Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Kesmas Untika Luwuk Volume 10 Nomor 1 Juli 2019

Public Health Jurnal ISSN 2086-3772 (print) 2620-8245 (online)

UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT OLEH PENDERITA


TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMPUNG
BARU KECAMATAN LUWUK KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2019

Ramli 1, Wilda Andriyani2


1
Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk
2
Mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Tompotika Luwuk
(email : ramli.bidullah@gmail.com) hp. 085341176487

ABSTRAK

Berdasarkan Global Tuberculosis Report 2017, secara global kasus baru


tuberkulosis sebesar 6,3 juta, setara dengan 16% dari insiden tuberkulosis (10,4 juta).
Tuberkulosis tetap menjadi 10 penyebab kematian tertinggi di dunia dan
kematian tuberkulosis secara global diperkirakan 1,3 juta pasien (WHO, Global
Tuberculosis Report, 2017). Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI pada Rapat Kerja
Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) pada tahun 2018 di Tangerang, Banten tema yang
diangkat adalah Sinergisme Pusat dan Daerah dalam Mewujudkan Universal Health
Coverage melalui Percepatan Eliminasi Tuberculosis, Penurunan Stunting, dan
Peningkatan Cakupan serta Mutu Imunisasi terkait TB Paru. Adapun penelitian ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran tentang Upaya Pencegahan
Penularan Penyakit Oleh Penderita Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas
Kampung Baru Kecamatan Luwuk Kabupaten Banggai tahun 2019.
Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan Study
Naratif. Informan dalam penelitian ini di pilih secara Purpossive Sampling dengan
kriteria tertentu di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Baru. Pengambilan data
dilakukan dengan wawancara secara langsung kepada penderita berdasarkan pedoman
wawancara yang telah tersedia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya pencegahan penularan penyakit
oleh penderita Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Baru sebagian
besar informan mengatakan bahwa telah melakukan perilaku pencegahan dalam upaya
pencegahan penularan oleh penderita melalui perilaku tidak tidur sekamar dengan
penderita Tuberkulosis paru, kebiasaan membuka jendela setiap pagi, menutup mulut
saat batuk, minum obat secara teratur dan tidak meludah sembarangan. Saran dalam
penelitian ini adalah diharapkan kepada Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Luwuk
Kabupaten Banggai lebih meningkatkan kinerja dalam mencari suspek atau
penderita TB paru agar dapat mengeliminasi secara cepat kejadian TB paru..

Kata Kunci : Pencegahan, Penularan, Penderita, Tuberkulosis Paru

Ramli dan Wilda Andriyani 1679


Jurnal Kesmas Untika Luwuk Volume 10 Nomor 1 Juli 2019
Public Health Jurnal ISSN 2086-3772 (print) 2620-8245 (online)

PENDAHULUAN Singapura dan Malaysia. Dari seluruh


Kesehatan adalah hak asasi kasus di dunia, India menyumbang
manusia dan salah satu unsur 30%, Cina 15%,dan Indonesia 10%.
kesejahteraan yang harus diwujudkan Berdasakan Global Tuberculosis
sesuai dengan cita-cita bangsa Report 2017, secara global kasus baru
Indonesia sebagaimana yang dimaksud tuberkulosis sebesar 6,3 juta,
dalam Pancasila dan Undangan- setara dengan 16% dari insiden
Undangan Dasar Negara Republik tuberkulosis (10,4 juta). Tuberkulosis
Indonesia Tahun 1945. “Menurut (UU tetap menjadi 10 penyebab kematian
No. 36 tahun 2009) tentang kesehatan, “ tertinggi di dunia dan kematian
kesehatan adalah keadaan sehat, baik tuberkulosis secara global diperkirakan
secara fisik, mental, spiritual 1,3 juta pasien (WHO, Global
maupun sosial yang memungkinkan Tuberculosis Report, 2017).
setiap orang untuk hidup produktif Berdasarkan studi Global Burden
secara sosial dan ekonomi” (Kemenkes of Disease, Tuberkulosis menjadi
RI, 2011). penyebab kematian ke dua di dunia.
Sumber penularan adalah penderita Angka Tuberkulosis di Indonesia
Tuberkulosis Paru BTA (+) yang dapat berdasarkan mikroskopik sebanyak 759
menularkan kepada orang per 100.000 penduduk untuk usia 15
disekelilingnya, terutama yang tahun ke atas dengan jumlah laki-laki
melakukan kontak erat. Setiap 1 lebih tinggi daripada perempuan, dan
penderita BTA (+) akan menularkan jumlah di perkotaan lebih tinggi
pada 10-15 orang per tahun. Penyakit daripada di pedesaan. Tuberkulosis
Tb Paru merupakan salah sat u penyakit adalah suatu penyakit infeksius yang
menular, sehingga perlu adanya menyerang paru- paru yang secara khas
perilaku pencegahan penularan Tb Paru ditandai oleh pembentukan granuloma
oleh penderita kepada orang yang sehat. dan menimbulkan nekrosis jaringan.
WHO menyatakan 22 negara dengan Penyakit yang bersifat menahun dan
beban TBC tertinggi di dunia 50% nya dapat menular dari penderita ke orang
berasal dari negara-negara Afrika lain (Santa, dkk, 2009).
dan Asia Amerika (Brasil). Hampir Berdasarkan laporan WHO, di
semua Negara ASEAN masuk dalam tahun 2017 diperkirakan ada 1.020.000
kategori 22 negara tersebut kecuali kasus Tuberkulosis di Indonesia

