Chelsea, seorang Ibu muda yang sedang hamil tua dan diantar suaminya ke
puskesmas. Setelah sampai di puskesmas Ibu Chelsea tidak langsung ditangani oleh Dokter.
Alasan perawatnya, Dokternya suruh menunggu. Ibu Chelsea sempat menunggu hingga 1 jam
akhirnya dokternya datang. Dokter yang bersangkutan tampak tidak ramah dan terlihat
terburu-buru. Dari hasil pemeriksaan kehamilan dokter mendiagnosis Ibu Chelsea dengan
kehamilan aterm, janin letak lintang. Dokter mengatakan bahwa pasien tersebut harus dirujuk
ke rumah sakit. Si Ibu tampak bingung dan merasa khawatir.
Dokter kurang memahami kondisi ibu tersebut dan menunjukkan sikap kurang empati
dengan memberikan informasi yang kurang jelas tentang kondisi kehamilan Chelsea. Ibu
Chelsea terlihat kurang puas dengan penjelasan tersebut. Dokter tidak menjelaskan dengan
jelas alasan Ibu Chelsea harus dirujuk dan dioperasi sehingga ibu Chelsea dan keluarga
besarnya merasa kurang mendapat pelayanan yang baik dari dokter tersebut
TERMINOLOGI ASING
1. Puskesmas
Poliklinik di tingkat kecamatan tempat rakyat menerima pelayanan Kesehatan.
(KBBI).
2. Kehamilan
Proses selama 9 bulan diman wanita membawa embrion dan janin yang sedang
berkembang di janinya. (Kamus Dorland).
3. Diagnosis
Penentuan sifat penyakit atau membedakan suatu penyakit dngan yang lainya.
(KBBI).
4. Kehamilan Aterm
Kehamilan yang di anggap normal, matang,dan penuh berdasarkan durasi waktu
kehamilan. (LABCITU).
5. Janin Letak Lintang
Janin menyilang sumbu memanjang ibu secara tegak lurus, mendekati 90 derjat.
(Jurnal Kesehatan Unislam).
6. Rujukan
Keterangan lanjutan mengenai suatu hal. (KBBI).
7. Rumah Sakit
Gedung yang menyediakan dan meberikan pelayanan kesehatan yang meliputi
masalah Kesehatan. (KBBI).
8. Empati
Keaadan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentiikasi dirinya dalam
keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang lain. (KBBI).
9. Operasi
Tindakan yang di lakukan dengan instrumen atau dengan tangan ahli bedah. (Kamus
Dorland).
10. Surat Persetujuan Tindakan Medik/Informed Consent
Persetujuan yang di berikan oleh pasien atas upaya medis yang dilakukan tenaga
medis terhadap dirinya, setelah informasi dan tenaga medis mengenai upaya medis
yang dapat diakukan untuk menolong dirinya berserta informasi mengenai resiko
yang mungkin terjadi. (Jurnal UNSRA).
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sistem pelayanan yang berkualitas?
2. Mengapa pasien terlambat mendapatkan pelayanan dari tenaga medis?
3. Apakah yang mempengaruhi seorang dokter terburu-buru dalam memberikan
pelayanan kepada pasien?
4. Bagaiamna seorang dokter dapat mendiagnosis seorang ibu hamil dengan kondisi
kehamilan anterm dan janin lintang?
5. Mengapa dokter merujuk pasien ke rumah sakit?
6. Bagaimana dampak dari gagalnya komunikasi antara dokter dan pasien?
7. Mengapa pasien merasa bingung dan khawatir tentang diagnosis dokter, dan langkah
apa yang harus di lakukan oleh dokter?
8. Mengapa seorang dokter menunjukan sikap kurang empati dengan memberikan
informasi yang kurang jelas kepada pasien?
9. Apa dampak yang terjaadi jika dokter kurang memahami kondisi pasien?
10. Mengapa dokter tidak menjelaskan dengan jelas alasan ibu chelse harus di rujuk dan
di operasi?
