Anda di halaman 1dari 17

Identifikasi Senyawa Kimia pada Mikroalga Chlorella vulgaris dan Uji

Antioksidan Menggunakan Metode DPPH

Proposal

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Mengikuti Ujian


Proposal Outline Pada Jurusan Kimia

Oleh:
Wisna Taniyo
NIM: 442 416 034

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
2019
Daftar Isi
HALAMAN SAMPUL..........................................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................... 2

1.3 Tujuan ........................................................................................................................ 2

1.4 Manfaat...................................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 3

2.1 Pengertian Mikroalga................................................................................................. 3

2.2 Mikroalaga Chlorella vulgaris..................................................................................... 4

2.2.1 Taksonomi Mikroalga Chlorella vulgaris ................................................................. 4

2.2.2 Kandungan Mikroalga Chlorella vulgaris ................................................................ 4

2.2.3 Pertumbuhan Mikroalga Chlorella vulgaris ............................................................ 5

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroalga Chlorella vulgaris ................. 6

2.4 Antioksidan ................................................................................................................ 8

2.5 Uji Aktifitas Antioksidan ............................................................................................. 9

2.6 Fitokimia .................................................................................................................... 9

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................................... 10

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................................... 10

3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................................... 10

3.2.1 Alat .......................................................................................................................... 10

3.2.2 Bahan ..................................................................................................................... 10

3.3 Metode Penelitian ..................................................................................................... 10

3.3.1 Prosedur Kultivasi ................................................................................................... 10

iii
3.3.2 Pembuatan Kurva Pertumbuhan ............................................................................ 11

3.3.3 Pemanenan dan Pengeringan ................................................................................. 11

3.3.4 Ekstraksi Biopigmen ................................................................................................ 11

3.3.5 Uji Fitokimia ............................................................................................................ 12

3.3.6 Kromotografi Lapis Tipis ......................................................................................... 12

3.3.7 Karakterisasi Fraksi Aseton ..................................................................................... 13