1680 Ramli dan Wilda Andriyani


Jurnal Kesmas Untika Luwuk Volume 10 Nomor 1 Juli 2019
Public Health Jurnal ISSN 2086-3772 (print) 2620-8245 (online)

namun baru terlapor ke Kementrian orang, jumlah kasus BTA positif yang
Kesehatan sebanyak 420.000 kasus. ditemukan sebesar 343 orang,
Penyakit tuberculosis masih menjadi sedangkan yang diobati sebesar 268
masalah kesehatan di seluruh dunia orang. Jumlah penderita tertinggi
termasuk juga Indonesia. Bahkan dilaporkan di Puskesmas Kampung
meskipun hanya memiliki jumlah Baru dengan jumlah penderita pada
penduduk sekitar 261 juta, Indonesia tahun 2017 yaitu 109 orang TB Paru
menduduki peringkat ke-3 di dunia dan BTA (+) 83 orang.
dalam jumlah kasus Tuberkulosis, baik Data terbaru pada tahun 2018 di
dalam jumlah keseluruhan maupun Kabupaten Banggai, kasus Tb Paru
kasus baru. Sesuai data WHO Global semua tipe adalah 1054 kasus, jumlah
Tuberculosis Report 2016, Indonesia BTA(+) 354 kasus. Untuk wilayah
menempati posisi kedua dengan beban kerja Puskesmas Kampung Baru
Tuberkulosis tertinggi di dunia. Tren terdapat sebanyak 133 kasus. Dari 133
insiden kasus Tuberkulosis di Indonesia kasus, 82 kasus yang sudah diobati dan
tidak pernah menurun, masih banyak yang sementara berobat 51 kasus.
kasus yang belum terjangkau dan Presentase angka penemuan Kasus
terdeteksi, kalaupun terdeteksi dan telah TB paru Kabupaten Banggai target
diobati tetapi belum dilaporkan. yaitu 70 %. Dan Standar SR (Succes
Menurut Data Riset Kesehatan Rate) adalah 85%. Data 2019 dari
Dasar pada tahun 2013-2018 di tingkat bulan Januari hingga Mei terdapat 49
Provinsi, jumlah kasus Tb di Sulawesi kasus dengan status penderita dalam
Tengah adalah 3.884 kasus dan masa pengobatan.
prevalensi Tb paru di tahun 2013-2018 Menurut Perkumpulan
yaitu 0,2 untuk penderita Tb sedangkan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia
di tahun 2018 mengalami peningkatan (PPTI), 2010 menjelaskan tentang
yaitu 0,4 dengan target Renstra pada pencegahan penularan penyakit TB bagi
2019 prevalensi Tb paru menjadi penderita, yaitu : tidak meludah di
245/100.000 penduduk study inventori sembarang tempat, menutup mulut saat
Tb (Global Report TB 2018) : sedang batuk dan bersin, berperilaku
Insidens TB 321/100.000. hidup bersih dan sehat, berobat sesuai
Tahun 2017 di Kabupaten Banggai, aturan sampai sembuh dan
penderita Tb Paru keseluruhan 692 memeriksakan balita yang tinggal

Ramli dan Wilda Andriyani 1681


Jurnal Kesmas Untika Luwuk Volume 10 Nomor 1 Juli 2019
Public Health Jurnal ISSN 2086-3772 (print) 2620-8245 (online)

serumah agar segera diberikan penderita : bersedia diwawancarai dan


pengobatan pencegahan. Langkah ini berada di lokasi penelitian saat
untuk dapat menangulangi persoalan penelitian berlangsung.
tersebut, rumusan masalah dalam Informan kunci Petugas Kesehatan
penelitian ini adalah bagaimana “Upaya di Puskesmas Kampung Baru
Pencegahan Penularan Penyakit oleh (Penanggung Jawab program TB Paru).
Penderita Tuberkulosis Paru di Wilayah Pengumpulan data primer dilakukan
Kerja Puskesmas Kampung Baru dengan cara wawancara mendalam
Kecamatan Luwuk Kabupaten Banggai kepada pihak terkait, data sekunder
tahun 2019” Tujuan penelitian untuk sebagai data pendukung diperoleh dari
mengetahui gambaran tentang Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai.
bagaimana Upaya Pencegahan Instrumen yang dipakai untuk
Penularan Penyakit Oleh Penderita mengumpulkan data adalah penelitian
Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja sendiri yang dilengkapi dengan alat
Puskesmas Kampung Baru Kecamatan bantu penelitian, seperti alat perekam
Luwuk Kabupaten Banggai tahun wawancara (audio dan audio visual),
2019. pedoman wawancara, pedoman
observasi/daftar catatan lapangan.
BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan
Penelitian ini yang dilakukan analisis data Milles dan Huberman yaitu
merupakan penelitian kualitatif dengan Reduksi Data/Reduction, Penyajian
pendekatan Study Naratif yang Data/Display dan Penarikan
dilaksanakan pada Wilayah Kerja Kesimpulan/Conclution . Uji
Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Keabsahan Data dilakukan
Luwuk Kabupaten Banggai bulan Juni denganTriangulasi Sumber yaitu
sampai dengan Juli tahun 2019. untuk mendapatkan data dari sumber
Informan adalah penderita TB Paru yang berbeda-beda dengan teknik
yang sedang dalam masa pengobatan yang sama, Sumber data berasal dari
yang tersebar di wilayah kerja Petugas Kesehatan, Kepala Puskemas
Puskesmas Kampung Baru. Penelitian dan Pemegang Program Surveilans
diambil dengan cara purpossive sampel, Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai.
yakni pengambilan sampel dengan
kriteria penelitian. Dengan kriteria

