumbuhan mikroalga pada sistem
kultivasi terbagi menjadi empat tahapan yaitu:
8
c) Fase stasioner
Pada fase ini laju pertumbuhan berbanding lurus dengan laju kematian
sehingga pengurangan maupun penambahan mikroalga relatif sama. Oleh
karena itu kepadatan kultur menjadi tetap.
d) Fase kematian
Pada fase ini laju kematian lebih cepat dibandingkan dengan lahu
pertumbuhan sehingga terjadi penurunan jumlah sel pada bak kulturisasi .
penurunan kepadatan mikroalga ditandai dengan perubahan kondisi optimum
yang dipengaruhi oleh intensitas cahaya, suhu, jumlah hara yang ada dan
beberapa kondisi lingkungan yang lain. Keempat fase tersebut dapat
ditunjukkan dengan kurva pertumbuhan mikroalga chlorella vulgaris pada
Gambar 2.
9
Gambar 2. Kurva Pertumbuhan Chlorella vulgaris (Aditia, 2010).
10
FeCl3 3 – 5 mg/L - - 1,3
mg/L
KCl - 250 mg/L 40mg/L -
Cu(NO3)2 - 1000 mg/L - -
CO(NH2)2 - - 800mg/L -
Na2EDTA - - - 45 mg/L
H3BO3 - - - 33,6
mg/L
TSP - - 15 mg/L -
NaH2PO4 - - - 20 mg/L
MnCl2 - - - 0,36mg/
L
2.3.2 Pencahayaan
1) Pencahayaan Kontinyu
Pencahayaan kontinyu merupakan pencahayaan dengan intensitas tetap,
chlorella vulgaris yang diiluminasi dengan cahaya tampak (370-900 mm)
secara terus menerus hingga mencapai fase stasionernya. Menurut
penelitian yang telah dilakukan, perlakuan ini dapat memberikan hasil laju
11
pertumbuhan yang tinggi jika dibandungkan dengan pencahaayan gelap-
terang.
2) Pencahayaan Gelap-Terang
Pencahayaan gelap-terag merupakan pencahayaan dengan mengatur
kondisi gelap selama 16 jam dan kondisi terang selama 8 jam. Chlorella
vulgaris diiluminasi dengan cahaya tampak (370-900 mm) dengan
mengatur seperti keadaan alami. Menurut penelitian yang telah dilakukan,
perlakuan ini memberikan efisiensi cahaya yang paling besar
dibandingkan dengan pencahayaan kontinyu, namun laju pertumbuhannya
masih sedikit dibawah pencahayaan kontinyu.
3) Penyahayaan Alterasi
Alterasi merupakan perubahan perlakuan cahaya kontinyu dengan
memberikan intensitas cahaya yang semakin tinggi seiring dengan
pertambahan jumlah sel dari Chlorella vulgaris. Perlakuan pencahayaan
alterasi didasari pada semakin banyak jumlah sel biomassa dari chlorella
vulgaris, maka kultur akan semakin pekat sehingga cahaya yang diberikan
tidak lagi diterima secara merata oleh semua sel.
2.3.4 Pengkulturan
12
Pada tahan pengkulutan ini sangat penting dalam pembiakan Chlorella
vulgaris, pada tahap ini mikroalga dikenalkan pada medium baru agar
lebih terbiasa hingga dapat melewati fasa lag-nya. Setelah itu Chlorella
vulgaris siap untuk dibiakkan pada fase log. Tahap ini bertujuan untuk
mengetahui apakah medium yang digunakan sesuai.
2.3.5 Kontaminasi
2.4 Antioksidan
Antioksidan merupakan substansi nutrisi maupun non-nutrisi yang
terkandung dalam bahan pangan sebagai senyawa pemberi elektron atau reduktor
yang mampu mencegah terjadinya kerusakan oksidatif dalam tubuh. Ada dua
kelompok antioksidan dalam mencegah dampak negatif oksidasi yaitu antioksidan
pencegah dan antioksidan pemutus rantai. Antioksidan pencegah merupakan
antioksidan yang mencegah pembentukan radikal OH- yaitu bekerja pada tahap
inisiasi, misalnya antioksidan pencegah pada katalase, glutation peroksidase, dan
superoksida dismutase. Sedangkan pada antioksidan pemutus rantai adalah
antioksidan yang bekerja mencegah reaksi rantai berlanjut dan bekerja pada tahap
propagasi, misalnya antioksidan pemutus rantai pada vitamin C, vitamin E, β-
karoren, qlutation dan sistein (Sartika, 2010).
