Anda di halaman 1dari 6

Pasien Ny. W, usia 39 th.

pasien riwayat suntik KB sebelumnya dan ingin mengganti IUD dikarenakan,


haid nya banyak dan haidnya bisa sampai 2 minggu.

Latar Belakang

Keluarga Berencana (KB) menurut World Health Organisation (WHO) merupakan tindakan
yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur
interval di antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami
istri, menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2013, hal : 26).

IUD atau yang sering disebut spiral adalah alat kontrasepsi kecil yang ditampilkan dalam
Rahim wanita. IUD mempengaruhi gerakan dan kelangsungan hidup sperma dalam Rahim wanita
sehingga sel sperma tidak dapat mencapai sel telur untuk membuahinya. IUD juga mengubah lapisan
diding Rahim (endometrium) sehingga tidak cocok untuk kehammilan dan prkembangan embrio
janin. Efektifitas IUD adalah 98% hamper sama dengan pil KB. Jika suatu saat pasangaan
menginginkan anak lagi, IUD dapat dilepas. Keseburan dapat dikembalikan dengan cepat setelah IUD
dilepas (Maritalia, 2012, hal :106).

IUD mengandung obat yang saat ini diguanakan meliputi dua model penghasil hormon, yang
tersedia hanya di beberapa Negara yang dengan model yang mengandung Tembaga (Copper T 380A,
Copper T 200, Copper T 220C, Multiload 375, Multiload 250, dan Nova T), 2 IUD tanpa obat yang
skrang diguanakan adalah LIppes loop dan Cincin baja tahan karat atau ganda (Pendit, 2007, hal :
20). Menurut menteri Kesehatan Indonesia cakupan peserta KB baru tahun 2013 secara nasional,
persentase peserta KB baru pada tahun 2013 adalah sebesar 18,49%.

metode pembinaan : setelah pemasangan IUD, pasien diminta untuk kontrol 1 minggu kemudian.

prosedur pelaksanaan

- Identifikasi pasien,

- Inform consent mengenai tindakan pemasangan IUD

- dokter mencuci tangan setelah itu mengerngkannya dan memakai handscoen.

- pasien berbaring, dengan kedua kaki diangkat ke atas.

- Melakukan tindakan asepsis.

- Memasukkan alat cocor bebek, atau spekulum. Alat ini memiliki beberapa fungsi, yaitu:

Melihat ukuran dan posisi rahim.

Membersihkan leher rahim dan vagina.

Mendeteksi kelainan pada rahim.

Memposisikan leher rahim sejajar dengan rahim.

- sebelum pemasangan IUD dilakukan pemeriksaan IVA test

- Alat kontrasepsi IUD berbentuk seperti huruf T.


- Prosedur pemasangan KB IUD dilakukan dengan melipat kedua lengan IUD dan memasukkannya ke
dalam rahim menggunakan aplikator.

- Lengan alat IUD akan dikeluarkan dari aplikator. IUD memiliki benang di bagian bawah yang akan
menggantung di leher rahim hingga vagina.

- Memotong benang sekitar 2–4 sentimeter di luar serviks.

- Mengeluarkan spekulum

- lakukan asepsis kembali

- menaruh alat-alat yang telah digunakan di dalam larutan klorin.

Ny. I, 27 th datang untuk melakukan bonkar pasang implan

Latar belakang

Menurut world population data sheet tahun 2013 Indonesia menempati urutan ke-5 sebagai negara
berpenduduk terbanyak dengan estimasi jumlah penduduk 249 juta dengan TFR 2,6. Sedangkan
menurut data sensus kependudukan tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia adalah 201,23 juta
penduduk, dan pada tahun 2010 berada di angka 237,64 juta penduduk dengan laju pertumbuhan
penduduk 1,49% dan angka kelahiran total (TFR) 2,414. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya
dalam menekan laju pertumbuhan penduduk salah satunya melalui program keluarga berencana
(KB).1 Data SDKI 2012 menunjukkan tren prevalensi penggunaan kontrasepsi dari tahun 1991 – 2012
cenderung meningkat. Data badan kependudukan dan keluarga berencana nasional (BKKBN) tahun
2013 menunjukkan 8.500.000 pasangan usia subur yang menjadi peserta KB baru dengan
penggunaan implan sebanyak 715.000 wanita.