1682 Ramli dan Wilda Andriyani


Jurnal Kesmas Untika Luwuk Volume 10 Nomor 1 Juli 2019
Public Health Jurnal ISSN 2086-3772 (print) 2620-8245 (online)

HASIL PENELITIAN kumannya begitukan jadi jangan


Hasil wawancara yang diperoleh sampai ketularan ke anggota
disajikan dalam bentuk narasi sebagai keluarga yang lain kasian...”
berikut : (PL,YT,RT,YN)
1. Tidak tidur sekamar dengan
penderita Tuberkulosis paru. Hasil Adapun ungkapan informan kunci
wawancara dengan informan tentang tentang upaya pencegahan
perilaku pencegahan melalui tidak penularan khususnya mengenai
tidur sekamar dengan penderita tidak tidur sekamar dengan
TB Paru. Seperti dalam ungkapan penderita TB Paru, berikut
informan berikut : ungkapannya :
“...Sendiri beda kamar. Terpisah “...Dari awal saya kasi tau kalo
juga dengan anak-anak. Memang tidak bisa sekamar tapi itu yang
dari kita sendiri sudah menyadari kalo tidur sekamar saya jarang
bahwa penyakit ini kan menular konfirmasikan ke pasien dengan
jadi kita tidak boleh terlalu pertimbangan biasa pasiennya
bebas dengan anak-anak, istri saja apalagi yang sudah berkeluarga
kita minimal pisah tempat tidur. kadang mereka tersinggung. Nanti
Antara lain kita mengatasi agar dia sendiri yang buat misalkan
supaya jangan ada penyebaran mereka lapor kesini saya sudah
lagi”(AA, IP, RS, JR, LM, LP) tidak satu kamar misalkan. Yang
penting ibu jaga kesehatan ke
Ada juga informan masih orang lain” (LT).
memiliki teman tidur sekamar
tetapi memisahkan peralatan 2. Kebiasan membuka jendela
tidurnya seperti pernyataan berikut: kamar setiap pagi. Hasil wawancara
“...Ada, paitualah tapi bantal dengan informan tentang kebiasaan
terpisah. Kalau yang sekarang membuka jendela kamar setiap pagi.
mulai sadar kalau saya tidur malam, Seperti dalam ungkapan informan
bantalku terpisah jangan ada yang berikut :
pake. katanya untuk mencegah kan “...Ada harus pagi. So tiap pagi
sa tidak tau cuma sa dengar memang harus buka jendela sudah
karena itu kan katanya ada bakteri jadi kebiasaan. Bagaimana e,

Ramli dan Wilda Andriyani 1683


Jurnal Kesmas Untika Luwuk Volume 10 Nomor 1 Juli 2019
Public Health Jurnal ISSN 2086-3772 (print) 2620-8245 (online)

sirkulasilah udara begitu Mungkin penularan TB Paru. Seperti dalam


ini malam torang tidurkan udara ungkapan informan berikut :
yang torang napas buang napas “...Iyo tutup mulut. Biasa juga
buang, buka jendela pasti keluar menghadap ketempat lain yang
diganti oleh udara baru” (IP, AA, penting jangan menghadap sama
YT, DM, RS, YN, RT, H, PL, NN, orang begini. Orang bilang
LM) supaya tidak menyebar luaslah
Adapula pernyataan informan yang begitu. Cukup tahan yah sam torang
lain tentang kebiasaan membuka saja. Masker atau tangan. Kalo
jendela kamar setiap hari : dalam satu minggu itu pasti ada
“...Jarang. Soalnya mo dibuka saja persediaan masker. Apalagi
sebentar sa pengalaman di atas anak kecil kayak begitu kan masih
buka jendela baru ada sementara sa rentan sekali. Sering- sering pake
tidur ada orang b hoba siang-siang masker” (IP, AA, YT, DM, RS,
pulang kerja jadi capek harus saya, YN,RT,RD, PL,NN, LM)
ada orang b hoba jadi sa ba Beberapa ungkapan lain dari
batariak sementara sa tidur yuh ada informan tentang menutup mulut
orang dijendela jadi saya anu dari saat batuk :
situ. Kalo ini (jendela diruang tamu) “...Tidak ada. Karena sa punya
setiap hari dibuka dan anak-anak napas ini setengah mati te bisa
p kamar dibuka. Orang jendela kalo pakai masker sesak napas
ruang hari-hari” (RD) saya. Itu juga saya tidak tau itu
Ungkapan informan kunci tentang bagaimana. Itu lantaran abu maso.
membuka jendela setiap pagi, Jangan sampai penyakit menular
berikut ungkapannya : itu. Tidak ada”(H)
“..Iyo usahakan pagi itu langsung Adapun ungkapan informan kunci
buka jendela pagi supaya tentang menutup mulut saat batuk,
udaranya masuk”.(LT) berikut ungkapannya :
3. Menutup mulut saat batuk. Hasil “...Yang penting torang so ajukan
wawancara dengan informan tentang cara-cara penularannya seperti ini
menutup mulut saat batuk kalo di rumah itu pakai masker
dalam upaya pencegahan misalkan. Tidak apa-apa