3.3.8 Uji Antioksidan ........................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 14

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Danau limboto merupakan sebuah danau yang terletak di Kecamatan Limboto,
Gorontalo, Provinsi Gorontalo, Indonesia. Danau ini berpotensi menjadi danau
yang memiliki eutorofik atau tingkat kesuburan yang sangat tinggi, hal ini dapat
berpengaruh terhadap produktivitas perairan. Salah satu diantaranya dapat
meningkatkan unsur hara (nitrogen dan fosfor) yang berasal dari sisa metabolisme
ikan. Muatan unsur hara yang berlebihan dapat merangsang pertumbuhan
fitoplankton dengan cepat sehingga dapat mempengaruhi kelimpahan dan
fluktuasi fitoplankton yang terdapat diperairan danau tersebut. Fitoplankton
adalah organisme baik hewan maupun tumbuhan yang hidup melayang atau
mengabang di perairan. Fitoplankton sering digunakan sebagai klarifikasi status
tingkat kesuburan perairan yang merupakan parameter indikator (Pasisingi et al.,
2017).
Mikroalga pada umumnya merupakan tumbuhan renik berukuran mikroskopik
(diameter antara 3-30 µm) yang termasuk dalam kelas alga dan hidup sebagai
koloni maupun sel tunggal di seluruh perairan tawar. Morfologi mikroalga
berbentuk uniseluler atau multiseluler tetapi belum ada pembagian fungsi organ
yang jelas pada sel-sel komponennya. Hal itulah yang membedakan mikroalga
dari tumbuhan tingkat tinggi. Dalam siklus makanan diperairan, mikroalga
berperan sebagai produsen utama Aung et al (2013) dalam (Fithriani, Amini,
Melanie, & Susilowati, 2015).
Chlorella vulgaris adalah mikrolaga yang termaksuk ke dalam golongan alga
hijau (Chloropyta). Chlorella vulgaris banyak mengandung unsur hara yang
tinggi dan mampu hidup dengan baik pada lingkungannya. Pada umumnya alga
hijau memiliki biopigmen yang digunakan untuk berfotosintesis yaitu klorofil,
dimana pigmen klorofil berfungsi sebagai senyawa penangkal radikal bebas.
Pewarna alami yang dihasilkan dari organisme hidup disebut sebagai biopigmen.
Antioksidan adalah senyawa yang dapat mencegah proses oksidasi
makromolekul dengan cara menghambat tahap inisisasi dan proparasi pada reaksi
rantai oksidatif sehingga dapat merendam dampak negatif oksidasi. Dalam
mencegah dampak negatif oksidasi dapat dikelompokan menjadi dua antioksidan
yaitu antioksidan pemutus rantai dan antioksidan pencegah Suryohudoyo (2000)
dalam (Sartika, 2010).
Menurut (Pasisingi et al., 2017) telah melakukan penelitian tentang komposisi
dan kelimpahan fitoplankton dengan melihat kondisi limnologi danau limboto
melalui parameter fisika-kimia sehingga dapat ditemukan 6 filum fitoplankton
yaitu Cholorophyta (10 spesies), Bacilorophyta (6 spesies), Cyanophyta (3
spesies), Dinophyta (1 spesies), Euglenophyta (8 spesies), dan Cryritophyta (3
spesies).
Berdasarkan penjelasan diatas, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Identifikasi Senyawa Kimia pada Mikroalga Chlorella
vulgaris dan Uji Antioksidan Menggunakan Metode DPPH”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu
senyawa kimia apa saja yang terkandung pada mikroalga Chlorella vulgaris dan
bagaimana potensi antioksidan dari mikroalga jenis Chlorella vulgaris yang
terdapat di Danau Limboto?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui senyawa kimia dan potensi antioksidan yang terkandung pada
mikroalga Chlorella vulgaris yang terdapat di Danau Limboto.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi mengenai potensi
mikroalga Chlorella vulgaris dan memberikan wawasan untuk penelitian
selanjutnya.

2
BAB II
TINJAUSAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Mikroalga
Mikroalga pada umumnya merupakan tumbuhan renik yang berukuran
mikroskopi (diameter antara 3-30 μm) yang termasuk dalam kelas alga dan hidup
sebagai koloni maupun sel tunggal di seluruh perairan tawar maupun laut, yang
lazim disebut fitoplankton. Morfologi mikroalga berbentuk uniseluer atau
multiseluler tetapi belum ada pembagian fungsi organ yang jelas pada sel-sel
komponennya. Hal itulah yang dapat membedakan mikroalga dari tumbuhan
tingkat tinggi Wulan (2015) dalam (Arumayanti, 2018).
Mikroalga merupakan tumbuhan thalus yang berklorofil dan mempunyai
pigmen tumbuhan yang dapat menyerap cahaya matahari melalui proses
fotosintesis. Budidaya mikroalga sangat menarik karena tingkat pertumbuhannya
yang tinggi, mampu menyesuaikan pada kondisi lingkungan yang bervariasi.
Kandungan alami mikroalga terdiri dari zat gizi dan beberapa senyawa aktif
seperti β-karoten, provitamin, mineral, pigmen dan asam lemak. Mikroalga
memiliki kandungan protein yang tinggi, sehingga mikroalga juga dikenal sebagai
single cell protein.
2.2 Mikroalga Chlorella vulgaris
Chlorella vulgaris merupakan mikroalga yang termasuk kedalam kelompok
chlorophyta (alga hijau). Bentuk dari sel chlorella vulgaris bulat, bulat loncong
dengan garis tengah sel antara 2-8 µm. Chlorella vulgaris berkembang biak
dengan cara membela diri dan pembentukan spora. Chlorella vulgaris bersifat
fotoautrotrof, yaitu dapat membentuk makananya sendiri melalui fotosintesis.
Mikroalga chlorella adalah jenis tumbuhan yang belum mempunyai akar, daun,
dan batang sebenarnya, tetapi sudah memiliki klorofil sehingga bersifat autotrof.
Tubuhnya terdiri dari uniseluler dan ada pula yang multiseluler. Uniseluler
sebagai fitoplankton sedang yang multiseluler dapat hidup sebagai nektron,
perifiton atau bentos. Habitat mikroalga yaitu air atau tempat basah, sebagai epifit
atau sebagai endofit. Chlorella vulgaris hidup secara berkoloni dalam jumlah
besar. Lingkungan tempat hidupnya secara umum akan didapatkan di mana-mana,

