ASTI NEDILA
P201801064
Proposal ini telah kami setujui untuk di sajikan di hadapan tim penguji pada ujian
Tim pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul
“Hubungan Peer Suport, Dukungan Keluarga Dan Aktifitas Fisik Dengan Fungsi
Kognitif Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Batu Atas, Kabupaten Buton
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan proposal ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu saran-saran dari semua pihak yang sifatnya membangun untuk
Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa pula mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada ibu Cici Yusnayanti, S.Kep., Ns., M.Kes selaku pembimbing I dan ibu
La Ode Ardiansyah, S.Kep., M.Sc selaku pembimbing II atas semua waktu, tenaga dan pikiran
yang telah diberikannya dalam membimbing, mengarahkan, memberi saran maupun kritik
Tak lupa penulis ucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Mandala Waluya.
6. Ibu Ari Nofitasari, S.KM.,M.KM. selalu penasehat akademik yang telah memberikan
Armayani, S.Ke.,Ns.,M.Kes selaku penguji II, dan ibu Lisnawati, S. Kep, Ns, M.Kes
iii
selaku penguji III.
8. Seluruh dosen dan staff/karyawan Universitas Mandala Waluya yang telah banyak
9. Kedua orang tua tercinta (ayahanda La Guda dan ibunda Wa Juhurima) yang telah
memberikan dukungan, kasih sayang serta motivasi dan terutama doa yang terbaik.
Demikianproposal ini semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak dan terutama
Penulis
ASTI NEDILA
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL.............................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iv
DAFTAR ISI.............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................vi
BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan masalah..........................................................................................5
C. Tujuan penelitian...........................................................................................6
D. Manfaat peneliti.............................................................................................6
E. Kebaruan penelitian.......................................................................................7
BABII TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan teoritis tentang lansia....................................................................10
B. Kajian teoritis tentang fungsi kognitif.........................................................13
C. Kajian teoritis variabel bebas.......................................................................15
D. Tinjauan empiris..........................................................................................21
BABIII KERANGKA KONSEP
A. Dasar pikir penelitian...................................................................................26
B. Kerangka konsep..........................................................................................27
C. Variabel penelitian.......................................................................................27
D. Definisi operasional dan kriteria objektif....................................................27
E. Hipotesis penelitian......................................................................................31
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis dan desain penelitian...........................................................................33
B. Waktu dan lokasi penelitian.........................................................................33
C. Populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel.......................................34
D. Instrumen penelitian.....................................................................................36
E. Sumber dan cara pengumpulan data............................................................36
F. Cara pengolahan data...................................................................................36
G. Analisis data.................................................................................................37
H. Etika penelitian............................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia
merupakan kelompok umur manusia yang telah memasuki tahap akhir dalam fase
kehidupan dan mengalami sebuah proses penuaan (aging process). Aging process
merupakan sebuah proses alamiah yang tidak dapat dikendalikan oleh seseorang,
dimana pada saat itu seseorang akan mengalami penurunan fungsi dari segi biologis,
psikologis, sosial, dan spiritual serta penurunan fungsi sistem organ tubuhnya.
Penurunan fungsi kognitif pada manusia erat kaitannya dengan perubahan pada organ,
diamana perubahan ini ditandai dengan adanya perubahan pada tingkat sel dasar
(Handayani, 2018).
60 tahun keatas hampir mencapai 600 juta orang dan diperkirakan menjadi 2 miliar
pada tahun 2015. Berdasarkan perkiraan Bappenas, jumlah penduduk lansia berusia 60
tahun keatas meningkat sebanyak 18,1 juta jiwa menjadi 29,1 juta jiwa pada tahun
mencapai 20.24 jiwa, setara dengan 8,03% dari seluruh penduduk Indonesia tahun
2014. Lansia yang tinggal di perkotaan sebesar 12.380.321 (9,58%) dan yang tinggal di
perdesaan sebesar 15.612.232 (9,97%). Terdapat perbedaan yang cukup besar antara
lansia yang tinggal di perkotaan dan di perdesaan. Pada tahun 2020 jumlah lansia akan
meningkatnya lansia yang tinggal di perkotaan ini dapat disebabkan bahwa tidak
banyak perbedaan antara rural dan urban (Siti Nur Kholifah, 2016).