1684 Ramli dan Wilda Andriyani


Jurnal Kesmas Untika Luwuk Volume 10 Nomor 1 Juli 2019
Public Health Jurnal ISSN 2086-3772 (print) 2620-8245 (online)

sebenarnya asal penderita pake 5. Tidak meludah sembarangan


masker”(LT) Hasil wawancara dengan informan
4. Minum obat secara teratur. Hasil tentang manfaat dan dimana tempat
wawancara dengan informan tentang yang baik untuk meludah, seperti
masih rutin minum obat dan jika dalam ungkapan informan berikut :
tidak minum obat secara teratur “...Kalu sa meludah ke kamar
dapat menyebabkan bakteri kebal mandi langsung siram air, kalu
dan pengobatan kembali. Seperti ditanah saya tutup dengan tanah.
dalam ungkapan : Biasa di kamar mandi kalu sa
“...Rutin. Malah saya atur jam 6 meludah kalu sa malas ke kamar
pagi nanti jam 8 baru makan. Itu mandi pakai tisu kemudian kan ada
petunjuknya obat itu minum 2 jam tempat pembuangan sampah setelah
sebelum makan. Dan itu saya atur nanti kan di alas dengan kantongan
dan tidak pernah saya setelah saya jadi kalu paitua bakar sampah sa
menjalani dua bulan belum pernah suru ikat baru pigi buang disan baru
juga saya anu tetap jam 6, jam 8 bakar, di saluran, buang di ember
baru makan. Di upayakan jangan atau kaleng yang berisikan air
sampai putus 1 kali. Sebab kalo atau pasir tetapi tempat
putus ulang baru lagi, kambuh, pembuangan terakhir di kamar
bertambah waktu minum obat, mandi”(PL, AA, YT, DM, RS, JR,
kebal, tambah parah dan bisa masuk YN, RT, RD, H, NN, LM).
kategori 2” (AA, YT,DM, RS, JR,
YN, RT, IP , RD, H, NN, PL, LM) Adapun ungkapan informan kunci
Adapun ungkapan informan kunci tentang tidak meludah
tentang minum obat secara teratur, sembarangan, sebagai berikut :
sebagai berikut “...Saya kasi tau cuman memang
“...Iyo beberapa yang memang rutin kembali lagi ke pasiennya sih
dalam artian obatnya habis diwaktu apakah dia mau ikut atau memang
yang tepat tapi ada juga beberapa yah namanya kebiasaan jadi
yang istilahnya gagal pengobatan torang tidak bisa pastikan kalo
karena pertama pasiennya sudah saya anjurkan ini ternyata de bikin
tidak datang lagi. Kemudian yang torang tidak bisa pastikan kalo de
kedua pasien yang meninggal.(LT)”

Ramli dan Wilda Andriyani 1685


Jurnal Kesmas Untika Luwuk Volume 10 Nomor 1 Juli 2019
Public Health Jurnal ISSN 2086-3772 (print) 2620-8245 (online)

bikin. Terserah kepasiennya de sekamar dengan orang lain perlu agar


mau denagr atau tidak” (LT) menghindari penularan TB Paru kepada
orang sekamar atau keluarga. Perilaku
tidak tidur sekamar dengan penderita
PEMBAHASAN TB Paru, beberapa melakukannya
1. Tidak Tidur Sekamar Dengan karena mengetahui dampaknya.
Penderita TB Paru Beberapa lagi tidak melakukannya
Salah satu gejala yang karena keterbatasan pengetahuan, situasi
dialamioleh penderita TB Paru adalah tempat tinggal yang hanya memiliki
batuk aktif saat malam hari sehingga satu kamar (kos) dan status yang belum
tidak jarang mengganggu pada saat menikah walaupun mengetahui alasan
tidur. Gejala ini sangat umum di mengapa tidak dibolehkan. Bagi yang
kalangan penderita TB Paru dan sudah sudah berkeluarga alasannya karena
pasti bakal sangat menggangu, tak pasangan mereka yang tidak ingin pisah
hanya penderita, tapi juga keluarga kamar dan merasa baik-baik saja serta
lainnya. Kita ketahi bahwa TB anak yang tidak bisa jauh dari orang
adalah penyakit menular. Persebarannya tua.
adalah lewat udara, yaitu ketika Hasil penelitian ini sejalan
penderita TB Paru mengalami batuk dengan penelitian yang dilakukan oleh
atau bersin, dan mengeluarkan kuman H. Kusnoputranto di tahun 2011
Mycobacterium Tuberculosis dari bahwa faktor risiko kejadian penyakit
mulutnya. Biasanya sekali batuk, TB Paru sumber penular serumah
penderita TB Paru dapat menghasilkan secara statistik menunjukkan hubungan
sekitar 3000 percikan dahak yang yang bermakna untuk variabel
mengandung 0-3500 Mycobacterium keberadaan sumber penular, tidur
Tuberculosis, sementara jika bersin sekamar, dan lama tidur sekamar.
dapat mengeluarkan 4500-1.000.000 Risiko tertular TB Paru pada kontak
Mycobacterium Tuberculosis. Sehingga, dengan penderita tersangka TB Paru
tidak tidur sekamar dengan penderita adalah 3,22 kali lebih besar daripada
TB Paru adalah upaya pencegahahan orang yang tidak pernah kontak
penularan oleh penderita TB Paru. serumah dengan tersangka penderita
Dari hasil penelitian, menurut TB Paru. Tidur sekamar dengan sumber
informan pisah kamar atau tidak tidur penular ternyata secara statistik