3
terutama pada tempat lembab dan berair. Bahkan beberapa jenis bersimbiosis
dengan jamur membentuk lumut kerak atau hidup diantara jaringan hydra.
2.2.1 Taksonomi Chlorella vulgaris
Berdasarkan taksonominya, Chlorella vulgaris memiliki klasifikasi diantaranya:
Kindom : Plantae
Divisio : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo :Chlorococcales
Famili : Oocystaceae
Geneus : Chlorella
Spesies : Chlorella vulgaris (Faiz, 2011 dalam (Septesa, 2017)

Sumber : (Hadiyanto, 2012)


Gambar 1. Chlorella vulgaris
2.2.2 Kandungan Mikroalga Chlorella vulgaris
Chlorella vulgaris mempunyai kandungan senyawa metabolit sekunder seperti
flavonoid, saponin, fenolik, steroid dan triterpenoid yang bisa menurunkan kadar
gula darah bagi penderita diabetes. Flavonoid berperan penting dalam kerusakan
jaringan pangkreas yang diakibatkan oleh alkilasi DNA akibat induksi aloksan
sebagai akibat yang dapat memperbaiki morfologi pangkreas mencit. Saponin
mempunyai aktivitas antikangker dan hipolipidemik. Aktivitas hipolipidemik dari
saponin akan menurunkan kadar lipid dalam tubuh sehingga insulin berfungsi
normal sebab peningkatan lipid dalam tubuh menyebabkan kerja insulin
terhambat sehingga terjadi diabetes.

4
2.2.3 Pertumbuhan Mikroalga Chlorella vulgaris
Chlorella vulgaris memiliki waktu generasi yang sangat cepat. Oleh karena
iti dalam waktu yang sangat singkat, memperbanyak sel akan terjadi secara cepat,
sehingga jika terjadinya cahaya dan sumber energi yang cukup. Adapun fase
pertumbuhan pada mikroalga Chlorella vulgaris yang dapat diketahui dengan
melakukan pengamatan terhadap beberpa parameter pertumbuhan seperti
besarnya ukuran sel dan jumlah sel. Pada pertumbuhan mikroalga pada sistem
kultivasi terbagi menjadi empat tahapan yaitu:
a) Fase Adaptasi (lag phase)
Fase adaptasi merupakan suatu tahap setelah pemberian inokolum kedalam
media kultur dimana terjadi penundaan pertumbuhan yang dikarenakan
Chlorella vulgaris membutuhkan pembelahan sehingga tidak terjadi
pertambahan sel. Fase ini adalah fase penyesuaian suatu masa ketika sel
yang kekurangan metabolisme dan enzim akibat dari keadaan tidak
menguntungkan pembiakan terdahulu, menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang baru.
b) Fase Eksponensial
Fase eksponensial ini sel-sel yang dapat membela dengan cepat dan terjadi
pertambahan dalam jumlah sel. Hal ini tergantung pada apabila zat
makanan dalam pembenihan lebih maka hasil metabolisme yang beracun
akan tertimbun dan menghambat pertumbuhan. Kultur ini dapat bertambah
dengan cepat yang konstan.
c) Fase stasioner
Pada fase ini laju pertumbuhan berbanding lurus dengan laju kematian
sehingga pengurangan maupun penambahan mikroalga relatif sama. Oleh
karena itu kepadatan kultur menjadi tetap.
d) Fase kematian
Pada fase ini laju kematian lebih cepat dibandingkan dengan lahu
pertumbuhan sehingga terjadi penurunan jumlah sel pada bak kulturisasi .
penurunan kepadatan mikroalga ditandai dengan perubahan kondisi
optimum yang dipengaruhi oleh intensitas cahaya, suhu, jumlah hara yang

