Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH PERSONAL HYEGINE

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik

Dosen Pengampu Lexy Oktora Wilda,S.Kep.,Ns.,M.Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK 8 :

1. Auliyaa Nasywarinda I (202214401009)


2. Imelani Dwi Kerin (202214401030)
3. Shanty Yuliani T S (202214401050)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

STIKES SATRIA BHAKTI NGANJUK

2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN

Kami yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa Makalah Konsep medis
personal hyegine, konsep lansia dan konsep asuhan keperawatan gerontik Diploma III
Keperawatan STIKes Satria Bhakti Nganjuk adalah sah dan asli hasil diskusi yang kami
kerjakan sebaik-baiknya. Dengan ini kami :

Kelompok : 8

Semester : III (Ganjil)

Nama Anggota :

1. Auliyaa Nasywarinda I (202214401009)

2. Imelani Dwi Kerin (202214401030)

3. Shanty Yuliani T S (202214401050)

Menyerahkan makalah ini pada:

Hari/Tanggal :

Tempat :

Pukul :

Nganjuk, Desember 2023

Mengetahui dan menyetujui,

Dosen Pengampu Ketua

(Lexi Oktora Wilda,S.Kep.,Ns.,M.Kep) (Auliyaa Nasywarinda Iswahyudi)


NIDN. 0714107801 NIM. 202214401009

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Gerontik tentang “Konsep Medis
Personal Hyegine, Konsep Lansia Dan Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik”. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada ibu Lexy Oktora Wilda,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen
pembimbing karena dengan adanya tugas ini dapat menambah wawasan kami.

Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Gerontik
Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan makalah ini dengan
memberikan gambaran secara deskriptif agar mudah di pahami.

Namun penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
dari pada itu penyusun memohon saran dan arahan yang sifatnya membangun guna
kesempurnaan makalah ini di masa akan datang dan penyusun berharap makalah ini
bermanfaat bagi semua pihak.

Nganjuk, Desember 2023

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii

DAFTAR ISI............................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1


B. Tujuan .......................................................................................................... 3
C. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
D. Manfaat ........................................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 4

A. Konsep Dasar Personal Hyegine ................................................................. 4


B. Konsep Lansia ............................................................................................. 10
C. Konsep Asuhan Keperawatan Personal Hyegine ........................................ 16

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 26

A. Kesimpulan .................................................................................................. 26
B. Saran ............................................................................................................ 26

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 28

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lanjut usia atau lansia merupakan istilah yang biasa digunakan untuk
seseorang yang mulai memasuki tahap perkembangan akhir. Menurut Peraturan
Menteri Sosial RI Nomor 5 Tahun 2018, lansia adalah bila sudah berusia lebih dari 60
tahun (Kementerian Kesehatan RI,2016). Lanjut usia identik dengan proses menua.
Menua merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diterima. Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara
alamiah, dimulai senjak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup
(Nugroho,2018). Menurut WHO, pada tahun 2015 terdapat 900 juta jumlah penduduk
lansia diseluruh dunia (WHO 2018). Proporsi lansia didunia diperkirakan mencapai
22% dari penduduk dunia atau sekitar 2 miliar pada tahun 2020, sekitar 80% lansia
hidup di Negara berkembang. Jumlah lansia di 11 negara anggota WHO kawasan
Asia Tenggara berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat
hingga 3kali lipat di tahun 2050 (Novia,2016).
Berdasarkan data Survey Social Ekonomi Nasional (Susenas), melaporkan
terdapat 29,3 juta penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia pada tahun 2021. Angka
ini setara dengan 10,82% dari total penduduk Indonesia (Badan Pusat
Statistik,2021).Proses menua yang terjadi pada lansia secara linier dapat digambarkan
melalui tiga tahap yaitu kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (functional
limitations), ketidak mampuan (disability) dan keterhambatan (handicap) yang akan
dialami bersamaan dengan proses kemunduran, baik fisik,mental maupun sosial.
Salah satu sistem tubuh yang mengalami kemunduran adalah sistem kognitif atau
intelektual yang sering disebut demensia (Muharyani,2020). Demensia adalah istilah
umum yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi kognitif global yang
biasanya bersifat progresif dan mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari
(Stanley,2017). Demensia bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan istilah
yang digunakan untuk menggambarkan kumpulan gejala atau sindrom terjadinya

1
penirunan fungsi kognitif yang biasanya bersifat kronis atau progresif. Oleh karena
itu, demensia menjadi salah satu penyebab utama ketergantungan lansia terhadap
keluarga atau pengasuhnya (WHO,2018).
Untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan lansia, personal hygiene
(kebersihan perorangan) merupakan salah satu faktor dasar seorang individu
mempunyai resiko yang lebih rendah untuk mendapatkan penyakit
(Kusumaningrum,2019). Berdasarkan data di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW)
pada tahun 2020 terdapat sebanyak 63 lansia terdiri dari 38 laki-laki dan 25
perempuan. Dari laporan urutan penyakit terbanyak pada lanjut usia di PSTW Pagar
Dewa Bengkulu pada tahun 2020 dan 2021 didapatkan data bahwa demensia adalah
urutan kedua penyakit terbanyak di Balai Pelayanan dan Penyantunan lanjut usia,
yang terdiagnosa demensia berjumlah 35 orang (PSTW).
Seseorang dikatakan perawatan diri yang baik apabila orang tersebut dapat
menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut,
mata, hidung dan telinga, kaki dan kuku, genitalia, serta kebersihan dan kerapihan
dalam berpakaian. Perawatan diri sangat bergantung pada pribadi masing-masing
dimana nilai individu dan kebiasaan untuk mengembangkannya. Kehidupan sehari-
hari yang beraturan, menjaga kebersihan tubuh, makanan yang sehat, istirahat cukup
dan mendapat perhatian. Defisit perawatan diri merupakan suatu keadaan dimana
seseorang mengalami hambatan ataupun gangguan dalam kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri, seperti mandi, berpakaian,
makan, dan eliminasi untuk dirinya sendiri (Tumanduk et al., 2018).
Defisit perawatan diri mandi dan berpakaian adalah Hambatan kemampuan
untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas mandi dan berpakaian secara mandiri
sehingga pasien gangguan jiwa memerlukan dukungan atau bimbingan dari keluarga
dan orang lain dalam hal ini tenaga kesehatan agar pasien dapat merawat diri secara
mandiri dan meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah. Dampak dari
defisit perawatan diri secara fisik yaitu : gangguan integritas kulit, gangguan
membrane mukosa, mulut, serta gangguan fisik pada kuku, juga berdampak pada
masalah fisikolog sosial seperti gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai
dan mencintai, kebutuhan harga diri, dan aktualisasi diri (Sasmita & -, 2012).
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan meningkatkan
latihan dalam pemenuhan personal hygiene untuk pasien dengan defisit perawatan diri
berupa penerapan stretegi pelaksanaan dalam pemenuhan kebutuhan personal