1686 Ramli dan Wilda Andriyani


Jurnal Kesmas Untika Luwuk Volume 10 Nomor 1 Juli 2019
Public Health Jurnal ISSN 2086-3772 (print) 2620-8245 (online)

menunjukkan hubungan yang bermakna. depan pintu yang berserat dan kuat dan
Schlessberg menyatakan bahwa kontak lain sebagainya. Bagi penderita TB
erat dengan penderita TB Paru BTA (+) Paru udara dan pencahayaan alami yang
mempunyai risiko maksimum terinfeksi memenuhi syarat sangat dibutuhkan
tuberkulosis paru, meskipun penyakit agar dapat membunuh bakteri dan
TB Paru menularnya tidak semudah mencegah penularan kepada orang lain.
infeksi virus. Dari hasil penelitian membuka
2. Kebiasaan Membuka Jendela jendela setiap hari sudah menjadi
Setiap Pagi kebiasaan bagi para informan sebelum
Sebuah penelitian terbaru dari menderita penyakit TB Paru.
Amerika mengungkapkan bahwa Walaupun bukan informan sendiri yang
jendela yang di buka pada pagi hari membuka jendela melainkan anggota
akan memberikan kemudahan udara keluarganya. Tetapi masih ada juga
baru dan sinar matahari untuk informan yang jarang membuka
masuk. Hal ini akan mengurangi resiko jendela kamar setiap pagi karena faktor
yang bisa diakibatkan kontaminasi ekternal. Misalnya, di samping rumah
bakteri di beberapa sudut tempat terdapat kandang ayam jadi jika
ruangan. Penelitian ini juga jendelanya yang dibuka, bukan udara
menunjukkan sinar matahari di pagi hari yang segar yang didapatkan melainkan
sangat ampuh untuk membunuh bakteri udara yang busuk dan ada juga yang
yang menjadi penyebab penyakit. trauma karena ketika informan sedang
Biasanya bakteri ini hinggap di debu beristirahat ingin tidur dengan posisi
yang menempel di bagian terluar jendela terbuka, seseorang yang tidak
peralatan rumah tangga. Bakteri yang dikenal melihat-lihatnya dari atas (posisi
hinggap pada debu itu akan semakin rumah berada di bawah). Tetapi untuk
berkembang dengan pesat di ruangan jendela-jendela rumah tetap mereka
gelap atau tidak mendapatkan sirkulasi buka setiap hari. Bagi informan manfaat
udara yang ideal. membuka jendela setiap hari agar
Untuk meningkatkan kualitas terjadinya sirkulasi udara dan
udara di dalam rumah, beberapa cara pencahayaan atau masuknya sinar
dapat di lakukan salah satunya matahari.
membuka jendela setiap pagi atau rutin Hasil penelitian ini sejalan
membuka jendela, meletakkan keset di dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ramli dan Wilda Andriyani 1687


Jurnal Kesmas Untika Luwuk Volume 10 Nomor 1 Juli 2019
Public Health Jurnal ISSN 2086-3772 (print) 2620-8245 (online)

R Hargono bahwa kebiasaan masyarakat sebagai berikut yaitu tutup hidung dan
pada umumnya kondisi rumah kumuh, mulut anda dengan menggunakan
tanpa ventilasi, tidak membuka jendela, tisu/saputangan atau lengan dalam
matahari tidak bisa masuk, membuat baju, segera buang tisu yang sudah
gerabah di dalam rumah dapat sebagai dipakai ke dalam tempat sampah, cuci
pencetus penyakit TB paru mengingat tangan dengan menggunakan air bersih
sanitasi lingkungan perumahan sangat dan sabun atau pencuci tangan berbasis
berkaitan dengan penularan penyakit. alkohol dan gunakan masker.
Rumah dengan pencahayaan dan Hasil penelitian menunjukkan
ventilasi yang baik akan menyulitkan bahwa informan menutup mulut saat
pertumbuhan kuman, karena sinar batuk menggunakan masker, tangan,
ultraviolet dapat mematikan kuman lengan, kain dan berpaling muka.
dan ventilasi yang baik menyebabkan Adapula informan yang tahu bahwa
pertukaran udara sehingga mengurangi memakai masker itu penting bagi diri
konsentrasi kuman. sendiri dan orang lain tetapi karena
3. Menutup Mulut Saat Batuk merasa sulit bernapas atau sesak, gerah
Batuk merupakan mekanisme dan jenuh sehingga informan tidak
pertahanan tubuh pernapasan dan menggunakan masker. Beberapa
merupakan gejala suatu penyakit informan lagi hanya memakai masker
atau reaksi tubuh terhadap iritasi di ketika berpergian, sehingga dalam
tenggorokan karena adanya lendir, rumah tidak menggunakan padahal kita
makanan, debu, asap dan sebagainya. ketahui bahwa yang sangat rentan
Etika batuk dibutuh agar mencegah terhadap penularan TB Paru adalah
penyebaran suatu penyakit secara luas orang serumah. Penderita juga
melalui udara bebas (Droplets) dan mengetahui jika tidak menutup mulut
membuat kenyamanan pada orang di saat batuk dapat menjadi salah satu
sekitarnya. Droplets tersebut dapat media dalam penularan penyakit kepada
mengandung kuman infeksius yang orang lain khususnya keluarga.
berpotensi menular ke orang lain Manalu (2010) penderita TB
disekitarnya melalui udara pernafasan. Paru mempunyai kebiasaan sering tidak
Penularan penyakit melalui media udara menutup mulut pada saat batuk,
pernafasan disebut “air borne disease”. yang dapat membuat penularan TB
Beberapa etika batuk dan bersin, pada orang-orang yang sehat