11. Mengapa pasien terlihat kurang puas dengan penjelasan dokter?
12. Mengapa dokter dapat bekerja di puskesmas sedangkan dokter pertama yang
menangani buk chese tidak mencapai standar kompetensi yang baik dan area
kompetensi yang benar?
13. Mengapa saat pasien harus di beri tindakan medis harus menandatangaini surat
pesetujuan dari keluarga besar
14. Apa faktor yang mempengaruhi pasien memilih keputusan pindah pelayanan
kesehatan yang lain?
HIPOTESIS
SKEMA
Empati Membangun
Kepercayaan Setara
Memberikan
Pendekatan Komuniksi Kesempatan
Definisi
Metode Dalam
Kejelasan Dalam
Penyampaian Komunikasi
Penyampaian
Terapeutik
Masalah
LEARNING OBJECTIVE
1. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan mengenai komunikasi
efektif.
2. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan mengenai cara
menyampaikan berita baik & buruk kepada pasien.
3. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan mengenai perasaan
pasien & memiliki rasa empati.
4. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan mengenai surat
persetujuan wali pasien.
5. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan tentang pendekatan
dalam komunikasi dokter dan pasien.
PEMBAHASAN
1. Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan oleh kedua
pihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan bahwa mengembangkan
komunikasi dengan pasien hanya akan menyita waktu dokter, tampaknya harus
diluruskan. Sebenarnya bila dokter dapat membangun hubungan komunikasi yang
efektif dengan pasiennya, banyak hal-hal negatif dapat dihindari. Dokter dapat
mengetahui dengan baik kondisi pasien dan keluarganya dan pasien pun percaya
sepenuhnya kepada dokter. Kondisi ini amat berpengaruh pada proses penyembuhan
pasien selanjutnya. Pasien merasa tenang dan aman ditangani oleh dokter sehingga
akan patuh menjalankan petunjuk dan nasihat dokter karena yakin bahwa semua yang
dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya. Pasien percaya bahwa dokter tersebut
dapat membantu menyelesaikan masalah kesehatannya.
Komunikasi efektif terbukti memerlukan lebih sedikit waktu karena dokter terampil
mengenali kebutuhan pasien (tidak hanya ingin sembuh). Dalam pemberian pelayanan
medis, adanya komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan kondisi
yang diharapkan sehingga dokter dapat melakukan manajemen pengelolaan masalah
kesehatan bersama pasien, berdasarkan kebutuhan pasien.
Tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dan pasiennya adalah untuk
mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter, lebih
memberikan dukungan pada pasien, dengan demikian lebih efektif dan efisien bagi
keduanya.
Hasil Komunikasi Efektif: ̇ Pasien merasa dokter menjelaskan keadaannya sesuai
tujuannya berobat. Berdasarkan pengetahuannya tentang kondisi kesehatannya, pasien
pun mengerti anjuran dokter, misalnya perlu mengatur diet, minum atau
menggunakan obat secara teratur, melakukan pemeriksaan (laboratorium,
foto/rontgen, scan) dan memeriksakan diri sesuai jadwal, memperhatikan kegiatan
(menghindari kerja berat, istirahat cukup, dan sebagainya). ̇ Pasien memahami
dampak yang menjadi konsekuensi dari penyakit yang dideritanya (membatasi diri,
biaya pengobatan), sesuai penjelasan dokter.
Dalam dunia kedokteran, model proses komunikasi pada sesi penggalian informasi
telah dikembangkan oleh Van Dalen (2005) dan digambarkan dalam sebuah model
yang sangat sederhana dan aplikatif.