2
hygiene. Strategi pelaksanaan dengan melatih pasien cara perawatan kebersihan diri
mandi, melatih pasien berdandan atau berhias, berpakaian dan mengajarkan pasien
melakukan buang air besar dan buang air kecil secara mandiri dan memfasilitasi
dengan alat alat yang dibutuhkan pasien. Untuk mengoptimalkan kemampuan pasien
dalam perawatan diri, maka petugas memberikan reward atau reiforcemen
(Mututumanikam & Rahmiaji, 2019).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diketahui konsep asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan personal hygiene
pada pasien Lansia dengan defisit perawatan diri
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui konsep personal hyegine pada lansia
b. Diketahui konsep lansia
c. Diketahui konsep asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah perawatan
diri (personal hyegine)
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan Masalah
Penelitian Yaitu Konsep Medis Personal Hyegine, Konsep Lansia Dan Konsep
Asuhan Keperawatan Gerontik.
D. Manfaat
1. untuk bahan pengamatan peneliti atau penyusun selanjutnya
2. untuk memenuhi tugas kuliah yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah
gerontik
3. untuk menambah wawasan pembaca makalah

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Personal Hyegine


1. Definisi
Personal hygiene merupakan kebersihan perseorangan yang harus dilakukan
oleh setiap lansia yang mana kebersihan itu di mulai dari ujung rambut sampai
ujung kaki, diantaranya dari kebersihan rambut, mata, telinga, hidung, mulut, gigi,
kulit, kuku dan alat kelamin yang semuanya harus dijaga dan dibersihkan setiap
hari agar terhindar dari serangan penyakit, selain itu agar tampak lebih bersih dan
rapi . Hygiene Perorangan adalah cara perawatan diri seseorang untuk memelihara
kesehatan mereka.(Perry & Potter, 2006)
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting
dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis
seseorang. Kebersihan itu sendiri berbahaya dipengaruhi oleh nilai-nilai individu
dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di antaranya kebudayaan,
sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat
perkembangan. Secara alamiah tingkat perkembangan kehidupan terdiri dari tiga
tahapan yaitu, anak, dewasa, dan tua.

2. Tujuan Personal Hygiene


a. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
b. Memelihara kebersihan diri seseorang
c. Mencegah penyakit
d. Menciptakan keindahan
e. Meningkatkan rasa percayadiri

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene


Menurut Isro’in & Andarmoyo (2012: 3) Sikap seseorang melakukan personal
hygiene dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain:
a. Praktik sosial

4
Manusia merupakan mahluk sosial dan karenanya berada dalam kelmpok
sosial. Kondisi ini akan memungkinkan seseorang untuk berhubungan,
berinteraksi dan bersosialisasi satu dengan yang lainnya. Personal hygiene atau
kebersihan diri seseorang sangat mempengaruhi praktik sosial seseorang (
Isro’in & Andarmoyo 2012 )
b. Pilihan pribadi
Setiap klin memiliki keinginan dan pilihan tersendiri dalam praktik personal
hygiene, (mis. Kapan dia harus mandi, bercukur, melakukan perawatan rambut,
dsb), termasuk memilih produk yang digunakan dalam hygiennya (mis. Sabun,
sampo, deodoran, dan pasta gigi) menurut pilihan dan kebutuhan pribadinya.
Pilihan-pilihan tersebut setidaknya harus membantu perawat dalam
mengembangkan rencana keperawatan yang lebih kepada individu. Perawat
tidak mencoba untuk mengubah pilihan klien hal itu akan mempengaruhi
kesehatan klien ( Isro’in & Andarmoyo 2012 )
c. Citra tubuh
Citra tubuh adalah cara pandang seseorang terhadap bentuk tubuhnya, citra
tubuh sangat mempengaruhi dalam praktik hygiene seseorang.ketika seseorang
perawat dihadapkan pada klien yang tampak berantakan, tidak rapi, atau tidak
peduli dengan hygiene dirinya, maka dibutuhkan edukasi tentang pentingnya
hygiene untuk kesehatan, selain itu dibutuhkan juga kepekaan perawat untuk
melihat kenapa hal ini bisa terjadi, apakah memang kurang/ketidaktauan klien
akan hygiene perorangan atau ketidakmauan dan ketidakmampuan klien dalam
menjalankan praktik hygienen dirinya, hal ini bisa dilihat dari partisipasi klien
dalam hygiene harian ( Isro’in & Andarmoyo 2012 )
d. Status sosial ekonomi
Satus ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktk hygiene
perorangan. Sosial ekonomi yang rendah memungkinkan hygiene hygiene
perorangan yang rendah pula. Perawat dalam hal ini harus bisa menentukan
apakah klien dapat menyediakan bahan-bahan yang penting dalam praktik
hygiene seperti sabun, sampo, sikat gigi, pasta gigi, dsb ( Isro’in & Andarmoyo
2012 )
e. Pengetahuan dan motivasi
Pengetahuan tentang hygiene akan mempengaruhi praktik hygiene
seseorang. Namun, hal ini saja tidak cukup, karena motivasi merupakan kunci