1
Provinsi Sulawesi Tenggara. Pada tahun 2016 jumla lansia sebanyak (48,35%),
pada tahun 2017 sebanyak (39,23%), pada tahun 2018 sebanyak (34,66%), pada tahun
2019 (43,11%), tahun 2020 (41,% 18), (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara,
2020). Sedangkan Jumlah lansia di Kabupaten Buton Selatan tahun 2019 sebanyak
18,14%, laki – laki sebanyak 14,76% sedangkan perempuan sebanyak 22,16%. Pada
tahun 2020 laki – laki sebanyak (91,56%), sedangkan perempuan sebanyak 99,00%.
pada tahun 2021 sebanyak 515 orang (60 tahun) ke atas sedangkan lansia (45-59 tahun)
sebanyak 821 orang (Dinas Kesehatan Kabupaten Buton Selatan, 2020). Lansia adalah
kondisi fisiologis. Permasalahan yang dihadapi lansia sebagai proses penuaan manusia
merupakan suatu proses dan alamiah. Beberapa masalah dan gangguan yang sering
muncul atau terjadi pada lansia adalah menurunnya fungsi kognitif. Secara umum
penurunan fungsi kognitif pada lansia disebabkan oleh perubahan morfologis dan
sistem saraf. Efek paling umum dari penurunan fungsi kognitif adalah di tandai dengan
penurunan daya ingat dapat terjadi pada lansia (Dwi Nur Aini, 2016).
belahan otak kanan yang berlangsung lebih cepat dari pada otak kiri. menyebabkan
lanjut usia mengalami gangguan kognitif adalah usia, riwayat keluarga, jenis kelamin,
depresi dan penyakit penyerta. Sehingga lansia sering merasa khawatir bahwa mereka
mulai mengalami tanda gangguan fungsi kognitif dan membutuhkan perawatan dan
2
Menurut Azizah (2011) Penurunan fungsi kognitif pada lansia menyebabkan
orang lain sehingga membutuhkan dukungan teman sebaya, dukungan keluarga agar
bisa melakukan aktifitas fisik. Dukungan teman sebaya terhadap penurunan fungsi
kognitif pada lansia sangat bermanfaat bagi memori episodik lansia, dimana memori
episodik adalah memori mengenai peristiwa yang pernah dialami seseorang yang
terjadi di masa lalu. Dukungan teman sebaya juga dapat mengurangi konsekuensi
terjadinya stress pada lansia, dimana rendahnya level stress pada lansia dapat
bermanfaat pada daya ingat lansia. Dukungan teman sebaya dianggap penting bagi
hidup para lansia, sehingga di rasakan bahwa keberadaannya masi berarti bagi keluarga
dan orang lain di sekitarnya, di samping dukungan keluarga. Dukungan teman sebaya
merupakan salah satu fungsi dari ikatan sosial. Ikatan sosial tersebut mengambarkan
tingkat kualitas umum dari hubungan interpersonal. Dukungan sosial dapat bersifat
formal dan informal, dukungan formal bersifat sosial, psikososial, finansial sedangkan
dukungan informal seperti keluarga, teman dekat, yang membentuk kelompo dengan
sebagai faktor yang kuat dalam mencegah penurunan fungsi kognitif pada lansia,
karena semakin tinggi dukungan keluarga yang diberikan akan semakin mengahambat
penurunan fungsi kognitif dan sebaliknya, semakin rendah dukungan keluarga akan
semakin mempercepat penurunan fungsi kognitif. Saat seorang lansia sudah tidak
bekerja, mereka cenderung akan bergantung pada anak atau anggota keluarga lainnya.
bahwa dukungan keluarga kepada lansia dapat diberikan dalam bentuk dukungan
3
dan umpan balik), dukungan informasi (saran, nasehat, dan informasi), maupun bentuk
dukungan instrumental (bantuan tenaga, uang dan waktu) (R. Z. Amanda Eflin Pradana
2021).
Penurunan fungsi kognitif dapat di lakukan dengan aktifitas fisik karena dapat
ringan, seperti jalan santai, joging, berenang, bersepeda, dan lain-lain secara teratur.
Olahraga ternyata tidak hanya membuat tubuh bugar dan sehat, tetapi dapat
meningkatkan kemampuan otak untuk membangun sel-sel baru yaitu sel dentate gyrus.