5
ada dan beberapa kondisi lingkungan yang lain. Keempat fase tersebut
dapat ditunjukkan dengan kurva pertumbuhan mikroalga chlorella vulgaris
pada Gambar 2.

Gambar 2. Kurva Pertumbuhan Chlorella vulgaris sp.uconn.edu (2008) dalam


(Aditia, 2010).
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroalga Chlorella vulgaris
Organisme autotrofik seperti Chlorella vulgaris membutuhkan cahaya, CO2,
H2O, nutrient dan trace elemen untuk pertumbuhannya. Adapun faktor yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan mikroalga chlorella vulgaris antara lain:
2.3.1 Jenis Medium
Agar Chlorella vulgaris bisa hidup, maka medium membiakannya harus
mempunyai nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan. Jika asupan nutrisi dari
medium tidak cukup, maka laju pertumbuhan akan terhambat. Oleh karena itu
komposisi dari medium yang diberikan harus tepat. Medium yang diperlukan
untuk perkembangan Chlorella vulgaris relatif lebih sederhana dan membutuhkan
jenis nutrisi yang lebih sedikit dibandingkan dengan medium untuk jenis alga
lainnya.
Ada beberpa medium yang digunakan untuk membiakkan Chlorella vulgaris
antara lain: Pupuk Komersial, Detmer, Benneck, dan Walne. Adapun komposisi
nutrisi dari masing-masing medium tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1

6
Nutrisi Benneck Detmer Pupuk Komersial Walne
MgSO4 100 mg/L 550 mg/L - -
KH2PO4 200 mg/L 250 mg/L - -
NaNO3 500 mg/L - - 100
mg/L
FeCl3 3 – 5 mg/L - - 1,3
mg/L
KCl - 250 mg/L 40mg/L -
Cu(NO3)2 - 1000 mg/L - -
CO(NH2)2 - - 800mg/L -
Na2EDTA - - - 45 mg/L
H3BO3 - - - 33,6
mg/L
TSP - - 15 mg/L -
NaH2PO4 - - - 20 mg/L
MnCl2 - - - 0,36mg/
L

Tabel 2.1 Komposis Nutrisi Medium Pembiakkan Chlorella vulgaris Wirosaputro


(2002) dalam (Aditia, 2010).
2.3.2 Pencahayaan
. Cahya merupakan faktor yang dapat mempengaruhi mikroalga sebagai
sumber energi untuk pertumbuhan dan untuk fotosintesis. Selain cahaya matahari,
bisa juga digunakan cahaya dari lampu TL (tube lamp). Proses pencahayaan
terdiri dari pencahayaan kontinyu, gelap terang, dan pencahayaan dengan
kenaikan intensitas cahaya. Berikut proses pencahayaan dengan intensitas
tertentu:
1) Pencahayaan Kontinyu
Pencahayaan kontinyu merupakan pencahayaan dengan intensitas tetap,
chlorella vulgaris yang diiluminasi dengan cahaya tampak (370-900 mm)
secara terus menerus hingga mencapai fase stasionernya. Menurut
penelitian yang telah dilakukan, perlakuan ini dapat memberikan hasil laju