5
penting dalam pelaksanaan hygiene tersebut. Permasalahan yang sering terjadi
adalah ketiadaan motivasi karena kurangnya pengetahuan. Sebagai seorang
perawat yang bisa dilakukan dalam hal ini adalah mendiskusikannya dengan
klien, memeriksa kebutuhan praktik hygiene klien dalam memberikan informasi
yang tepat dan adekuat kepada klien ( Isro’in & Andarmoyo 2012 )
f. Budaya
Kepercayaan budaya dan dan nilai pribadi klien akan mempengaruhi
perawatan hygiene seseorang. Berbagai budaya memiliki praktik hygiene yang
berbeda. Di asia kebersihan dipandang penting bagi kesehatan sehingga mandi
bisa dilakukan 2-3 kali dalam sehari, sedangkan di Eropa memungkinkan
hanya mandi sekali dalam seminggu. Beberapabudaya memungkinkan juga
menganggap bahwa kesehatan dan kebersihan tidaklah penting ( Isro’in &
Andarmoyo 2012 )
g. Kondisi fisik
Klien dengan keterbatasan fisik biasanya tidak memiliki energi dan
ketangkasan untuk melakukan hygiene. Contohnya pada pasien yang terpasang
traksi atau gips, atau terpasang infus intravena. Penyakit dnegan rasa nyeri
membatasi ketangkasan dan rentang gerak.klien di bawah efek sedasi tidak
memiliki koordinasi mental untuk melakukan perawatan diri. Penyakit konis
(jantung, kanker, neurologis, psikiatrik) sering melelahkan klien. Genggaman
yang lemah akibat atritis, stroke, atau kelainan otot menghambat klien dalam
pelaksanaan hygiene seperti menggunakan sikat gigi, memakai handuk,
menyisir dsb ( Isro’in & Andarmoyo 2012 )

4. Tanda dan Gejala


Menurut Depkes (2000) dalam Deden Dermawan 2013 Tanda dan gejala klien
dengan defisit perawatan diri adalah:
a. Fisik Badan bau, pakaian kotor, Rambut dan kulit kotor, Kuku panjang dan
kotor, Gigi kotor disertai mulut bau, Penampilan tidak rapi.
b. Psikologis Malas, tidak ada inisiatif, menarik diri, isolasi diri, merasa tak
berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Interaksi Sosial kurang,Kegiatan kurang, Tidak mampu berperilaku sesuai
norma, Cara makan BAK dan BAB tidak teratur di sembarang tempat,
menggosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

6
5. Macam-macam Personal Hyegine
Menurut Depkes (2000) dalam Deden Dermawan 2013
a. Perawatan rambut
b. Perawatan kulit
c. Perawatan gigi
d. Perawatan kuku
e. Perawatan mata
f. Perawatan telinga
g. Perawatan Genetalia
6. Cara Perawatan Personal Hyegine
Menurut Potter dan Perry. 2005 dan Hidayat dan Uliyah. 2008)
a. Perawatan kulit rambut dan kepala
Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara
penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Penyakit atau ketidakmampuan
mencegah klien untuk memelihara perawatan rambut sehari-hari. Menyikat,
menyisir dan bersampo (minimal 2 kali seminggu) adalah cara-cara dasar
higienis untuk perawatan kulit rambut dan kepala.
b. Perawatan gigi
1) Sikat gigi minimal 2x sehari atau sehabis makan lalu bilas
2) Menyikat gigi sebelum tidur
3) Ketika menggosok gigi, perhatikan untuk membersihkan partikel makanan
yang terangkut diantara dan di dalam celah antara gigi rata di belakang, gigi
geraham dan gigi geraham bungsu.
4) Sikat dengan arah ke bawah untuk gigi atas dan sikat kearah atas untuk gigi
bawah
5) Gunakan gerakan melingkar. Bersihkan juga lidah dan bagian dalam gigi.
6) Sikat gigi harus memiliki ujung bulu yang dapat kembali ke bentuk semula.
7) Sikat harus dibilas bersih dan kering setelah dipakai.
8) Bagian yang menggunakan gigi palsu : Gigi dibersihkan dengan sikat gigi
perlahan-lahan dibawah air yang mengalir.bila perlu dapat digunakan pasta
gigi pada waktu tidur,gigi tiruan atau palsu tidak dipakai dan direndam dalam
air bersih

7
9) Bagi mereka yang tidak mempunyai gigi sama sekali setiap habis makan
harus menyikat bagian gusi dan lidah untuk membersihkan sisa makanan
yang melekat.
c. Perawatan mata
1) Cahaya harus cukup terang ketika membaca atau bekerja
2) Hindari tempat berdebu
3) Makanlah yang mengandung banyak vitamin A
d. Perawatan hidung
1) Pakailah masker untuk mengurangi masuknya polusi udara saat keluar rumah
2) Pakailah penutup hidung supaya tidak tertular ketika orang bersin atau batuk
3) Hiruplah udara segar pada pagi hari
4) Jangan biarkan benda kecil masuk kehidung karena dapat menyebabkan
benda kecil terhisap dan menymbat saluran pernafasan serta menyebabkan
membran mukosa terluka.
e. perawatan telinga
1) bersihkan telinga dengan cottonbud
2) bisa menggunakan washlap yang lembab diputar ke daun telinga dengan
lembut
f. perawatan kuku kaki dan tangan
1) Potonglah kuku kaki dan tangan yang pendek dan perhatikan sudut-sudutnya
2) Jangan memotong kuku terlalu dekat dengan ujung kulit
3) Potong kuku seminggu sekali atau sesuai dengan kebutuhan
4) Kusus untuk jari kaki sebaiknya kuku dipotong dengan segera setelah mandi
atau direndam dengan air hangat terlebih dahulu
5) Jangan menggigit kuku karena akan merusak jaringan kuku
6) Sering mencuci tangan dengan air bersih dan sabun atau antiseptik. Cara
mencuci tangan :
1) mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan gunakan sabun
2) gosok tangan setidaknya selama 15-20 detik
3) bersihkan bagian pergelangan tangan,punggung tangan,sela-sela jari dan
kuku
4) basuh tangan sampai bersih dengan air yang mengalir
g. perawatan kulit seluruh tubuh
mandi 2x sehari bertujuan :