Hal ini disebabkan karena olahraga bisa membantu sirkulasi darah ke seluruh tubuh,
termasuk otak sehingga suplai nutrisi dan oksigen menuju otak akan terdistribusi
dengan baik, hasilnya dapat meningkatkan daya ingat dan meminimalkan penurunan
daya ingat. Setelah melakukan aktivitas fisik adanya peningkatan sirkulasi darah,
menyebabkan suplai nutrisi dan oksigen lancar, fungsi otak optimal, dan akhirnya
kemampuan daya ingat atau memori jangka pendek meningkat (Coresa ria 2017).
Lansia yang akan menjadi sasaran untuk responden yaitu umur 60 tahun ketas.
Menurut penelitian Aqidatul Izzah tentang hubungan aktifitas fisik dengan fungsi
blimbing kota malang. Karena lansia Umur 60 tahun keatas resiko mengalami
hasil wawancara awal dari lima belas orang lansia yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Batuatas, Kabupaten Buton Selatan. Lansia mengalami kepikunan seperti, lansia tidak
mengetahu nama anaknya atau umurnya sendiri, lupa waktu, lupa wajah teman, dan
sering tidak tauh tempat tinggalnya sehingga mudah tersesat dukungan keluarga sangat
penting bagi lansia. Dukungan keluarga seperti melakukan aktifitas fisik, memberikan
4
tidak merasa di abaikan (Yuli Permata Sari 2018).
mereka sangat membutuhkan dukungan teman sebaya atau tempat curhat agar tidak
mudah sress atau mereka tidak merasa sendiri. Berdasarkan paparan di atas peneliti
tertarik melakukan penelitian dengan judul hubungan peer support, dukungan keluarga
dan aktifitas fisik dengan fungsi kognitif pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Batu
Atas Kabupaten Buton Selatan penelitian. Di harapkan akan menjadi langka awal bagi
masarakat Batu atas tentang hubungan peer sport, dukungan keluarga dan aktifitas fisik
dengan fungsi kognitif pada lansia di Wilayah kerja Puskesmas Batu atas Kabupaten
Butin Selatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan peer sport dengan fungsi kognitif pada lansia di Wilayah
2. Apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan fungsi koognitif pada lansia di
3. Apakah ada hubungan aktifitas fisik dengan fungsi koognitif pada lansia di Wilayah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
fisik dengan fungsi koognitif pada lansia di Wilayah kerja Puskesmas Batu Atas.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan peer sport dengan fungsi kognitif pada lansia di
5
b. Untuk mengetahui hubungan dukungan kelurga dengan fungsi kognitif pada
c. Untuk mengetahui hubungan aktifisak fisik dengan fungsi kognitif pada lansia di
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
menjadi rujukan peneliti lainnya yang tertarik dengan dan memiliki minat
2. Manfaat Praktis
6
E. Kebaruan Penelitian
7
Sumenep desain kuantitatif
atau survei
analitik dengan
rancangan cross
sectional
5. BaiQ Rizqi Status Desain Deskriptif Variabel Desain Deskriptif
Jurianti, Harlina Kesehatan Dan IDependent Sedangkan yang
Putri Rusiana Dukungan akan di lakukan
Dan Zulkahfi Sosial Lansia oleh peneliti yaitu
Di Kuripat desain kuantitatif
Utara Wilayah atau survei
Kerja analitik dengan
Puskesmas rancangan cross
Kuripan sectional
Lombok Barat
6. Farach Hubungan Desain penelitian Variabel Desain penelitian
Aliffatunisa, Aspek Sosial cross sectional Idependent cross sectional
Noor Rochmah Dukungan dengan purposive dengan purposive
Ida Ayu t.p Dan Keluarga Sampling Sampling
Dkk Terhadap Sedangkan yang
tekanan darah akan di lakukan
terkontrol pada oleh peneliti yaitu
lansia desain kuantitatif
hipertensi atau survei
analitik dengan
rancangan cross
sectional
7. Rahmawati Faktor Yang Desain survei Variabel Desain survei
Rambli, Masyita mempengaruhi analitik dengan Dependent analitik dengan
Nurul Fadhilllah fungsi kognitif pendekatan cross- pendekatan cross-
pada lansia sectional sectional
sedangkan yang
akan di lakukan
oleh peneliti yaitu
desain kuantitatif
atau survei
analitik dengan
rancangan cross
sectional
8. Tiara Sonza, Hubungan Desain Analitik Variabel Desain Analitik
Isna Aglusi Tingkat dengan pendekatan Idependent dengan
Badari Dan Kecemasan Cross- sectional pendekatan