1 3
2 3
Kotak 1 : Pasien memimpin pembicaraan melalui pertanyaan terbuka yang
dikemukakan oleh dokter (Patient takes the lead through open ended question
by the doctor)
Kotak 2 : Dokter memimpin pembicaraan melalui pertanyaan
tertutup/terstruktur yang telah disusunnya sendiri (Doctors takes the lead
through closed question by the doctor).
Kotak 3 : Kesepakatan apa yang harus dan akan dilakukan berdasarkan
negosiasi kedua belah pihak (Negotiating agenda by both).
Keempat unsur ini masih perlu dilengkapi dengan umpan balik. Dokter sebagai
sumber atau pengirim pesan harus mencari tahu hasil komunikasinya (apa yang
dimengerti pasien?). Sejalan dengan keterampilan yang termuat dalam empat unsur
ditambah umpan balik tersebut, diperlukan kemampuan dalam hal-hal berikut:
Efektif atau tidaknya komunikasi yang berlangsung akan menentukan sikap pasien
dalam menerima diagnosis yang ditetapkan dokter, menjalani pengobatan, melakukan
perawatan diri dan memerhatikan atau mematuhi anjuran/nasihat 25 dokter.
Komunikasi tersebut juga mempengaruhi kelangsungan terapi, apakah akan berlanjut
atau terjadi pemutusan hubungan secara sepihak. Reaksi pasien ketika masih berada
dalam ruang praktik, sikap pasien pada kunjungan ulang, cara pasien melaksanakan
pengobatan adalah umpan balik bagi dokter, untuk mengetahui hasil komunikasinya.
1. Persiapan
- Pilih ruangan yang menjamin privacy, dan usahakan baik dokter
maupun pasien bisa duduk dalam posisi yang nyaman.
- Tanyakan pada pasien apakah dia menghendaki ada orang lain yang
menemaninya, apakah suami / istri, anak, atau keluarga lainnya.
Biarlah pasien sendiri yang memutuskan.
- Mulailah dengan memberikan pertanyaan seperti: “Bagaimana
perasaan anda sekarang ?“. (Pertanyaan ini untuk mulai melibatkan
pasien dan menunjukkan percakapan dua arah. Pasien tidak hanya
mendengarkan dokter bicara).
2. Mencari tahu sebanyak apa informasi yang sudah dimiliki pasien
Mulailah mengajukan pertanyaan untuk menggali informasi dari pasien supaya
dapat mulai memahami.
- Apakah pasien sudah tahu mengenai penyakitnya/ situasinya. Contoh :
"Saya menderita kanker paru-paru, dan saya memerlukan
pembedahan".
- Seberapa banyak dia tahu ? Darimana dia tahu ? ("dokter A
mengatakan ada sesuatu kelainan yang ditemukan di foto roentgen
dada saya")
- Tingkat pengetahuan pasien ("Dok, saya terkena Adenocarcinoma
T2N0")
- Situasi emosional pasien ("Saya takut jangan – jangan saya terkena
kanker, Dok … sampai – sampai seminggu ini saya jadi susah tidur").
Terkadang pasien atau keluarga pasien (orang tua pada pasien anak)
mungkin tidak bisa menjawab atau merespon pertanyaan anda, dan
mungkin memang tidak mengetahui sama sekali mengenai penyakit
mereka. Pada kasus – kasus seperti itu , teknik yang bisa digunakan
untuk menstimulasi diskusi adalah dengan menanyakan kembali
tentang hal – hal yang sudah mereka ketahui seperti riwayat penyakit
dan hasil pemeriksaan atau hasil test yang telah dilakukan sebelumnya.
3. Mencari tahu seberapa banyakkah informasi yang ingin diketahui pasien
- Penting untuk menanyakan pada pasien seberapa detil informasi yang
ingin didengarnya. Apakah sangat detil, atau hanya gambaran besarnya
saja ?