8
1) Membersihkan kulit dari bakteri, mengurangi keringat dan sel kulit mati yang
meminimalkan iritasi kulit dan mengurangi kesempatan infeksi
2) Mengurangi bau badan
3) Peningkatan citra diri
4) Meningkatkan relaksasi dan perasaan segar kembali dan kenyamanan
8. Perawatan Genetalia
Perawatan diri pada alat kelamin atau genital pada perempuan adalah
perawatan pada genitalia eksterna yang terdiri atas monsvenersi, Labiya mayor,
labia minora, klitoris, uretra, vagina, perineum dan anus. Sedangkan, pada laki-
laki difokuskan pada daerah ujung penis untuk mencegah penumpukan sisa urin.
Cara perawatan :
a. Wanita : Perawatan perineum dan area genital eksterna dilakukan pada saat
mandi (2x sehari).
b. Pria: Perawatan dilakukan 2x sehari pada saat mandi pada pria.

7. Dampak yang sering timbul pada masalah Personal Hyegine


Menurut Tarwoto & Wartonah 2004 dalam Yuni 2015: 4
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan indivisu dengan baik. Gangguan fisik yang sering
terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut,
infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hyegine adalah gangguan
kebutuhan diri, rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga
diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

9
B. Konsep Lansia
1. Definisi Lansia
Lansia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi
menjadi 2 bagian pertama fase iufentus, antara 25-40 tahun, kedua tahun dan
keempat fase senium, antara 65 hingga tutup usia (Lilik, 2011). Spiritual merupakan
hubungan dengan Maha Kuasa dan Maha Pencipta kebututuhan dasar dan
pencapaian tertinggi seorang manusia dalam kehidupannya tanpa memandang suku
atau asal usul, spiritual sebagai dua dimensi, dimensi vertikal sebagai hubungan
dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupannya, sedangkan
dimensi horizontal adalah hubungan dengan diri sendiri dan orang lain. (Padila,
2013) Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari
satu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menua merupakan
proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu
anak, dewasa, dan tua.

Batasan Lanjut usia. Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda.
Menurut World Health Organitation (WHO) lansia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun
Berbeda dengan WHO, menurut Departemen Kesehatan RI (2006)
pengelompokkan lansia menjadi :
a. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang
b. menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)
c. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki
d. masa usia lanjut dini (usia 60-64 tahun)
e. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif (usia >65
tahun)
Menurut Prof. DR. Koesomanto lanjut usia dikelompokkan menjadi:
a. Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18-25 tahun.
b. Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas usia 25-65 tahun
c. Lanjut usia (geriatric age) usia lebih dari 65-70 tahun.

10
2. Karakteristik Lansia
Menurut Keliat dalam Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang
kesehatan)
b. Kebutuan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga
kondisi maladaptif
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

3. Tipe Lansia
Ada beberapa tipe lansia menurut Maryam et al., (2012) bergantung pada
karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonomi,
tipe tersebut diantaranya adalah:
a. Tipe Arif Bijaksana
Tipe arif bijaksana adalah tipe seorang lansia yang bersikap ramah, rendah
hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, mempunyai kesibukan, dan
menjadi panutan.
b. Tipe Bingung
Tipe bingung adalah tipe lansia terkejut, kehilangan, kepribadian,
mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh.
c. Tipe Mandiri
Tipe mandırı adalah tipe seorang lansia yang mengganti kegiatan yang hilang
dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, teman bergaul, dan memenuhi
undangan. Tipe lansia mandiri dapat melakukan segala hal dengan sendiri.
d. Tipe Pasrah
Tipe pasrah adalah tipe lansia yang menerima dan menunggu nasib baik,
mengikuti kegiatan agama, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
e. Tipe Tidak Puas
Tipe tidak puas adalah tipe lansia dengan konflik lahir batin menentang proses
penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, lebih suka
untuk dilayanı, suka mengkritik dan banyak menuntut.

11
4. Perubahan yang terjadi pada lansia
a. Perubahan fisik
Perubahan fisik yang terjadi pada lansia yaitu terjadinya penuaan instrinsik
yang dilihat pada perubahan yang diakibatkan oleh proses penuaan normal yang
telah diprogram secara genetik. Penuaan ekstrinsik terjadi akibat pengaruh dari luar
seperti penyakit, polusi udara, sinar matahari, penuaan yang tidak normal dapat
dikurangi dengan intervensi perawatan kesehatan yang efektif.
1) Perubahan sel
Perubahan sel pada lansia mengakibatkan penurunan tampilan dan fungsi
fisik. Lansia menjadi lebih pendek akibat adanya pengurangan lebar bahu dan
pelebaran lingkar dada dan perut. Kulit menjadi tipis dan keriput, massa tubuh
berkurang dan massa lemak bertambah. Kemampuan tubuh memelihara
homeostatis menjadi berkurang seiring dengan penuaan seluler. Sistem organ
menjadi tidak efisien akibat dari berkurangnya sel dan jaringan. Kemampuan sel
memperbarui diri sendiri menjadi berkurang. Penimbunan pigmen juga mulai
terjadi.
2) Perubahan kardiovaskuler
Perubahan kardiovaskuler yang terjadi yaitu struktur jantung yang
mengakibatkan elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan
menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
setelah umur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya volume dan
kontraksinya. Kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenası,
hilangnya elastisitas pembuluh darah, postural hipotensi sering terjadi, tekanan
darah meningkat diakibatkan oleh meningkatnya retensi dari pembuluh darah
perifer.
3) Perubahan sistem pernapasan
Perubahan sistem pernapasan mempengaruhi kapasitas dan fungsi paru
meliputi peningkatan diameter anteriposterior dada, kolaps osteoporotic vertebra
yang mengakibatkan kifosis, kalsifikasi kartilago kosta dan penurunan mobilitas
kosta, penurunan efisiensi otot pernafasan, peningkatan rigiditas paru atau
hilangnya recoil paru mengakibatkan peningkatan volume residu paru dan
penurunan kapasitas vital paru dan penurunan luas permukaan alveoli.
Penurunan efisiensi batuk, berkurangnya aktifitas silia dan peningkatan ruang
rugi pernapasan membuat lansia rentan terhadap infeksi pernapasan.