Roza Erda Dengan tingkat Cross- sectional
kemandirian Sedangkan yang
Aktifities Of akan di lakukan
Daily Living oleh peneliti yaitu
Pada Lansia desain kuantitatif
atau survei
analitik dengan
8
rancangan cross
sectional
9. Rita Damayanti Hubungan Desain kuantitatif Variabel Desain kuantitatif
Dan Dkk Activity Of Non Eksperimen IDependent non eksperimen
Daily Living pendekatan Cross- pendekatan
(ADL) dengan sectional Cross- sectional
tingkat Depresi Sedangkan yang
pada lansia akan di lakukan
oleh peneliti yaitu
desain kuantitatif
atau survei
analitik dengan
rancangan cross
sectional
10. Nelfa Fitria Efektifitas Desain Deskripsi Variabel Desain kuantitatif
Takahepis Dan Buerger Allen Kuantitatif dengan IDependent non eksperimen
Dkk Exercise pengambilan pendekatan cross-
terhdappa sampel living sectional
peningkatana sedangkan yang
Aktifitas akan di lakukan
Fungsional oleh peneliti yaitu
Extremitas desain kuantitatif
Bawah pada atau survei
Lansia Di analitik dengan
BPLU Senja rancangan cross
Cerah sectional
Manando
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Lansia
yang mana proses kemunduran lebih dominan terjadi dibanding dengan kemajuan
Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat bahwa pada tahun 2000, Usia Harapan
Hidup di Indonesia adalah 64,5 tahun dengan persentase populasi lansia adalah
7,18%. Sedangkan pada tahun 2011 Usia Harapan Hidup di Indonesia menjadi
69,65 tahun dengan persentase populasi lansia sebesar 7,58%. Hasil Survey Sosial
penduduk lansia yang ada di Bali adalah 7,78% dari total keseluruhan lansia di
dari dalam tubuh maupun luar tubuh. Orang lansia akan mengalami proses menua
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
1
membutuhkan bantuan orang lain untuk merawat diri lansia (Romadlani, 2013).
Lansia yang tidak lagi bekerja biasanya mengalami penurunan aktivitas sosial
psikososial dari lansia. Berbeda dengan individu di usia muda, lansia akan
seperti depresi (Pradnyandari & Diniari, 2014). Selain gangguan psikologis, lansia
seiring dengan penambahan usia. Selain itu, ada faktor risiko yang dapat
pendidikan, cedera otak, racun, tidak melakukan aktivitas fisik, dan penyakit kronik
dihambat dengan melakukan tindakan preventif. Salah satu tindakan preventif yang
dapat dilakukan lansia yaitu dengan memperbanyak aktivitas fisik (Blondell, 2014).
atau terus-menerus dimulai sejak lahir yang dialami oleh setiap makhluk hidup.
ditandai dengan kulit menjadi keriput karena berkurangnya bantalan lemak, rambut
1
aktivitas menjadi lambat, nafsu makan berkurang dan kondisi tubuh yang lain juga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaikinya kerusakan yang diderita.
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alamiah dimulai sejak
lahir dan setiap individu tidak sama cepatnya. Menua bukan status penyakit tetapi
pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya. Tipe
2) Tipe mandiri Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam
3) Tipe tidak puas Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga
4) Tipe pasrah menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama,
1
5) Tipe bingung Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,
menyesal, pasif, dan acuh tak acuh (Maryam, 2019). Batasan umur pada usia
lanjut dari waktu ke waktu berbeda. dalam (Wijoyo and Daulima, 2020)
kemampuan kognitif itu adalah seperti suka lupa, kemunduran orientasi terhadap
waktu, ruang, tempat, serta tidak mudah menerima hal/ide baru (Kementrian Kesehatan
Penurunan fungsi kognitif saat ini masih menjadi masalah kesehatan yang
cukup serius bagi lansia yang dapat menyebabkan dampak psikologis, sosial ekonomi
berupa isolasi sosial dan kesulitan keuangan, retardasi motorik, memperberat gejala
lain dan dapat mengurangi kualitas hidup. Gangguan fungsi kognitif dapat berupa
gangguan cara berpikir, tidak mampu menganalisis pribahasa, tidak mampu mengenal
persamaan, kalkulasi dan konsep. Pada keadaan tersebut terjadi kesulitan dalam
mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari (Aesthetica
1
Islamy dan Poppy Farasari, 2021).