Salah satu metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) yang disarankan adalah susuk atau implan KB.
Implanon® adalah salah satu jenis alat kontrasepsi implan berbentuk batang tunggal yang
menyediakan perlindungan kehamilan dalam jangka waktu tiga tahun. Implanon® merupakan implan
bebas silicon yang dimasukkan dengan aplikator sekali pakai. Implanon® berupa implan yang bisa
terdegenerasi secara alami dalam tubuh dimana mengandung 68 mg etonogestrel (progesteron)
dalam inti kopolimer ethylene vinylacetate (EVA).

metode pembinaan : setelah pemasangan KB Implan, pasien diminta untuk kontrol 1 minggu
kemudian.

Prosedur Pelaksanaan

 Identifikasi pasien, melakukan informed concent,


 cuci tangan
 Persiapan alat dan obat suntik antara lain: a. Alkon implan 3 tahun b. Antiseptik ( betadin,alkohol
70% ) dalam 2 kom kecil c. Hand scond satu pasang d. Kasa steril e. Plester dan gunting f.
Lidokain dan spuit. g. Duk lubang steril h. Implan set i. Safety box. j. Tempat sampah medis dan
non medis
 Memakai sarung tangan steril
 Menentukan tempat insersi pada bagian dalam lengan atas 8-10 cm dari lipat siku
 Mengusap tempat pemasangan dengan larutan antiseptic
 Memasang duk lubang steril di tempat pemasangan implant
 Menyuntikkan anestesi secara intra cutan
 Melanjutkan dengan anestesi subdermal di tempat insisi dan alur pemasangan implan( masing-
masing 1 cc )
 Menguji efek anestasi sebelum melakukan insisi pada kulit
 Menusukkan inserter ke bawah kulit pada lengan atas posisikan jarum inserter menghadap keatas
dan perhatikan tanda batas nya
 Memasukkan batang pendorong / plunger yang ada sayap ditengahnya,posisikan sayap berada di
bawah , kemudian tarik inserter perlahan sementara tahan pendorong masuk tepat pada belahan di
pangkal inserter
 Menarik inserter sampai tanda batas ( lingkaran warna hitam ) dekat ujung jarum inserterdan
berada pada posisi yang benar di bawah kulit
 Mengarahkan inserter sesuai dengan huruf V, di mana ke dua ujungnya berjarak lebih kurang 1,5
cm, dorong inserter sampai batas pada pangkal inserter
 Tahan dan putar pendorong ke kanan sampai sayap pada pendorong patah dan terlepas, kemudian
tarik kembali inserter sampai pendorong mengunci pada pangkal inserter yang di tandai dengan
bunyi klik dan patahkan pegangan pendorong , sehingga implan kedua seluruhnya sudah terlepas
dari inserter dan berada tepat di bawah kulit
 Merapatkan bekas tusukan inserter dan tutuplah dengan band aid / plester lalu membalut dengan
kassa gulung
 Membuang sampah ke dalam tempat sampah medis
 Merendam peralatan ke dalam larutan clorin
 Melepas sarung tangan

Pembongkaran Implan

Prosedur Pelaksanaan

 Identifikasi pasien, melakukan informed concent,


 Prosedur pengangkatan :
 1. Alat-alat yang diperlukan selain dari alat-alat yang diperlukan sewaktu pemasangan kapsul
implant diperlukam satu forceps lurus dan satu forceps , bengkok
 2. Tentukan letak posisi kapsul implant (kapsul 2) kalau perlu kapsul didorong kearah tempat
insisi akan dilakukan
 3. Daerah insisi didesinfeksi, kemudian ditutup dengan kain steril yang berlubang
 4. Lakukan anastesi local, jangan menyuntikkan anastesi local diatas implat karena
pembengkakan kulit dapat menghalangi pemandanga dari letak implantnya. Kemudian
lakukan insisi selebar lebih kurang 5-7mm ditempat yang paling dekat dengan kapsul implant
 5. Fosep dimasukkan melalui lubang insisi dan kapsul didorong dengan jari tangan kea rah
ujung forceps
 6. Forceps dibuka lalu kapsul djepit dengan ujung forceps
 7. Kapsul yang sudah dijepit kemudian ditarik pelan-pelan
 8. Lakukanlah prosedur ini berturut-turut untuk mengeluarkan kapsul lainnya
 9. Tutuplah luka insisi dengan kasa steril, kemudian di plester. Umumnya tidak diperlukan
jahitan pada kulit,apabila akseptor ingin dipasangi implant yang baru ini dapat segera
dilakukan
 10.Nasehati pasien agar luka tidak basah dan selalu dalam keadaan bersih selama lebih
kurang 3 hari

