Anda di halaman 1dari 5

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA TERHADAP


TINGKAT KECEMASAN INJECTING DRUG USER (IDU)
USIA 15-35 TAHUN
(Di Ruang Napza RSJ)

Putri Dinanti
21118089

FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2020-2021

1
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami
gangguan kesehatan / dalam keadaan sakit. Keluarga juga merupakan salah satu
indikator dalam masyarakat apakah masyarakat sehat atau sakit (Efendi , 1998).
Peran / tugas keluarga dalam kesehatan yang dikembangkan oleh ilmu
keperawatan dalam hal ini adalah ilmu kesehatan masyarakat (Komunitas)
sangatlah mempunyai arti dalam peningkatan dalam peran / tugas keluarga itu
sendiri. Perawat diharapkan mampu meningkatkan peran keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatan keluarga. (Friedman, ed 3, 1998 : 145)
Peran keluarga dalam mengenal masalah kesehatan yaitu mampu
mengambil keputusan dalam kesehatan, Ikut merawat anggota keluarga yang
sakit, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
sangatlah penting dalam mengatasi kecemasan klien.(Friedman, 2003 : 146).
Penanggulangan Injecting Drug User (IDU) memang cukup sulit, perlu
diperhatikan dari berbagai aspek, misalnya ketersediaan sarana kesehatan publik,
hukuman bagi pengguna, pengedar dan berbagai cara yang lain. Cara yang dapat
dilakukan adalah melalui pendekatan keluarga. Keluarga merupakan lingkungan
terkecil bagi seorang IDU. Kasih sayang orang tua akan menyebabkan pengguna
merasa bahwa dirinya masih ada yang memperhatikan, merasa dihargai dan
dibutuhkan. Dengan kasih sayang orang tua diharapkan menjadi manusia yang
dapat diterima oleh masyarakat (Abu ahmadi, 2002 : 106).
Kesuma merupakan perkumpulan atau paguyuban, bukan organisasi
hirarkis dan berbadan hukum. Kesuma membawa keselarasan dan kebersamaan.
Motto dan semangat itu yang diciptakan. Menurut Mur achmadi, dari dinas
kesehatan Kalimantan barat, “mereka sangat berperan dalam kerja pendampingan
kepada orang hidup dengan AIDS (OHIDA). Kesuma mencoba memotivasi,
bahwa hidup seseorang tidak berakhir ketika terinfeksi HIV. Perjuangan Kesuma
menghilangkan berbagai stigma, sudah cukup terbukti di lapangan. Kesuma ingin
menyakinkan masyarakat, bahwa orang tidak boleh membedakan ODHA. Entah

2
3

itu dari segi pelayanan, maupun keberadaannya. Hingga kini, keberadaan Kesuma
sebagai kelompok dukungan bagi keluarga ODHA, telah banyak dirasakan
manfaatnya. Meski demikian, keberadaan Kesuma masih sebatas orang tertentu
saja yang mengetahui. sebagian besar orang tua mendukung penanganan terhadap
HIV/AIDS. Cuma, orang tua tidak sepenuhnya tahu tentang hal itu. Seorang anak
tidak mungkin memecahkan masalahnya sendiri. Anak butuh bantuan. Dan
bantuan yang pertama kali diminta adalah dari orang tua atau keluarga.
Injecting Drug User (IDU) merupakan salah satu jenis pengguna narkoba
yang lebih spesifik. Komunitas ini hanya menggunakan narkoba dengan cara
disuntikkan, karena itu lebih berisiko terkena berbagai macam penyakit menular
dibandingkan dengan pengguna narkoba lainnya. Hal ini disebabkan perilaku IDU
yang sering berbagi jarum antar sesama IDU (needle sharing), sehingga akan
lebih mudah tertular penyakit, misalnya Hepatitis C bahkan HIV-AIDS.
Data pada pengguna narkoba suntik di Asia sebanyak 1.3 – 2 juta jiwa dan
dari total kasus yang ada, lebih dari 1 juta jiwa adalah pengguna narkoba suntik
(IDU). Dimana 19% dari total kasus yang ada terinfeksi HIV/AIDS.
Angka pengguna narkoba di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun.
Menurut perkiraan jumlah pengguna narkoba di Indonesia berkisar antara 1,3
sampai dengan 3 juta jiwa, dan didominasi kota besar. Diperkirakan jumlah IDU
di Indonesia sekitar 600 ribu sampai dengan 1 juta jiwa. Pengguna IDU rata-rata
berumur antara 16-25 tahun.
Kejadian IDU selalu berhubungan dengan kejadian HIV/AIDS ( ODHA ).
Data nasional berdasarkan Departemen Kesehatan RI menunjukkan penurunan
tingkat resiko penularan HIV/AIDS lewat jalur hubungan seksual. Bila sebelum
tahun 1999 persentase penularan lewat jalur tersebut sebesar 80 persen, tahun
1999 menurun menjadi 50 persen dan tahun 2002 menurun lagi menjadi 48
persen. Sementara kasus-kasus HIV/AIDS pada pemakai narkoba, atau IDU
(Intravenous Drug Users) justru makin meningkat. Disebutkan, kasus-kasus
HIV/AIDS pada pemakai narkoba menurun dalam kurun enam tahun terakhir dan
cenderung stabil. Berkebalikan dengan persentase IDU. Bila pada tahun 1987 -
Juni 1999 hanya ditemukan 6 kasus di kalangan IDU, Desember 1999 terjadi
peningkatan 25 kasus, yang meningkat lagi menjadi 780 kasus tahun 2002. Dan
4