1) Attention (Perhatian) Atensi adalah proses kognitif dasar tetapi kompleks yang
dalam otak dimana informasi tersebut dapat di panggil kembali. Memori adalah
proses untuk mengungkap kembali sesuatu yang dialami atau sesuatu yang
1
pernah di tangkap dengan panca indera.
atau menirukan berbagai macam gambar dari yang paling sederhana seperti
Pemeliharaan fungsi kognitif pada lansia menjadi hal yang sangat penting untuk
kesejahteraan lansia. Aktivitas kognitif yang dilakukan secara rutin diduga dapat
mempertahankan fungsi kognitif yang prima pada lansia. Oleh karena itu, hal ini perlu
dibuktikan dengan menguji perbedaan fungsi kognitif pada kelompok lansia yang
melakukan aktivitas kognitif secara rutin dan tidak rutin. Selain itu, melalui penelitian
ini juga akan diketahui aspek kognitif yang masih baik dan kurang pada kedua
kelompok lansia. Hal ini dapat menjadi masukan juga bagi intervensi yang akan
dirancang bagi kedua kelompok lansia (Adriana Dewi Riani dan Magdalena S. Halim
2019).
C. Kajian Teoritis
1. Peer Suport
masarakat dalam konteks budaya dan system nilai yang ada terkait dengan tujuan,
1
harapan, standar, dan perhatian.kualitas hidup merupakan suatu konsep yang sangat
luas yang di pengaruhi kondisi fisik individu, psikologis, tingkat kemandirian, serta
sangat dibutuhkan pada lansia, karena dukungan sosial yang diberikan dapat
orang yang perhatian dengan dirinya. Dukungan sosial dapat berasal dari saudara,
kerabat, anak, pendamping, maupun teman sebaya yang ada di sekitar lingkungan
merupakan salah satu sumber dukungan sosial yang sangat berpengaruh. Teman
sebaya memiliki peran yang cukup bermakna bagi lansia, dimana ia berperan
sebagai pertahanan dalam melawan pengalaman hidup yang penuh stress, menjadi
Kebanyakan lansia yang memiliki teman dekat menjalani kehidupan yang lebih
sehat dan bahagia, teman bisa menurunkan efek stress terhadap kebugaran fisik dan
Lansia dapat berbagi rasa sakit dan khawatir yang mereka alami dengan
penuaan dengan lebih baik .Jika dukungan sosial yang diberikan pada lansia baik
maka lansia tersebut akan merasakan ketenangan jiwa, tidak ada hal buruk yang
dipikirkan lansia tersebut yang dapat membuatnya menjadi stress (R. Z. Amanda
1
2. Aspek Peer Suport
a. Dukungan Emosional
b. Dukungan Informasional
c. Dukungan Instrumental
d. Dukungan Penilaian
3. Dukungan Keluarga
a. Pengertian Keluarga
semangat serta motivasi lansia dengan penyakit kronis termaksud pada fungsi
1
b. Penger tian Dukungan Keluarga
lansia disini sangat penting. Menurut (pasaribu 2021) dukungan keluarga adalah
Dukungan keluarga adalah dukungan yang berupa nasihat verbal maupun non
pedulikan dan di hargai atau di cintai (Yuli Permata Sari 2018). Dukungan
tersebut dapat di peroleh dari individu atau kelompok (rika oktaviana 2019).
c. Peran Keluarga
meminimalisir tingkat stress yang terjadi pada lansia. Lingkungan, dan penyakit
a) Dukungan Informasional
1
Berfungsi sebagai pemberi nasihat, usulan, saran dan petujuk serta
benar.
c) Dukungan Emosional
d) Dukungan Instrumental
membelikan obat dan juga menyediakan tempat yang aman dan nyaman
4. Aktivitas Fisik
1) Pengertian
Namun aktivitas fisk berdeda dengan latihan fisik. Latihan fisik merupakan
bagian dari aktivitas fisik yang lebih terstruktur atau terjadwal seperti aerobik
dan tai chi. latihan fisik sebenarnya lebih memengaruhi fungsi kognitif pada
lansia.