12
4) Perubahan sistem integumen
Terjadi perubahan sistem integumen pada lansia yaitu pada fungsi dan
penampilan kulit dimana epidermis dan dermis menjadi lebih tipis, jumlah serat
elastis berkurang dan kolagen menjadi lebih kaku. Lemak subkutan terutama di
ektermitas berkurang. Hilangnya kapiler di kulit mengakibatkan penurunan
suplai darah, kulit menjadi hilang kekenyalannya, keriput dan menggelambir.
Pigmentasi rambut menjadi beruban, distribusi pigemn kulit tidak rata dan tidak
beraturan terutama pada bagian yang terkena sinar matahari. Kulit menjadi lebih
kering dan rentan iritasi karena penurunan aktivitas kelenjar sebasea dan
kelenjar keringat sehingga menyebabkan kulit menjadi lebih rentan terhadap
gatal-gatal.
5) Perubahan sistem reproduksi
Pada lansia terjadi perubahan sistem reproduksi yaitu saat menopause produksi
estrogen dan progesteron oleh ovarium menurun. Pada wanita terjadi penipisan
dinding vagina dengan pengecilan ukuran dan hilangnya elastisitas, penurunan
sekresi vagina mengakibatkan kekeringan, gatal dan menurunnya keasaman
vagina. Uterus dan ovarium mengalami atropi. Tonus otot pubokoksigeus
menurun sehingga vagina dapat mengalami pendarahan dan nyeri saat
senggama. Pada lansia laki-laki, ukuran penis dan testis mengecil dan kadar
androgen menurun.
6) Perubahan genitounaria
Sistem genitounaria tetap berfungsi secara adekuat pada lansia, meskipun
terjadi penurunan massa ginjal akibat kehilangan beberapa nefron. Perubahan
fungsi ginjal meliputi penuruan laju filtrasi, penurunan fungsitubuler dengan
penurunan efisiensi dalam resorbsi dan pemekatan urin, serta perlambatan
restorasi keseimbangan asam basa terhadap stress. Ureter, kandung kemih, dan
uretra kehilangan tonus ototnya. Kapasitas kandung kemih menurun sehingga
lansia tidak dapat mengosongkan kandung kemihnya secara sempurna. Wanita
lansia biasanya mengalami penurunan tonus otot perineal yang mengakibatkan
stress inkontinensia dan urgensi inkontinensia. Pada lansia laki-laki sering
ditemukan pembesaran kelenjar prostat yang dapat menyebabkan retensi urin
kronis, sering berkemih, dan inkontinensia.

13
7) Perubahan gastrointestinal
Pada saluran gastrointestinal masih tetap adekuat pada lansia, tetapi pada
beberapa lansia dapat terjadi ketidaknyamanan akibat melambatnya motilitas.
Hal ini merupakan konsep frekuensi proses penuaan yang tidak dapat dihindari,
seringkali terjadi penyakit periodontal yang menyebabkan gigi berlubang dan
ompong. Aliran lidah juga berkurang sehingga lansia mengalami mulut kering.
Otot sfingter gastroesofagus gagal relaksasi mengakibatkan kelambatan
pengosongan esophagus. Lansia biasanya mengeluh adanya perasaan penuh,
nyeri ulu hati, dan gangguan pencernaan. Motilitas gaster juga menurun,
akibatnya terjadi keterlambatan pengosongan ısı lambung, sekresi asam dan
pepsin gaster berkurang menyebabkan menurunnya absorbi besı, kalsium, dan
vitamin B12.
8) Perubahan muskuloskeletal
Pada lansia terjadi perubahan muskuloskeletal yaitu pada wanita pasca
menopause mengalami kehilangan densitas tulang yang massif mengakibatkan
osteoporosis dan berhubungan dengan kurang aktivitas, masukan kalsium yang
tidak adekuat serta kehilangan estrogen. Pengurangan dan penyusutan tinggi
tubuh akibat dari perubahan osteoporotic pada tulang punggung, kifosis, dan
fleksi pinggul serta lutut. Perubahan ini menyebabkan penurunan mobilitas,
keseimbangan dan fungsi organ internal. Ukuran otot berkurang dan otot
kehilangan kekuatan, fleksibilitas dan ketahannya sebagai akibat penurunan
aktivitas dan penuaan. Kartilago sendi memburuk secara progresif mulai usia
pertengahan
9) Perubahan sistem persarafan
Perubahan struktur dan fungsi sistem saraf juga dialami oleh lansia. Massa
otak berkurang secara progresif akibat dari berkurangnya sel saraf yang rusak
dan tidak dapat diganti. Penurunan metabolisme neurotransmitter utama juga
terjadi pada perubahan sistem persarafan. Impuls saraf dihantar lebih lambat,
sehingga lansia memerlukan waktu yang lebih lama untuk merespon dan
bereaksi. Kinerja sistem saraf otonom berkurang efisiensinya dan mudah terjadi
hipotensi postural yang menyebabkan seseorang merasa pusing saat berdiri
dengan cepat.