1688 Ramli dan Wilda Andriyani


Jurnal Kesmas Untika Luwuk Volume 10 Nomor 1 Juli 2019
Public Health Jurnal ISSN 2086-3772 (print) 2620-8245 (online)

disekitarrnya serta peningkatan kasus terhadap obat dapat membuat bakteri


TB paru dipengaruhi oleh daya tahan kebal dan juga dapat meningkatkan
tubuh, status gizi, kebersihan diri resiko morbiditas dan mortalitas.
individu. Dari hasil penelitian
Hasil penelitian ini sejalan menunjukkan bahwa semua informan
dengan penelitian yang dilakukan oleh pada saat ini masih rutin minum obat
Fitriani (2011) yang mengatakan bahkan beberapa informan lain, jika
perilaku mempunyai hubungan obat yang ia minum tersisa untuk sekali
terhadap kejadian TB Paru. Perilaku minum mereka bergegas ke pelayanan
manusia adalah semua kegiatan atau kesehatan untuk mengambil obat karena
aktifitas manusia baik yang dapat khawatir jika komsumsi obatnya
diamati langsung maupun yang tidak terputus. Juga informan menjelaskan
dapat diamati langsung oleh pihak luar jika tidak meminum obat secara teratur
yang mempunyai bentangan sangat luas dapat menyebabkan pengobatannya
dari mulai berjalan, bicara, menangis, dimulai kembali dari awal, bakteri yang
tertawa, bekerja dan sebagainya. resisten atau kebal dan dapat memasuki
4. Minum Obat Secara Teratur pengobatan kategori dua. Beberapa
Meminum obat secara teratur faktor yang mendukung mereka rutin
bisa membantu penyembuhan suatu minum obat, antara lain misalnya
penyakit. Tidak hanya untuk suatu memiliki pengetahuan yang baik terkait
penyakit tertentu tetapi juga untuk minum obat, informan sudah mulai
penyakit yang memerlukan pengobatan bosan dan merasa takut dengan bentuk
jangka panjang. Bagi pederita TB Paru obat yang besar dan banyak untuk sekali
minum obat secara teratur dibutuhkan minum sehingga mereka termotivasi
waktu selama 6 bulan secara teratur dan untuk minum obat secara rutin agar
rutin. Umumnya dalam 2 bulan pertama tidak berlanjut lagi dan karena
pengobatan (dari total sekitar 6 bulan), keinginan besar untuk sembuh.
kuman sudah berada dalam kondisi Tjandra Yoga (2007),
tidak aktif dan tidak mudah ditularkan mengemukakan bahwa seseorang yang
oleh pasien ke orang- orang di sakit TB dapat disembuhkan dengan
lingkungannya. Sehingga diperlukan minum obat secara lengkap dan teratur.
kepatuhan yang ketat bagi penderita Obat disediakan oleh pemerintah secara
TB Paru karena ketidak patuhan gratis di sarana pelayanan kesehatan

Ramli dan Wilda Andriyani 1689


Jurnal Kesmas Untika Luwuk Volume 10 Nomor 1 Juli 2019
Public Health Jurnal ISSN 2086-3772 (print) 2620-8245 (online)