1
yang sangat penting dalam menyimpan memori (rika oktaviana 2019).
yaitu :
e. Menurunkan kadar lemak dalam tubuh Sehingga menguranggi berat badan yang
f. Menguatkan otot-otot tubuh dan tubuh menjadih lentur dan terhindar dari
penyakit rematik
durasi, dan intensitas fisik. Tingkat aktivitas fisik yang tinggi berpengaruh pada
semakin rendahnya resiko kerusakan fungsi kognitif lansia Aktivitas fisik yang
tidak di lakukan secara rutin pada lansia mengakibatkan penurunan aliran darah
2
makan merupakan strategi efektif dalam menjaga fungsi kognitif dan mengatasi
program latihan dapat memperbaiki fungsi kognitif pada lansia (fatkhul amri al
mubarroq 2022).
lansia masarakat batuatas yang umunya berjalan kaki untuk bekerja sebagai
petani mempenggaruhi fungsi kognitif tetap tejaga. Selain berjalan kaki untuk
bekerja bertani merupaka kegiatan yang tepat bagi lansia dikarenakan saat
bertani lansia dapat mencangkul dan mengangkat beban ringan sehingga lansia
melakukan aktifitas fisik dengan intensitas sedang tinggi. (rika oktaviana 2019)
D. Tinjauan Empiris
lansia (50 %). Responden yang memiliki Activity Dailiy Living partial sebanyak 6
sebanyak 3 lansia (17%). Menurut Mauliana dan Rita Hadi (2014), menyatakan
Living (ADL) dengan kualitas hidup, sebagian lansia dapat melakukan pemenuhan
Activy Daily Living (ADL) dengan kondisi fisik yang baik akan tetapi sebagian
kemampuan berjala
2
2. Agnes Utari Hanum Ayuningtias (2018)
tahun dengan kodisi fisik yang memadai untuk di wawancara, kemampuan kognitif
menjawab pertanyaan, dan menngidentifikasi diri mereka sebagai orang bali. Laki
Hasil penelitian yang di lakukan kategori kekuatan otot tangan kanan pada
kekuatan otot tangan kanan dapat bergerak dan melawan tahanan dengan kekuatan
responden (50%) memiliki kekuatan otot tangan kiri dapat bergerak dan melawan
tahanan dengan kekuatan penuh. Distribusi frekuensi kekuatan otot kaki kanan,
sebanyak 27 responden (39,7%) memiliki kekuatan otot kaki kanan dapat melawan
tahanan tetapi masih lemah. Distribusi frekuensi kekuatan otot kaki kiri
adalah kelompok umur 60-74 6 tahun sebanyak 14 orang (53,8%) dan umur
(50,0%), SD sebanyak 8 orang (30,8%), SMP sebanyak 2 orang (7,7%) dan SMA
2
sebanyak 3 orang (11,5%).
MMSE pada lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang sebagian
besar dengan hasil probable atau kemungkinan gangguan kognitif yakni 60,9%.
disebabkan karena konsep kriteria gangguan kognitif yang harus memenuhi tes
MMSE.
Distribusi tingkat fungsi kognitif pada lansia sebelum diberi senam otak (pre
mempunyai tingkat fungsi kognitif kurang, 20% cukup dan tidak ada lansia dengan
fungsi kognitif baik. Hasil pre test tingkat fungsi kognitif pada kelompok kontrol
juga didapatkan sebagian besar mempunyai tingkat fungsi kognitif kurang yaitu
sebanyak 10 lansia (66%), 27% cukup dan 7% lansia dengan fungsi kognitif baik.
banyak dialami oleh lansia yang berjenis kelamin perempuan dibandingkan laki-
laki. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa lansia yang
berusia 60- 74 tahun sebanyak 66%, jenis kelamin terbanyak yaitu responden
2
islam (100%), memiliki suku terbanyak, yaitu suku Minang dengan persentase
69,1% dan memiliki tingkat pendidikan terbanyak yaitu pendidikan dasar sebanyak
66%. Berdasarkan gaya hidup lansia, responden yang mempunyai gaya hidup sehat
(75,3%) memiliki fungsi kognitif pada kategori normal. Dari uji statistik dengan
kesimpulan ada hubungan antara gaya hidup dengan fungsi kognitif pada lansia di
peningkatan aktivitas fisik dengan peningkatan fungsi kognitif. Dapat dilihat dari
orang (5,3%) diantaranya memiliki aktivitas fisik rendah. Sedangkan dari jumlah
(10,5%) memiliki aktivitas fisik yang berat. Hal tersebut menunjukkan bahwa
aktivitas fisik yang rendah merupakan salah satu faktor risiko terjadinya gangguan
kognitif dan begitu juga sebaliknya, orang yang memiliki aktivitas fisik sedang
ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Gustami (2017) yang meneliti fungsi
kognitif pada lansia mendapat subjek yang memiliki gangguan kognitif sebanyak
2
29 (40,3%) yang jumlahnya lebih sedikit dibandingkan yang normal 38 (77,5%).