pada Desember 2005 tercatat 3.719 kasus IDU. Dampak IDU tersebut tentu saja
sangat erat dengan HIV/AIDS. Jumlah penderita HIV/AIDS yang tertular lewat
berbagai jalur, hubungan seksual, pemakaian jarum suntik, transfusi darah hingga
tahun 2005 mencapai 4.244 orang untuk HIV dan 5.321 orang (AIDS).
Diperkirakan kasus-kasus tersebut masih permukaan, realitanya masih lebih
banyak kasus yang belum terungkap. Bahkan Departemen Kesehatan
memperkirakan pada tahun 2007 kasus IDU yang tercatat setidaknya ada
90.000-130.000 kasus, dimana sebagian besar tidak melaporkan.  ( Bernas, 2007 )
Saat ini, Jatim menduduki posisi ketiga sebagai provinsi yang jumlah
orang hidup dengan HIV-nya terbanyak setelah DKI Jakarta dan Papua. Walau
dalam data yang di dapat dari Depkes RI masih menduduki perangkat ketiga,
jumlah penderita di Jatim memang cenderung meningkat dan bisa mengalahkan
Jawa Barat dalam jumlah. Selama tahun 2006, terdapat 863 kasus AIDS, 475
kasus HIV dan 258 diantaranya meninggal (Depkes RI).
Data dari RSJ Menur Surabaya memperlihatkan bahwa dari 17 pasien
yang ada diruang Napza, sebanyak 76.5% (13 pasien) adalah pengguna (IDU).
Pada pasien yang baru masuk rumah sakit rata–rata mengalami stress psikologis
(kecemasan). Sehingga peran keluarga sangatlah penting dalam membantu untuk
mengurangi rasa cemas yang di alami pasien, dan hal itu sangat membantu dalam
proses pengobatan/terapi pasien (Rekam Medik RSJ Menur Surabaya, 2008).
Mayoritas IDU menyuntik dirinya secara intravena, tetapi juga ditemukan
secara subkutan, dan intramuskular. Jenis obat yang sering disuntikkan IDU
adalah heroin, kokain, dan juga sejenis amphetamines, buprenorphine,
benzodiazepines, dan barbiturate. Permasalahan IDU selain penyuntik akan
mengalami berbagai reaksi sistemik akibat obat yang disuntikkannya, IDU juga
dapat menularkan berbagai penyakit melalui jarum yang dipakai bergantian.
Masih belum jelas seberapa besar pengaruh peran keluarga terhadap proses
penyembuhan IDU, serta belum jelas juga jika pengaruh peran keluarga ini dapat
digunakan secara umum.
Jadi penulis berusaha mencari hubungan peran keluarga terhadap tingkat
kecemasan Injecting Drug User ( IDU ) usia 15-35 tahun.

Anda mungkin juga menyukai