Pemasangan Implant

1. Daerah tempat pemasangan implant ditutup dengan kain steril yang berlubang
2. Lakukan injeksi obat anastesi kira-kira 6-10cm diatas lipatan siku
3. Setelah itu dibuat insisi lebih kurang sepanjang 0,5cm dengan scalpel yang tajam
4. Trokar dimasukkan melalui lubang insisi sehingga sampai pada jaringan bawah kulit
5. Kemudian kapsul dimasukkan kedalam troika dan didorong dengan plunger sampai kapsul terletak
dibawah kulit
6. Kemudian dilakukan secara berturut-turut sampai kapsul kedua
7. Kedua kapsul dibawah kulit diletakkan sedemikian rupa sehingga susunannya seperti huruf V.
setelah kedua kapsul berada dibawah kulit,troika ditarik pelanpelan keluar
8. Control luka apakah ada perdarahan atau tidak
9. Jika tidak ada perdarahan tutup luka dengan kasa steril, kemudian diplester, umumnya tidak
diperlukan jahitan
10.Nasehati pasien agar luka jangan basah selama lebih kurang 3 hari dan dating kembali jika ada
keluhan-keluhan yang mengganggu

Ny. T, 30 th

PIL KB

Latar Belakang

Pil KB merupakan salah satu kontrasepsi hormonal yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya kehamilan yang ditambahkan ke dalam tubuh seorang wanita dengan cara diminum (pil)
Tujuan dari konsumsi pil KB adalah untuk mencegah, menghambat dan menjarangkan terjadinya
kehamilan yang memang tidak diinginkan. Untuk itu kepatuhan mengkonsumsi pil KB secara teratur
sesuai dengan dengan petunjuk tenaga kesehatan harus dilakukan. Kepatuhan mengkonsumsi pil KB
bertujuan agar manfaat konsumsi pil KB yaitu mencegah menghambat dan menjarangkan terjadinya
kehamilan bisa dirasakan. Ketidakpatuhan dalam mengkonsumsi pil KB tidak bisa menjamin bahwa
akseptor pil KB terhindar dari kehamilan. Hal ini dikarenakan pengkonsumsian yang tidak teratur
emnjadikan pil KB tidak bisa bekerja secara optimal. Akan tetapi fenomena di lapangan menunjukkan
bahwa sering kali akseptor pil KB tidak patuh dalam melakukan keteraturan mengkonsumsi pil KB.
Ketidakpatuhan ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan mereka tentang pil KB. Mereka
cenderung menghemat pengkonsumsian dengan meminum pil KB dibawah ukuran yang disarankan.
Kebiasaan ini menyebabkan masih mungkin akseptor pil KB mengalami kehamilan yang tidak
diinginkan (Depkes RI, 2001).

Menurut WHO, tahun 2009 hampir 380 juta pasangan menjalankan keluarga berencana dan
65-75 juta diantaranya terutama di negeri berkembang menggunakan kontrasepsi hormonal yaitu pil
KB. Akan tetapi 5% dari jumlah tersebut penggunanya adalah tidak melakukan pengkonsumsian
secara teratur sehingga beresiko terjadinya kehamilan (Depkes RI, 2001).