Hubungan hipertensi dengan fungsi kognitif pada lansia di UPTD Panti Sosial
Bandung tahun 2019 dari 35 lansia didapatkan hasil: p = 0.022 yang artinya H0
ditolak, sehingga dalam penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antara
2
BAB III
KERANGKA KONSEP
Lansia merupakan bagian dari proses tumbuh kembang, ini merupakan proses
yang terus menerus berkelanjutan secara alamiah. Tahap ini di mulai sejak lahir dan
presepsi sensori dan respon motoric pada susunan syaraf pusat dan penurunan respon
proprioseptif, perubahan pada system saraf yang bisa bermanifestasi pada penurunan
fungsi kognitif. Fungsi kognitif merupakan bagian terbesar dalam otak. Penurunan
kemampuan kemampuan kognitif itu seperti suka lupa, ruang, tempat serta tidak
Faktor resiko terjadinya gangguan fungsi kognitif pada lansia yaitu usia, gender,
ras, genetik, tekanan darah, payah jantung, aritmia jantung, diabetes melitus, kadar
lipid dan kolesterol, obesitas, nutrisi, alkohol, meroko dan trauma. Maka dengan
keluarga, teman sebaya agar mereka tidak merasa sendiri. Dukungan keluarga sangat
berarti bagi mereka, karena keluarga sangat berperan penting untuk meningkatkan
Dukungan teman sebaya juga sangat penting untuk meningkatakan kualitas hidup
lansia, terutama pada lansia yang sudah tidak tingal lagi bersama keluarganya karena
meraka merasa tidak mempunyai siapa siapa selain dirinya, maka dari teman sebaya
sangat di butuhkan agar bisa memberi bantuan, semangat hidup, sehingah bisa percaya
diri. Dengan adanya teman sebaya, mereka akan percaya diri untuk melakukan
Aktifitas fisik untuk mencegah penurunan fungsi kognitif seperti Senam lansai, jalan
2
B. Kerangka Konsep
Peer Suport
Aktifitas visik
Keterangan :
: variabel bebas
: variabel terikat
C. Variabel Penelitian
Variabel terikat adalah variabel yang di pengaruhi atau yang menjadi akibat
adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah fungsi kognitif
sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian
2
1. Fungsi kognitif
kemampuan kognitif itu adalah seperti suka lupa, kemunduran orientasi terhadap
waktu ruang, tempat, serta tidak mudah menerima hal/ide baru. Mengukur fungsi
pertanyaan. Jika jawabannya benar maka skornya 1 dan jika jawabannya salah
2. Peer support
dan bantuan instrumental dari mitra social yang signifikan, termaksud aggota
keluarga, teman dekat, tetangga dan rekan kerja (purworo soewignjo 2020).
Selalu 2
Kadang kadang 1
Tidak pernah 0
= 5 x 2 = 10 ( 100 % )
2
=5x0=0(0%)
= 100 % / 2
= 50 %
Kriteria objektif :
Rendah : jika responden mampuh menjawab sampai dengan < 50 % dari total skor
3. Dukungan Keluarga
harapan keluarga yang sakit dapat pulih ataupun meminimalisir dampak lain dari
Selalu 2
Kadang kadang 1
Tidak pernah 0
= 5 x 2 = 10 ( 100 % )
2
=5x0=0(0%)
= 100 % / 2
= 50 %
Kriteria objektif :
Rendah : jika responden mampuh menjawab sampai dengan < 50 % dari total skor
4. Aktifitas fisik
sehari seperti mandi, berpakayan, kekamar mandi, berpindah tempat dan makan.
Kemampuan lansia untuk melakukan aktifitas dalam kehidupan sehari – hari seperti
Ya 1
Tidak 0
= 6 x 1 = 6 (100%)
= 6 x 0 = 0 (0%)
3
Skor antara = skor gtertinggi – skor terendah = 100% - 0% = 100%
= 100% / 2
= 50%
Kriteria objektif :
Tinggi : jika responden mampuh menjawab ≥ 50% daro total skor pertanyaan.