14
10) Perubahan sensorik
Perubahan sensorik juga terjadi akibat penuaan mengenai organ sensorik
penglihatan, pendengaran, pengecapan, peraba, dan penghidu serta dapat
mengancam interaksi dan komunikasi dengan lingkungan. Pada penglihatan,
sel tengah lensa yang tidak pernah digantikan dengan sel baru akan menjadi
kuning, kaku, padat dan berkabut, sedangkan pada permukaan lensa yang
selnya selalu baru dan berfokus pada jarak jauh dan dekat mengakibatkan
lensa menjadi kurang fleksibel dan titik dekat fokus berpindah lebih jauh
(presbiopi). Lansia membutuhkan kacamata baca untuk memperbesar obyek.
Kemampuan untuk membedakan hijau dan biru juga berkurang. Pupil
berdilatasi dengan lambat karena otot iris menjadi semakin kaku. Lansia
memerlukan sinar yang lebih lama untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan gelap dan terang serta memerlukansinar yang lebih terang untuk
melihat benda yang sangat dekat.
Kurangnya kemampuan untuk mendengar nada frekuensi tinggi terjadi pada
usia pertengahan. Kehilangan pendengaran yang berhubungan dengan usia ini
disebut presbikusis, disebabakan karena perubahan telinga dalam irreversible.
Apabila dicurigai ada gangguan pendengaran, maka harus dilakukan kajian
telinga dan pendengaran. Indra peraba memberikan pesan yang paling mudah
diterjemahkan. Respon sensorik akan menumpul seiring dengan bertambahnya
usia, namun tidak menghilang. Lansia senang menyentuh dan disentuh,
sehinggaperawatan dapat meningkatkan kontak rabaan dengan menawarkan
tindakan menggaruk punggung, pijatan di kaki, atau sentuhan lembut agar
lansia tetap merasa memiliki perasaan sejahtera dan mengurangi perasaan
terasing.
b. Perubahan mental
Di bidang mental atau psikis pada lanjut usia, perubahan dapat sikap yang
semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak bila memiliki
sesuatu. Yang perlu dimengerti adalah sikap umum yang ditemukan pada hampir
setiap lanjut usia, yakni keinginan berumur panjang, tenaganya sedapat mungkin
dihemat. Mengharapkan tetap diberi peran dalam masyarakat.Ingin
mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin tetap berwibawa. Jika meninggal
pun mereka ingin meninggal secara terhormat dan masuk surga (Nugroho, 2012).

15
C. Konsep Asuhan Keperawatan (Personal Hygiene)
Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan profrsional yang
didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang bersifat komprehensif terdiri
dari bio-psiko-sosial-spiritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada klien lanjut
usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Berisi tentang nama, umur, pendidikan, medis, alamat, tanggal masuk Rumah
Sakit,tanggal pengkajian, dan diagnosa.
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang muncul pada pasien dengan masalah personal hyegiene
adalah masalah yang dialami saat itu juga pada pasien. Beberapa keluhan umum
yang mungkin diungkapkan oleh pasien melibatkan berbagai aspek kebersihan
diri, seperti: :
1) Kesulitan mandi atau membersihkan diri
2) Masalah kulit
3) Kesulitan mengurus gigi dan mulut
4) Inkontinensia
5) Kesulitan merawat kuku dan rambut
c. Riwayat sekarang
1) Pola kebersihan tubuh
2) Perlengkapan personal hygiene
3) Faktor – factor yang memengaruhi personal hygiene
d. Pemeriksaan fisik
1) Rambut
a) Keadaan kesuburan rambut
b) Keadaan rambut yang mudah rontok
c) Keadaan rambut yang kusam
d) Keadaan tekstur
2) Kepala
a) Botak atau alopesia
b) Ketombe
c) Berkutu

16
d) Adakah eritema
e) Kebersihan
3) Mata
a) Apakah sclera ikterik
b) Apakah konjungtiva pucat
c) Kebersihan mata
d) Apakah gatal atau mata merah
4) Hidung
a) Adakah pilek
b) Adakah alergi
c) Adakah perdarahan
d) Adakah perubahan penciuman
e) Kebersihan hidung
f) Keadaan membrane mukosa
g) Adakah septum deviasi
5) Mulut
a) Keadaan mukosa mulut
b) Kelembapan
c) Adanya lesi
d) Kebersihan
6) Gigi
a) Adakah karang gigi
b) Adakah karies
c) Kelengkapan gigi
d) Pertumbuhan
e) Kebersihan
7) Telinga
a) Adakah kotoran
b) Adakah lesi
c) Bentuk telinga
d) Adakah infeksi
8) Kulit
a) Kebersihan
b) Adakah lesi

17
c) Keadaan turgor
d) Warna kulit
e) Suhu
f) Tekstur
g) Pertumbuhan bulu
9) Kuku tangan dan kaki
a) Bentuk
b) Warna
c) Adanya lesi
d) Pertumbuhan
10) Genetalia
a) Kebersihan
b) Pertumbuhan rambut pubis
c) Keadaan kulit
d) Keadaan lubang urethra
e) Keadaan skrotum, testis pada pria
f) Cairan yang dikelurkan

2. Analisis Data
No. Data Penyebab Masalah
1. Gejala dan tanda mayor Proses penuaan Gangguan integritas
Subjektif : kulit (D.129)
Tidak tersedia
Objektif :
1. Kerusakan jaringan
dan/atau lapisan kulit
Gejala dan tanda minor
Subjektif :
Tidak tersedia
Objektif :
1. Nyeri
2. Pendarahan
3. Kemerahan

18
4. Hematoma

2. Gejala dan tanda mayor Kelemahan Fisik Defisit perawatan diri


Subjektif : (D.0109)
1. Menolak melakukan
perawatan diri
Objektif :
1. Tidak mampu
mandi/mengenakan
pakaian/makan/ke
toilet/berhias secara
mandiri
2. Minat melakukan
perawatan diri berkurang
Gejala dan tanda minor
Subjektif :
Tidak tersedia
Objektif :
Tidak tersedia