7
pertumbuhan yang tinggi jika dibandungkan dengan pencahaayan gelap-
terang.
2) Pencahayaan Gelap-Terang
Pencahayaan gelap-terag merupakan pencahayaan dengan mengatur
kondisi gelap selama 16 jam dan kondisi terang selama 8 jam. Chlorella
vulgaris diiluminasi dengan cahaya tampak (370-900 mm) dengan
mengatur seperti keadaan alami. Menurut penelitian yang telah dilakukan,
perlakuan ini memberikan efisiensi cahaya yang paling besar
dibandingkan dengan pencahayaan kontinyu, namun laju pertumbuhannya
masih sedikit dibawah pencahayaan kontinyu.
3) Penyahayaan Alterasi
Alterasi merupakan perubahan perlakuan cahaya kontinyu dengan
memberikan intensitas cahaya yang semakin tinggi seiring dengan
pertambahan jumlah sel dari Chlorella vulgaris. Perlakuan pencahayaan
alterasi didasari pada semakin banyak jumlah sel biomassa dari chlorella
vulgaris, maka kultur akan semakin pekat sehingga cahaya yang diberikan
tidak lagi diterima secara merata oleh semua sel.
2.4 Antioksidan
Antioksidan merupakan substansi nutrisi maupun non-nutrisi yang
terkandung dalam bahan pangan sebagai senyawa pemberi elektron atau
reduktor yang mampu mencegah terjadinya kerusakan oksidatif dalam
tubuh. Ada dua kelompok antioksidan dalam mencegah dampak negatif
oksidasi yaitu antioksidan pencegah dan antioksidan pemutus rantai.
Antioksidan pencegah merupakan antioksidan yang mencegah
pembentukan radikal OH- yaitu bekerja pada tahap inisiasi, misalnya
antioksidan pencegah pada katalase, glutation peroksidase, dan
superoksida dismutase. Sedangkan pada antioksidan pemutus rantai adalah
antioksidan yang bekerja mencegah reaksi rantai berlanjut dan bekerja
pada tahap propagasi, misalnya antioksidan pemutus rantai pada vitamin
C, vitamin E, β-karoren, qlutation dan sistein Suryohudoyo (2000) dalam
(Sartika, 2010).

8
Komponen kimia yang berperan sebagai antioksidan yaitu senyawa
golongan polifenolik dan fenolik. Senyawa ini banyak terdapat di alam,
terutama pada tumbuhan, dan memiliki kemampuan untuk menangkap
radikal bebas (Ramle et al, 2008 dalam Laili, 2016). Senyawa fenol
merupakan senyawa yang memiliki cincin aromatik yang mengandung
satu atau dua gugus hidroksi, dan mudah larut dalam air karena berikatan
dengan glikosida. Senyawa fenolik sangat berperan penting terhadap
aktivitas antioksidan . besarnya kandungan senyawa golongan fenolnya
maka semakin besar pula aktivitas antioksidannya Kristanti dkk, (2008)
dalam (Rahmawati, 2016).
2.5 Uji Aktivitas Antioksidan
Salah satu metode yang digunakan dalam menguji aktivitas
antioksidan yaitu mengunakan DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil).
DPPH merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan sering
digunakan untuk uji aktivitas antioksidan beberapa senyawa atau ekstrak
bahan alam. Pengukuran antioksidan dengan metode DPPH merupakan
metode pengukuran antioksidan yang sederhana, cepat dan tidak
membutuhkan banyak reagen. Hasil pengukuran dengan mengunakan
metode DPPH menunjukkan adanya kemampuan antioksidan sampel
secara umum, tidak berdasarkan pada jenis radikal yang dihambat Juniarti
dkk (2009) dalam (Rahmawati, 2016)
2.6. Fitokimia
Fitokimia merupakan bahan atau senyawa kimia yang dihasilkan
leh tumbuhan. Dalam penggunaan terutama dalam bidang kimia bahan
alam, fitokimia diartikan sebagai metabolit sekunder yang khusus
dihasilkan oleh tumbuhan. Dengan demikian dapat didefinisikan bahwa
fitokimia adalah senyawa kimia non nutrisi yang memiliki fungsi proteksi
atau pertahanan yang diproduksi didalam sel tumbuhan (Nugroho, 2017)

9
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia, jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo (UNG).