yang telah menerapkan strategi DOTS influenza (termasuk flu burung,


(Directly Observed Tretment Short MERS, SARS, dan flu babi). Kuman-
course) seperti di Puskesmas, Balai kuman ini bisa saja berpindah dari ludah
pengobatan Penyakit Paru dan beberapa di jalanan dan masuk ke hidung,
rumah sakit. tenggorokan, dan paru-paru orang
5. Tidak Meludah Sembarangan sekitarnya. TB ditularkan melalui
Banyak penyakit menular yang droplet air dari batuk atau dahak yang
bisa berpindah dari satu orang ke orang diludahkan penderita. Droplet yang
lain melalui kontak dengan air liur dan mengandung kuman ini kemudian
dahak, seperti seperti saat batuk atau dihirup oleh orang lain. Bakteri TB
bersin. Kuman dan bakteri yang hadir dapat bertahan dalam udara bebas
dalam liur seseorang bisa tetap hidup selama 1-2 jam, tergantung dari ada
dalam waktu lama bahkan setelah tidaknya paparan sinar matahari,
diludahkan, yang bisa meningkatkan kelembapan, dan ventilasi. Pada kondisi
risiko penularan. Sejumlah virus dan gelap dan lembap, kuman TB dapat
bakteri dapat bertahan hingga 6 jam di bertahan berhari-hari, bahkan sampai
udara dan lebih dari 24 jam jika kondisi berbulan-bulan. Faktanya, banyak orang
lingkungan tumbuh kembang yang yang sebenarnya sudah pernah
optimal. mengalami paparan dengan kuman TB
Belum lagi jika selama hidupnya. Namun hanya 10%
mempertimbangkan ketahanan tubuh orang yang terinfeksi TB akan
orang-orang di sekitar yang tentu menderita penyakit ini. Dan meski pada
beragam. Kebiasaan sering meludah kebanyakan orang dengan sistem imun
sembarangan harus tetap yang kuat infeksi TB dapat sembuh
dipertimbangkan sebagai salah satu sendiri tanpa meninggalkan sisa, tak
faktor risiko penyebaran penyakit, jarang pula infeksi ini bisa sembuh
terutama di wilayah-wilayah yang masih dengan masih meninggalkan jejak.
rentan penularan penyakit menular. Setidaknya 10 persen di antara eks-
Menurut para ahli kesehatan, dahak dari pasien TB bisa kembali kambuh di masa
pasien yang terinfeksi dapat depan dikarenakan kuman yang sempat
menyebarkan penyakit pernapasan yang “tertidur” dalam tubuh jadi kembali
ditularkan lewat udara seperti aktif menular.
tuberkulosis, pneumonia, dan

1690 Ramli dan Wilda Andriyani


Jurnal Kesmas Untika Luwuk Volume 10 Nomor 1 Juli 2019
Public Health Jurnal ISSN 2086-3772 (print) 2620-8245 (online)

Peningkatan pengetahuan 5. Bagi penderita TB Paru tidak


informan sangat perlu sebagai upaya meludah sembarangan sudah
agar dapat mengetahui upaya-upaya dilakukan untuk menjaga kesehatan
pencegahan serta manfaatnya sehingga dan kebersihan diri sendiri dan
mengurangi angka kejadian TB Paru. orang lain dengan membuang
dahaknya atau ludahnya di kloset.

PENUTUP
Kesimpulan Saran
1. Perilaku tidak tidur sekamar dengan 1. Pemerintah Daerah lebih gencar
penderita TB Paru, informan memberikan informasi melalui
mengatakan bahwa tetap memiliki televisi, sosial media maupun
teman tidur. Tetapi beberapa leaflet dan sebagainya tentang TB
informan memisahkan peralatan Paru agar masyarakat sudah dapat
tidurnya. melakukan deteksi dini terhadap
2. Kebiasaan membuka jendela setiap diri mereka sendiri.
pagi sudah menjadi keseharian bagi 2. Puskesmas lebih aktif dan
penderita agar terjadi pertukaran intens/lebih banyak memberikan
udara (sirkulasi udara). informasi dan mencari para
3. Menutup mulut saat batuk sudah suspek atau penderita TB Paru agar
dilakukan oleh penderita TB Paru dapat mengeliminasi secara cepat
menggunakan masker, kain, kejadian TB Paru.
berpaling muka dan masih ada juga 3. Bagi masyarakat harus
yang menggunakan tangan. Hal ini meningkatkan dan menerapkan
dilakukan agar menghindari pola hidup bersih dan sehat.
penyebaran bakteri pada orang di
sekitarnya.
4. Para penderita TB Paru rutin dan DAFTAR PUSTAKA
teratur minum obat karena tidak
ingin melakukan pengobatan dari Amin, Z., dan Bahar,A., 2006,
Tuberkulosis Paru, Buku Ajar Ilmu
awal lagi dengan bakteri yang lebih
Penyakit Dalam, Jakarta : UI
kuat atau kebal. Penderita
Buku Ajar, 2009, Ilmu Penyakit Dalam,
mengharapkan kesembuhan total.
FKUI, Jakarta.

Ramli dan Wilda Andriyani 1691


Jurnal Kesmas Untika Luwuk Volume 10 Nomor 1 Juli 2019
Public Health Jurnal ISSN 2086-3772 (print) 2620-8245 (online)