3. Gejala dan tanda mayor kekakuan sendi Gangguan mobilitas


Subjektif : fisik (D.0054)
1. Mengeluh sulit
menggerakkan ekstremitas
Objektif :
1. Kekuatan otot menurun
2. Rentang gerak (ROM)
menurun
Gejala dan tanda minor
Subjektif :
1. Nyeri saat bergerak

19
2. Enggan melakukan
pergerakan
3. Merasa cemas saat
bergerak
Objektif :
1. Sendi kaku
2. Gerakan tidak
terkoordinasi
3. Gerakan terbatas
4. Fisik lemah

3. Diagnosa
a. Gangguan integritas kulit Berhubungan dengan proses penuaan ditandai dengan
Kerusakan jaringan kulit
b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan Kelemahan fisik ditandai dengan
Badan kotor dan berbau
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi ditandai dengan
tidak mampu ke kamar mandi secara mandiri

4. Intervensi
No. Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Gangguan Setelah dilakukan Observasi : Observasi :
integritas kulit intervensi 1. Monitor 1. Untuk
Berhubungan keperawatan selama karakteristik mengetahui
dengan proses 3x24 jam luka (mis. kondisi luka
penuaan diharapkan Drainase, 2. Untuk
integritas kulit warna, mengetahui
Definisi: meningkat dengan ukuran, bau) luka terinfeksi
kerusakan kriteria hasil: 2. Monitir atau tidak
kulit(dermis 1. Elastisitas tanda-tanda Terapeutik :
dan/atau (meningkat) infeksi 1. Merangsang
epidermis) atau 2. Hidrasi Terapeutik : penyembuhan

20
jaringan (meningkat) 1. Bersihkan luka lebih cepat
(membran 3. Perfusi jaringan dengan 2. Mempercepat
mukosa, kornea, (meningkat) cairan NaCl penyembuhan
fasia, otot, 4. Kerusakan atau luka
tendon, tulang, jaringan pembersih 3. Mencegah
kartilago, (menurun) nontoksik, infeksi
kapsul sendi 5. Kerusakan sesuai 4. Untuk
dan/atau lapisan kulit kebutuhan mencegak
ligament). (menurun) 2. Berikan terkontaminasi
6. Perdarahan salep yang microorganisme
(menurun) sesuai Edukasi :
7. Kemerahan kekulit/lesi 1. Untuk
(menurun) jika perlu mempercepat
3. Pasang kesembuhan
balutan luka
sesuai 2. agar hidrasi
dengan jenis kulit terjaga
luka Kolaborasi :
4. Pertahankan 1. mencegah
kesterilan infeksi
saat
melakukan
perawatan
luka
Edukasi
1. Anjurkan
mengkonsum
si makanan
tinggi kalori
dan protein
2. Anjurkan pasien
untuk minum
yang cukup

21
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
antibiotik
jika perlu
2. Defisit Setelah dilakukan Observasi : Observasi :
perawatan diri intervensi 1. identifikasi 1. Untuk
berhubungan keperawatan selama kebiasaan mengetahui
dengan 2x24 jam aktivitas kebiasaan
Kelemahan fisik diharapkan perawatan aktivitas
perawatan diri diri sesuai perawatan diri
Definisi: meningkat dengan usia klien
Tidak mampu kriteria hasil: 2. monitor 2. Untuk mengukur
melakukan atau 1. kemampuan tingkat tingkat
menyelesaikan mandi kemandirian kemandirian
aktivitas (meningkat) 3. identifikasi 3. Mengidentifikasi
perawatan diri. 2. kemampuan kebutuhan kebutuhan alat
mengenakan alat bantu kebersihan
pakaian kebersihan diri
(meningkat) diri Terapeutik :
3. kemampuan Terapeutik : 1. menyediakan
makan 1. sediakan lingkungan yang
(meningkat) lingkungan terapeutik (mis.
4. kemampuan ke yang Suasana hangat,
toilet BAB/BAK terapeutik rileks, privasi)
(meningkat) (mis. Suasana 2. keperluan
5. minat melakukan hangat, rileks, pribadi (mis.
perawatan diri privasi) Parfum, sikat
(meningkat) 2. siapkan gigi, dan sabun
6. mempertahankan keperluan mandi)
kebersihan diri pribadi (mis. 3. mendamping
(meningkat) Parfum, sikat melakukan
gigi, dan dalam perawatan

22
sabun mandi) diri sampai
3. damping mandiri
dalam 4. memfasilitasi
melakukan kemandirian,
perawatan bantu jika tidak
diri sampai mampu
mandiri melakukan
4. fasilitasi perawatan diri
kemandirian, 5. menjadwalkan
bantu jika rutinitas
tidak mampu perawatan diri
melakukan Edukasi :
perawatan 1. menganjurkan
diri perawatan diri
5. jadwalkan secara konsisten
rutinitas sesuai
perawatan kemampuan
diri Kolaborasi :
Edukasi : 1. memberi
1. Anjurkan kesempatan
melakukan keluarga untuk
perawatan merawat pasien
diri secara secara mandiri
konsisten
sesuai
kemampuan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
dengan
keluarga
klien saat
melaksanaka
n perawatan

23
3. Gangguan Setelah dilakukan Observasi : Observasi :
mobilitas fisik intervensi 1. identifikasi 1. dapat
berhubungan keperawatan selama adanya nyeri mengidentifikasi
dengan 3x24 jam atau keluhan nyeri atau
kekakuan sendi diharapkan fisik. keluhan fisik
mobilitas fisik 2. Identifikasi lainnya
Definisi: meningkat dengan toleransi 2. dapat
Keterbatasan kriteria hasil : fisik mengidentifikasi
dalam gerakan 1. pergerakan melakukan toleransi fisik
fisik dari satu ektremitas pergerakan . pergerakan.
atau lebih (meningkat) Terapeutik Terapeutik
ekstremitas 2. kekuatan otot 1. fasilitas 1. dapat
secara mandiri. (meningkat) melakukan memfasilitasi
3. rentang pergerakan pergerakan
gerak/ROM 2. fasilitasi 2. dapat
(meningkat) aktivitas memfasilitasi
4. nyeri (menurun) mobilisasi aktivitas
5. kaku sendi dengan alat mobilisasi
(menurun) bantu dengan alat
6. kelemahan fisik Edukasi bantu
(menurun) 1. ajarkan Edukasi
mobilisasi 1. dapat
sederhana mengajarkan
yang harus mobilitasi
dilakukan sederhana yang
2. jelaskan harus dilakukan
tujuan dan 2. dapat
prosedur menjelaskan