- Perlu diperhatikan bagaimana cara bertanya, dan kemungkinan reaksi
pasien. (Setiap pasien tidak akan sama , bahkan pada pasien yang sama
kemungkinan akan berubah permintaannya selama dalam satu sesi
percakapan). Beberapa pertanyaan yang sering digunakan pada tahap
ini misalnya :
- Bapak/ ibu, bila nanti situasi atau kondisi/ hasil test menunjukkan
sesuatu yang serius, apakah saya bisa memberitahukan pada anda
mengenai masalah tersebut ?
- Apakah bapak / ibu ingin saya menjelaskan secara rinci atau hanya
garis besar dari kondisi bapak / ibu sekarang ?
- Bapak / Ibu, hasil test anda sudah keluar. Apakah saya bisa
menjelaskan pada bapak / ibu, atau bapak / ibu ingin agar saya
menjelaskan kondisi anda pada keluarga ?
4. Berbagi informasi
- Penting untuk mempersiapkan segala data sebelum anda bertemu
dengan pasien.
- Topik pada tahap ini biasanya adalah mengenai diagnosis, terapi /
penanganan, prognosis, serta dukungan / fasilitas apa saja yang bisa
diperoleh oleh pasien dan keluarganya.
- Berikan informasi dalam potongan kecil, dan pastikan untuk berhenti
menjelaskan (beri jeda di antara potongan – potongan informasi itu)
untuk memastikan bahwa pasien paham dengan yang kita jelaskan.
- Ingatlah untuk menerjemahkan istilah medis ke dalam bahasa
Indonesia, dan jangan mencoba untuk mengajar patofisiologi (jelaskan
dengan lebih sederhana). Beberapa contoh bahasa yang bisa digunakan
untuk menyampaikan berita buruk :
- Pak Harun, saya khawatir bahwa kabar yang akan saya sampaikan ini
adalah kabar yang kurang baik. Hasil test anda ternyata menunjukkan
bahwa anda positif terkena HIV.
- Bu Siti, mohon maaf saya terpaksa menyampaikan kabar ini. Hasil
biopsi benjolan pada payudara ibu menunjukkan bahwa ibu terkena
kanker payudara. Bu Dinar, hasil test putri anda sudah keluar, dan
ternyata hasilnya tidak seperti yang kita harapkan. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa putri anda terkena leukemia.
5. Menanggapi perasaan pasien
Jika anda tidak memberikan tanggapan terhadap emosi yang muncul pada pasien,
anda sama saja seperti “meninggalkan urusan sebelum urusan tersebut selesai ..”.
Selain itu bisa juga dianggap sebagai seorang dokter yang tidak memiliki
kepedulian pada pasien. Kalimat – kalimat yang bisa digunakan pada tahap ini :
- Saya tahu bahwa hasil ini adalah hasil yang tidak kita harapkan
- Saya tahu bahwa kabar ini adalah kabar yang tidak mengenakkan
- Setelah mengetahui hasilnya, kira –kira hal apakah yang bisa saya
bantu?
Hal yang penting diperhatikan dalam menyampaikan berita kepada pasien, yaitu:
Perasaan iba terletak di antara empati (memahamai perhatian pasien) dan simpati
(merasakan emosi pasien), menggabungkan respon terhadap penderitaan orang lain
dan keinginan untuk meringankan penderitaannya. Perawatan penuh dengan kasih
sayang (compassionate care) dibutuhkan untuk membina hubungan dan didasarkan
pada mendengarkan dengan penuh perhatian dan keinginan untuk memahami
perspektif dan konteks pasien.
Berdasarkan hasil penelitian neuropsikologi, terdapat dua sistem yang terlibat dalam
empati. Sistem pertama adalah sistem emosional, sedangkan sistem kedua adalah
sistem kognitif. Sistem emosional terdiri atas persepsi dan pengakuan emosi.
Mekanisme neurokimia diperankan oleh neuromodulator oksitosin. Sedangkan sistem
kognitif termasuk kapasitas mental untuk mengerti dan memahami keadaan mental
orang lain. Mekanisme neurokimia diperankan oleh neurotransmitter dopamin. Untuk
pelayanan kesehatan profesional, empati merupakan elemen penting dalam
menyediakan kualitas pelayanan kesehatan.