13
Komponen kimia yang berperan sebagai antioksidan yaitu senyawa
golongan polifenolik dan fenolik. Senyawa ini banyak terdapat di alam, terutama
pada tumbuhan, dan memiliki kemampuan untuk menangkap radikal bebas
(Ramle et al, 2008 dalam Laili, 2016). Senyawa fenol merupakan senyawa yang
memiliki cincin aromatik yang mengandung satu atau dua gugus hidroksi, dan
mudah larut dalam air karena berikatan dengan glikosida. Senyawa fenolik sangat
berperan penting terhadap aktivitas antioksidan . besarnya kandungan senyawa
golongan fenolnya maka semakin besar pula aktivitas antioksidannya
(Rahmawati, 2016).
14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam peneltian ini berupa neraca analitik,
hemasitometer, kuvet, pH meter, botol kultur, botol vial, aerator, selang, batu
aeratol, kain satin, termometer, alat gelas, pengaduk magnet, corong pisah, kertas
saring, batang pengaduk, pipa kapiler, plat KLT, silika gel GF 254 dan lampu TL
(tube lamp), dan spektrofotometer UV/VIS.
3.2.2 Bahan
15
3.2.2.1 Sampel
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa media BBM
(Bassal Bold Medium), aseton, n- heksana, metanol, NaOH, etanol, pereaksi
Meyer, pereaksi Dragendroff, NaCl, DPPH, asam askorbat, kertas tisue, kertas
label, plastik bening, aluminium foil, dan aquades.
16
Pada pembuatan kurva pertumbuhan dapat dilakukan dengan menghitung
kerapantan optis dari mikroalga Chlorella vulgaris selama proses kultivasi
berlangsung dengan menggunakan spektofotometer UV-VIS. Hasil data yang
didapatkan selama proses kultivasi akan dibuat kurva pertumbuhan.
3.3.3 Pemanenan Dan Pengeringan
Pemanenan Chlorella vulgaris dilakukan pada hari ke 7-8 saat kepadatan
sel sudah cukup tinggi. Mikroalga dipanen dengan cara flokulasi menggunakan
NaOH. Setelah penambahan NaOH, dilakukan pengadukan cepat selama 1 menit
secara manual menggunakan batang pengaduk kemudian didiamkan selama satu
malam. Kemudian dilakukan proses penyaringan biomassa dengan menggunakan
kain santin. Setelah semua endapan kultur disaring, kemudian endapan kultur
dibilas dengan aquadest hingga didapatkan pH yang netral. Tujuan pembilasan
menggunakan aquadest yaitu untuk menghilangkan pengotor serta residu kimia.
Pada proses pengeringan dilakukan didalam ruangan dengan suhu ruang.
Dari hasil pemanenan yang didapatkan kemudian dipindahkan ke atas plastik agar
pada saat biomassa sudah keringan tidak banyak biomassa kering yang menempel
pada kain satin. Proses pengeringan biomassa hanya dengan bantuan hembusan
angin. Pengeringan berlangsung selama 2-3 hari.
3.3.4 Ekstraksi Biopigmen
Metode yang dilakukan adalah dengan cara ekstraksi melalui proses
maserasi. Biopigmen diekstraksi dengan menambahkan aseton sebagai pelarut.
Sebanyak 0,5 gram sampel kering dilarutkan dengan 100 mL aseton dan diaduk
selama satu malam. Selanjutnya ekstrak disaring menggunakan kertas saring,
residu diekstraksi kembali dengan menggunakan pelarut yang sama yaitu aseton
sampai seluruh pigmen terangkat yang ditandai dengan warna thallus yang
memudar/memucat. Kemudian filtrat dipartisi dengan n-heksan dan ditambahkan
garam dapur untuk memeperjelas pemisahan antara ekstrak dan pelarut.
Kemudian fitrat digunakan untuk KLT, dan penentuan jenis biopigmen
dilakaukan dengan spektrofotometer UV-VIS serta uji aktivitas daya antioksian
dengan menggunakan DDPH (Rosahdi et al., 2015).
3.3.5 Uji Fitokimia
17
Pada pembuatan larutan uji untuk skrining fitokimia (steroid, triterpenoid,
alkaloid, saponin, tanin, dan glikosida) dapat dilakukan dengan melarutkan
ekstrak mikroalga Chlorella vulgaris dalam etanol dengan perbandingan 1:10.
Uji steroid dan triterpenoid dapat dilakukan dengan reaksi Lieberman-
Burchard. Terbentuknya cincin biru kehijauan pada perbatasan larutan
menunjukkan adanya steroid, sedangkan bila muncul cincin kecoklatan atau
violet pada perbatasan larutan menunjukkan adanya triterpenoid.
Uji alkaloid dilakukan dengan mereaksikan larutan dengan pereaksi
mayer. Apa bila terbentuk endapan jingga pada reaksi dengan pereaksi
Dragondroff serta endapan kuning pada reaksi dengan pereaksi meyer
menunjukkan adanya alkaloid.
Uji saponin dilakukan dengan mengamati pembentukkan busa setelah
pengocokan. Busa 1-10 cm yang stabil selama tidak kurang dari 10 menit, dan
tidak hilang pada penambahan 1 tetes HCl 2 N menunjukkan adanya saponin.
Uji tanin dilakukan dengan mereaksikan 3 ml larutan uji dengan 5 tetes
NaCl 1% dan 3 tetes larutan gelatin. Jika terbentuk endapan maka larutan ekstrak
positif menunjukkan adanya tanin Robinson (1991) dalam Diini, dkk., 2015).
Uji glikosida dilakukan dengan Uji Liebermann-Burchard. Terbentuknya
warna biru atau hijau menunjukkan adanya glikosida
Uji flafonoid terhadap ekstrak etanol mikroalga dilakukan dengan uji
Taubeck. Larutan berfluoresensi kuning di bawah UV 366 nm, intensif
menunjukkan adanya flafonoid Anon (1989) dalam (Fithriani et al., 2015)
3.3.6 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Pada uji KLT filtrat yang telah didapat dari hasil ekstraksi selanjutnya
dipekatkan dengan menggunakan waterbath sampai volumenya berkurang.
Kemudian ditotolkan menggunakan pipa kapiler di atas plat KLT silika gel GF
254 dengan menggunakan eluen aseton : n-heksana (4:6). Proses akan dihentikan
ketika eluen sudah tidak bergerak lagi melalui plat silika gel.
3.3.7 Karakterisi Fraksi Aseton untuk Pembacaan Pola Spekta
Untuk pembacaan pola spektra pada fraksi aseton dilakukan pada panjang
gelombang 300-800 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS. Tujuan
18
dari pembacaan pola spektra ini untuk menentukan jenis biopigmen utama yang
terdapat pada fraksi aseton dengan membandingkan hasil pola spektra dari fraksi
aseton dengan pola spektra dari literatur. Kemudian ditentukan dari panjang
gelombang maksimum yang diperoleh dari pola spektra.
3.3.8 Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH
a) Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Untuk menentukan panjang gelombang maksimum digunakan larutan DPPH
0,5 mM sebanyak 5 ml dimasukkan dalam kuvet sampai penuh. Kemudian dicari
λmaks larutan dan dicatat hasil pengukuran λmaks yang digunakan pada tahap
selanjutnya.
b) Penentuan Waktu Kestabilan Pengukuran Antioksidan
Pada waktu penentuan waktu kestabilan antioksidan digunakan larutan ekstrak
100 ppm sebanyak 2,25 ml. Kemudian ditambahkan larutan DPPH 0,5 mM
sebanyak 0,75 ml, selanjutnya dicari waktu kestabilan tanpa inkubasi pada suhu
37 0C pada rentang waktu 10-60 menit dengan interval 10 menit. Kemudian
sampel diukur pada λmaks yang telah diketahui pada tahap sebelumnya.
c) Pengukuran Potensi Antioksidan Pada Sampel
Untuk sampel ekstrak dilarutkan kedalam pelarutnya dengan konsentrasi
5, 10, 15, 20 dan 25 ppm. Kemudian masing-masing konsentrasi dipipet 2,25 ml
dan ditambahkan 0,75 ml DPPH 0,5 mM. Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37 0C
pada waktu kestabilan yang diperoleh pada tahap sebelumnya. Kemudian diukur
absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang
519,0 nm. Masing-masing ekstrak dihitung nilai persen (%) aktivitas
antioksidannya yang diperoleh dari data absorbansinya ditiap konsentrasi.
Ao−Ac
% aktivitas antioksidan= x 100 %
Ao
Dihitung nilai IC50 dengan memperoleh persamaan regresi linier. Kontrol yang
digunakan berupa larutan DPPH 0,5 mM dalam asam askorbat (Vitamin C)
sebagai pembanding (Rio dkk, 2015).
19
DAFTAR PUSTAKA
20
Karet Remah Sebagai Sumber Protein. (September), 160–164.
Fithriani, D., Amini, S., Melanie, S., & Susilowati, R. (2015). Uji Fitokimia,
Kandungan Total Fenol Dan Aktivitas Antioksidan Mikroalga Spirulina Sp.,
Chlorella Sp., Dan Nannochloropsis Sp. Jurnal Pascapanen Dan
Bioteknologi Kelautan Dan Perikanan, 10(2), 101.
Https://Doi.Org/10.15578/Jpbkp.V10i2.270
Pasisingi, N., Kasim, F., Hasiru, D. J., Tammu, T., Djaina, W., Fikrih, R., …
Supu, C. (2017). Komposisi Dan Kelimpahan Fitoplankton Di Danau
Limboto Dan Danau Perintis Nuralim.
Rosahdi, T. D., Susanti, Y., & Suhendar, D. (2015). Uji Aktivitas Daya
Antioksidan Biopigmen Pada Fraksi Aseton Dari Mikroalga Chlorella
Vulgaris. Jurnal Istek, Ix(1), 1–16.
21
22