24
mobilisasi tujuan dan
Kolaborasi prosedur
1. kolaborasi mobilisasi
pemberian Kolaborasi
injeksi 1. dapat
memberikan
terapi

5. Evaluasi
Respons fisik, verbal dan perilaku pasien, laporan pengasuh informal, dan
pengamatan oleh penyedia layanan kesehatan dari disiplin lain adalah aspek penting
dari mekanisme umpan balik yang membantu staf perawat untuk mempertahankan
rencana perawatan yang dinamis dan fleksibel.
Analisis kritis dari informasi yang diperoleh saat intervensi keperawatan
sedang berlangsung dapat digunakan untuk memodifikasi intervensi keperawatan,
mengarahkan kembali partisipasi pasien dan keluarga dalam rencana perawatan dan
manajemen secara keseluruhan, memeriksa kembali pemahaman tim perawatan
kesehatan tentang masalah klinis, menentukan manfaat biaya, menyelaraskan kembali
kepemimpinan dan dukungan standar mutu pelayanan pasien.

25
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Personal hygiene merupakan kebersihan perseorangan yang harus dilakukan oleh


setiap lansia yang mana kebersihan itu di mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki,
diantaranya dari kebersihan rambut, mata, telinga, hidung, mulut, gigi, kulit, kuku dan
alat kelamin yang semuanya harus dijaga dan dibersihkan setiap hari agar terhindar dari
serangan penyakit, selain itu agar tampak lebih bersih dan rapi . Hygiene Perorangan
adalah cara perawatan diri seseorang untuk memelihara kesehatan mereka.(Perry &
Potter, 2006). Diare adalah frekuensi buang air besar yang lebih sering dari biasanya
konsistensi yang lebih encer. Diare merupakan gangguan buang air besar atau bab
ditandai dengan bab lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi tinja cair dapat disertai
dengan darah atau lendir,(riskesdas,2013). Lansia merupakan kelanjutan dari usia
dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi 2 bagian pertama fase iufentus, antara 25-40
tahun, kedua tahun dan keempat fase senium, antara 65 hingga tutup usia (Lilik, 2011).

Pada tahap pengkajian perawatan harus menentukan apakah klien dapat mentoleransi
prosedur higienis (kebersihan) yang sering melelahkan.selama klien melakukan hygiene
pribadi perawat mengkaji keseluruhan keadaan klien (head to toe). Untuk mendapatkan
Diagnosa keperawatan, perawat meninjau ulang data klien mempertimbangkan
perawatan,meninjau ulang pengetahuan mengenai kondisi awal. Intervensi berfokus pada
metode perawatan kebersihan lansia dan memberikan pengajaran sekaligus memberikan
dukungan emosional pada klien bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menjaga
kebersihan diri individu. Perawat mengevaluasi setiap tindakan yang diberikan kepada
klien melalui pengetahuan klien mengenai personal hygiene.

B. Saran
1. Bagi masyarakat

Diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi masyarakat untuk meningkatkan


pengetahuan dan perhatian tentang personal hygiene

26
2. Bagi peneliti selanjutnya

Agar melanjutkan penelitian dengan menggunakan faktor yang tidak


dikendalikan yang lain seperti citra tubuh, tingkat ekonomi,budaya,kondisi fisik dan
lain lain.

27
Daftar Pustaka

Askep Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia : Personal Hygiene Kuku Kaki dan Tangan PDF
(slideshare.net)

Chris Manafe, Independent Academia. (DOC) KONSEP DASAR DAN ASUHAN


KEPERAWATAN PERSONAL HYGIENE | chris manafe - Academia.edu

C Amanilah. 2018. Tinjauan Pustaka Personal Hygiene. Universitas Muhammadiyah


Surabaya.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta:


Depkes RI; 2006.

Dermawan, D., & Rusdi. (2013). Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Gosyen Publishing

Hidayat dan Uliyah. 2008). Praktikum keterampilan dasar praktik klinik: Aplikasi dasar-dasar
praktik kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

https://id.scribd.com/doc/61662568/Askep-Personal-Hygiene

Isro’in . L . & S. Andarmoyo ( 2012 ) Personal hygiene : Konsep , Proses , dan Aplikasi
dalam Praktik Keperawatan , 1 th Yogyakarta : Graha Ilmu

Lestari, T. (2015). Kumpulan Teori untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Mututumanikam & Rahmiaji. ( 2019 ) . Program Studi Diploma III Keperawatan


Universitas Bhakti Kencana Bandung 2020. Kesehatan

Perry , Potter ( 2006 ) Ajar Praktik Keperawatan Klinis Edisi 5 . Jakarta : EGC

Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta: EGC.

Pengaruh Psychoreligius Care : Bershalawat Terhadap Penurunan Kecemasan Dan


Peningkatan Kualitas Tidur Pada Lansia Di Kota Surabaya (unair.ac.id)

Queue PDF - Askep Personal Hygiene [d2nv7jop8dnk] (idoc.pub)

Saryono. (2010). Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

28
Tarwoto dan Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

TIM POKJA SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesi Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI. Azizah, L. (2011).

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

Wahit, I. M. (2009). Buku Ajar Keperawatan Manusia. Jakarta: Salemba Medika.

Wendari. (2001). Peran kebersihan rongga mulut pada pencegahan karies dan penyakit
periodontal. Surabaya: Majalah kedokteran gigi Universitas Airlangga.

29

Anda mungkin juga menyukai