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam peneltian ini berupa neraca analitik,
hemasitometer, kuvet, pH meter, botol kultur, botol vial, aerator, selang, batu
aeratol, kain satin, termometer, alat gelas, pengaduk magnet, corong pisah, kertas
saring, batang pengaduk, pipa kapiler, plat KLT, silika gel GF 254 dan lampu TL
(tube lamp), dan spektrofotometer UV/VIS.

3.2.2 Bahan
3.2.2.1 Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mikroalga Chlorella
vulgaris
3.2.2.2 Bahan Kimia
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa media BBM
(Bassal Bold Medium), aseton, n- heksana, metanol, NaOH, etanol, pereaksi
Meyer, pereaksi Dragendroff, NaCl, DPPH, asam askorbat, kertas tisue, kertas
label, plastik bening, aluminium foil, dan aquades.
3.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen yang
dilakukan di Laboratorium, dengan tahapan sebagai berikut:
3.3.1 Proses Kultivasi
Proses kultivasi pada Chlorella vulgaris dapat dilakukan dalam media
bassal bold medium (BBM). Suhu yang digunakan pada proses kultivasi adalah
pada suhu ruang serta dapat memberikan cahaya 2000-3000 lux dari lampu tube
lamp (TL). Kultur ini bertujuan untuk mendapatkan biomassa pada umur panen
yang dibutuhkan. Penentuan umur panen dilakukan berdasarkan pola
pertumbuhan yang dibuat. Hasil dari kultivasi dilakukan analisis klorofil, protein,

10
karbohidrat, total lipid dan ekstraksi senyawa antioksidan.(Rosahdi, Susanti, &
Suhendar, 2015)
3.3.2 Pembuatan Kurva Pertumbuhan
Pada pembuatan kurva pertumbuhan dapat dilakukan dengan menghitung
kerapantan optis dari mikroalga Chlorella vulgaris selama proses kultivasi
berlangsung dengan menggunakan spektofotometer UV-VIS. Hasil data yang
didapatkan selama proses kultivasi akan dibuat kurva pertumbuhan.
3.3.3 Pemanenan Dan Pengeringan
Pemanenan Chlorella vulgaris dilakukan pada hari ke 7-8 saat kepadatan
sel sudah cukup tinggi. Mikroalga dipanen dengan cara flokulasi menggunakan
NaOH. Setelah penambahan NaOH, dilakukan pengadukan cepat selama 1 menit
secara manual menggunakan batang pengaduk kemudian didiamkan selama satu
malam. Kemudian dilakukan proses penyaringan biomassa dengan menggunakan
kain santin. Setelah semua endapan kultur disaring, kemudian endapan kultur
dibilas dengan aquadest hingga didapatkan pH yang netral. Tujuan pembilasan
menggunakan aquadest yaitu untuk menghilangkan pengotor serta residu kimia.
Pada proses pengeringan dilakukan didalam ruangan dengan suhu ruang.
Dari hasil pemanenan yang didapatkan kemudian dipindahkan ke atas plastik agar
pada saat biomassa sudah keringan tidak banyak biomassa kering yang menempel
pada kain satin. Proses pengeringan biomassa hanya dengan bantuan hembusan
angin. Pengeringan berlangsung selama 2-3 hari.
3.3.4 Ekstraksi Biopigmen
Biopigmen diekstraksi dengan menambahkan aseton sebagai pelarut.
Sebanyak 0,5 gram sampel kering dilarutkan dengan 100 mL aseton dan diaduk
selama satu malam. Selanjutnya ekstrak disaring menggunakan kertas saring,
residu diekstraksi kembali dengan menggunakan pelarut yang sama yaitu aseton
sampai seluruh pigmen terangkat yang ditandai dengan warna thallus yang
memudar/memucat. Kemudian filtrat dipartisi dengan n-heksan dan ditambahkan
garam dapur untuk memeperjelas pemisahan antara ekstrak dan pelarut.
Kemudian fitrat digunakan untuk KLT, dan penentuan jenis biopigmen