Level 0:
- Dokter menolak sudut pandang pasien
- Mengacuhkan pendapat pasien
- Membuat pernyataan yang tidak menyetujui pendapat pasien seperti
“Kalau stress ya, mengapa datang ke sini?” Atau “Ya, lebih baik
operasi saja sekarang.”
Level 1:
Dokter mengenali sudut pandang pasien secara sambil lalu “A ha”, tapi dokter
mengerjakan hal lain: menulis, membalikkan badan, menyiapkan alat, dan
lain-lain
Level 2:
Dokter mengenali sudut pandang pasien secara implisit
- Pasien, “Pusing saya ini membuat saya sulit bekerja”
- Dokter, “Ya...? Bagaimana bisnis Anda akhir-akhir ini?
Level 3:
Dokter menghargai pendapat pasien “Anda bilang Anda sangat stres datang ke
sini? Apa Anda mau menceritakan lebih jauh apa yang membuat Anda stres?”
Level 4:
Dokter mengkonfirmasi kepada pasien “Anda sepertinya sangat sibuk, saya
mengerti seberapa besar usaha Anda untuk menyempatkan berolah raga”
Level 5:
Dokter berbagi perasaan dan pengalaman (sharing feelings and experience)
dengan pasien.
- “Ya, saya mengerti hal ini dapat mengkhawatirkan Anda berdua.
Beberapa pasien pernah mengalami aborsi spontan, kemudian setelah
kehamilan berikutnya mereka sangat, sangat, khawatir”
Empati pada level 3 sampai 5 merupakan pengenalan dokter terhadap sudut pandang
pasien tentang penyakitnya, secara eksplisit. Empati berhubungan langsung dengan
terapi, dengan cara mengurangi kecemasan pada pasien. Saat pasien merasa dokter
tersebut mengerti kondisi dan kekhawatirannya, dia akan lebih nyaman dalam
mempercayai sang dokter.
Efek positif hubungan yang berlandaskan empati terdapat pada kedua belah pihak,
baik dokter maupun pasien. Empati dapat meningkatkan kepuasan pasien,
kepercayaan, coping skills, dan sejalan dengan terapi, serta memperkaya pengalaman
dokterpasien. Menghabiskan waktu untuk mendengarkan pasien adalah layak
dilakukan, bahkan saat dokter sedang sibuk. Empati tidak menghabiskan waktu dari
pekerjaan klinis rutin karena diwujudkan dalam sikp dokter saat berhadapan dengan
pasien. Mengingat bahwa seorang dokter jelas tidak dapat mengikuti setiap kejadian
penting pasiennya, kondisi inti dari empati adalah berbagi perjalanan klinis mereka
dan memanfaatkan petunjuk yang ditawarkan selama pemeriksaan
5. Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi yang
digunakan:
a. Centered communication style atau doctor centered communication style.
Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan diagnosis,
termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala.
b. Illness centered communication style atau patient centered communication style.
Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang
secara individu merupakan pengalaman unik. Keberhasilan komunikasi antara
dokter dan pasien pada umumnya akan melahirkan kenyamanan dan kepuasan
bagi kedua belah pihak.
DAFTAR PUSTAKA
Broto Wasisto, G. S. (2006). Komunikasi Efektif Dokter dan Pasien. Jakarta: Konsil
Kedokteran Indonesia.
Larasati, T. (2019). Komunikasi Dokter-Pasien Berfokus Pasien pada Pelayanan Kesehatan
Primer. Patient Centered Communication pada Pelayanan Kesehatan Primer.
Muhammad Tegar Nurachman1, *. I. (2022). Pengaruh Komunikasi Efektif Terhadap
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD). Jurnal Cerebellum.