Pil KB berisi kombinasi hormon estrogen dan progesteron untuk mencegah ovulasi
(pelepasan telur selama siklus bulanan). Seorang wanita tidak bisa hamil jika dia tidak berovulasi
karena tidak ada telur untuk dibuahi. Pil KB juga bekerja dengan menebalkan lendir di sekitar leher
rahim, yang membuatnya sulit bagi sperma untuk memasuki rahim dan mencapai setiap telur yang
telah muncul. Hormon-hormon dalam pil KB terkadang juga dapat mempengaruhi lapisan rahim,
sehingga sulit bagi telur untuk menempel ke dinding rahim.Pada jenis pil yang lain dapat mengubah
periode menstruasi adalah pil progesteron berdosis rendah, atau kadang-kadang disebut juga pil
mini. Jenis pil KB ini berbeda dari pil lain yang hanya berisi satu jenis hormon progesterone. Pil mini
bekerja dengan mengubah lendir serviks dan dinding rahim, dan terkadang juga mempengaruhi
ovulasi juga.(Arum, D dan Sujiyatini, 2009)
Ketidakteraturan pengkonsumsian pil KB menyebabkan hormon yang terkandung dalam pil
KB tidak bisa bekerja dengan maksimal. Sehingga memungkinkan akseptor pil KB terjadi kehamilan
yang tidak diinginkan. Kondisi ini bisa membuat akseptor pil KB panik hingga sehingga melakukan
tindakan aborsi yang beresiko tinggi (Depkes, 2002).

Pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami tentang
pil KB yang mereka ketahui berdasarkan kebutuhan dan kepentingan keluarga. Kodyat (1999). Rata-
rata jumlah anak yang dilahirkan oleh wanita yang berpendidikan rendah mencapai 4,1%, sedangkan
kelompok berpendidikan tinggi hanya 2,7% per keluarga. Hal itu dikarenakan wanita berpendidikan
rendah cenderung mempunyai pola fikir yang tidak ingin mencari informasi dan memahami tentang
pentingnya melakukan keteraturan pengkonsumsian pil KB (Ruslan, 2010).

Pada wanita berpendidikan rendah, angka 3 kematian ibu tinggi yaitu 228 kasus per seratus
ribu kelahiran sedangkan kematian bayi 34 kasus dari seribu kelahiran. Penduduk Indonesia 60%
hanya tamatan SMA atau lebih rendah. Pengaruh antara wanita berpendidikan tinggi dengan wanita
berpendidikan rendah dalam melaksanakan program KB yaitu dengan tingginya angka kelahiran
pada wanita yang berpendidikan rendah (Wibowo, 2010).

Wanita yang mempunyai pengetahuan lebih baik tentang pil KB dan manfaatnya akan lebih
mentaati aturan penggunaan pil KB. Untuk menambah pengetahuan menjadi lebih baik bisa
dilakukan dengan kunjungan ke posyandu, baik dari buku atau media cetak lainnya atau melakukan
konseling dengan bidan desa tentang pil KB .(Arum, D dan Sujiyatini, 2009).

Permasalahan tentang rendahnya pendidikan wanita Indonesia mengakibatkan rasa tidak


ingin tahu tentang penggunaan pil KB sehingga dapat menyebabkan mayarakat tidak teratur
mengkonsumsi pil KB, hal ini mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan dan tingkat kelahiran
yang cukup tinggi.

Prosedur pelaksanaan :

1. Pemeriksaan TTV

2. Lakukan anamnesa Riwayat penyakit pasien

3. Berikan konseling dan efek samping dari KB Pil

4. Siapkan Pil KB

5. Menerangkan cara meminum Pil KB

6. Memberikan Pil KB

y. Mendokumentasikan di rekam medis pasien


KB suntik 3 bulan

Latar belakang

Pil KB berisi kombinasi hormon estrogen dan progesteron untuk mencegah ovulasi
(pelepasan telur selama siklus bulanan). Seorang wanita tidak bisa hamil jika dia tidak berovulasi
karena tidak ada telur untuk dibuahi. Pil KB juga bekerja dengan menebalkan lendir di sekitar leher
rahim, yang membuatnya sulit bagi sperma untuk memasuki rahim dan mencapai setiap telur yang
telah muncul. Hormon-hormon dalam pil KB terkadang juga dapat mempengaruhi lapisan rahim,
sehingga sulit bagi telur untuk menempel ke dinding rahim.Pada jenis pil yang lain dapat mengubah
periode menstruasi adalah pil progesteron berdosis rendah, atau kadang-kadang disebut juga pil
mini. Jenis pil KB ini berbeda dari pil lain yang hanya berisi satu jenis hormon progesterone. Pil mini
bekerja dengan mengubah lendir serviks dan dinding rahim, dan terkadang juga mempengaruhi
ovulasi juga.(Arum, D dan Sujiyatini, 2009)

Anda mungkin juga menyukai