11
dilakaukan dengan spektrofotometer UV-VIS serta uji aktivitas daya antioksian
dengan menggunakan DDPH (Rosahdi et al., 2015).
3.3.5 Uji Fitokimia
Pada pembuatan larutan uji untuk skrining fitokimia (steroid, triterpenoid,
alkaloid, saponin, tanin, dan glikosida) dapat dilakukan dengan melarutkan
ekstrak mikroalga Chlorella vulgaris dalam etanol dengan perbandingan 1:10.
Uji steroid dan triterpenoid dapat dilakukan dengan reaksi Lieberman-
Burchard. Terbentuknya cincin biru kehijauan pada perbatasan larutan
menunjukkan adanya steroid, sedangkan bila muncul cincin kecoklatan atau
violet pada perbatasan larutan menunjukkan adanya triterpenoid.
Uji alkaloid dilakukan dengan mereaksikan larutan dengan pereaksi
mayer. Apa bila terbentuk endapan jingga pada reaksi dengan pereaksi
Dragondroff serta endapan kuning pada reaksi dengan pereaksi meyer
menunjukkan adanya alkaloid.
Uji saponin dilakukan dengan mengamati pembentukkan busa setelah
pengocokan. Busa 1-10 cm yang stabil selama tidak kurang dari 10 menit, dan
tidak hilang pada penambahan 1 tetes HCl 2 N menunjukkan adanya saponin.
Uji tanin dilakukan dengan mereaksikan 3 ml larutan uji dengan 5 tetes
NaCl 1% dan 3 tetes larutan gelatin. Jika terbentuk endapan maka larutan ekstrak
positif menunjukkan adanya tanin Robinson (1991) dalam Diini, dkk., 2015).
Uji glikosida dilakukan dengan Uji Liebermann-Burchard. Terbentuknya
warna biru atau hijau menunjukkan adanya glikosida
Uji flafonoid terhadap ekstrak etanol mikroalga dilakukan dengan uji
Taubeck. Larutan berfluoresensi kuning di bawah UV 366 nm, intensif
menunjukkan adanya flafonoid Anon (1989) dalam (Fithriani et al., 2015)
3.3.6 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Pada uji KLT filtrat yang telah didapat dari hasil ekstraksi selanjutnya
dipekatkan dengan menggunakan waterbath sampai volumenya berkurang.
Kemudian ditotolkan menggunakan pipa kapiler di atas plat KLT silika gel GF
254 dengan menggunakan eluen aseton : n-heksana (4:6). Proses akan dihentikan
ketika eluen sudah tidak bergerak lagi melalui plat silika gel.