Rendah : jika responden mampuh menjawab sampai dengan < 50 % dari total skor
E. Hipotesis Penelitian
ini dirumuskan dalam bentuk hubungn antara fariabel bebas dan terikat. Hipotesi ini
1. Peer Support
Ho : Tidak ada hubungan peer suport dengan fungsi kognitif pada lansia di
2. Dukungan Keluarga
3. Aktifitas Fisik
Ho : Tidak ada hubungan aktifitas fisik dengan dengan fungsi kognitif pada
3
lansia di puskesmas Kecamatan Batu atas
Ho : Tidak ada hubungan aktifitas fisik dengan dengan fungsi kognitif pada
3
BAB IV
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
2. Rancangan Penelitian
terhadap variabel independent dan variabel dependent yang dilakukan dalam waktu
aktifitas fisik, motivasi dengan fungsi kognitif pada lansia (Notoatmodjo.S, 2012).
Populasi
Sampel
3
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal April sampai Mei Tahun 2022
2. Lokasi Peneltian
Penelitian ini akan di laksanakan di wilayah kerja Puskesmas kecamatan Batu Atas
1. Populasi
Populasi adalah populasi suatu kelompok yang terdiri dari objek atau subjek
penelitian yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh
dalam penelitian ini adalah seluruh lansia diwilayah kerja Puskesmas Batu Atas
tahun 2022 periode (April – Mei) yang berusia 60 tahun keatas berjumla 515 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2017). Sampel dalam penelitian ini adalah lansia berusia 60
tahun keatas yang ada di wilayah kerja Pukesmas kecamatan Batu Atas adapun
keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumla populasi
3
n= 515
1+ 515 (0,1)2
n= 515
1+ 515 (0,01)
n= 515
1+ 5,15
n= 515
6,15
Jadi besarnya sampel dalam peneliti ini adalah 84 orang sebagai kelompok
3. Penarikan sampel
seluruh populasi target memiliki kesempatan untuk dipilih. Sampel dipilih secara
acak yang dimaksud sebagai repsentasi yang bisa dari total populasi (Nursalam,
2013).
a. Kriteria inklusi
b. Kriteria eksklusi
3
2) Lanjut usia yang memiliki riwayat kejiwaan
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian alat atau fasilitas yang di gunakan oleh penelitian dalam
mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik (cermat,
1. Data Primer
Dalam penelitian ini data yang diperoleh dengan data primer yaitu
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang di peroleh dari lokasi desa yang terkait
dengan pelaksanaan penelitian antara lain jumla KK dalam kecamatan Batu Atas.
1. Pengolahan Data
data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk memperoleh data atau data
a. Coding adalah melakukan pengkodean data agar tidak terjadi kekeliruan dalam
b. Editing adalah menyeleksi data yang telah didapat dari hasil wawancara untuk
c. Scoring adalah proses penjumlahan untuk memperoleh total skor setiap butir
pertanyaan.
3
d. Tabulating adalah penyusunan data sedemikian rupa sehingga memudahkan
e. Entry adalah memasukkan data yang sudah dilakukan editing dan coding
kedalam komputer.
hendak di analisis
1. Analisis Univariat
dan presentase dari tiap variabel yang diteliti. Data-data yang sudah diolah,
2. Analisis Bivariat
variabel bebas dan variabel terikat. Uji yang di gunakan yaitu chi Square.(X2) pada
Dengan perhitungan Uji Chi Square selanjutnta ditarik suatu kesimpulan jika X 2
hitung lebih kecil dari X2 tabel, maka H0 diterima, dan apabila X 2 hitung lebih
besar atau sama dengan X2 tabel H0 di tolak Ha diterima yang menujukan ada
Apabila terdapat sel harapan dengan nilai kurang dari 5 maka digunakan uji
Exact Fisher’s. sugiyono (2005) uji Exact Fisher’s di gunakan untuk menguji
3
berbentuk nominal.
H. Etika Penelitian
ke lokasi penelitian dan melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang
meliputi :
menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilakukan serta dampak yang mungkin
terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti maka
untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-hak
responden.
namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberikan nomor kode
3. Confidentiality (kerahasiaan)
tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset.