Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN KASUS

“Sudden Deafness”
Disusun Oleh :
Muh. Isnu Fathurrachman
NPM 1102016125

Pembimbing :
dr. Indah Rahmawati, Sp. THT - KL

KEPANITERAAN KLINIK ILMU TELINGA HIDUNG TENGGOROK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PASAR REBO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 14 FEBRUARI – 5 MARET 2022
BAB I
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
• Nama : Ny. SM
• Usia : 28 Tahun
• Agama : Islam
• Suku Bangsa : Jawa
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Alamat : Cimanggis, Depok
• Pekerjaan : Karyawan Swasta
• Pendidikan Terakhir: D3
• Tanggal Pemeriksaan : 18 Februari 2022
II. Anamnesis
Keluhan Utama :

Pendengaran berkurang terutama pada telinga kiri sejak 2 bulan SMRS.

Keluhan Tambahan :

Telinga kiri terasa mendengung


Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke poli THT – KL RSUD Pasar Rebo dengan keluhan pendengaran
berkurang terutama pada telinga kiri 1 bulan SMRS, keluhan dirasakan memberat 1 bulan yang lalu.
Terdapat keluhan tambahan berupa telinga kiri terasa mendengung.
Pada saat diperiksa pasien sedang dalam pengobatan (kontrol) rutin ke dokter. Awalnya,
pada awal bulan januari 2022 pasien mengeluhkan telinga kiri pasien tiba-tiba kurang bisa mendengar
sejak 3 – 4 hari SMRS, keluhan disertai telinga berdenging. Keluhan tidak disertai demam
sebelumnya. Riwayat telinga berair, nyeri pada telinga, Riwayat mengkorek-korek telinga, Riwayat
trauma pada kepala dan telinga, Riwayat terpapar bising, Riwayat pilek dan hidung tersumbat
semuanya disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
• Riwayat Keluhan Serupa : Disangkal
• Riwayat Infeksi Telinga : Disangkal
• Riwayat Diabetes melitus : Disangkal
• Riwayat Hipertensi : Disangkal
• Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
• Riwayat Asma : Disangkal
• Riwayat Keganasan : Disangkal
• Riwayat Penyakit lain : Sebelumnya pasien tidak mengetahui ada penyakit faktor pembekuan
darah, namun setelah diperiksa terdapat gangguan faktor pembekuan darah
Riwayat Penyakit Keluarga :
• Riwayat Keluhan Serupa : Disangkal
• Riwayat Diabetes melitus : Ibu pasien
• Riwayat Hipertensi : DIsangkal
• Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
• Riwayat Asma : Disangkal
• Riwayat Keganasan : Disangkal
• Riwayat Penyakit lain : Ibu pasien, Riwayat vertigo

Riwayat pengobatan :
Pasien menggunakan obat – obatan sebelumnya
III. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis :
Keadaan umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Composmentis (GCS E4 M6 V5)
IV. Pemeriksaan Telinga
Kanan Kiri

Normotia Bentuk Telinga Luar Normotia

Normotia Daun Telinga Normotia

Tidak hiperemis Tidak hiperemis


Retroaurikuler
Tidak ada sikatriks Tidak ada sikatriks
LIANG TELINGA

Lapang 1. Lapang/sempit Lapang

Merah muda 2. Warna Epidermis Merah muda

Tidak ada 3. Sekret Tidak ada

Minimal 4. Serumen Minimal

Tidak ada 5. Kelainan Lain Tidak ada

Warna Putih, Reflex Cahaya (+) Warna Putih, Reflex Cahaya (+)
arah jam 5, Bulging (-), Retraksi MEMBRAN TIMPANI arah jam 7, Bulging (-), Retraksi
(-), Atrofi (-), Perforasi (-) (-), Atrofi (-), Perforasi (-)
Tes Pendengaran
Pemeriksaan Auris

Dextra Sinistra

Tes Bisik Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Tes Rinne (512Hz) + +

Weber Lateralisasi ke kanan

Schwabach Memendek Memendek

Kesan : Tuli sensorineural telinga kiri


Audiografi
Tanggal : 7/1/2022

Kesimpulan :
AD : Dalam batas normal
AS : Gangguan dengar sensorineural
sedang – berat (55 dB)
Audiografi (2)
Tanggal : 21/1/2022

Kesimpulan :
AD : Dalam batas normal
AS : Gangguan dengar campur
sedang (45 dB)
Audiografi (3)
Tanggal : 18/2/2022
Pasien sudah di injeksi kortikosteroid

Kesimpulan :
AD : Dalam batas normal
AS : Gangguan dengar campur sedang
- berat (58 dB)
Pemeriksaan Hidung
Dextra Sinistra

Tidak ada deviasi Bentuk Hidung Luar Tidak ada deviasi

Tidak ada Deformitas Tidak ada

Tidak ada Nyeri Tekan Tidak ada

Tidak nyeri tekan Tidak nyeri tekan


Dahi
Tidak hiperemis Tidak hiperemis

Tidak ada pembengkakkan Pipi Tidak ada pembengkakkan

Tidak ada Krepitasi Tidak ada


Rhinoskopi Anterior
Dextra Sinistra

Tidak hiperemis Vestibulum Tidak Hiperemis

Eutrofi, Permukaan licin, Eutrofi, Permukaan licin,


Warna merah muda, tidak Konka Inferior Warna merah muda, tidak
edema edema
Eutrofi, Permukaan licin, Eutrofi, Permukaan licin,
Warna merah muda, tidak Konka Media Warna merah muda, tidak
edema edema

Terbuka Meatus Nasi Terbuka

Sempit Kavum Nasi Sempit

Tidak hiperemis Mukosa Tidak hiperemis

Tidak ada Sekret Tidak ada

Tidak deviasi Septum Tidak deviasi


Rhinoskopi Posterior
Tidak dilakukan Koana Tidak dilakukan

Tidak dilakukan Mukosa Konka Tidak dilakukan

Tidak dilakukan Sekret Tidak dilakukan

Tidak dilakukan Muara Tuba Eustachli Tidak dilakukan

Tidak dilakukan Adenoid Tidak dilakukan

Tidak dilakukan Fossa Rusenmular Tidak dilakukan

Tidak dilakukan Atap Nasofaring Tidak dilakukan


Pemeriksaan Faring
• Arkus faring: Tidak hiperemis, tidak edema
• Pilar anterior : Tidak hiperemis
• Palatum mole : Tidak hiperemis, tidak ada massa
• Mukosa faring : Tidak hiperemis
• Dinding faring : Tidak hiperemis, rata
• Uvula : Ditengah
• Tonsil palatina :
• Besar :T1–T1
• Warna : Merah muda
• Kripta : Tidak membesar
• Detritus : Tidak ada
• Perletakan : Tidak ada
• Pilar posterior : Tidak hiperemis
• Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
• Regional :-
Pemeriksaan Leher
Bagian Keterangan

Bentuk Normal, trakea berada ditengah

Massa Massa (-), pembesaran KGB (-)


Pemeriksaan Penunjang
Kesimpulan : Hypo Agregation
Pemeriksaan Penunjang (2)
Tanggal 14/2/2022

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

HEMOSTASIS

D-Dimer H 1.05 Mg/L FEU <0.55

MASA PROTROMBIN

PT Pasien 10.2 Detik 10.1 – 11.9

PT Kontrol 10.8 Detik

APTT

APTT Pasien 23.2 Detik 23.0 – 30.2

APTT Kontrol 25.1 Detik


VI. Resume
Pasien datang ke poli THT – KL RSUD Pasar Rebo dengan keluhan pendengaran berkurang terutama
pada telinga kiri 1 bulan SMRS, keluhan dirasakan memberat 1 bulan yang lalu. Terdapat keluhan tambahan berupa
telinga kiri terasa mendengung.
Pada saat diperiksa pasien sedang dalam pengobatan (kontrol) rutin ke dokter. Awalnya, pada awal bulan
januari 2022 pasien mengeluhkan telinga kiri pasien tiba-tiba kurang bisa mendengar sejak 3 – 4 hari SMRS, keluhan
disertai telinga berdenging. Keluhan tidak disertai demam sebelumnya. Riwayat telinga berair, nyeri pada telinga,
Riwayat mengkorek-korek telinga, Riwayat trauma pada kepala dan telinga, Riwayat terpapar bising, Riwayat pilek dan
hidung tersumbat semuanya disangkal.
Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan adanya kelainan, pada pemeriksaan pendengaran dengan tes
penala didapatkan kesan tuli sensorineural telinga kiri, pada pemeriksaan audiometri didapatkan kesan tuli sensorineural
telinga kiri yang dilakukan 3 kali pemeriksaan.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan pasien Hypo agregation, dan pada pemeriksaan hemostasis tidak
ditemukan adanya kelainan.
VII. Diagnosa Kerja
Sudden Deafness Auricular Sinistra

VIII. Tatalaksana
Non Medikamentosa :
1. Bed rest total
2. Diet rendah garam dan rendah kolesterol
Medikamentosa :
3. Vitamin C 500 mg 1 x 1 tablet / hari
4. Vitamin E 1 x 1
5. Prednison (Kortikosteroid) 4 x 10 mg (2 tablet), di tapering off 3 hari
6. Saran : Kortikosteroid Injeksi, terapi hiperbarik oksigen
IX. Prognosis
1. Quo ad vitam : ad bonam
2. Quo ad functionam : dubia ad bonam
3. Quo ad sanationam : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
“Sudden Deafness”
Anatomi Telinga
Cone of light / reflek cahaya =
arah jam 7 (MT kiri), jam 5 (MT
kanan)

Membran Timpani
Telinga Tengah
Batas
- Luar : membran timpani
- Depan : tuba eustachius
- Bawah : v. jugularis (bulbus
jugularis)
- Belakang : aditus ad antrum,
kanalis fasialis pars vertikalis
- Atas : tegmen timpani (meningen /
otak)
- Dalam : kanalis semisirkularis, oval
window, round window,
promontorium
Vaskularisasi :
• A. carotis interna -> a. caroticotympaniceae
• A. carotis eksterna -> a. Tympanica (superior, inferior, anterior,
posterior), a. Stylomastoidea, a. Auricularis profunda

INKUS

MALEUS STAPES
Menempel pada
Menempel
MT
Fungsi tulang telinga (Maleus, Incus, Stapes) : untuk pada oval
mengahntarkan gelombang suara yang menggetarkan Membran window
timpani dan memicu gelombang di perilimfe koklea
Telinga Dalam

Telinga dalam = koklea + vestibuler


Dipersarafi : N. vestibulokohlearis (N. akustikus)
Cochlea
Di dalam saluran koklea ini terdapat cairan yang
menghantarkan getaran suara dan organ Corti yang
berfungsi sebagai penerima sinyal getaran suara
tersebut.

Skala vestibuli & skala


timpani

Isi : perilimfa
Dasar (s. vestibuli) : membran vestibuli

Skala media

- Isi : endolimfa Sel sensoris vestibulum koklea dipersarafi ganglion


- Dasar : membran basalis (ada organ corti) vestibularis (scarpa)
- organ corti = membrana tektoria, sel rambut (luar-
dalam), kanalis korti
Canalis Semisirkularis
Labirin :
Labirin statis
- Utriculus dan Sakulus = pelebaran labirin membran,
terdapat makula utrikulus yang berisi sel reseptor
keseimbangan

Labirin kinetik
- 3 kanalis semisirkularis (anterior, horizontal, posterior)
- tiap kanalis terdapat pelebaran yang berhubungan
dengan utriculus = ampula
- Krista ampularis berisi sel-sel reseptor keseimbangan
- Cupula = substansi gelatin yang menutupi sel reseptor
keseimbangan
Definisi Tuli Mendadak
Tuli mendadak (sudden deafness) ialah tuli yang terjadi secara tiba-tiba. Jenis ketuliannya
adalah sensorineural, penyebabnya tidak dapat langsung diketahui, biasanya terjadi pada satu telinga.
Beberapa ahli mendefinisikan tuli mendadak sebagai penurunan pendengaran sensorineural 30 dB atau
lebih, paling sedikit tiga frekuensi berturut-turut pada pemeriksaan audiometri dan berlangsung dalam
waktu kurang dari 3 hari.

Bashiruddin J, Soetirto Indro. 2007. Tuli Mendadak. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Keenam
Chandraskhar S, et al. 2019. Clinical Practice Guideline: Sudden Hearing Loss (Update). American Academy of Otolaryngology–Head and Neck Surgery Foundation 2019
Etiologi
Tuli mendadak dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain :
• Iskemia koklea  Keadaan ini dapat disebabkan oleh karena spasme, trombosis atau perdarahan
arteri auditiva interna.
• Infeksi virus  Beberapa jenis virus, seperti virus parotis, virus campak, virus influensa B dan
mononukleosis menyebabkan kerusakan pada organ corti, membran tektoria dan selubung myelin
saraf akustik.
• Trauma kepala
• Trauma bising yang keras
• Perubahan tekanan atnosfir
• Autoimun
• Obat ototoksik
• Penyakit Meniere
• Neuroma akustik

Bashiruddin J, Soetirto Indro. 2007. Tuli Mendadak. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Keenam
Gejala
Iskemi Koklea

• Timbulnya tuli pada iskemia koklea dapat bersifat mendadak atau menahun secara tidak jelas.
Kadang-kadang bersifat sementara atau berulang dalam serangan, tetapi biasanya menetap.
• Tuli dapat unilateral atau bilateral, dapat disertai dengan tinitus dan vertigo.

Infeksi Virus

• Timbulnya tuli mendadak biasanya pada satu telinga, dapat disertai dengan tinitus dan vertigo.
• Kemungkinan ada gejala dan tanda penyakit virus seperti parotis, varisela, variola atau pada
anamnesis baru sembuh dari penyakit virus tersebut.
• Pada pemeriksaan klinis tidak terdapat kelainan telinga.

Bashiruddin J, Soetirto Indro. 2007. Tuli Mendadak. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Keenam
Diagnosis
• Anamnesis yang teliti mengenai proses terjadinya ketulian
• Gejala yang menyertai serta faktor predisposisi.
• Pada pemeriksaan otoskopi tidak dijumpai kelainan pada telinga yang sakit.
• Pada pemeriksaan pendengaran (audiologi)  Tes penala : Rinne positif, Weber lateralisasi ke
telinga yang sehat, Schwabach memendek. Kesan : tuli sensorineural.
• Audiometri nada murni  tuli sensorineural ringan sampai berat
• Tes SlSl (short increment sensitivity index) Skor . 100% atau kurang dari 70 %. Kesan : dapat
ditemukan rekrutmen
• Tes Tone decay atau refleks kelelahan negative. Kesan : bukan tuli retrokoklea
• Audiometri tutur (speech audiometry)  SDS (speech discrimination score) Kurang dari 100%.
Kesan : tuli sensorineural
• Audiometri impedans  Timpanogram tipe A (normal) refleks stapedius ipsilateral negatif atau
positif sedangkan kontra lateral positif. Kesan : tuli sensorineural koklea.

Bashiruddin J, Soetirto Indro. 2007. Tuli Mendadak. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Keenam
• BERA (pada anak) menunjukkan tuli sensorineural ringan sampai berat.
• Pemeriksaan ENG (Eekfronistagmografi) mungkin terdapat paresis kanal,
• Pemeriksaan tomografi komputer (Cf Scan) dan pencitraan resonansi magnetik (MRI) dengan
kontras diperlukan untuk me- nyingkirkan diagnosis seperti neuroma akustik dan malformasi tulang
temporal.
• Pemeriksaan arteriografi diperlukan untuk kasus yang diduga akibat trombosis.
• Pemeriksaan laboratorium dapat digunakan untuk memeriksa kemungkinan infeksi virus, bakteri,
hiperlipidemia, hiperfibrinogen. hipotiroid, penyakit autoimun dan faal hemostasis,

Bashiruddin J, Soetirto Indro. 2007. Tuli Mendadak. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Keenam
Tatalaksana
1. Tirah baring sempuma (total bed rest) istirahat fisik dan mental selama dua minggu untuk
menghilangkan atau mengurangi stres yang besar pengaruhnya pada keadaan kegagalan
neurovaskular
2. Vasodilatansia injeksi yang cukup kuat disertai dengan pemberian tablet vasodilator oral tiap hari.
3. Prednison (kortikosteroid) 4 X 10 mg (2 tablet), tapering off tiap 3 hari (hati-hati pada pasien
diabetes melitus)
4. Vitamin C 500 mg 1 x 1 table/hari, vitamin E 1 x 1 tablet
5. Neurobion (neurotonik) 3X 1 table/1hari
6. Diet rendah garam dan rendah kolesterol
7. lnhalasi oksigen 4 X 15 menit (2 liter / menit)
8. Obat anti virus sesuai dengan virus penyebab.
9. Hiperbarik oksigen terapi (HB)

Pada pasien diabetes perlu diperhatikan, sebaiknya diberikan kortikosteroid injeksi

Bashiruddin J, Soetirto Indro. 2007. Tuli Mendadak. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Keenam
Prognosis
Evaluasi fungsi pendengaran dilakukan setiap minggu selama satu bulan Kallinen et al (1997)
mendefinisikan perbaikan pendengaran pada tuli mendadak adalah sebagai berikut:
• Sangat baik, apabila perbaikan lebih dari 30 dB pada 5 frekuensi.
• Sembuh, apabila perbaikan ambang pendengaran kurang dari 30 dB pada frekuensi 250 Nz,500Hz,
1000 Hz, 2000H2 dan di bawah 25 dB pada frekuensi 4000 Hz.
• Baik apabila bila rerata perbaikan 10-30 dB pada 5 frekuensi.
• Tidak ada perbaikan, apabila terdapat per- baikan kurang dari 10 dB pada 5 frekuensi,
Bila gangguan pendengaran tidak sembuh dengan pengobatan di atas, dapat dipertimbangkan
pemasangan alat bantu dengar (heaing aid)

Bashiruddin J, Soetirto Indro. 2007. Tuli Mendadak. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Keenam
Prognosis (2)
Prognosis tuli mendadak tergantung pada beberapa faktor yaitu. kecepatan pemberian
obat, respon 2 minggu pengobatan pertama, usia, derajad tuli saraf dan adanya faktor- faktor
predisposisi.
Pada umumnya makin cepat diberikan pengobatan makin besar kemungkinan untuk
sembuh, bila sudah lebih dari 2 minggu kemungkinan sembuh menjadilebih kecil. Penyembuhan dapat
sebagian atau lengkap, tetapi dapat juga tidak sembuh, hal ini disebabkan oleh karena faktor konstitusi
pasien seperti pasien yang pernah mendapat pengobatan obat ototoksik yang cukup lama, pasien
diabetes melitus, pasien dengan kadar lemak darah yang tinggi, pasien dengan viskositas darah yang
tinggi dan sebagainya, walaupun pengobatan diberikan pada stadium yang dini.

Bashiruddin J, Soetirto Indro. 2007. Tuli Mendadak. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Keenam
Daftar Pustaka
1. Bashiruddin J, Soetirto Indro. 2007. Tuli Mendadak. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
dan Leher. Edisi Keenam
2. Singh Anup, Irugu D. 2019. Sudden sensorineural hearing loss e A contemporary review of management issues.
India : Journal of Otology
3. Chandraskhar S, et al. 2019. Clinical Practice Guideline: Sudden Hearing Loss (Update). American Academy of
Otolaryngology–Head and Neck Surgery Foundation 2019
THANKS
!

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik
and illustrations

Anda mungkin juga menyukai