Kusnoputranto, H. 2011.
Bungin, Burhan. 2010. Metode Tuberkulosis Paru di Palembang,
Penelitian Kualitatif. Rajawali Pers. Sumatera Selatan. Kesmas :
Jakarta. National Public Health Journal,
Depkes RI. Laporan Hasil Riset 2011.
Kesehatan Dasar ( Riskedas)
Indonesia Tahun 2018. Jakarta Lamaslan, 2014. Studi Keaktifan Kader
Posyandu Di Wilayah Kerja
Dinkes Kabupaten Banggai, 2017, Puskesmas Salakan Kabupaten
Profil Kesehatan Kabupaten Banggai.
Banggai ,Luwuk.
Lin HH. tobacco smoke indoor air
Dinkes Kabupaten Banggai, 2018,Profil pollution and tuberkulosis. a
Kesehatan Kabupaten Banggai systematic reviev and meta-
,Luwuk. analysis. Center for Tobacco
Control Research and Education
Djojodibroto, D. 2009. Respirologi 2007.
(Respiratory Medicine). Jakarta :
EGC. Manalu, H. 2010. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kejadian TB Paru
Firdaus, 2010, Dilemanya sebuah dan Upaya Penanggulangannya,
rokok. Bekasi: CV.Rafa Aksara Jurnal Ekologi dan Status
Giovanni, 2013, The Biology Of Kesehatan.Vol. 9 No 4,
Mycobacterium Tuberculosis, Desember 2010.
Jakarta.
Miyata S, Tanaka M, Ihaku D (2013).
R. Hargono. 2012. Faktor determinan The prognostic significance of
budaya kesehatan dalam penularan nutritional status using
penyakit tb paru. Jurnal Buletin malnutrition universal screening
Penelitian Sistem Kesehatan tool in patients with pulmonary
tuberculosis. Nutrition Journal
Hiswani,Tuberculosis merupakan 12(1):1.
Penyakit Infeksi yang masih
menjadi Masalah Kesehatan Narasimhan, 2013, Buku ajar ilmu
Masyarakat, Fakultas Kedokteran penyakit dalam, risk factor for
Universitas Sumatera Utara. tuberculosis, Jakarta.

https://jalinankata.wordpress.com/2015/ Nugroh, F.A., 2010, Hubungan Tingkat


11 /18/tehnik-analisis-data Pengetahuan dan Sikap dengan
(10 Februari) Perilaku Pencegahan
Penularan Tuberkulosis Paru pada
http://fkm.unsrat.ac.id/wp- Keluarga. Jurnal STIKES RS.
content/uploads/2013/08/Jurnal- Baptis Volume 3, Edisi 1, Juli,
Hera-091511143-Epidemiologi. 2010 ISSN 2085-0921.
pdf (10 Februari)
Purnamasari, Y. 2010. Hubungan
http://wordpress.com/2008/12/24/faktor merokok dengan angka kejadian
- resiko-tbc/ (10 Februari) tuberkulosis paru di RSUD DR.
Moewardi Surakarta. Dipetik

1692 Ramli dan Wilda Andriyani


Jurnal Kesmas Untika Luwuk Volume 10 Nomor 1 Juli 2019
Public Health Jurnal ISSN 2086-3772 (print) 2620-8245 (online)

juli 23, 2013, dari


http://dglib.uns.ac.id. Sombeng, Supardi, and Ramli
Bidullah. "PERILAKU
Putra, F. A. 2012. Hubungan SEKSUAL TENAGA KERJA
karakteristik individu dan BONGKAR MUAT
lingkungan dengan kejadian TBC PELABUHAN YANG PERNAH
paru pada pasie yang berkunjung MENDERITA PENYAKIT
di puskesmas bandar harjo MENULAR SEKSUAL DI
semarang. dari KABUPATEN
http://digilib.unimus.ac.id/files/dis BANGGAI." Jurnal Kesmas
k 1/130 /jtptunimus-gdl- Untika Luwuk: Public Health
fauziadyty- 6473-2- babi.pdf. Journal 9.2 (2018): 1543-1562.

Serimbing, S. M., 2012, Perilaku Wahyu. G. G. 2008. Panduan Praktis


Penderita TB Paru Positif dalam Mencegah dan Menangkal
Upaya Pencegahan Penularan TBC pada Anak. Jakarta: Dian
Tuberkulosis Pada Keluarga di Rakyat.
Kecamatan Pandan Kabupaten
Tapanuli Tengah,Medan Widoyono., 2008, Penyakit Tropis,
Erlangga, Jakarta.
Setiarini,2011, Penggunaan Vaksin
BCG untuk Pencegahan World Health Organization (WHO),
Tuberkulosis. Jakarta. 2017, Global Tuberculosis
Report
Setiarni, S. M., Sutomo, A. H., &
Hariyono, W., 2011, Hubungan Wuaten, G. 2010. Hubungan antara
antara Tingkat Pengetahuan, kebiasaan merokok dengan
Status Ekonomi dan Kebiasaan penyakit TB paru.
Merokok dengan Kejadian
Tuberkulosis Paru pada Orang Widhiasnasir, E.R., 2017, Karakteristik
Dewasa di Wilayah Kerja Penderita Tuberkulosis Paru di
Puskesmas Tuan-Tuan Kabupaten Kota Pare- Pare, Makassar.
Ketapang, Jurnal Kesehatan
Masyarakat, Kalimantan Barat. Widoyono., 2011, Penyakit
Tropis: Epidemiologi,
Setiati S., 2014. Proses Menua dan Penularan, Pencegahan
Implikasi Kliniknya, di : Buku dan Pemberantasannya,
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Erlangga, Semarang.
Sudoyo A.W., Setiohadi B., Alwi
I., Simadiprata M.K., Setiati S.,
(Eds). Edisi 4. Jakarta : Pusat
Penerbit Bagian Ilmu Penyakit
Dalam FK UI. 1335-49.

Sulis, tuberculosis epidemiology and


control. Mediterr J Hematol
Infect Dic.2014; 6(1) : doi
10.4084MJHID.2014.070

Ramli dan Wilda Andriyani 1693

Anda mungkin juga menyukai