12
3.3.7 Karakterisi Fraksi Aseton untuk Pembacaan Pola Spekta
Untuk pembacaan pola spektra pada fraksi aseton dilakukan pada panjang
gelombang 300-800 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS. Tujuan
dari pembacaan pola spektra ini untuk menentukan jenis biopigmen utama yang
terdapat pada fraksi aseton dengan membandingkan hasil pola spektra dari fraksi
aseton dengan pola spektra dari literatur. Kemudian ditentukan dari panjang
gelombang maksimum yang diperoleh dari pola spektra.
3.3.8 Uji Antioksidan
Pada uji antioksidan dilakukan dengan mengetahui potensi fraksi aseton pad
mikroalga Chlorella vulgaris sebagai antioksidan. Parameter yang digunakan
untuk menghitung aktivitas antioksidan yaitu inhibitor concetration 50 (IC50).
Semakin kecil konsentrasi IC50. Maka semakin besar aktivitas antioksidan.
Aktivitas antioksidan dari fraksi aseton dapat dilakukan dengan menggunakan
metode DPPH.
Sebanyak 0,08 gram ekstrak biopigmen yang telah diencerkan dengan
menggunakan metanol pada labu ukur 10 mL. Kemudian dibuat larutan untuk
kurva standar dengan menimbang 0,01 gram kristal DPPH yang telah diencerkan
dengan metanol pada labu ukur 10 ml sehingga kadarnya 1000 ppm. Selanjutnya
dibuat variasi konsentrasi dari larutan stok sebesar 5,10,15,20, dan 25 ppm. Serta
dibuat larutan pembanding dengan menggunakan standar vitamin C dengan
variasi 5,10,15,20,dan 25 ppm. Pembuatan larutan DPPH dilakukan dengan
menimbang 0,004 gram kristal DPPH dalam labu ukur 100 ml, sehingga kadarnya
0,004 % (b/v). Selanjutnya 3 ml sampel dengan variasi konsentrasi ditamahkan
dengan 3 ml larutan DPPH 0,004 %, selanjutnya diingkubasi selama 30 menit
pada suhu ruang. Kemudian dimasukkan kedalam kuvet dan diukur absorbansinya
pada panjang gelombang 571 nm (Rosahdi et al., 2015).

13
DAFTAR PUSTAKA

Aditia, D. R. (2010). Pengaruh N2o Terhadap Pertumbuhan Mikroalga Chlorella


Vulgaris Buitenzorg.
Arumayanti, R. (2018). Kajian Pertumbuhan Mikroalga Spirulina Sp.,
Nannochloropsis Sp. Dan Chlorella Sp. Pada Media Limbah Cair Industri
Karet Remah Sebagai Sumber Protein. (September), 160–164.
Fithriani, D., Amini, S., Melanie, S., & Susilowati, R. (2015). Uji Fitokimia,
Kandungan Total Fenol Dan Aktivitas Antioksidan Mikroalga Spirulina Sp.,
Chlorella Sp., Dan Nannochloropsis Sp. Jurnal Pascapanen Dan
Bioteknologi Kelautan Dan Perikanan, 10(2), 101.
Https://Doi.Org/10.15578/Jpbkp.V10i2.270
Nugroho, A. (2017). Buku Ajar: Teknologi Bahan Alam. 155.
Pasisingi, N., Kasim, F., Hasiru, D. J., Tammu, T., Djaina, W., Fikrih, R., …
Supu, C. (2017). Komposisi Dan Kelimpahan Fitoplankton Di Danau
Limboto Dan Danau Perintis Nuralim.
Rahmawati, L. M. (2016). Uji Aktivitas Antioksidan Dan Identifikasi Senyawa
Steroid Isolat Hasil Kltp Fraksi Petroleum Eter Mikroalga Chlorella Sp.
Menggunakan Uv-Vis. (June).
Rosahdi, T. D., Susanti, Y., & Suhendar, D. (2015). Uji Aktivitas Daya
Antioksidan Biopigmen Pada Fraksi Aseton Dari Mikroalga Chlorella
Vulgaris. Jurnal Istek, Ix(1), 1–16.
Sartika, D. (2010). Aktivitas Antioksidan Lipid Mengandung Pigmen Dan
Komposisi Kimia Dari Chlorella Vulgaris Pada Umur Panen Yang Berbeda.
(45), 39. Retrieved From Https://Www.Nber.Org/Papers/W15827.Pdf
Septesa, M. S. Y. (2017). Pengaruh Pemberian Mikroalga Chlorella Vulgaris
Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Pada Mencit Yang Diinduksi
Aloksan. Universitas Nusantara Pgri Kediri, 01, 1–7. Retrieved From
Http://Www.Albayan.Ae

14

Anda mungkin juga menyukai